Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah
sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis
maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat
dan tepat akan menyebabkan pasien/ korban dapat tetap bertahan hidup untuk
mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan
pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga
memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian
maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus
diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat
tidak darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada
dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah trauma
abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen adalah
organ-organ pencernaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada
system pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas
ataupun saluran cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi
korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu
memahami penanganan kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat, cermat
dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi
pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru
sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen
masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan
secara optimal.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas yang
tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma
tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat

1
tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas
tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Perforasi adalah kemungkinan yang bisa terjadi pada trauma abdomen. Gejala
perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia atau
mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya lambung, maka terjadi
perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan timbul gejala peritonitis hebat.
Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena
mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Baru setelah 24 jam
timbul gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum. Mengingat kolon
tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah faeses, maka jika kolon terluka dan mengalami
perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan,
peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan faeses. Hal ini dapat menimbulkan
peritonitis yang berakibat lebih berat.
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat
kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian
keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering beru
tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau
strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi
rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Keputusan untuk melakukan tindakan beda harus segara diambil karena setiap
kelambatan akan menyebabkan penyulit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan
melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Penegtahuan mengenai anatomi dan faal abdomen beserta isinya sangat menentukan
dalam menyingkirkan satu demi satu sekian banyak kemungkinan penyebab trauma
abdomen.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda
yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan
yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

2
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan karena trauma,
luka insisi bedah, kerusakan integritas jaringan.

2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.
b. Mengetahui klasifikasi trauma abdomen
c. Mengetahui penyebab trauma abdomen
d. Mengetahui Etiologi Trauma Abdomen.
e. Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen.
f. Mengetahui tanda dan gejala trauma abdomen
g. Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen
h. Mengetahui pemeriksaan diagnostic
i. Mengetahui Penatalaksanaan Trauma Abdomen
j. Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian
trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(sjamsuhidayat,1998)
trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk
(lumbantoruan pirton, nazmudin. 2015) sedangkan menurut taufan nugroho dkk
trauma abdomen adalah pukulan/ benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/ tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ
padat (lambung, usus halus, usus besar pembuluh-pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen.
Trauma abdomen adalah kerusakan struktur rongga abdomen yang diakibatkan oleh
pukulan/ benturan langsung yang mengakibatkan cidera pada isi rongga abdomen .

2. Klasifikasi
menurut taufan nugroho dkk dalam buku teori asuhan keperawatan gawat darurat
menyatakan bahwa Trauma pada dinding abdomen terdiri atas :
1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intraabdomen, kemungkinan
terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah
dapat menyerupai tumor
2. Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus dieksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma
abdomen menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imonologi, dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, terdiri atas:
1. Perforasi organ visceral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen

4
2. Luka tusuk (luka penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostic ahli bedah
3. Cedera toraks abdomen
Seriap luka pada toraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi

3. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya trauma abdomen menurut taufan nugroho dkk dapat
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma penetrasi
a. Luka akibat tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Trauma non penetrasi
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur akibat kecelakaan (tertabrak mobil)
c. Terjepit Sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
d. Cedera akselerasi/ deserasi karena kecelakaan olahraga

4. Patofisiologi

5
5. Tanda dan gejala
Menurut hudak dan gallo (2001) dalam buku BTCLS & Disaster management tanda
dan gejala trauma abdomen yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar.Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dipenggal peritonium yang disebabkan
oleh iritasi
3. Cairan atau udara di bawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada
saat pasien dalam posisi rekomen.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
6. penderita tampak anemis
7. adanya darah intraperitonea
8. pecahnya organ berlumen
9. nyeri seluruh abdomen
10. auskultasi bising usus akan menurun
11. pada perkusi akan ditemukan nyeri ketot

6. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi segera yang dapat terjadi pada pasien
dengan trauma abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan komplikasi
jangka panjangnya adalah infeksi.
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma tumpul
adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera iatrogenik, intra
abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture spleenyang muncul
kemudian (King et al, 2002;Salomone & Salomone,2011).

6
Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen
karena adanya rupture pada organ.Gejala dan tanda yang sering muncul pada
komplikasi dengan peritonitis antara lain:
Nyeri perut seperti ditusuk
Perut yang tegang (distended)
Demam (>380C)
Produksi urin berkurang
Mual dan muntah
Haus
Cairan di dalam rongga abdomen
Tidak bisa buang air besar atau kentut
Tanda-tanda syok.

7. Pemeriksaan diagnostic
Menurut pirton lumbantoruan dalam buku btcls & disaster management Pemeriksaan
diagnostic yang dapat dilakukan yaitu :
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan HB diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000/mmm tanpa terdapatnya infeksi menujukkan
adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum smilase
yang meninggi menunjukkan kemungkinanadanya trauma pankreas atau
performansi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
trauma pada hepar.
3. Plian abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine
yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
5. VP (Intravenous pyelogram)
7
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma
pada ginjal
6. Diagnostik peritonel lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik.
Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard)
a Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotesis, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol,
cedera, otak)
Pasien cedera abdominal dan cedera menular spinalis (sumsum tulang
belakang)
Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:
Hamil
Pernah operasi abdominal
Operator tidak berpengalaman
Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepatitis dan retroperitoneum.

8. Penatalaksanaan kegawat daruratan


menurut pirton lumbantoruan dalam buku btcls & disaster management Penanganan
trauma abdomen pada fase emergency dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a Airway dan breathing
Hal ini diatasi terlebih dahulu (sama dengan yang diajarkan pada BHD). Selalu
ingat bahwa cederah bisa lebih dari satu area tubuh, dan apa pun yang ditemukan,
ingat airway dan breathingselalu diutamakan.

8
b Circulation
Kebanyakan trauma abdomen tidak dapat dilakukan tindakan apa-apa pada fase
prarumah sakit. Namun, terhadap shock yang menyertainya perlu penenganan
agresif, seharusnya monitoring urine dilakukan dengan pemasangan dawer kateter.
c Disability
Tidak jarang trauma abdomen disertai dengan trauma kapitis. Selalu periksa tingkat
kesadaran (dengan GCS) dan adanya lateralisasi (pupil anisokor dan motorik lebih
lemah pada satu sisi).
d Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium merupakan indikasi
untuk laparotomi.
e Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut
f Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen
g Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi
h Pencanakan laparatomi
Apabila ditemukan usus yang menonjol keluar, cukup dengan menutupnya dengan
kasa steril yang lembap supaya usus tidak kering dan kasa tersebut dibentuk donat
(cincin) agar usus keluar tidak bertambah banyak. Apabila ada yang menancap,
jangan dicabut, tetapi dilakukan fiksasi benda tersebut, benda terhadap dinding
abdomen, dan rencanakan laparatomi.

9
B. ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin lift
atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda
asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara lihat, dengar, rasakan, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.
Circulation
Mengecek denyut nadi dan tekanan darah.
Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.Yang dinilai
disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara menggunting
untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan visualisasi
head-to-toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen
penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit
kepala, bagian belakang leher, dan perineum. Setelah pakaian dibuka
penting penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan.

b. Pengkajian sekunder
Dasar pemeriksaan fisik, head to toe harus dilakukan dengan singkat, tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
a. Aktifitas/ Istirahat
Data subjektif : pusing, sakit kepala, nyeri mulas .
Data objektif : Perubahan kesadaran , masalah dalam
keseimbangan cedera (trauma).

10
b. Sirkulasi
Data objektif : kecepatan ( bradipneu, takhipneu ) , pola napas (
hipoventilasi , hiperpentilasi dll)
c. Integritas ego
Data Subjektif : perubahan kepribadian ( tenang atau dramatis)
Data Objektif : Cedmas , bingung, depresi
d. Eliminasi
Data Subjektif : Inkontenensia kandung kemih / Usus atau mengalami
gangguan fungsi.
e. Makanan dan cairan
Data Subjektif :Muala, Muntah dsan mengalami perubahan selera
makan
Data Objektif : Mengalami distensi abdomen
f. Neuronsensori
Data Subjektif : kehilangan kesadaran , vertigo
Data Objekti : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status
mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
g. Nyeri dan kenyamanan
Data Subjektif : Sakit pada Abdomen dengan intensitas dan lokasi
yang berbeda biasanya lama.
Data Objektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
h. Pernapasan
Data Subjektif : Perubhan pola nafas
i. Keamanan
Data Subjektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan
Data objektif : Dislokasi gangguan kognitif, ganguan rentang gerak.

c. Diagnosa keperawatan
a Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
b Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
c Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan , tindakan
pembedahan tidak adekuat pertahanan tubuh.

11
Nursing Care Plan / Intervensi
NANDA: Nursing
No Nursing Outcomes Classification Nursing Interventions
Diagnosis 2015-2017
(NOC) Classification (NIC)
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Pain management
keperawatan selama . x
Aktivitas keperawatan:
24 jam klien akan:

1. Lakukan pengkajian nyeri


- Pain Level
secara komprehensif termasuk
- Pain control lokasi, karakteristik, durasi,

- Pain : Disruptive Effects, yang frekuensi, kualitas dan faktor


dibuktikan dengan presipitasi
indikator sebagai 2. Observasi reaksi nonverbal dari
berikut:(1-5 = tidak
pernah, jarang, kadang- ketidaknyamanan
kadang, sering, atau 3. Gunakan teknik komunikasi
selalu). terapeutik untuk mengetahui

Kriteria Hasil : pengalaman nyeri pasien


4. Bantu pasien dan keluarga
Mampu mengontrol nyeri (tahu untuk mencari dan menemukan
penyebab nyeri, mampu dukungan
menggunakan tehnik 5. Kontrol lingkungan yang dapat
nonfarmakologi untuk mempengaruhi nyeri seperti
mengurangi nyeri, mencari suhu ruangan, pencahayaan dan
bantuan) kebisingan.
6. Kurangi faktor presipitasi nyeri
Melaporkan bahwa nyeri
7. Pilih dan lakukan penanganan
berkurang dengan menggunakan
nyeri (farmakologi, non
manajemen nyeri
farmakologi dan interpersonal)

Mampu mengenali nyeri (skala, 8. Kaji tipe dan sumber nyeri

intensitas, frekuensi dan tanda untuk menentukan intervensi.

nyeri) 9. Ajarkan tentang teknik non


farmakologi
Menyatakan rasa nyaman setelah 10. Berikan analgetik untuk

12
nyeri berkurang mengurangi nyeri
11. Evaluasi keefektifan kontrol
Tanda vital dalam rentang normal
nyeri
12. Tingkatkan istirahat
13. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
14. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

2210.Analgegesic Administrasion

Aktivitas keperawatan:

1. Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan

13
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

2 Kekurangan Volume Setelah dilakukan tindakan Fluid Management


Cairan keperawatan selama . x
Aktivitas keperawatan:
24 jam klien akan:

1. Pertahankan keseimbangan
- Fluid Balance
intake dan output
- Hydration
2. Pasang kateter urine untuk
- Nutritional status :Food and
memantau output
Fluid Intake yang dibuktikan
3. Monitoring status hidrasi
dengan indicator (1: tidak
(kelembaban membaran
Adekuat, 2 : sedikit Adekuat,
mukosa, keadekuatan pulsasi,
3 :cukup, 4 adekuat , 5 :
dan tekanan darah ortostatik).
sangat adekuat)
4. Monitoring tanda tanda vital
Kriteria Hasil : 5. Lakukan pemasangan terapi
intravena dan berikan cairan
- Intake makanan dan cairan via
cairm sesuai kebutuhan
oral adekuat.
6. Monitoring status nutrisi.
- Intake cairan parenteral
adekuat. Hypovolemia Management
- Intake nutrisi parenteral
Aktivitas keperawatan:
adekuat.
- Tekanan darah, pulsasi radial,
1. Monitoring terjadinya dehidrasi
MAP ( Mean Arterial
( turgor kulit, capillary refill
Pressure), CVP ( Central
time, pulsasi, kelembaban
Venosus Pressure) dalam
membrane mukosa, output
rentang norma.
urine)

14
- Intake outputcairan dalam 24 2. Monitoring terjadinyan
jam simbang hipotensi ortostatik dan
- Turgor kulit baik dizziness
- Membran mukosa lembab 3. Kaji penyebab kehilangan
- Kadar serum elektrolit, cairan ( perdarahan, muntah
hematokrit normal dll)
- Tidak ada hipotensi orstatis, 4. Monitoring ketat intake dan
suara napas adventisius, output
asites, distensi vena jugularis, 5. Rencanakan pemberian cairan
edema perifer, konfusi, kram parenteral isotonic untuk
otot dan menggigil. rehidrasi ekstraseluler
6. Rencanakan pemberian cairan
parenteral hipotonis untuk
rehidrasi intraseluiler
7. Rencanakan pemberian ciaran
koloid untuk replacement
volume intravaskuler.

3 Kerusakan Integritas Setelah dilakukan tindakan Pressure ulcer prevention


Jaringan keperawatan selama . x Wound care
24 jam klien akan:
Aktivitas keperawatan:
Tissue integrity : skin and
1. Jaga kulit agar tetap bersih dan
mucous membranes
kering
Wound healing : primary and
2. Mobilisasi pasien (ubah posisi
secondary intention.
pasien) setiap dua jam sekali.
Kriteria Hasil : 3. Monitor kulit akan adanya
kemerahan
Perfusi jaringan normal
4. Monitor aktivitas dan
Tidak ada tanda-tanda infeksi
mobilisasi pasien

15
Ketebalan dan tekstur jaringan 5. Monitor status nutrisi pasien
normal 6. Observasi luka : lokasi,
Menunjukkan pemahaman dalam dimensi, kedalaman luka,
proses perbaikan kulit dan karakteristik,warna cairan,
mencegah terjadinya cidera granulasi, jaringan nekrotik,
berulang tanda-tanda infeksi lokal,
Menunjukkan terjadinya proses formasi traktus
penyembuhan luka 7. Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril.
8. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada luka.

4 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Control


keperawatan selamax Aktivitas Keperawatan :
24 jam, klien akan : 1. Jaga kebersihan
lingkungan sekitar
infection Severityyang
pasien.
dibuktikan dengan
2. Lakukan perawatan
indicator ( 1 berat sekali, 2
pasien sesuai dengan
: berat , 3: sedang, 4:
prosedur safety yang
ringan , dan 5 : tidak ada)
berlaku
3. Batasi pengunjung /
Kritertia Hasil :
atau keluar masuk
Demam keluarga terhadap
Nyeri pasien
Peningkatan leukosit 4. Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
kontak / merawat pasien
dengan menggunakan
antiseptic
5. Terapkan universal
precautions dalam

16
perawatan klien
6. Lakukan pergantian
kateter secara periodic
untuk mengurangi
insiden infeksdi pada
bladder
7. Lakukan ambilan urine
tengah periodic untuk
urinalisis
8. Kolaborasi pemberian
antibiotic dengan medis
Infection Protection

Aktivitas Keperawatan:
1. Monitor adanya tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan local
2. Monitor status
kerentanan terhadap
infeksi
3. Batasi pengunjung
4. Jaga teknik septic dan
aseptic pada perawat
pasien yang beresiko
5. Lakukan kultur urine
sesuai kebutuhan
6. Instruksikan klien untuk
minum antibiotic
(sesuai advicedokter
)dengan tepat waktu
sesuai dosis anjuran.

17

Anda mungkin juga menyukai