Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan keterampilan, atau yang disebut pendidikan vokasi (vokasional), saat ini
menjadi alternatif pembelajaran yang diyakini mampu menjadi solusi dalam mengurangi jumlah
pengangguran. Hal itu disebabkan, konsep pendidikan yang lebih menitikberatkan pada
keterampilan (skill), dirancang dengan kurikulum yang mengasah keterampilan, disiplin, dan
konsep pesertanya tentang pekerjaan dan kewirausahaan. Di samping keuntungan lain, yaitu
alternatif pembiayaan dan jangka waktu pendidikan yang relatif lebih cepat dan murah, jika
dibandingkan kuliah di Strata 1. Lulusannya diarahkan untuk mengisi lowongan pekerjaan di
berbagai bidang usaha, tingkatan menengah (level admisnistrasi, staf, atau supervisor), yang
pada kenyataannya memiliki jumlah lebih besar/kemungkinan lapangan pekerjaan yang lebih
banyak, ketimbang level atas yaitu posisi para Manajer, dan Dewan Direksi.
Dalam situasi sekarang ini, biaya pendidikan yang bertambah besar (berkali-kali lipat)
memang menjadi masalah utama bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke
Perguruan Tinggi. Belum lagi ketika mereka lulus nanti, tidak ada jaminan untuk anaknya bisa
langsung bekerja, karena misalnya, kompetensi yang dimiliki si anak dianggap belum memadai,
perlu untuk dilatih lagi. Atau, terkadang masih memerlukan pendidikan khusus dari asosiasi
profesi yang bersangkutan, untuk menjalankan pekerjaan tertentu sebelum ia dapat bekerja.
Misalnya saja Sarjana Hukum, Sarjana Farmasi, atau Sarjana yang lain, harus lulus pendidikan
profesi dulu sebelum menjalankan profesinya.
Program pendidikan vokasional, diharapkan dapat menjembatani dunia pendidikan tinggi
dengan dunia kerja dan kebutuhan pasar. Lulusannya harus siap pakai. Kualifikasi lulusan
pendidikan vokasi dapat diperhitungkan di pasaran, bahkan untuk jenis pekerjaan tertentu (adm
di bank, misalnya) lulusan pendidikan vokasi bisa bersaing dengan lulusan dari S1, dan diterima.
Pendapat bahwa gelar akademik sarjana dipandang lebih berharga dibandingkan gelar Ahli
Madya, sudah mengakar dalam budaya masyarakat. Ini sudah saatnya diubah.
Perbedaan utama antara pendidikan akademik dan vokasional terletak dalam keahlian yang
dicapai lulusannya. Lulusan pendidikan akademik lebih berorientasi pada penguasaan ilmu
pengetahuan secara teori, sedangkan lulusan pendidikan vokasional lebih pada penguasaan
praktek dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan Vokasi ?
2. Perbedaan antara pendidikan liberal dan vokasional ?
3. Bagaimana perbandingan sistem pendidikan vokasi di Indonesia dengan Singapore ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan vokasi.
2. Untuk mengetahui perbedaan pendidikan akademik dengan pendidikan vokasi.
3. Untuk mengetahui perbandingan sistem pendidikan vokasi di negara Indonesia dengan negara
Singapore.

BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang
dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasional,
terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) pada kejuruan-
kejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain, peserta didik
secara langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan
atau bidang tugas yang akan dihadapinya.
Pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan pendidikan. Hal
tersebut merupakan jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik di lembaga pendidikan
dengan masyarakat dan dunia kerja.
Pembekalan kecakapan hidup secara khusus menjadi muatan kurikulum dalam bentuk
pelajaran keterampilan fungsional dan kepribadian profesional. Disamping pembekalan
kecakapan hidup melalui mata pelajaran iptek dengan pendekatan tematik, induktif, dan
berorientasi kebutuhan masyarakat di wilayahnya.
Kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memampukan remaja-remaja
menjadi anggota masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh. Departemen Pendidikan
Nasional mengkategorikan keterampilan-keterampilan ini menjadi empat kelompok yaitu
akademik, personal, sosial dan vokasional.
Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan keahlian
terapan tertentu, yang mencakup program pendidikan diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan
diploma 4, maksimal setara dengan program pendidikan sarjana. Lulusan pendidikan vokasi akan
mendapatkan gelar vokasi.
Dikotomi antara pendidikan liberal dan pendidikan vokasi atau education for life dan
education for earning living selalu menjadi bahan diskusi yang sangat menarik. Menjadi bahan
diskusi yang menarik karena kedua jenis pendidikan ini tidak bisa dipisahkan secara tegas (Finch
& Crunkilton). Dapat kami contohkan seperti selembar uang kertas yang memiliki dua sisi
berbeda. Menerawang satu sisi memunculkan bayangan disisi sebaliknya. Dibulak-balik tetap
harus berdampingan sebagai alat bayar yang sah. Jika hanya ada satu sisi maka uang itu tidak sah
lagi sebagai alat bayar. Demikian juga dengan pendidikan vokasi dan pendidikan liberal/umum
tidak bisa dinihilkan salah satunya.

A. Perbedaan Pendidikan Liberal dan Pendidikan Vokasi


Paradigma pendidikan liberal tidak bisa lepas dari akar filosofisnya yaitu positivisme.
Konsep pendidikan liberal ialah pandangan yang mengedepankan aspek pengembangan potensi,
perlindungan hak-hak dan kebebasan (freedom). Paham individualistik sangat kuat
mempengaruhi paradigma pendidikan liberal. Pendidikan liberal menekankan pada
pemberdayaan individu.
Sedangkan paradigma pendidikan vokasi sangat berbeda yaitu menekankan pada
pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven). Kebersambungan
(link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan dan kecocokan
(match) diantara employee dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan dan ukuran
keberhasilan pendidikan vokasi. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan vokasi dapat dilihat
dari tingkat mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang
pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih dan ditekuninya. Pendidikan vokasi melayani
sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik.

B. Pendidikan Vokasi di Indonesia


Pendidikan vokasional yang berorientasi pada pembekalan kecakapan hidup merupakan
bisnis inti dari pendidikan nonformal. Penanaman penguasaan keterampilan vokasional memacu
kreativitas dan mengembangkan pemahaman peran individu dalam kehidupan sosial. Pendidikan
vokasional di Indonesia adalah seluruh pendidikan vokasional yang diselenggarakan di
Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di
Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia
(Kemdiknas), dahulu bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Depdikbud). Di Indonesia semua penduduk wajib mengikuti pendidikan dasar selama sembilan
tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah.
Dunia pendidikan Indonesia terus berbenah, mengikuti perubahan jaman yang juga
berlangsung sebegitu cepatnya. Di tengah terpaan berbagai masalah sosial, ekonomi, maupun
politik yang berujung pangkal pada kegagalan pendidikan, penyelenggaraan proses pendidikan
tetap memunculkan inovasinya.
Program pendidikan diploma yang menghasilkan sumber daya siap pakai menjadi senjata
ampuh untuk menghadapi persaingan global. Di kancah internasional, program vokasi menjadi
andalan berbagai bangsa untuk membangun keberhasilan sistem kerja berbasis keterampilan.
Muara akhir sekaligus tujuan dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah
terserapnya peserta didik ke pasar tenaga kerja selepas menyelesaikan studinya. Demi menjawab
tantangan dunia kerja yang membutuhkan tenaga kerja trampil, tak dapat disangkal lulusan
program pendidikan berbasis vokasional sesungguhnya memiliki peluang lebih tinggi serta
kesempatan yang lebih luas untuk dapat memenangkan kompetisi tersebut.
C. Pendidikan Vokasi di Singapore
Singapura adalah salah satu negara macan Asia (di antara Hong Kong, Taiwan, and Korea).
Area total yang dimiliki negara ini hanya 692.7 km2, peraiaran: 10 km2, daratan: 682.7 km2 dan
populasinya sekitar 4,353,893. Selain Singapore berhasil dalam perekonomiannya, juga sukses
mengembangkan pendidikan vokasional. Salah satu institusi yang menjadi kebanggaan dan
terkemuka di Singapura adalah Nanyang Polytechnic (NYP).
Pendidikan teknik dan vokasional memperoleh tempat dalam masyarakat. Pendidikan ini
merupakan indikator penting bahwa Singapore mengarah pada proses modernisasi. Kemudian,
pendidikan bagi orang dewasa merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan
Singapore. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas orang-orang dalam masyarakat dan
secara langsung akan menumbang pada pengembangan sosio ekonomis penduduk.
Untuk memperoleh guru-guru yang bermutu maka pemerintah mendorong lulusan sekolah
menengah yang berbakat untuk memasuki lembaga pendidikan guru. Hal ini juga terdapat
perbedaan persepsi dimana kalau di Indonesia, para pelajar, apalagi yang berotak cerdas, kurang
terosebsi untuk menjadi guru, kecuali berlomba untuk memperoleh pendidikan di universitas
bergengsi di Pulau Jawa.
Guru-guru di Singapura, sekolah dasar dan sekolah menengah, memperoleh pelatihan dan
juga pendidikan di universitas, program pasca sarjana dan junior college. Sekolah sekolah sangat
memperhatikan kegiatan ekstra kurikuler seperti organisasi murid (osis), event olah raga, study
tour, dan sebagainya. Pada sekolah menengah ada mata pelajaran wajib dan mata pelajaran
elektif.
Tentang kurikulum dan metodologi pengajaran di Singapore, berpikir bahwa pendidik
selalu mengembangkan inovasi baru. Maka muncullah kurikulum terintegrasi (integrated
curriculum), metode mengajar yag berpusat pada siswa (student centered teaching method),
pengajaran atas dasar kemampuan dan minat individu (individualized instruction), dan sekolah
alternatif.

D. Perbandingan Pendidikan Vokasi Antara Indonesia dengan Singapore


Tanpa mengesampingkan arti penting pendidikan liberal, pendidikan vokasi pada
umumnya serta khususnya pendidikan vokasi pada tingkat menengah yang disebut dengan
pendidikan kejuruan yang memiliki peranan sangat besar, kemudian dan segi berikut akan
dijelaskan mengenai perbedaan pendidikan vokasi negara Indonesia dengan Singapore.
Negara Indonesia masih berada dibawah Singapura yang sudah fokus pada kemampuan
perbaikan pendidikan dan teknologi pengembangan generasi tekun. Karakteristik negara ini
adalah technology intensive.
Singapura satu-satunya negara yang telah memiliki fokus pengembangan pendidikan baru
yang terarah. Singapura menghabiskan uang yang sangat besar untuk membiayai pendidikan di
bidang teknologi dan pengetahuan masa depan. Sektor-sektor yang dijadikan konsentrasi hampir
semuanya bersifat knowledge intensive. Singapura lebih memungkinkan untuk mengembangkan
pendidikan akademik yang berbasis kejuruan serta lebih bermakna dibandingkan Indonesia.
Negara Indonesia pada skill intensive menyelenggarakan penguatan pendidikan vokasi
khususnya pendidikan kejuruan yang difokuskan pada SMK/MAK, dan training-training singkat
pasca SMP lebih tepat dibandingkan memperluas pendidikan SMA.
Di sejumlah negara maju di belahan dunia mana pun, program vokasi merupakan andalan.
Artinya, menjadi tumpuan bagi negara itu dalam membangun sistem kerja yang dapat sukses
memasuki persaingan global. Dengan program berbasis ketrampilan kerja dan vokasi, banyak
negara berhasil membangun ekonomi mereka dan lapangan kerja banyak diisi tenaga-tenaga
vokasi berilmu pengetahuan.
Tidak sekadar mengejar gelar, para lulusan SMK hendaknya juga memiliki proyeksi untuk
menjadikan dirinya bagian dari sumber daya manusia yang dibekali ketrampilan terspesialisasi.
Demi mendukung itu, perguruan tinggi pun dituntut untuk mampu mendasarkan penyusunan
kurikulum dan program akademiknya pada perhitungan dan pertimbangan kompetensi kerja
lulusan yang benar-benar dibutuhkan oleh pasar kerja dan masyarakat pengguna lulusan secara
luas. Tanpa mempertimbangkan semuanya tersebut, pendidikan tinggi jalur vokasional harus
dipertanyakan kembali esensi dan substansinya.
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat kita untuk memajukan
pendidikan tidak jauh berbeda dengan kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh beberapa
negara di atas. Pendidikan kita juga sudah menganut karakter desentralisasi dengan otonomi
daerahnya. Kemudian Badan legislatif, yudikatif dan eksekutif pada tingkat provinsi dan
kabupaten atau kotamadya juga sudah sangat aktif dalam proses pembuatan keputusan mengenai
pendidikan. Pemerintah kita juga mendorong guru guru untuk memperoleh pendidikan dengan
program kualifikasi pendidikan yang non sarjana untuk memperoleh pendidikan S.1 (strata
sarjana). Memberikan beasiswa bagi bagi sarjana untuk mengikuti program Magister (S.2). Maka
berbondong-bondonglah para sarjana untuk mengambil kesempatan emas ini. Namun kemudian
puluhan atau ratusan musti Drop-Out, karena terkendala tidak mampu menulis atau
menyelesaikan tesis. Sebagian kecil bisa selesai lewat jalur non halal, menjiplak tesis,
mendatangi jasa teman, atau jasa biro tesis kalau tidak bisa harus puas dan bernostalgia karena
pernah kuliah pada program S.2. Penyebab gagalnya ratusan mahasiswa pascasarjana dalam
menyelesaikan tesis (atau juga disertasi bagi mahasiswa post-graduate) karena mereka tidak
terbiasa dengan budaya membaca dan budaya menulis. Itu akibat tidak ada budaya belajar
mandiri dan berfikir kreatif serta inovatif.
Kurikulum pendidikan kita yang populer akhir-akhir ini adalah seperti KBK (kurikulum
berbasis kompetensi) dan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kedua
bentuk kurikulum kita mungkin sudah sama efektifnya dengan kurikulum terintegrasi (integrated
curriculum), metode mengajar yag berpusat pada siswa (student centered teaching method),
pengajaran atas dasar kemampuan dan minat individu (individualized instruction), dan sekolah
alternatif yang dianut oleh negara-negara maju.
Bedanya mungkin terletak pada bagaimana masyarakat menghargai lembaga pendidikan
tingkah menengah. Kira-kira 20 tahun lalu, masyarakat mengenal jenis-jenis sekolah seperti
SPG (Sekolah Pendidikan Guru), STM (Sekolah Teknologi), SMEA (Sekolah Menengah
Ekonomi Atas). Ini semua adalah beberapa bentuk dari sekolah vokasional atau kejuruan yang
tersebar diseluruh pelosok Indonesia dan ada beberapa jenis vokasional yang lain. Kemudian
sistem persekolah disederhanakan maka ada sekolah SMA dan SMK (untuk sekolah
Vokasional/kejuruan). Entah bagaimana kebijakan yang dilakukan maka sekolah SMA telah
menjadi begitu populer dan begitu banyak masyarakat yang mengirim anak-anak mereka ke
sekolah SMK.
Barangkali hal itu akibat di negeri ini terlalu menjamur sekolah SMA, tiap kecamatan
selalu ada SMA, sementara untuk SMK mungkin hanya dihitung per kabupaten. Sebaliknya
kalau di negara negara maju di Eropa, Asia dan Amerika yang banyak betebaran adalah sekolah
kejuruan. Maka sekolah vokasional, teknik dan bisnis sangat memperoleh apresiasi dalam
masyarakat. Kemudian bagaimana dengan pendidikan untuk orang dewasa kalau di negara maju
banyak orang dewasa yang mendaftarkan diri pada adult education.
Metode pengajaran di negara maju berkarakter child centered, continous progress, team
teaching, discovery method, open plan school. Metode pengajaran yang yang popular di
Indonesia adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), namun sering diplesetkan menjadi Catat
buku sampai habis. Plesetan ini terjadi karena memang demikianlah kenyataan suasana
mengajar pada sekolah sekolah yang jarang terpantau oleh team penilai. Atau kalau pun banyak
guru yang sudah mengetahui tentang teknik-teknik pengajaran maka lagi-lagi teknik mengajar
konvensional lebih terasa manis bagi mereka.
Kalau demikian kita masih mempunyai banyak pekerjaan rumah untuk membenahi
kesemrawutan pendidikan di bumi Indonesia ini. Yang kita perlukan untuk maju dan memajukan
pendidikan kita adalah tekad dan keseriusan kita sepanjang waktu.

Indonesia singapura
pendidik hanya mengacu pada pendidik selalu mengembangkan
kurikulum yang ada tanpa ada inovasi baru dan muncullah
pengembangan kurikulum yang kurikulum yang terintegrasi,
terintegrasi. untuk sistem mengajar yang
berpusat pada siswa.
kalau di Indonesia, para pelajar Untuk memperoleh guru-guru
kurang terosebsi untuk menjadi yang bermutu maka pemerintah
guru, kecuali berlomba untuk mendorong lulusan sekolah
memperoleh pendidikan di menengah yang berbakat untuk
universitas bergengsi di Pulau memasuki lembaga pendidikan
Jawa. guru.
Metode pengajaran yang yang Metode pengajaran di negara
popular di Indonesia adalah CBSA maju berkarakter child
(Cara Belajar Siswa Aktif), namun centered, continous progress,
sering diplesetkan menjadi Catat team teaching, discovery
buku sampai habis. method, open plan school.
(Berpusat pada anak didik,
kemajuan terus menerus,
pengajaran tim, metode
penemuan, sekolah yang
terbuka.)

PENUTUP

Sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia yang diandalkan untuk meningkatkan


kualitas sumber daya manusia (SDM) ternyata belum sempurna. Masih banyak kelemahan yang
menjangkiti sistem pendidikan.
Oleh karena itu perubahan terhadap sistem pendidikan perlu untuk dilakukan. Perubahan
yang dilakukan harus memperhatikan berbagai elemen yang dapat membuat kebijakan tersebut
agar tidak gagal. Sistem pendidikan yang handal akan menyiapkan sumber daya manusia
Indonesia untuk menghadapi kompetisi global yang semakin hari semakin kompetitif. Setelah
mengalami sistem pendidikan di berbagai negara dan melihat sistem pendidikan di Indonesia,
ada sejumlah masalah yang dihadapi. Sistem pendidikan yang berlaku selama ini di Indonesia
ternyata tidak dapat menempa sumber daya manusia Indonesia yang memiliki potensi yang tidak
kalah dibanding dengan sumber daya manusia dari negara lain, termasuk negara maju sekalipun.
Potensi yang ada pada sumber daya manusia, tidak akan mempunyai arti yang signifikan
dan maksimal bila penempaan atas mereka melalui sistem pendidikan tidak dilakukan secara
benar.
Dapat kita simpulkan bahwa Perbandingan sistem pendidikan di Singapura dengan
Indonesia sepertinya bagai bumi dan langit. Departemen Pendidikan Singapura (Ministry of
Education) tampaknya lebih banyak bekerja dan memberi perhatian besar pada pengembangan
pendidikan ketimbang memanfaatkan pendidikan. Melalui peran generasi muda diharapkan ada
satu visi untuk melakukan pembenahan dan pengawalan terhadap sistem pendidikan Indonesia.

Daftar Pustaka

_________. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_vokasi. (diakses tanggal 24-03-2011)


_________. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia. (diakses tanggal 24-03-2011)
Sugiama, Gima A. 2008. http://www.polban.ac.id/index.php/component/content/article/41-info-
poli/93-belajar-dari-kemajuan-sbm-nyp-singapore. (diakses tanggal 24-03-2011)

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab II Tinjauan Pustaka
    Bab II Tinjauan Pustaka
    Dokumen32 halaman
    Bab II Tinjauan Pustaka
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Pak Halim Teknik Pengecoran Logam
    Pak Halim Teknik Pengecoran Logam
    Dokumen21 halaman
    Pak Halim Teknik Pengecoran Logam
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Mesin Bubut
    Mesin Bubut
    Dokumen23 halaman
    Mesin Bubut
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Kelompok III
    Kelompok III
    Dokumen14 halaman
    Kelompok III
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Pak Halim Teknik Pengecoran Logam
    Pak Halim Teknik Pengecoran Logam
    Dokumen21 halaman
    Pak Halim Teknik Pengecoran Logam
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen7 halaman
    Isi
    Hijrah
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen6 halaman
    Bab III
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Bab I, II, III, IV Dan V Daftar Pustaka - Edit
    Bab I, II, III, IV Dan V Daftar Pustaka - Edit
    Dokumen139 halaman
    Bab I, II, III, IV Dan V Daftar Pustaka - Edit
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen7 halaman
    Isi
    Hijrah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen25 halaman
    Bab I
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Material Dan Manufaktur
    Material Dan Manufaktur
    Dokumen24 halaman
    Material Dan Manufaktur
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Teknik Pengecoran Logam
    Teknik Pengecoran Logam
    Dokumen5 halaman
    Teknik Pengecoran Logam
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen25 halaman
    Bab I
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen25 halaman
    Bab I
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen19 halaman
    Bab Ii
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen19 halaman
    Bab Ii
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen35 halaman
    Bab Ii
    Septian Syah Purba
    Belum ada peringkat
  • Teknik Mesin
    Teknik Mesin
    Dokumen2 halaman
    Teknik Mesin
    fadli406@
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • 03 PPT Peminatan Peserta Didik
    03 PPT Peminatan Peserta Didik
    Dokumen56 halaman
    03 PPT Peminatan Peserta Didik
    boichan
    Belum ada peringkat
  • 8.analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Mahasiswa Pada Mata Kuliah Pengantar Akuntansi
    8.analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Mahasiswa Pada Mata Kuliah Pengantar Akuntansi
    Dokumen9 halaman
    8.analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Mahasiswa Pada Mata Kuliah Pengantar Akuntansi
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Mesin Bubut
    Mesin Bubut
    Dokumen23 halaman
    Mesin Bubut
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Teknik Las GTAW
    Teknik Las GTAW
    Dokumen152 halaman
    Teknik Las GTAW
    LatifIrfan
    Belum ada peringkat
  • 04 Filosofi Pend Kejuruan
    04 Filosofi Pend Kejuruan
    Dokumen10 halaman
    04 Filosofi Pend Kejuruan
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Kimia Mesin P 4 Ikatan K
    Kimia Mesin P 4 Ikatan K
    Dokumen37 halaman
    Kimia Mesin P 4 Ikatan K
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat
  • Mesin Bubut
    Mesin Bubut
    Dokumen23 halaman
    Mesin Bubut
    Andi Baso Achmad Syarif
    Belum ada peringkat