Beranda
My Profil
Facebook
Pathway Download
Privacy Policy
3. Etiologi / Penyebab
Etiologinya kebanyakan oleh Staphylococcus aureus, merupakan sel-sel berbentuk bola
atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan berkelompok. Staphylococcus aureus
merupakan bentuk koagulase positif, ini yang membedakannya dari spesies lain, dan merupakan
patogen utama bagi manusia. Pada Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal
manusia. Staphylococcus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.
4. Faktor Predisposisi
a. Higiene yang kurang
b. Menurunnya daya tahan, Misalnya : kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasma
ganas, diabetes mellitus
c. Telah ada penyakit lain di kulit. Karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit
sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi
5. Patofisiologi
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain faktor
host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana adanya
ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus mengandung polisakarida dan
protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel
Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai,
merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau
lisozim. Hal ini merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit
membuat interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga menjadi zat
kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas mirip
endotoksin, mengaktifkan komplement.
Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya.
Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan nekrosis
jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan didalam saluran getah
bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi proses dan diperkuat oleh
penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di tengah-tengah lesi, terjadi pencairan
jaringan nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah
yang daya tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga secara
perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya sembuh.
6. Pathway
Terlampir
7. Gejala Klinis
a. Benjolan merah di kulit yang membesar dan menjadi bernanah setelah beberapa hari, dan
akan pecah dengan sendirinya
b. Nyeri, berdenyut-denyut.
c. Demam / Panas
d. Mual, Muntah
e. Gatal-gatal
f. Papul dan Prustul
8. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis pioderma, yaitu:
a. Impetigo
Impetigo merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh stafilokokus aurea atau kadang-kadang
oleh streptokokus dan hanya terjadi pada lapisan kulit jangat. Biasanya tak disertai gejala
konstitusi (gejala infeksi pada tubuh manusia seperti demam, nyeri, lesu,dan lainnya). Pada kulit
penderita terlihat lepuh dan gelembung yang berisi cairan. Penyakit ini mudah menular pada
anak lain atau dirinya sendiri.
Impetigo ada 2, yaitu :
1) Impetigo krustosa/kontagiosa (istilah awamnya, cacar madu) merupakan kelainan yang terjadi di
sekitar lubang hidung dan mulut. Ciri-cirinya, yaitu kemerahan kulit dan lepuh yang cepat
memecah sehingga meninggalkan keropeng tebal warna kuning serupa madu. Bila keropeng
dilepaskan, terlihat luka lecet di bawahnya.
2) Impetigo bulosa/vesiko bulosa (cacar monyet atau cacar api) yang sering terjadi di ketiak, dada,
dan punggung. Ciri-cirinya yaitu kemerahan di kulit dan gelembung-gelembung (seperti kulit
yang tersundut rokok hingga dikenal dengan cacar api), berisi nanah yang mudah pecah. Cacar
api sangat mudah menular dan berpindah dari satu bagian kulit ke bagian lain. Jika terjadi pada
bayi baru lahir, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Kelainan ini dapat
disertai demam dan menimbulkan infeksi serius.
b. Folikulitis
Infeksi ini mengenai folikel rambut. Ciri-cirinya berupa bintil padat atau bintil bernanah yang
kemerahan dengan rambut di tengahnya. Biasanya sering ditemukan pada tungkai bawah.
c. Furunkel atau Bisul
Adalah radang pada folikel yang meluas ke jaringan di sekitar folikel rambut. Ciri-cirinya, yaitu
di kulit akan terlihat benjolan kemerahan dengan mata di bagian tengah yang dapat melunak
menjadi abses. Kelainan terutama terjadi di daerah yang sering mengalami gesekan dan banyak
berkeringat seperti ketiak, bokong, leher, dada, dan paha. Biasanya terdapat keluhan rasa nyeri,
apalagi bila kelainan terjadi di dasar yang keras misalnya di hidung atau liang telinga luar.
d. Abses Multipel Kelenjar Keringat
Merupakan infeksi di kelenjar keringat. Faktor predisposisinya yaitu daya tahan tubuh yang
menurun dan banyak berkeringat. Kelainan ditandai benjolan seperti kubah di daerah yang
banyak berkeringat seperti dada, punggung atas, kepala bagian belakang, bokong, dan lainnya.
e. Erisipelas dan Selulitis.
Erispelas adalah infeksi pada kulit yang umumnya didahului oleh luka atau trauma, baik nyata
maupun mikroskopis. Pada bayi umumnya terjadi di pusar. Ciri-cirinya, yaitu di kulit terlihat
kemerahan berbatas tegas, disertai gejala berupa demam dan kelesuan. Sementara selulitis
merupakan kelanjutan erisipelas. Bedanya, pada selulitis, radang meluas sampai ke jaringan di
bawah kulit.
f. Staphylococcal scalded skin syndrome
Merupakan infeksi kulit oleh staphylococcus aureus galur tertentu dengan ciri yang khas berupa
epidermolisis. Pada umumnya terdapat demam tinggi disertai infeksi di saluran napas bagian
atas. Kelainan kulit awalnya berupa eritema yang timbul mendadak pada muka, leher, ketiak,
telapak tangan dan kaki serta lipat paha, kemudian menyeluruh dalam waktu 24-48 jam
10. Prognosis
Umumnya baik, asalkan mendapatkan penanganan yang adekuat dan faktor penyebab
dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik bila terjadi komplikasi.
11. Penatalaksanaan
Pada pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene perorangan dan lingkungan harus
diperhatikan.
a. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma.
1) Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan
(drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan
adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis
tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi
dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis
kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-
11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4 dosis.
3) Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member rasa tak enak
dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
4) Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan tersebut diatas,
dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah
generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang
dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
b. Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat
topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi
resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin
juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering
menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif,
banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau
krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000,
larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih
efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai
kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data subyektif :
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka
pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakitnya.
Data obyektif :
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis, menggaruk-garuk
di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri, kulit tampak lecet/luka, mual-
muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya
Diagnosa 2 : Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ... x 24 jam, diharapkan nyeri px dapat terkontrol
dengan kriteria hasil :
Pasien tidak tampak meringis
Skala nyeri 0 ( tidak nyeri)
Pasien tampak lebih rileks
Ukuran pioderma mengecil
No Rencana Keperawatan Rasional
1 Kaji nyeri, misal lokasi nyeri, Informasi memberikan data dasar
frekuensi, durasi, dan intensitas(skala untuk mengevaluasi kebutuhan/
1-10), serta tindakan penghilang nyeri keefektifan intervensi
yang digunakan.
2 Dorong penggunaan keterampilan Memungkinkan klien untuk
manajemen nyeri (missal teknik berpartisipasi secara aktif dan
relaksasi, visualisasi, bimbingan meningkatkan rasa control.
imajinasi, tertawa, music, dan sentuhan
terapeutik)
3 Tingkatkan kenyamanan dasar (missal Meningkatkan relaksasi dan
teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan membantu memfokuskan kembali
imajinasi)dan aktivitas hiburan(missal perhatian.
: music, televisi)
4 Evaluasi penghilang nyeri/ control Tujuannya adalah control nyeri
maksimum dengan pengaruh
minimum pada aktivitaskegiatan
sehari-hari
5 Kembangkan rencana manajemen Rencana terorganisasi
nyeri bersama klien dan tim medis. mengembangkan kesempatan untuk
control nyeri . Terutama dengan nyeri
kronis , klien/orang terdekat harus
aktif menjadi partisipan dalam
manajemen nyeri di rumah.
6 Berikan aktivitas terapeutik tepat Membantu mengurangi konsentrasi
sesuai dengan kondisi dan usia pasien nyeri yang dialami dan memfokuskan
kembali perhatian
7 Berikan analgesic sesuai indikasi, Nyeri adalah kompikasi tersering dari
missal morfin, metadon, atau kanker, meskipun respon individu
campuran narkotik IV khusus. Pastikan berbeda. Saat perubahan penyakit
hal tersebut hanya untuk memberikan /pengobatan terjadi ,penilaian dosis
analgesic dalam sehari. Ganti dari dan pemberian akan diperlukan
analgesic kerja pendek menjadi kerja (catatan ; adikasi atau ketergantungan
panjang bila ada indikasi. pada obat ukan masalah)
Diagnosa 5 : Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam gangguan citra diri teratasi dengan
kriteria hasil :
Px dapat mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri
Px dapat mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri
Px dapat melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi
Px dapat menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri
Px dapat mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat
Px tampak tidak begitu memprihatinkan kondisi
Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan tekhnik untuk
meningkatkan penampilan
No Rencana Keperawatan Rasional
1 Berikan kesempatan untuk Pasien membutuhkan pengalaman
pengungkapan, dengarkan dengan didengarkan dan dipahami
cara terbuka dan tidak menghakimi
untuk mengekspresikan perasaan.
2 Bantu pasien yang cemas dalam Menetralkan kecemasan yang tidak
mengembangkan kemampuan untuk perlu terjadi dan memulihkan realitas
menilai diri dan mengenali diri serta situasi
mengatasi masalah.
3 Dorong pasien untuk bersosialisasi Membantu dalam meningkatkan
dengan orang lain dan Bantu pasien sosialisasi dan penerimaan diri
kearah penerimaan diri
4 Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual
persepsi dan hubungan dengan derajat dalam menyusun rencana perawatan
ketidakmampuan atau pemilihan intervensi
5 Anjurkan klien untuk Menunjukkan penerimaan, membantu
mengekspresikan perasaan, termasuk klien untuk mengenal dan mulai
sikap bermusuhan dan kemarahan menyesuaikan dengan perasaan
tersebut
6 Pernyataan pengakuan terhadap Membantu klien untuk melihat bahwa
penolakan tubuh, mengingatkan perawat menerima kedua bagian
kembali fakta kejadian tentang sebagai bagian dari seluruh tubuh.
realitas bahwa masih dapat Mengizinkan klien untuk merasakan
menggunakan sisi yang sakit dan adanya harapan dan mulai menerima
belajar mengontrol sisi yang sehat situasi baru
7 Dukungan perilaku atau usaha, seperti Klien dapat beradaptasi terhadap
peningkatan minat atau partisipasi perubahan dan pengertian tentang
dalam aktivitas rehabilitasi peran individu di masa mendatang
8 Bersama klien mencari alternative Dukungan perawat pada klien dapat
koping yang positif meningkatkan rasa percaya diri klien
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
5. Evaluasi
Dx 1 Suhu 36,5 -370C
Dx 2 Klien tidak tampak meringis
Skala nyeri 0 ( tidak nyeri)
Klien tampak lebih rileks
Ukuran pioderma mengecil
Dx 6 infeksi berkurang
Dx 7 kx memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit
kx Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan
rasional tindakan yang dilakukan
kx dapat menggunakan obat topikal dengan tepat
kx dapat memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Definisi dan Klasifikasi 2012 -2014 (terjemahan). Jakarta : EGC
Mansjoer, A. 2001. Kapita Seekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
Reaksi :
0 comments:
Post a Comment
:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x(
Jumlah Pengunjung
383694
Blog Archive
2015 (2)
2014 (1)
2013 (31)
2012 (59)
o November (11)
Anatomi dan Fisiologi Muskuloskeletal
CUTIS VERTICIS GYRATE
ASKEP Tumor Kulit
ASKEP Pioderma
ASKEP Pioderma
ASKEP Pioderma
ASKEP PIODERMA
ASKEP PIODERMA
ASKEP Gonorrhea
ASKEP Dermatitis
Anatomi dan Fisiologi Integumen
o October (1)
o September (4)
o July (16)
o June (2)
o May (11)
o April (7)
o March (5)
o February (2)
2011 (34)
2010 (3)
Labels
Anatomi (11) Asuhan Keperawatan (30) Bahasa Inggris (3) Cerpen (1) Epidemiologi dan
Demografi (3) Essay (1) Formulir (2) Integumen (10) Kebudayaan (2) Keperawatan (24)
Keperawatan Jiwa (5) Kesehatan (23) Lansia (2) Muskuloskeletal (1) Obat (1) Penelitian (3)
Pengkajian (3) Percakapan (1) Psikologi (3) Tokoh Keperawatan (2) trend dan issue integument
(1)
Powered by Translate
About Me
Udayati Made
My Motto :
Google+ Followers
Ikuti Blog ini