Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Bekerja pada lingkungan kelistrikan sangat rawan terhadap bahaya kebakaran,
baik karena listrik statis maupun karena listrik dinamis. Kebakaran listrik sebenarnya
tidak perlu terjadi jika syarat-syarat pemasangan dan keamanannya terpenuhi. Pada
sistem jaringan lama, untuk sampai pada pemakai dipergunakan sistem pengaman
bertingkat, sehingga kemungkinan kebakaran sebagai akibat timbulnya panas yang
berlebih sangat kecil. Kebakaran terjadi karena tindakan dari para pemakai daya listrik
sendiri yang tidak paham tentang bahaya listrik. Sebagai contoh, saat terjadi hubungan
singkat yang mengakibatkan sekering putus, kemudian kita menyambung kawat
sekering dengan kawat berdiameter lebih besar (tanpa memperhitungkan arus yang
lewat), sehingga arus yang lewat kawat menjadi lebih besar (tidak sesuai dengan
ketentuan keamanan). Hal ini menyebabkan panas yang berlebih pada penghantar
meleleh dan timbullah hubung singkat yang disertai dengan bunga api, bunga api inilah
yang sering menyebabkan terjadinya kebakaran. Kebakaran yang terjadi pada sistem
jaringan terjadi akibat dari bersinggungannya dua hantaran, kadang-kadang terjadi
ledakan ringan yang mengakibatkan putusnya ikatan penghantar. Disinilah banyak
terjadi kecelakaan karena sistem proteksi putus hantaran tidak berfungsi. Apabila terjadi
ledakan pada reaktornya, semata-mata karena sistem proteksi yang berada dalam tabung
reaktor bekerja. Hal ini terjadi bila batas beban lebih dilampaui atau terjadi hubung
singkat pada sistem (Widodo, 2005).
Asap adalah keseluruhan partikel yang melayang-layang baik kelihatan maupun
tidak kelihatan hasil dari suatu pembakaran. Dikarenakan asap bersifat naik ke atas,
umumnya pendeteksi asap dipasang di langit-langit, atau di dinding dekat langit- langit.
Pendeteksi asap secara umum jauh lebih cepat mendeteksi kebakaran dari pada
pendeteksi panas. Umumnya pendeteksi asap bekerja menggunakan prinsip Optical
Detection atau Ionization. Tetapi dapat juga digunakan secara bersamaan untuk
mempertinggi sensitifitasnya sebagai pendeteksi asap. Pendeteksi ini dapat beroperasi
sendiri, dihubungkan satu sama lainnya untuk membuat pendeteksi-pendeteksi di satu

1
2

area menyalakan alarm jika salah satu pendeteksi terpicu atau diintegrasikan ke Sistem
Alarm Kebakaran atau sistem pengamanan.
Dalam hal ini, penanganan kebakaran dini diperlukan agar api tidak membakar
semakin luas. Pada umumnya, unit pemadam kebakaran tiba dilokasi setelah kebakaran
semakin meluas, beberapa faktornya dikarenakan lokasi susah dijangkau, macet atau
jarak unit pemadam yang jauh dari lokasi kebakaran, maka dari itu diperlukan solusi
untuk mengatasinya yaitu dengan sistem yang dapat memberi peringatan terlebih dahulu
terhadap yang bersangkutan ketika terjadi kebakaran, sehingga kerugian yang
ditimbulkan dapat diminimalisir. Sistem tersebut berupa sistem kotrol alarm kebakaran
dengan Smoke Detector.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yang ingin dibahas
dalam makalah ini adalah
1. Apakah itu Smoke Detector?
2. Bagaimana prinsip kerja sistem kontrol pada sensor asap dalam mendeteksi
asap dengan baik jika terjadi kebakaran?

1. 3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah agar dapat
mengerti dan memahami tentang prinsip kerja sistem kotrol pada alarm kebakaran
dengan smoke detector untuk meminimalisir kebakaran sehingga dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

1. 4 Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat untuk agar penulis dan pembaca lebih mengenal tentang
prinsip kerja sistem kotrol alarm kebakaran dengan smoke detector untuk meminimalisir
kebakaran dan mengerti penggunaannya dalam sistem kontrol distribusi.

Anda mungkin juga menyukai