Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aep FIrman

NIM : 20161310003

KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS)


Keterampilan proses sains (KPS) adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa
digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses
pembelajaran. Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan
siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan
ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan
metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru
atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
KPS terdiri dari sejumlah keterampilan tertentu. Klasifikasi KPS adalah sebagai berikut:
1. Mengamati 6. Merumusakan hipotesis
2. Mengelompokkan/Klasifikasi 7. Merencanakan percobaan
3. Menafsirkan 8. Menggunakan alat dan bahan
4. Meramalkan 9. Menerapkan konsep
5. Mengajukan pertanyaan 10. Berkomunikasi

Cara Mengukur Keterampilan Proses Sains :


1. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
a. Karakteristik umum, yaitu:
Pokok uji keterampilan proses tidk boleh dibebani konsep. Hal ini diupayakan agar
poko uji tidak rnacu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep yang terlibat
harus diyakini oleh penyusun pokok uji sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi
siswa. Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah responden atau siswa.
Informasinya dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau
objek aslinya. Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek
saja, misalnya interpretasi.
b. Karakteristik khusus, yaitu:
Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya. Interpretasi harus
menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola
Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan,
atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan atau ditentukan
jumlah kelompok yang harus terbentuk
2. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan Proses sains
3. Pemberian Skor Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
Nama : Aep FIrman
NIM : 20161310003

Pendekatan HOTS (Higher Order Thinking Skills)


Dalam dunia pendidikan berpikir merupakan bagian dari ranah kognitif, dimana dalam hirarki
Bloom terdiri dari tingkatan-tingkatan. Bloom mengkalisifikan ranah kognitif ke dalam enam
tingkatan: (1) pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan
(application); (4) mengalisis (analysis); (5) mensintesakan (synthesis); dan (6) menilai
(evaluation). Keenam tingkatan ini merupakan rangkaian tingkatan berpikir manusia.
Berdasarkan tingkatan tersebut, maka dapat diketahui bahwa berpikir untuk mengetahui
merupakan tingkatan berpikir yang paling bawah (lower) sedangkan tingkatan berpikir paling
tertinggi (higher) adalah menilai.
Ada tiga jenis utama intelijen dan kemampuan berpikir: analitis, kreatif dan praktis. Berpikir
analisis disebut juga berpikir kritis. Ciri khusus berpikir analisis adalah melibatkan proses
berpikir logis dan penalaran termasuk keterampilan seperti perbandingan, klasifikasi,
pengurutan, penyebab/efek, pola, anyaman, analogi, penalaran deduktif dan induktif,
peramalan, perencanaan, hyphothesizing, dan critiquing. Berpikir kreatif adalah proses berpikir
yang melibatkan menciptakan sesuatu yang baru atau asli. Ini melibatkan keterampilan
fleksibilitas, orisinalitas, kefasihan, elaborasi, brainstorming, modifikasi, citra, pemikiran
asosiatif, atribut daftar, berpikir metaforis, membuat hubungan. Tujuan dari berpikir kreatif
adalah merangsang rasa ingin tahu dan menampakkan perbedaan. Inti dari berpikir praktis,
sebagaimana dikemukakan Edward De Bono adalah bagaimana pikiran itu bekerja, bukan
bagaimana seorang filosof berpikir bahwa sesuatu itu dapat bekerja.
Ketiga kecerdasan dan cara berpikir (analitic, kreatif dan praktis) berguna dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam kenyataannya kita terpaku terhadap salah satu cara berpikir saja. Dalam
kondisi dan keadaan tertentu, kita lebih banyak menggunakan cara berpikir analitis ketimbang
lainnya. Dalam kondisi lainnya berpikir kreatif lebih dituntur oleh kita, sedangkan dalam
kondisi tertentu pula kita lebih memilih untuk berpikir secara praktis.
Berpikir metakognisi merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi. Metakognisi didefinisikan
cognition about cognition atau knowing about knowing. Dalam kata lain, meta cognition
dapat diartikan learning about learning (belajar tentang belajar). Metakognisi dapat terdiri
dari banyak bentuk, tetapi juga mencakup pengetahuan tentang kapan dan bagaimana
menggunakan strategi-strategi khusus untuk belajar atau untuk pemecahan masalah. Selain
metakognisi terdapat istilah lain yang hamper sama, yaitu metamemory yang didefinisikan
sebagai knowing about memory dan memoric strategy, ia merupakan bentuk penting dari
metakognisi.
Nama : Aep FIrman
NIM : 20161310003

ASESMEN KINERJA
Asesmen kinerja terutama sangat sesuai dalam menilai keterampilan proses sains.
Keterampilan proses siswa yang dapat dinilai meliputi keterampilan proses intelektual (seperti
keterampilan observasi, berhipotesis, menerapkan konsep, merencanakn serta melakukan
penelitian, dan lain-lain). Asesmen kinerja sangat tepat bila digunakan dalam kegiatan
praktikum biologi. Bentuk asesmen kinerja yaitu kinerja klasikal, asesmen kinerja kelompok,
asesmen kinerja personal.
Menurut Popham (1995) dalam Rasyid (2007), syarat yang digunakan untuk menggunakan
asesmen kinerja yaitu:
1. Generability, yakni apakah kinerja peserta tes dalam melakukan tugas yang diberikan
sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain,
2. Authenticity, yakni apakah tugas yang diberikan sudah serupa dengan apa yang dihadapi
dalam praktek kehidupan nyata sehari-hari,
3. Multiple foci, yakni apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih
dari satu kemampuan yang diinginkan,
4. Teachability, yakni apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang relevan yang
hasilnya semakin baik akibat adanya usaha mengajar pengajar di kelas,
5. Fairness, yakni apakah tugas yang diberikan sudah adil, tidak mengandung bias berdasar
latar untuk semua peserta tes,
6. Feasibility, yakni apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau
penilaian kinerja memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor
seperti biaya, ruangan/tempat, atau peralatannya,
7. Scorability, yakni apakah tugas yang diberikan nanti dapat skor dengan akurat dan reliabel,
karena salah satu tahap dalam penilaian kinerja yang sensitif adalah perlakuan dalam
pemberian skor.
Asesmen kinerja tidak menggunakan kunci jawaban dalam menentukan skor, melainkan
menggunakan pedoman penskoran berupa rubrik. Untuk menjamin reliabilitas, keadilan dan
kebenaran penilaian maka perlu dikembangkan kriteria atau rubrik untuk pedoman menilai
hasil kerja pebelar. Rubrik dapat disusun bersama dengan pebelajar, sehingga jelas dasar yang
dipakai untuk menilai

Anda mungkin juga menyukai