Anda di halaman 1dari 21

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pengumpulan Data Dasar

a. Data Subjektif

Pada langkah I Varney yaitu diperoleh identitas ibu berupa nama,

umur, riwayat obstetri dan data pemeriksaan. Pengumpulan data dasar

secara lengkap berupa data subjektif terhadap kasus ibu nifas dengan

infeksi luka jahitan post sectio caesarea dilakukan melalui anamnesa

ketika pasien masuk tanggal 22 April 2014 pada pukul 10.05 WIB.

Diperoleh data bahwa pasien bernama Ny.M berumur 37 tahun, dan

telah melahirkan anak ke-empatnya secara bedah sesar pada tanggal 11

April 2014. Ny. M datang dengan mengeluhkan badan panas, pusing,

nyeri pada luka jahitan, jahitan belum mengering dan berbau, oleh

karena hal tersebut pasien merasa cemas terhadap keadaan yang

sedang dialaminya.

Data riwayat obstetri menurut penuturan Ny.M yakni bahwa ia

memiliki riwayat persalinan dengan bedah sesar sebanyak dua kali,

spontan sekali dan persalinan yang ke-empatnya ini dengan bedah

sesar dikarenakan ketuban pecah dini (KPD) dan letak melintang.

Sebelum ini Ny.M tidak mengalami penyulit pada masa nifas dari

persalinan yang lalu.

51
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Ibu menuturkan bahwa ia dan keluarganya tidak memiliki riwayat

penyakit berat apapun seperti jantung, ginjal, asma/TBC, diabetes,

hepatitis, hipertensi, dsb.

ibu mengkonsumsi rutin obat/suplemen yang diberikan oleh bidan

atau dokter untuk masa nifas setelah ibu melahirkan

Terdapat perubahan pola makan ibu dalam beberapa hari terakhir

dikarenakan nafsu makan ibu menurun.

b. Data Objektif

Pengkajian terhadap data objektif didapat melalui pemeriksaan

fisik baik inspeksi maupun palpasi serta pemeriksaan penunjang pada

Ny. M.

Hasil pemeriksaan keadaan ibu secara umum yakni cukup, namun

masih sadar penuh (composmentis). Ibu mengalami demam yakni

suhunya 38,9 oC, mengalami perubahan denyut jantung menjadi lebih

cepat (takikardi) yaitu 96 denyut per menit (dpm), tekanan darah dan

respirasi masih dalam batas normal yakni masing-masing 120/80

mmHg dan 24 kali/menit. Dari pemeriksaan fisik secara

sistematis,semua dalam batas normal, terkecuali pada bagian abdomen

dimana ditemukan luka jahitan post sectio caesarea degan tanda-tanda

infeksi yaitu luka berwarna kemerahan, bengkak, luka belum kering,

terdapat nyeri tekan, terdapat pus dan terjadi dehisensi sebesar kurang

lebih 1 cm di dua tempat, perut ibu kembung, TFU pada pertengahan


perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

pusat dengan symphis . Sementara pengeluaran pervaginam berupa

lochea serosa 25 cc dan masih dalam ambang batas normal.

c. Data Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk pengumpulan data

dasar dlam penegakkan diagnosa adalah pemeriksaan laboratorium

meliputi darah rutin, kimia klinik dan serologi. Hasil pemeriksaan

laboratorium tampak pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

No Jenis Hasil Harga normal Satuan


Rutin
1 Hemoglobin 12,4 12,2-18,1 g/dl
2 Hematokrit 39 37,7-53,7 %
3 Leukosit 17,8 4,5-11,5 ribu/l
4 Trombosit 409 150-450 ribu/l
5 Eritrosit 4,9 4,04-6,13 juta/l
6 Golongan darah B - -
Kimia Klinik
7 Gula darah 165 <200 mg/dl
sewaktu
8 SGOT 16 0-35 /l
9 SGPT 10 0-45 /l
10 Kreatinin 0,4 0,6-1,1 mg/dl
11 Ureum 19 <50 mg/dl
Serologi
12 HbsAg Negatif(-) Negatif -
Sumber : Data Rekam Medik RSUD dr.Moewardi, 2014

Hasil menunjukkan bahwa kadar Hb Ny.M masih dalam batas

normal, sementara terjadi peningkatan pada angka leukosit yang

mencapai 17,8 ribu/l, dimana angka tersebut terbilang cukup tinggi

di atas nilai rujukan.


perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

2. Interpretasi Data Dasar

a. Diagnosa Kebidanan

Dasar :

Data Subyektif :

1) Ibu mengatakan berusia 37 tahun, telah melahirkan 4 kali dan

belum pernah keguguran.

2) Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang ke-empat secara

sesar pada tanggal 11 April pukul 09.10 WIB.

3) Ibu mengatakan merasa panas, pusing, nyeri pada bekas luka

operasi, jahitan belum kering dan bau.

4) Ibu mengatakan merasa cemas dengan kondisinya.

5) Ibu mengatakan nafsu makan menurun

Data Obyektif :

1) Keadaan umum : cukup Kesadaran : composmentis

2) Tanda-tanda vital

Suhu : 38,9 oC Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 96 kali/menit Pernapasan : 24 kali/menit

3) Abdomen

Palpasi : Perut kembung, kontaksi ada dan baik, TFU

pertengahan pusat dengan symphis.

Luka/jahitan : Warna kemerahan, bengkak, luka belum kering,

ada nyeri tekan, terdapat pus, dehisensi 1 cm di

dua tempat
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

4) Genitalia

Inspeksi : Ada pengeluaran pervaginam berupa lochea serosa

25 cc.

5) Pemeriksaan laboratorium

Gol.Darah : B/ Rh (+) HbsAg : Negatif (-)

Hemoglobin : 12,4 g/dl SGOT : 16 /l

Hematokrit : 39 % SGPT : 10 /l

Leukosit : 17,8 ribu/l Kreatinin : 0,4 mg/dl

Trombosit : 409 ribu/l GDS : 165 mg/dl

b. Masalah

1) Ibu merasa nyeri pada luka jahitan bekas operasi.

2) Ibu cemas akan keadaannya sekarang.

3) Ibu kurang intake/pemenuhan nutrisi

Dasar :

1) Ibu mengeluh merasa nyeri pada luka jahitan bekas operasi.

2) Ibu tampak cemas, berulang kali menanyakan keadaannya.

3) Ibu mengatakan bahwa nafsu makan menurun

c. Kebutuhan

1) Menginformasikan tentang rasa nyeri pada luka jahitan bekas

operasi.

2) Menginformasikan keadaan yang dialami kepada ibu dan keluarga.

3) Memotivasi ibu agar dapat bersikap lebih tenang.

4) Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan diit yang sesuai


perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

3. Identifikasi Diagnosa Potensial dan Antisipasi Penanganan

Diagnosa potensial : nekrosis jaringan, syok sepsis

Dasar : terdapat pus pada luka, terjadi dehisensi yang

mengakibatkan functiolaesa dan angka leukosit yang tinggi di atas nilai

rujukan.

Antisipasi penanganan : mengobservasi tanda-tanda vital, mengobservasi

keadaan luka, menganjurkan ibu untuk tirah baring (istirahat mengurangi

aktifitas berat), menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene

(kebersihan diri).

4. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi

untuk pemberian terapi medikamentosa (analgesik dan antibiotik) serta

rencana tindakan selanjutnya..

5. Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh

a. Infomasikan pada ibu dan keluarga tentang keadaannya.

b. Lakukan standar isolasi terhadap ibu.

c. Observasi keadaan umum dan vital sign ibu.

d. Observasi tinggi fundus uteri dan pengeluaran pervaginam ibu.

e. Anjurkan ibu istirahat dan mengurangi aktifitas berlebihan selama

perawatan

f. Ajari ibu teknik mobilisasi yang benar.

g. Motivasi ibu dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan tubuh ibu.
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

h. Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan diit tinggi

karbohidrat dan tinggi protein (TKTP)

i. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi dan

penanganan selanjutnya.

j. Dokumentasikan tindakan.

6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman

a. Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu bahwa ibu

mengalami dehisensi dan infeksi pada bekas luka operasi sesarnya

sehingga harus mendapatkan perawatan khusus.

b. Melakukan standar isolasi yakni menempatkan ibu pada ruang

perawatan khusus (HCU) agar meminimalisir kontaminasi.

c. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu meliputi tekanan

darah, nadi, respirasi, suhu minimal 6 jam sekali (tiap pukul 06.00,

12.00, 18.00, 24.00).

d. Mengobservasi tinggi fundus uteri dan pengeluaran pervaginam ibu

dengan cara inspeksi pada pembalut ibu.

e. Memotivasi ibu untuk beristirahat cukup dan mengurangi aktifitas

berlebihan selama perawatan agar keluhan nyeri luka jahitan pada ibu

sedikit berkurang dan ibu dapat lebih tenang.

f. Mengajarkan pada ibu teknik mobilisasi yang benar yakni secara

perlahan dan bertahap dengan posisi yang benar. Berganti posisi dengan

miring ke kanan atau kiri, kemudian posisi setengah duduk, ibu tidak

dianjurkan beristirahat dengan posisi duduk terlalu lama.


perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

g. Memotivasi ibu dan keluarga untuk selalu menjaga personal hygiene

(kebersihan tubuh) ibu, terutama daerah luka agar tetap terjaga dan

menghindari kontaminasi. Tidak dianjurkan menggaruk, memegang

maupun menekan daerah luka, menghindari percikan air atau terkena

benda asing pada area luka dan sekitarnya.

h. Menganjurkan ibu agar tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dengan

makan makanan yang bergizi maupun makanan yang telah disediakan

oleh rumah sakit, yakni tinggi karbohirat dan tinggi protein seperti telur,

daging, ikan, susu, tempe, tahu, dsb.

i. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi

untuk pemberian terapi dan penanganan selanjutnya yaitu :

1) Memberikan terapi medikamentosa :

a) Ciprofloxacin 400gr/8jam (flash/IV)

b) Gentamycin 80mg/12jam

c) Ketorolac 30mg/8jam

d) Methyl Prednisolone 25mg/12jam

e) Metronidazole 500mg/8jam

f) Paracetamol 1gr/8jam

g) Ranitidin 50mg/12jam

h) Infus RL (20 tpm)

2) Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kultur jaringan untuk

mengetahui bakteri penyebab infeksi


perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

3) Melakukan medikasi/perawatan luka tiap pagi dan sore dengan

larutan normal saline.

4) Memberitahu ibu dan keluarga mengenai diit yang tepat, yaitu tinggi

karbohidrat dan tinggi protein (TKTP).

j. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan/terapi yang

diberikan.

7. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 22 April 2014 pada pukul 12.00

terhadap penilaian atas keseluruhan asuhan yang telah dilaksanakan yakni:

a. Ibu dan keluarga telah mengetahui bahwa ibu mengalami infeksi pada luka

bekas operasi sesar sehingga harus mendapatkan perawatan khusus.

b. Ibu telah dipindah di ruang HCU untuk mendapatkan perawatan khusus

c. Hasil observasi keadaan umum dan vital sign ibu (terlampir).

d. Tinggi Fundus Uteri di pertengahan symphisis dan pusat, pengeluaran

pervaginam berupa lochea serosa sebanyak 20cc

e. Ibu bersedia beristirahat untuk mengurangi nyeri yang dikeluhkan.

f. Ibu bersedia untuk memperbaiki posisi dan bergerak miring, duduk secara

bertahap dengan perlahan dibantu oleh keluarga.

g. Ibu dan keluarga bersedia untuk selalu menjaga kebersihan tubuh ibu

terutama pada daerah luka bekas operasi.

h. Ibu bersedia untuk makan makanan yang disediakan oleh instalasi gizi

rumah sakit.
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

i. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi dan

penanganan selanjutnya telah dilakukan yaitu :

1) Pemberian terapi medikamentosa, yaitu:

a) Infus RL 20 tpm

b) Ciprofloxacin 400gr/8jam (flash/IV)

c) Gentamycin 80mg/12jam (IV)

d) Ketorolac 30mg/8jam (IV)

e) Methyl Prednisolone 25mg/12jam (IV)

f) Metronidazole 500mg/8jam (flash/IV)

g) Paracetamol 1gr/8jam (IV)

h) Ranitidin 50mg/12jam (IV)

2) Telah dilakukan pengambilan sampel guna pemeriksaan kultur

jaringan pada luka bekas operasi dan pus.

3) Medikasi/perawatan luka tiap pagi pukul 09.00 dan sore pukul 16.00

dengan larutan normal saline.

4) Ibu dan keluarga mengerti mengenai diit yang tepat untuk ibu selama

masa perawatan, yaitu tinggi karbohidrat dan tinggi protein (TKTP)

j. Tindakan yang telah dilakukan dan hasil pemeriksaan yang ditemukan

telah didokumentasikan dalam rekam medik pasien.

8. Catatan Perkembangan (SOAP)

Terdapat 3 pengkajian data perkembangan dimulai sejak perawatan

terhadap pasien tanggal 23 sampai 28 April 2014, dimana terjadi perubahan

atau perkembangan status kesehatan maupun keadaan pasien. Pengkajian


perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

follow up data perkembangan dalam bentuk SOAP (Subjektif, Objektif,

Assesment, Planning).

Pada tanggal 23 April 2014 pengkajian dimulai pada pukul 05.00

diperoleh data sebagai catatan perkembangan yang ke-1. Pasien mengeluh

bahwa masih merasa panas, masih nyeri pada bekas luka operasi, jahitan

belum kering dan mengatakan bahwa payudara tegang. Dari data objektif

diperoleh bahwa nadi ibu mendekati ke keadaan normal yaitu 88 dpm (denyut

per menit), namun suhu masih demam yakni 38,2 0C, pada daerah luka masih

kemerahan, namun bengkak berkurang, terdapat dehisensi 1cm di dua

tempat, luka belum kering, terdapat sedikit pus dan nyeri tekan. Assesment

yang ditegakkan yaitu Ny. M umur 37 tahun P 4A0 nifas hari ke-12 dengan

wound dehiscene dan infeksi luka jahitan post sectio cesarea. Perencanaan

dan penatalaksanaan merupakan lanjutan dari pemberian terapi/tindakan

seperti pada hari pertama pasien dirawat meliputi melakukan kolaborasi dokter

spesialis dalam pemberian terapi medikamentosa dan melakukan medikasi

pada luka serta menganjurkan mobilisasi dengan yakni berlatih miring ke

kanan-kiri dan setengah duduk, serta duduk dengan posisi bersandar namun

tidak dianjurkan terlalu lama. Ny. M dianjurkan memeras ASI untuk

mengurangi keluhan terkait bendungan ASI dan memberikan informasi cara

memeras ASI, cara menyimpan ASI yang telah diperas. Terdapat observasi

pemeriksaan kultur jaringan ditemukan isolat ESBL (+).

Pengkajian pada catatan perkembangan ke-2 adalah pada tanggal 25 April

2014 dimulai pada pukul 05.00, didapatkan data subjektif yaitu ibu
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

mengatakan bahwa sudah tidak demam, masih sedikit nyeri pada bekas luka

jahitan operasi, payudara masih tegang, dan sudah dapat berlatih duduk. Hasill

pemeriksaan pada Ny. M yakni keadaan umum mulai membaik, luka dehisensi

mulai mengecil dan mulai mengering. Sehingga assesment yang ditegakkan

yaitu Ny. M umur 37 tahun P4A0 nifas hari ke-14 dengan wound dehiscene

dan infeksi luka jahitan post sectio cesarea. Kemudian untuk perencanaan

dan penatalaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan ibu dan kolaborasi dengan

dr.Sp.OG seperti pada perawatan hari sebelumnya.. Perbedaan terdapat pada

pemberian terapi antibiotik dikarenakan pada pengkajian data yang lalu pada

pemeriksaan kultur jaringan ditemukan isolat ESBL (+) sehingga diperlukan

pertimbangan oleh dr.Sp.OG untuk penggantian pemberian terapi antibiotik

yaitu Meropenem 1gr/8jam secara IV.

Hari terakhir perawatan Ny.M di rumah sakit sebagai catatan

perkembangan ke-3 yakni pengkajian pada tanggal 28 April 2014 dimulai

pada pukul 05.00 yakni ibu mengatakan bahwa sudah merasa lebih baik, tidak

merasa panas, luka sudah tidak berbau dan terkadang merasa nyeri sedikit

pada bekas luka jahitan sudah dapat duduk dan berjalan tanpa khawatir rasa

nyeri pada luka bekas operasi. Pemeriksaan pada ibu dalam keadaan secara

umum baik, luka jahitan mengering, tidak ada pembengkakan, tidak ada pus,

dehisensi kecil (<0,5cm). Ditegakkan assesment yaitu Ny. M umur 37 tahun

P4A0 nifas hari ke-17 dengan riwayat infeksi luka jahitan post sectio cesarea.

Perencanaan dan pelaksanaan setiap hari dilakukan telah sesuai dengan advise

oleh dr.Sp.OG sehingga didapatkan hasil bahwa kondisi Ny.M membaik,


perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

tanda-tanda infeksi berkurang dan dehisensi mengecil, luka mengering dan

diijinkan pulang dengan anjuran kontrol 3 hari kemudian.

B. PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan studi kasus pada Ny. M umur 37 tahun P4A0

Nifas dengan infeksi luka jahitan post sectio cesarea di RSUD dr. Moewardi

Surakarta, penulis akan menjabarkkan bagaimana kesesuaian antara teori

dengan pelaksanaan asuhan kebidanan 7 langkah Varney dan data

perkembangan menggunakan SOAP.

Adapun pembahasan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan

penulis selama melaksanakan studi kasus antara lain:

1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

Data pada pengumpulan data dasar diperoleh dari anamnesa,

pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, observasi,

maupun data dari dokumen rekam medik pasien.

Masa nifas (puerperium) berlangsung sejak dari persalinan selesai

sampai masa alat reproduksi wanita pulih kembali seperti keadaan pra

hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu, dimana terjadi pengeluaran

lendir, sel-sel darah dan sisa-sisa plasenta (Saifuddin, 2007; Varney, 2007;

Sofian, 2011). Masa nifas post sectio caesarea berlangsung selama kurang

lebih 6 minggu, merupakan masa setelah partus secara sectio caesarea

yakni dengan prosedur pembedahan untuk melahirkan bayi melalui

sayatan/insisi pada dinding abdomen dan uterus (Cunningham, 2006;

Simkin, 2007). Dari hasil anamnesa ibu mengatakan baru saja melahirkan
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

anak ke-empatnya pada tanggal 11 April 2014 jam 09.10 WIB secara

bedah sesar. Ibu mengeluh bahwa merasa panas, pusing, nyeri pada bekas

luka, jahitan belum kering serta bau dan merasa cemas terhadap kondisi

yang dialaminya. Dari data objektif ditemukan perubahan pada vital sign

khususnya nadi dan suhu yang mengalami peningkatan, yakni nadi 96 dpm

dan suhu 38,9 oC, sementara pada pemeriksaan fisik di daerah luka jahitan

pada abdomen terdapat dehisensi dan tanda-tanda infeksi yaitu pus, warna

kemerahan, bengkak, luka basah. Pada pemeriksaan laboratorium

didapatkan angka leukosit melebihi ambang nilai rujukan yakni mencapai

17,8 ribu/l. Pemeriksaan penunjang lain yakni pengambilan sampel

berupa kultur jaringan dari luka jahitan dan ditemukan isolat ESBL

( positif.

Kumpulan data dasar yang diperoleh dalam kasus ini sesuai dengan

teori tentang infeksi pada luka jahitan post sectio caesarea yaitu pada

anamnesa didapatkan keluhan yang biasa dikemukakan oleh penderita

kasus infeksi luka jahitan post sectio caesarea adalah nyeri, abdomen

teraba agak membesar, sakit kepala, abdomen kembung (Hamanatiaj,

2008; Wiknjosastro, 2010). Sementara pada pemeriksaan objektif

ditemukan tanda gejala umum infeksi meliputi : takikardi, suhu badan

meningkat (demam) melebihi 380C, angka leukosit melebihi nilai rujukan,

dan ditemukan sebab-sebab ekstragenital (Cunningham, 2008; Saifuddin,

2009). Tanda gejala yang ditemukan pada luka jahitan post sectio caesarea

sesuai dengan gambaran klinis infeksi yakni daerah luka terasa panas
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

(calor) dan nyeri (dolor), terdapat warna kemerahan (rubor),

bengkak(tumor), terdapat cairan purulen (pus) (Manuaba, 2010;

Yudhityarasati 2007). Paparan tersebut menunjukkan bahwa pada

pengumpulan data dasar dalam kasus ini tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktek.

2. Interpretasi Data Dasar

Berdasarkan data yang diperoleh dalam kasus ini maka diagnosa

kebidanan yang dapat ditegakkan yakni Ny. M umur 37 tahun P4A0 nifas

hari ke-11 dengan wound dehiscence dan infeksi luka jahitan post sectio

caesarea. Diagnosa ditegakkan berdasar pengumpulan data subjektif,

objektif dan data dari pemeriksaan penunjang. Adanya keluhan Ny.M

seperti panas (demam) dan pada daerah luka jahitan bekas operasi seperti

nyeri dan bau, serta hasil pemeriksaan objektif mengarah pada tanda gejala

infeksi diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang

menunjukkan tingginya angka leukosit serta hasil pemeriksaan kultur

jaringan yang menunjukkan terjadi infeksi luka jahitan post sectio

caesarea pada kasus Ny.M.

Masalah yang muncul pada kasus Ny. M yaitu ibu merasa cemas

dengan keadaan yang dialami, serta keluhan payudara yang tegang

menunjukkan bahwa terjadi pembendungan ASI selama beberapa hari

selama masa perawatan. Berdasarkan masalah tersebut muncul kebutuhan

terhadap Ny.M yaitu pemberian informasi terkait keadaan yang dialami

ibu dan dukungan moril untuk mengurangi kecemasan, serta anjuran


perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

menyusui sesering mungkin serta melakukan perawatan payudara (Varney,

2007; Manuaba, 2010; Saifuddin, 2009; Sulistyawati, 2009). Selain hal

tersebut yang dibutuhkan ibu adalah , informasi tentang cara memeras dan

menyimpan ASI,

Interpretasi data dasar yang meliputi diagnosa, masalah yang

timbul serta kebutuhan ibu pada kasus Ny. M terdapat kesenjangan

dengan teori yaitu ibu hanya diberikan anjuran untuk memeras ASI dan

merawat payudara namun tidak dilakukan perawatan payudara (breast

care) pada Ny.M.

3. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Antisipasi

Penanganan

Perkiraan terhadap diagnosa potensial yang kemungkinan dapat terjadi

pada kasus Ny. M adalah syok sepsis dan nekrosis jaringan. Jahitan yang

terlalu tegang dapat menyebabkan dehisensi dan avaskularisasi sehingga

menyebabkan kematian jaringan. Syok sepsis pada masa nifas

dimungkinkan terjadi karena adanya penyebaran infeksi secara

berkelanjutan/perkontinuitatum, melalui pembuluh darah, melalui

pembuluh limfe, serta dapat pula terjadi penyebaran melalui bekas

implantasi plasenta (Manuaba, 2010). Dalam hal ini terdapat kesenjangan

pada penegakkan diagnosa potensial yakni ada beberapa diagnosa

potensial berdasar teori oleh Saifuddin (2007) yang tidak dikemukakan

pada kasus Ny.M seperti perdarahan pada luka operasi, ataupun

Postpartum Blues Syndrome yang berkaitan dengan psikologis ibu. Namun


perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

diagnosa potensial syok sepsis tidak terjadi pada Ny. M karena telah

dilakukan tindakan antisipasi dan diberikan perawatan yang tepat dan

efektif.

Antisipasi terhadap diagnosa potensial yang dilakukan oleh bidan

pada kasus Ny. M yaitu telah dilakukan observasi secara teratur terkait

keadaan umum, vital sign dan kondisi luka jahitan Ny.M, serta anjuran

untuk melakukan tirah baring dan menjaga kebersihan diri (personal

hygiene). Hal itu sesuai dengan antisipasi yang dilakukan bidan menurut

teori, yaitu menganjurkan ibu untuk melakukan tirah baring dan menjaga

kebersihan diri serta mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda

infeksi (Varney, 2007). Dalam antisipasi yang dilakukan sesuai dengan

diagnosa potensial yang dikemukakan, tidak didapati kesenjangan antara

teori dengan pelaksanaan di RSUD dr. Moewardi Surakarta.

4. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera.

Situasi pada kasus Ny. M mengindikasikan bahwa diperlukan

tindakan segera berupa kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan

ginekologi dalam untuk menentukan jenis pemberian terapi

medikamentosa berupa pemberian antibiotik, analgesik dan

penatalaksanaan lanjutan seperti medikasi (perawatan luka), pemenuhan

nutrisi/diit yang tepat dan pemeriksaan penunjang. Hal tersebut sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Saifuddin (2009) dan Varney (2007).

Sehingga dalam hal ini tidak didapatkan kesenjangan berarti pada teori dan

praktik penanganan pada kasus infeksi luka jahitan post sectio caesarea yang
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

membutuhkan intervensi/kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan

ginekologi.

5. Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh

Penetapan perencanaan asuhan kebidanan secara menyeluruh

dengan mempertimbangkan adanya tindakan antisipasi, kebutuhan,

intervensi/kolaborasi terhadap kasus Ny. M umur 37 tahun P4A0 nifas

dengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea yakni meliputi observasi

keadaan umum, vital sign, observasi pada daerah luka, tinggi fundus uteri

(TFU), pengeluaran pervaginam, intake cairan/makanan, memberikan

informasi terkait keadaan yang dialami ibu, pemberian terapi/tindakan

sesuai advise dr.Sp.OG (terapi medikamentosa: antibiotik, antipiretik,

analgesik, vitamin), pemenuhan nutrisi/diit yang sesuai, anjuran ambulasi

yang benar dan istirahat cukup, serta kolaborasi dengan bagian

laboratorium guna pemantauan kadar angka leukosit dan Hb.

Perencanaan tersebut telah sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh beberapa sumber yakni Sulistyawati (2009) terkait observasi secara

terus menerus pada vital sign, pemeriksaan laboratorium, pengeluaran per

vaginam, masalah pada payudara, intake cairan dan makanan, melibatkan

keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan alternatif penanganannya,

KB, serta memberikan dukungan mental dan spiritual pada pasien dan

keluarga. Pemberian antibiotika dan analgesia mengurangi gangguan rasa

nyeri (Saifuddin, 2006; Prawirohardjo, 2008). Perawatan luka dengan

memeriksa luka insisi (Cunningham, 2008). Pendidikan kesehatan


perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

mengenai gizi/pemenuhan nutrisi/diit, higienis, istirahat, ambulasi,

perawatan bayi (terutama pemberian ASI) dan tanda bahaya (Sulistyawati,

2009; Cunningham, 2013). Sementara teori menurut Wiknjosastro (2007)

bahwa diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis obstetri ginekologi

untuk pemberian terapi maupun tindakan operatif apabila diperlukan, serta

Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan dan pemantauan

kadar angka leukosit dan Hb.

Dalam perencanaan asuhan yang menyeluruh, terdapat beberapa

perencanaan asuhan kebidanan masa nifas pada umumnya sesuai teori

yang belum diberikan meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang

KB yang dipilih ibu, tanda bahaya, hubungan seksual, senam nifas dan

perawatan bayi sehari-hari (Sulistyawati, 2009). Sehingga hal tersebut

menjadi kesenjangan antara teori yang ada dengan penetapan perencanaan

pada kasus ini.

6. Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien Dan Aman

Implementasi atau pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus ibu

nifas Ny.M dengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea sesuai dengan

perencanaan. Pelaksanaan asuhan kebidanan antara lain dengan

mengobservasi keadaan umum dan vital sign tiap minimal 6 jam,

pengeluaran per vaginam, tinggi fundus uteri (TFU) ibu tiap 24 jam untuk

memastikan bahwa kondisi ibu tidak memburuk dan memastikan bahwa

involusi berjalan normal, melakukan observasi pada daerah luka serta

memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu mengalami infeksi luka jahitan
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

post sectio caesarea.Melakukan standarisasi isolasi agar ibu mendapatkan

perawatan khusus. Memberikan ibu dukungan moril dan menganjurkan

pada ibu beristirahat yang cukup agar mengurangi kecemasan. Setelah itu

memotivasi ibu untuk melakukan mobilisasi secara benar, perlahan dan

bertahap. Kemudian menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

sesuai dengan kebutuhan/diit yang tepat. Selanjutnya tetap melakukan

kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi untuk

pemberian terapi dan penanganan berupa : pemberian infus RL seling

dengan NaCl sebanyak 20 tpm, pemberian triple drugs untuk kombinasi

antibiotik berupa Ciprofloxacin 400gr/8jam, Gentamycin 80mg/12jam,

Metronidazole 500mg/8jam, yang kemudian pada beberapa hari perawatan

digantikan dengan Meropenem 1gr/8jam, antipiretik dan analgesik berupa

paracetamol 1gr/8jam dan Ketorolac 30mg/8jam, antianemia berupa Sulfat

Ferosus 60 mg 1x1, dan juga Vitamin C 50 mg 2x1.

Tindakan implementasi ataupun realisasi dari perencanaan asuhan

kebidanan tersebut dapat dilakukan oleh bidan dalam tindakan mandiri,

kolaborasi dan pengawasan, pasien maupun anggota keluarga yang lain.

Dalam pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan di RSUD

dr. Moewardi Surakarta terdapat beberapa kesenjangan dengan teori yang

ada yaitu :

a. Penggunaan Meropenem perlu dipertimbangkan untuk pemberian

informasi pada ibu dan keluarga dikarenakan kemungkinannya

berpengaruh terhadap ekskresi pada ASI ibu karena belum jelas terkait
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

penelitian terhadap kekurangan dan pengaruhnya terhadap ekskresi

ASI ibu.

b. Pasien tidak diberikan yang belum diberikan pendidikan kesehatan

tentang KB yang dipilih ibu, tanda bahaya, hubungan seksual, senam

nifas, perawatan payudara (breastcare) dan perawatan bayi sehari-hari

(Sulistyawati, 2009).

7. Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi yag merupakan

penilaian keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sebagaimana telah

diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah.

Evaluasi merupakan tindakan yang diharapkan dari asuhan kebidanan

yang diberikan dalam kasus ibu nifas dengan infeksi luka jahitan post

sectio caesarea ini adalah berkurang morbiditas dan mortalitas dikarenakan

infeksi luka jahitan post sectio caesarea (Varney, 2009).

Setelah dilakukan asuhan pada Ny. M selama kurang lebih 7 hari di

RSUD dr. Moewardi Surakarta keadaan umum ibu telah membaik dan

tidak demam, keadaan luka mengering, dehisensi mengecil, tidak terdapat

pus, tidak terdapat oedema, nyeri berkurang, angka leukosit menurun, dan

ibu diijinkan pulang pada tanggal 28 April 2014 dengan dianjurkan kontrol

ulang untuk memeriksakankondisi pemulihan luka 3 hari kemudian pasca

dirawat yakni pada tanggal 1 Mei 2014 di poli obsgyn RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai