Oleh:
Adri Oktarizan
NIM: 1713201068
Pendahuluan
Pada tahun 1968, ketika asuransi kesehatan untuk pegawai negeri secara formal
pertama kali diluncurkan, Menteri Kesehatan Siwabessy waktu itu sudah menancapkan
cita-cita terselenggaranya sebuah asuransi kesehatan nasional (AKN) di Indonesia. Pada
saat ini, 36 tahun kemudian, cita-cita Menteri yang visioner tersebut belum terwujud.
Namun demikian, ada secercah sinar yang mulai tampak di ufuk timur Indonesia yaitu
bahwa sebuah RUU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah disampaikan Presiden
Megawati kepada Dewan Perwakilan Rakyat bulan Januari yang lalu. Dalam RUU SJSN
tersebut penekanan pada perluasan cakupan asuransi kesehatan tampak cukup menonjol.
Meskipun secara eksplisit kita tidak bisa menemukan kata ‘asuransi kesehatan nasional’
dalam RUU tersebut, tampak jelas bahwa ada nuansa perluasan jaminan kesehatan yang
nantinya ditujukan pada penyediaan jaminan kesehatan bagi semua penduduk. Sumber
pendanaan utama dari penjaminan kesehatan tersebut adalah melalui mekanisme asuransi
sosial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fondasi menuju asuransi kesehatan
nasional sudah mulai digambar dan dibahas oleh banyak pihak. Fondasi itu sendiri, belum
mulai dibangun karena RUU tersebut belum disetujui menjadi UU. Kita berharap RUU
tersebut dapat segera disetujui menjadi UU tanpa banyak perubahan dalam skema
jaminan kesehatan.
Mengapa begitu lama cita-cita mewujudkan asuransi kesehatan nasional tidak
terlaksana? Harus kita pahami bahwa untuk terselenggaranya sebuah sistem asuransi
kesehatan nasional, banyak faktor yang harus dipersiapkan atau diperlukan sebagai
prasyarat. Salah satu prasyarat penting adalah kemampuan keuangan negara, pemerintah
dan rakyatnya, yang harus cukup memadai untuk membiayai kesehatan. Yang kedua
adalah kesediaan fasilitas kesehatan yang cukup memadai jumlah dan kualitasnya. Yang
tidak kalah pentinyanya adalah tersedianya tenaga atau sumber daya manusia yang
1Ketua PAMJAKI dan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
3500
3000 Telaah Util
2500 Ekon&Ak
2000
1500
1000
500
0
2005 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
350
300 Info/Akt
250 A2K
200
150
100
50
0
2005 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
45,000
40,000
35,000 DrK
30,000 DrS
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0
2005 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Indonesia telah jauh ketinggalan dari negara tetangga seperti Filipina dan Muangtai
dalam cakupan asuransi kesehatannya. Upaya mewujudkan AKN terganjal pada masalah
ekonomi, fasilitas kesehatan, dan tenaga yang memadai.
Titik terang mulai tampak dalam kebijakan mempercepat terwujudnya jaminan
kesehatan untuk semua penduduk. Namun demikian, titik terang tersebut dapat menjadi gelap
atau membutakan kita jika tidak diantisipasi kebutuhan dan suplai tenaga yang dibutuhkan.
Tenaga yang dibutuhkan secara internal tampaknya tidak bisa dipenuhi dari pendidikan formal
maupun pendidikan profesi apabila percepatan produksi berjalan seperti sekarang. Kebutuhan
tenaga eksternal badan penyelenggara, khususnya tenaga di fasilitas kesehatan, akan jauh lebih
ketinggalan dari produksi yang ada sekarang, apabila kinerja produsen tenaga tersebut juga
masih seperti sekarang. Dibutuhkan upaya percepatan suplai atau produksi tenaga yang
memahami berbagai aspek asuransi kesehatan agar UU SJSN dapat diselenggarakan dengan baik
dan memuaskan pihak-pihak terkait.