Anda di halaman 1dari 2

Fakor penyebab terjadinya pelacuran

1. Kurangnya pengertian penduduk, pendidikan, dan buta huruf sehingga

menghalalkan pelacuran untuk menghindarkan diri dari kesulitan hidup dan


mendapatkan kemewahan dengan jalan singkat.
2. Adanya nafsu-nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian,
keroyalan seks, histeris dan hiperseks sehingga merasa tidak puas dengan relasi seks
dengan satu pria/suami.
3. Kompensasi terhadap perasaan-perasaan imferior. Jadi ada adjusment yang negatif
terutama terjadi pada masa puber dan adolesen.
4. Rasa ingin tahu gadis-gadis cilik dan anak- anak puber pada masalah seks yang
kemudian tercebur ke dalam dunia pelacuran oleh bujukan bandit-bandit seks.
5. Pada masa kanak-kanak pernah melakukan relasi seks atau suka melakukan hubungan
seks sebelum perkawinan sehingga ketagihan atau terbiasa melakukan banyak relasi
seks secara bebas.
6. Gadis-gadis dari daerah dengan lingkungan yang immoril yang sejak kecilnya selalu
melihat persenggamaan orang-orang dewasa secara kasar dan terbuka sehingga
terkondisionir mentalnya dengan tindakan-tindakan asusila.
7. Banyaknya stimulasi seksual dalam bentuk film-film biru, gambar-gambar porno,
bacaan cabul, gang-gang anak muda yang mempraktikkan relasi seks.
8. Aspirasi materi yang tinggi daripada wanita dan kesenangan, ketamakan terhadap
pakaian-pakaian yang indah dan perhiasan mewah, ingin hidup bermewah-mewah
tetapi malas bekerja.
9. Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga, broken home, ayah atau ibu
kawin lagi atau hidup bersama dengan partner lain, sehingga anak gadis merasa
sangat sengsara batinnya, tidak bahagia, memberontak lalu menghibur diri dengan
tetjun ke dunia pelacuran.
10. Anak-anak gadis dan wanita-wanita muda yang kecanduan narkotika dan minuman
dengan kadar alkohol tinggi, banyak yang menjadi pelacur untuk membeli obat-obat
tersebut dan lain-lain.
Penanganan terhadap tindakan pelacuran

1. Penyediaan lapangan kerja. Penyediaan lapangan pekerjaan berarti adanya kemudahan


masyarakat untuk pekerjaan yang layak dan mampu mencukupi kebutuhan diri dan
keluarga yang ada dalam tanggungannya. Negara memberi kemudahan permodalan
bagi yang membutuhkan dan tanpa bunga. Iklim usaha kondusif juga diperlukan.
Lain halnya dengan saat ini dimana lapangan kerja terbatas dan pemenuhan
kebutuhan diri dan keluarga menjadi masalah besar di tengah masyarakat. Perempuan
semestinya tidak menjadi pencari nafkah utama bagi keluarganya.
2. Pendidikan/edukasi yang sejalan. Pendidikan juga menanamkan nilai dasar tentang
benar dan salah serta standar-standar hidup yang boleh diambil dan tidak. Alasan
PSK yang kembali ke tempat prostitusi setelah mendapat pembinaan ketrampilan
karena lebih sulit mendapat uang dari hasil menjahit dibanding melacur tidak akan
terjadi bila ada penanaman kuat tentang standar benar dan salah.
3. Jalur sosial. Pembinaan masyarakat untuk membentuk keluarga yang harmonis
merupakan penyelesaian jalur sosial yang juga harus menjadi perhatian pemerintah.
Bila keluarga harmonis maka tidak banyak laki-laki yang membutuhkan untuk
mencari kesenangan ke tempat pelacuran atau ingin mendapat kasih sayang dengan
mengencani PSK.
4. Penegakan hukum/sanksi tegas kepada semua pelaku prostitusi/zina. Tidak hanya
mucikari atau germonya. PSK dan pemakai jasanya yang merupakan subyek dalam
lingkaran prostitusi harus dikenai sanksi tegas. Terlebih dalam Islam Hukuman di
dunia bagi orang yang berzina adalah dirajam (dilempari batu) jika ia pernah
menikah, atau dicambuk seratus kali jika ia belum pernah menikah lalu diasingkan
selama satu tahun. Jika di dunia ia tidak sempat mendapat hukuman tadi, maka di
akhirat ia disiksa di neraka.
5. Jalur politik. Penyelesaian prostitusi membutuhkan diterapkannya kebijakan yang
didasari syariat Islam. Harus dibuat undang-undang yang tegas mengatur keharaman
bisnis apapun yang terkait pelacuran. Tidak boleh dibiarkan bisnis berjalan berdasar
hukum permintaan dan penawaran belaka tanpa pijakan benar dan salah sesuai
syariat.

Anda mungkin juga menyukai