Anda di halaman 1dari 3

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KEAGAMAAN

Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Dakwah Islam, Amar Maruf Nahi Munkar (memerintahkan
kebajikan/kebaikan dan mencegah kemungkaran atau apa saja yang diingkari dan ditolak oleh islam).
Penegasan seperti ini jelas menggambarkan komitmen Muhammadiyah terhadap Surat Al-Imran ayat 104,
suatu ayat yang menjadi factor utama yang melatarbelakangi berdirinya perjuangan Muhammadiyah.
Berdasarkan ayat tersebut Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuanganny, yaitu
Dakwah (menyeru, mengajak) Islam Amar Maruf Nahi Munkar dengan masyarakat sebagai medan/kancah
perjuangannya. Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah dan tajdid untuk terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah mengajak umat manusia untuk
memeluk agama Islam (dawah ila al-Khair), menyuruh pada yang maruf (al-amr bi al-maruf), dan mencegah dari yang
munkar (al-nahy an al-munkar) {QS. Ali Imran/3: 104}, sehingga hidup manusia selamat, bahagia, dan sejahtera di dunia
dan akhirat. Karena itu seluruh warga, pimpinan, hingga berbagai komponen yang terdapat dalam Muhammadiyah,
termasuk amal usaha dan orang-orang yang berada di dalamnya, haruslah memahami Muhammadiyah serta
mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata. Muhammadiyah berkiprah ditengah-tengah masyarakat bangsa
Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak
semacam berbagai ragam lembaga pendidikan dari sejak Taman Kanak-kanak, hingga Perguruan Tinggi,
membangun sekian banyak Rumah Sakit, Panti Asuhan, dsb. Seluruh amal usaha diadakan dengan niat dan
tujuan yang tunggal, yaitu dijadikan sarana dan wahana dakwah islam sebagaimana yang diajrkan oleh Al-
Quran dan As-sunnah Shahihah.

Makna Kehadiran Muhammadiyah Sebagai Gerakan Keagamaan

K.H. Ahmad Dahlan mempunyai pendapat, Islam yang masuk di Indonesia sangat berbeda bahkan
dianggap bertentangan dengan Islam yang dipahaminya. Agama islam adalah agama yang diturunkan oleh
Allah melalui para Nabi utusann-Nya. Jadi semua agama yang dibawa oleh Nabi Utusan Allah itulah disebut
Agama Islam. Adapun agama Islam yang berlaku sekarang ini adalah agama yang dibawa oleh utusan terakhir
yang menyempurnakan agama Islam yang dibawa oleh Nabi dan Utusan Allah yang dahulu. Nabi Muhammad
merupakan Nabi yang terakhir. Wujud agama Islam seluruhnya adalah berupa wahyu syariat Allah.
Dua Macam Wahyu Syariat Allah
1. Berupa firman-firman Allah yang terhimpun di dalam Kitab.
2. Tidak berupa firman-firman Allah, tetapi penjelasan-penjelasan lebih lanjut dari firman-firmna itu.

Menurut David A. Locher (2000) terdapat tiga hal yang membedakan gerakan sosial (sosial movement)
dari bentuk perilaku kolektif lainnya, yaitu: (1) Organized, bahwa gerakan sosial itu terorganisasi, sedangkan
kebanyakan perilaku kolektif tidak terorganisasi baik pemimpin, pengikut, maupun proses pergerakannya; (2)
Delibrate, gerakan sosial itu direncanakan dengan penuh pertimbangan dan perencanaan; (3) Enduring,
gerakan sosial itu keberadaanya untuk jangka waktu yang panjang hingga beberapa decade. Artinya sebuah
gerakan sosial, terlebih gerakan keagamaan memiliki karakter yang kuat untuk bergerak secara terorganisir,
terencana dan berkelanjutan sehingga tidak mudah tertelan zaman maupun badai tantangan zaman
berikutnya.

Muhammadiyah bukanlah gerakan sosial-keagamaan yang biasa, tetapi sebagai gerakan islam. Selain
terkena hukum pergerakan, Muhammadiyah dalam gerakannya terkait dengan islam. Bergerak bukan asal
bergerak, harus dilandasi, dibingkai, dan di arahkan dengan Islam. Islam bukan sebagai asas formal (teks),
tetapi menjiwai, melandasi, mendasari, mengkerangkai, memengaruhi, menggerakan dan menjadi pusat
orientasi dan tujuan. Bukan sekadar islam KTP, slogan dan simbolik belaka. Para pendahulu Muhammadiyah
memaknainya dengan kaidah fiqhiyah ma layatim al-wajib Illa bihi da huma wajib. Artinya organisasi itu
menjadi wajib adanya karena keniscayaan dakwah memerlukan alat organisasi tersebut. Sisi lain, tujuan
Muhammadiyah adalah untuk mencetak ummat terbaik atau ummat yang unggul. Sebagaimana pokok pikiran
keenam Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan, bahwa organisasi adalah satu-satunya alat atau cara
perjuangan yang sebaik-baiknya. Ciri-cirinya adalah: a) Muhammadiyah adalah subjek atau pemimpin, dan
masyarakat semuanya adalah objek atau yang dipimpinnya; b) Lincah (dinamis), maju (progresif), selalu
dimuka dan militant; c) Revolusioner; d0 mempunyai pemimpin yang kuat, cakap, tegas dan berwibawa; dan e)
Mempunyai organisasi yang susunannya lengkap dan selalu tepat atau up to date (PP Muhammadiyah, Manhaj
Gerakan Muhammadiyah, 200; 19-30).

Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah

Muhamadiyah sebenarnya telah menggagas tentang penguatan basis gerakan sejak awal berdirinya,
bahkan dalam Muktamar tahun 1970-an telah diputuskan untuk menggalang jamaah dan dakwah jamaah
(GJDJ). Hanya saja gagasan tersebut belum maksimal diimplemetasikan dalam aktivisme organisasi. Dalam
konstitusi Muhammadiyah terdapat tiga model gerakan Muhammadiyah ; pertama, Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam, kedua, sebagai gerakan dakwah amar maruf nahi munkar, dan ketiga, Muhammadiyah sebagai
gerakan tajdid. Fokus kajian dalam makalah ini pada kajian yang pertaman yaitu Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam.

Beberapa dekade yang lalu, telah di rumuskan pembinaan Jamaah, keluarga sakinah, dan qaryah
thoyyibah untuk memperkuat basis.
1. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GDJD)
Esensi GDJD adalah penguatan kesadaran jamaah dan kepedulian mereka terhadap
lingkungan sosialnya. Definisi sederhana tentang jamaah adalah kumpulan keluarga muslim yang
berada dalam suatu lingkungan tempat tinggal. Ajakan warga aktif merupakan landasan gerakan
Muhammadiyah yang menuntut adanya komunitas yang solid dan terorganisir untuk
memperjuangkan tegaknya kebaikan menentang segala macam keburukan. Orientasi dari gerakan ini
adalah membangun basis kehidupan dakwah bil halal di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan
kesehatan
2. Langkah Penguatan Jamaah
Langkah pemberdayaan melalui penguatan institusi cabang dan ranting akan memberi
kontribusi bagi penguatan kohesi sosial/solidaritas antar warga di tengah meluasnya faham-faham
radikal yang cenderung anarkis belakangan ini. Langkah yang dapat dilakukan untuk menggiatkan
cabang dan ranting Muhammadiyah melalui gerakan jamaah dan dakwah jamaah;
1. Melakukan assesment awal mengenai kehidupan keagamaan di desa atau komunitas
atau ranting;
2. Memantapkan konsep dakwah jamaah yang akan dipergunakan agar sesuai dengan
kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat basis;
3. Melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi para fasilitator yang akan menggerakkan
cabang dan ranting;
4. Melakukan pendampingan dakwah jamaah;
5. Memantapkan organisasi gerakan di akar rumput (pimpinan ranting) sebagai ujung
tombak gerakan dakwah jamaah.
http://www.mahasiswa-indonesia.com/2013/11/muhammadiyah-sebagai-gerakan-
keagamaan.html
http://www.haryoprasodjo.com/2011/11/muhammadiyah-sebagai-gerakan-
keagamaan.html

Anda mungkin juga menyukai