Anda di halaman 1dari 17

Tugas Anatomi Biomedik III

Sistem Indra

NAMA : RIZKA AMALIA

NIM : 70600116009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017
1. Benda asing di konjungtiva

Corpus alineum (benda asing) yang mengenai bagian konjungtiva pada mata, sehingga akan
menyebabkan reaksi infeksi serta timbul kerusakan konjungtiva.

2. Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah peradangan selaput yang meliputi bagian depan mata atau konjungtiva
yang menyebabkan mata berwarna kemerahan. Konjungtivitis di tamdai mata ber air, terasa
gatal dan terjadi akibat alergi.

3. Pteregium

Pteregium adalah pertembuhan-pertumbuhan abnormal yang terbentuk pada permukaan mata


yang berkembang pada konjungtiva atau selaput lendir yang menutupi bagian putih mata.

4. Pendarahan subkonjungtiva

Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rupturnya pembuluh darah dibawah


lapisan konjungtiva yaitu arteri konjungtivalis atau epsiklera yang terjadi secara spontan atau
akibat trauma.
5. Mata kering

Penyakit mata kering adalah kondisi mata yang mengalami kekurangan cairan akibat air mata
yang mudah menguap atau produksi air mata yang terlalu sedikit.Nama lain dari penyakit
mata kering adalah keratoconjunctivitis sicca atau sindrom mata.

6. Blefaritis

Blefaritis adalah peradangan pada tepi palpebrae yang menyebab kan bagian tersebut jadi
terlihat bengkak da merah. Kondisi ini umumnya mengenai kedua mata.biasanya salah satu
mata akan tampak lebih meradang di bandingkan mata yang satunya. Blefaritis bisa di alami
semua golongan usia,namun kondisi ini tidak menular.

7. Hordeolum

Bintitan atau timbilan dikenal dalam istilah medis sebagai hordeolum, yang merupakan
infeksi ringan pada kelenjar yang terletak di kelopak mata (palpebraae). Ciri infeksi adalah
benjolan merah pada kelopak mata (mirip) jerawat yang biasanya menimbulkan rasa sakit.

8. Chalazion

Kalazion adalah benjolan pada kelopak mata(palbebrae) atas atau bawah, tapi umumnya
terjadi pada kelopak mata bagian atas. Kondisi ini merupakan tidak berfungsinya kelenjar
meibom yang berada tepat di atas bulu mata.

9. Laserasi kelopak mata (palpebrae)


Laserasi palpebrae adalah terpotongnya jaringan pada palpebrae . Penyebabnya dapat berupa
sayatan benda tajam, laserasi pada palpebrae perlu ditangani segera agar fungsi dan kosmetik
kelopak dapat dipertahankan.

10. Entropion

Entropion adalah kondisi dimana pinggiran kelopak mata (palpebrae) melipat ke dalam mata.
Sebagai akibatnya, bulu mata terus menerus bergesekan dengan kornea (bagian depan
transparan mata) dan konjungtiva (membran yang melapisi mata), kadang merusak struktur
bagian tersebut. Pada umumnya entropion terjadi pada kelopak mata bagian bawah.

11. Trikiasis

Trikiasis merupakan kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke arah bola mata. Trikiasis
biasanya merupakan akibat adanya inflamasi atau sikatrik pada palpebra setelah operasi
palpebra, trauma, kalazion atau blefaritis berat.

12. Lagoftalmus

Lagophthalmos adalah suatu kondisi di mana kelopak mata (palpebrae) tidak dapat
sepenuhnya menutup.

13. Lagoftalmus

Epikantus adalah kelopak mata di daerah kulit yang menutupi sudut dalam pandangan mata.

14. Ptosis

Ptosis adalah turunnya palpebrae bagian atas. Kondisi ini dapat mempengaruhi satu atau
kedua mata. Ketika ujung kelopak mata atas turun, bagian atas daerah pandangan anda
mungkin menjadi terhalang.

15. Retraksi palpebrae (kelopak mata)

Retraksi kelopak patologik, yaitu elevasi kelopak mata atas sehingga meninggalkan putih
sklera di antara tepi kelopak mata atas dan limbus atas dari kornea. Retraksi dapat dijumpai
secara unilateral atau bilateral . Tanda Collier berupa retraksi bilateral yang bergandengan
dengan hilangnya kemampuan untuk melirikkan bola mata ke atas, reaksi pupil terhadap
cahaya yang hilang dan kelemahan untuk berkonvergensi. Retraksi bilateral merupakan
manifestasi proses patologik di bagian kaudal ventrikel ke-3, akwaduktus Sylvii dan bagian
rostral mesensefalon.

16. Xanthelasma

Xanthelasma adalah Kondisi dimana kolesterol menumpuk di bawah atau atas kelopak mata
(palpebrae)

17. Dakrioadenitis
Dakrioadenitis adalah keadaan dimana terjadi inflamasi atau radang pada kelenjar lakrimalis.
Kelenjar lakrimalis adalah kelenjar dimata yang mengeluarkan air mata.

18. Dakriosistitis

Dakriosistitis biasanya terjadi akibat penyumbatan pada duktus nasolakrimalis (saluran yang
mengalirkan air mata ke hidung).Infeksi menyebabkan nyeri di daerah sekitar kantong air
mata yang tampak merah dan membengkak.

19. Dakriostenosis

Dakriostenosis adalah penyumbatan duktus nasolakrimalis (saluran yang mengalirkan air


mata ke hidung)Dalam keadaan normal, air mata dari permukaan mata dialirkan ke dalam
hidung melalui duktus nasolakrimalis.Jika saluran ini tersumbat, air mata akan menumpuk
dan mengalir secara berlebihan ke pipi.

20. Laserasi ductus lakrimal

Laserasi dari sistem canalicular sering terjadi karena adanya trauma. Cedera pada bagian kanalikular
dari sistem drainase air mata dapat terjadi karena adanya cedera terisolasi atau sebagai salah satu
komponen dari cedera yang lebih luas. Termasuk beberapa laserasi tutup, patah tulang orbital, dan
cedera yang luas.

21. Skleritis

Skleritis adalah suatu peradangan pada lapisan mata yang lebih dalam, yaitu pada sklera,
yang terasa sangat nyeri dan menimbulkan warna keunguan pada sklera. Sklera merupakan
lapisan serat-serat putih yang kuat yang melapisi mata. Peradangan pada sklera dapat
menimbulkan gangguan penglihatan yang berat.

22. Episkleritis

Suatu peradangan pada episklera. Sklera terdiri dari serat-serat jaringan ikat yang membentuk
dinding putih mata yang kuat. Sklera dibungkus oleh episklera yang merupakan jaringan tipis
yang banyak mengandung pembuluh darah untuk memberi makan sklera.

23. Erosi

Terkikisnya kornea yang disebabkan karena adanya benda asing di dalam mata. Pada erosi
kornea, sel epitel yang melapisi kornea dapat hilang sebagian atau hilang total.

24. Benda asing di kornea

Cedera mata yang paling sering mengenai sklera, kornea dan konjungtiva disebabkan oleh
benda asing. Misalnya luka tembus pada kornea atau infeksi akibat sayatan maupun cakaran
pada kornea).

25. Luka bakar di kornea


Jika terkena panas atau bahan kimia yang kuat, kelopak mata akan segera menutup sebagai
reaksi reflex untuk melindungi mata dari luka bakar. Karena itu hanya kelopak mata yang
mungkin mengalami luka bakar, namun panas yang hebat dapat pula menyebabkan luka
bakar pada mata.

26. Keratitis

Keratitis diartikan sebagai peradangan pada kornea yang ditandai dengan adanya infiltrasi sel
radang dan edema kornea pada lapisan kornea manapun yang dapat bersifat akut atau kronis
yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain bakteri, jamur, virus atau karena alergi.

27. Keratokonjungtivitis sicca

Keratokonjungtivitis sicca adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan


konjungtiva yang diakibatkan oleh berkurangnya fungsi air mata.

28. Edema kornea

Ketika ada hidrasi yang berlebihan atau akumulasi cairan di bagian kornea, maka hal itu
menyebabkan pembengkakan kornea yang disebut sebagai edema kornea.

29. Keratokonus

Kornea normal berbentuk kubah. Terkadang, struktur kornea tidak cukup kuat untuk
menahan bentuk kubah tersebut sehingga kornea menonjol keluar seperti kerucut. Kondisi ini
disebut sebagai keratoconus. Ketika serat kolagen mata melemah, maka serat tidak dapat
menjaga bentuk kubah kornea dan menyebabkan kornea menjadi semakin mengerucut.

30. Xerophtalmia

Xerophthalmia berasal dari bahasal latin, berarti mata kering, karena terjadi kekeringan
pada selaput lendir (konjunctiva) dan selaput kering (kornea) mata. Xerophthalmia
merupakan penyakit mata yang diakibatkan oleh defisiensi (kekurangan) vitamin A.
Xerophthlmia adalah terjadinya gangguan Kekurangan Vitamin A (KVA), termasuk kelainan
anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang berakibat kebutaan.

31. Endoftalmitis

Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler, disertai dengan
terbentuknya abses di dalam badan kaca. Endoftalmitis merupakan gangguan inflamasi
intraokular serius yang mempengaruhi rongga vitreous yang berasal dari penyebaran eksogen
atau endogen organisme penginfeksi ke dalam mata.

32. Mikroftalmia

Mikroftalmia adalah gangguan perkembangan saat kedua atau salah satu mata menjadi
berukuran kecil. Selain berukuran kecil, biasanya mata memiliki anatomi yang juga tidak
normal. Penderita dapat mengalami kebutaan. Kondisi ini dapat berkolerasi dengan infeksi
yang mungkin terjadi saat hamil. Virus herpes simpleks, cytomegalovirus (CMV),
dan rubella dapat menjadi penyebabnya. Pada beberapa kasus, mikroftalmia terkait dengan
sindrom alkohol pada janin (fetal alcohol syndrome). Mikroftalmia juga dapat disebabkan
oleh kelainan kromosom.

33. Hifema

Hifema merupakan adanya akumulasi darah di bilik mata depan. Hal ini paling sering
disebabkan oleh trauma tumpul kepada mata yang menyebabkan robeknya iris atau badan
silier. Hifema dapat juga disebabkan oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi,
adanya kanker,atau kelainan vaskuler lain.

34. Hipopion

Hipopion merupakan salah satu komplikasi dari beberapa penyakit mata terutama yang
berhubungan dengan segmen anterior bola mata. Hipopion adalah komplikasi paling sering
dari ulkus kornea. Hipopion terbentuk karena reflek ganglion silier yang ikut terangsang
setelah terjadinya ulkus sehingga menyebabkan dikeluarkannya sel-sel radang yang
kemudian tertimbun dalam bilik mata depan.

35. Perdarahan vitreus

Perdarahan vitreus adalah ekstravasasi darah ke salah satu dari beberapa ruang potensial yang
terbentuk di dalam dan di sekitar korpus vitreus. Kondisi ini dapat diakibatkan langsung oleh
robekan retina atau neovaskularisasi retina, atau dapat berhubungan dengan perdarahan dari
pembuluh darah yang sudah ada sebelumnya. Ddapat pula terjadi akibat dari retinitis
proliferans, oklusi vena sentral, oklusi vena cabang, ablasio retina, kolaps posterior vitreus
akut tanpa harus ada robekan. Perdarahan tersebut terletak pada belakang gel vitreus atau
dengan sineretic kavitas.

36. Iridosisklitis, iritis

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid). Struktur yang
berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami
inflamasi.Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris
yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut
iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering.
Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis.

37. Tumor iris

Tumor dapat tumbuh di dalam dan di belakang iris. Meskipun banyak iris tumor kista atau
nevus sebuah, melanoma ganas dapat terjadi di daerah ini. Kebanyakan tumor iris berpigmen
tidak tumbuh.

38. Katarak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transportasi, perubahan pada serabut
halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa.
Perubaha kimia dan protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke retina.

39. Afakia kongenital

Afakia kongenital adalah suatu kelainan bawaan yang tidak memiliki lensa pada saat lahir.
Gejala klinis utama afakia kongenital adalah mikrophthalmos, bilik mata depan dalam, iris
tremulans, pupil jet black, test bayangan purkinje yang memperlihatkan 2 bayangan.
Penyebab afakia kongenital dapat ditemukan seperti kromosom anomali, gangguan
multifaktorial, agen lingkungan, dan etiologi yang bersifat idiopatik

40. Diskolasi lensa

Dislokasi lensa adalah keadaan dimana lensa kristalina bergeser atau berubah posisinya dari
kedudukan normalnya akibat rupturnya zonula zinii sebagai pemegangnya. Dislokasi lensa
dapat terjadi total (luksasi) ataupun sebagian (subluksasi) yang terjadi akibat proses trauma
pada mata, herediter (sindrom marfan, homosistinuria), ataupun komplikasi dari penyakit
lain. Dislokasi lensa dapat terjadi ke bilik depan, ke vitreus, subskleral, ruang interretina,
konjungtiva, dan ke subtenon.

41. Hipermetropia ringan

Rabun dekat adalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda
pada jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan bertambah, tidak lagi sebesar 25 cm
tapi mencapai jarak tertentu yang lebih jauh. Mata hipermetropi disebabkan oleh keadaan
fisik lensa mata yang terlalu pipih atau tidak dapat mencembung dengan optimal, oleh sebab
itu bayangan yang dibentuk lensa mata jatuh di belakang retina.

42. Miopia ringan

Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa
akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh
tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca,
ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran
yang difus dengan akibat bayangan yang kabur.

43. Astigmatisma Ringan

Astigmatisme adalah gangguan penglihatan yang diakibatkan cacat pada kelengkungan lensa
atau kornea yang berakibat pandangan terdistorsi atau kabur. Astigmatisme umumnya
muncul saat lahir, namun bisa juga disebabkan oleh cedera yang dialami oleh mata di
kemudian hari atau sebagai komplikasi dari operasi mata. Penyakit yang menyebabkan
berkurangnya ketajaman penglihatan dalam berbagai jangkauan jarak ini dapat dialami juga
oleh seseorang yang menderita rabun jauh (miopia) maupun rabun dekat (hipermetropi).

44. Presbiopia
Presbiopi adalah kondisi mata manusia yang kehilangan kemampuan secara bertahap untuk
fokus pada objek jarak dekat. Presbiopi juga merupakan salah satu hal yang akan dirasakan
manusia sebagai bagian dari proses penuaan tubuh secara alami. Seiring bertambahnya usia,
lensa mata mengeras dan kehilangan fleksibilitasnya. Lensa yang kaku dan mengeras ini
menyebabkan lensa tidak bisa fleksibel berubah bentuk untuk memfokuskan cahaya dari
benda yang berjarak dekat ke retina mata, sehingga benda terlihat tidak fokus.

45-46. Anisometropia pada dewasa dan anak

Anisometropia merupakan kelainan dimana kekuatan refraksi kedua mata berbeda. Pada
keadaan berat anisometropia tertentu otak tidak dapat melihat besarnya benda yang berbeda.
Perkembangan selanjutnya mata akan merasa senang melihat dengan satu mata dan
melakukan supresi pada mata lainnya. Anisometropia biasanya ditemukan pada anak-anak.
Pada orang dewasa, angka kejadiannya sangat kecil.

47. Ambliopia

Ambliopi atau Amblyopia (lazy eye) adalah pengurangan ketajaman visual pada mata yang
mengganggu perkembangan penglihatan selama masa bayi dan anak usia dini. Penurunan
fungsi penglihatan ini terjadi karena adanya kegagalan stimulasi penglihatan atau tidak cukup
kuatnya stimulasi yang ditransmisikan dari saraf optikus ke otak pada periode tertentu. Hal
ini dapat terjadi bahkan pada mata dengan struktur normal.

48. Diplopia binokuler

Penglihatan ganda adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh perubahan posisi mata
sehingga pasien akan melihat dua gambar dari satu objek yang saling berdekatan. Penglihatan
ganda dapat disebabkan oleh kelainan pada mata, penyakit pada bagian tubuh lainnya yang
juga berpengaruh pada mata, atau cedera kepala yang telah mengganggu kemampuan otak
untuk mengolah sinyal dari mata.

49. Buta Senja

Buta senja / rabun senja disebut juga nyctalopia atau hemarolopia adalah ketidakmampuan
untuk melihat dengan baik pada malam hari atau pada keadaan gelap. Kondisi ini lebih
merupakan gejala dari kelainan yang mendasari. Hal ini terjadi karena kelainan sel batang
retina untuk penglihatan gelap.

50. Skotoma

Terdiri atas 2 jenis, skotoma sentralis dan skotoma perifer. Skotoma Sentralisdisebabkan oleh
degenerasi makula atrofi, eksudatif (hemoragik) yang terkait usia, cedera makula, degenerasi
makula miopik, penyakit saraf optikus dan gangguan makula kongenital. Sedangkan skotoma
perifer disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan penurunan lapangan pandang
perifer,misalnya galukoma stadium akhir, retinitis pigmentosa, penyakit retina perifer lainnya
penyakit vascular serebral.

51. Hemianopsia, bitemporal, homonymous

Hemianopia bitemporalis disebabkan oleh terpotongnya chiasma opticum secara


sagital.kondisi ini paling seringterjadi sebagai akibat tumor glandula hypophysis yang
menekan chiasma opticum. Hemianopia homonym kontralateral Disebabkan karena
terputusnya traktus optikus atau radiation optica atau kerusakan korteks visual satusisi; lesi
dapat menimbulkan hemianopia yang sama pada kedua mata yaitu hemianopia homonym.

52. Gangguan lapang pandang

Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan
menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medan
penglihatan. Lesi pada nervus optikusakan menyebabkan hilangnya penglihatan monokular
atau disebut anopsia pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan
arteri centralis retina yang mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna
yang akan bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadiarteri centralis retina.
Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax.

53. Ablasio Retina

Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina. Sebagian
besar ablasio retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-robekan atau lubang-lubang
di retina, dikenal sebagai ablasio retina regmatogen (Rhegmatogenous Retinal Detachment).
Proses penuaan yang normal pun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat,
tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina adalah
menyusutnya korpus vitreum.. Bila korpus vitreum menyusut, ia dapat menarik sebagian
retina ditempatnya melekat, sehingga menimbulkan robekan atau lubang pada retina.

54. Perdarahan retina, oklusi pembuluh darah retina

Oklusi Vena Retina (RVO) adalah penyakit pembuluh darah vena retina menjadi menyempit
atau tersumbat. Ada dua tipe utama RVO. Oklusi Vena Retina (RVO) yang terjadi pada
pembuluh darah vena retina pada saraf optic disebut Oklusi Vena Retina Sentral (CRVO).
Sedangkan, penyumbatan pada cabang pembuluh darah vena retina disebut Oklusi Vena
Retina Cabang (BRVO). Oklusi Arteri Retina Sentral (CRAO) adalah penyumbatan
pembuluh darah arteri pada retina sentral/pusat yaitu pembuluh darah utama yang membawa
darah dan oksigen ke mata. Ketika aliran utama oksigen ke mata terhambat, kerusakan
permanen dapat terjadi. Ketika penyumbatan terjadi pada salah satu cabang arteri retina
sentral, kondisi ini disebut Oklusi Cabang Arteri Retina (BRAO).

55. Degenerasi makula karena usia

Degenerasi makular adalah hilangnya penglihatan sentral karena kerusakan macula, atau
bagian tengah retina. Degenerasi Makular Terkait Usia (Age-related Macular Degeneration -
AMD) adalah penyebab utama kebutaan pada usia 50 tahun keatas. AMD terjadi dalam
bentuk kering dan basah. Pada AMD kering, sel-sel sensitive cahaya pada macula
perlahan rusak, mengakibatkan penglihatan sentral pada mata yang bersangkutan memburam.
Pada bentuk basah, pertumbuhan abnormal pembuluh darah di mata menyebabkan resapan
darah dan zat protein kedalam sel sensitive cahaya (disebut photoreceptor) pada macula. Hal
ini mengakibatkan kerusakan pada macula dan juga kehilangan penglihatan.

56. Retinopati (diabetik, hipertensi, prematur)

Retinopati adalah kelainan pada retina yang tidak disebabkan oleh radang. Retinopati diabetik
merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada usia produktif di negara barat (20 65
tahun) Faktor resiko retinopati meliputi hiperglikemia kronik, hipertensi, hiperkolesterolemia,
merokok, dan nefropati. Retinopati hipertensi adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh
darah retina akibat tekanan darah tinggi.Penyebabnya adalah arteri yang besarnya tidak
teratur, eksudat pada retina, edema retina dan perdarahan retina. Retinopati prematuritas
adalah mengenai bayi prematur dan bayi berat lahir rendah yang terpapar oksigen konsentrasi
tinggi. Vaskularisasi retina baru terbentuk pada usia empat bulan setelah gestasi.
Vaskularisasi yang inkomplit ini sangat rentan terhadap kerusakan akibat oksigen.

57. Korioretinitis

Korioretinitis adalah suatu proses inflamasi yang terdapat pada traktus uvea pada mata yang
biasanya disebabkan oleh infeksi virus kongenital, bakteri, atau protozoa pada neonates.
Korioretinitis mempengaruhi traktus uvea, yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.

58. Optic disk cupping

Optic nerve head, yang juga dikenal sebagai disk optik, terdiri dari lingkaran neuroretinal
merah muda dan sebuah lengkungan optik pusat yang pucat. Lingkaran neuroretinal ini
terdiri dari serabut saraf yang berasal dari lapisan serat saraf retina, sedangkan lengkungan
optik adalah bagian dari optic nerve head yang tidak mengandung serabut saraf. Pada
glaukoma, terdapat serabut saraf yang hilang, dan karena itu lengkungan optik membesar dan
lingkaran neuroretinal menjadi lebih tipis, dan ini dikenal sebagai optic disk cupping
patologis atau glaukoma neuropati optik. Beberapa orang memiliki sebuah lengkungan optik
besar yang, tetapi dengan adanya lingkaran neuroretinal yang sehat, ini dikenal sebagai
cupping fisiologis

59. Papil Edema

Papil edema adalah pembengkakan disk optik yang dihasilkan dari peningkatan tekanan
intrakranial (ICP). Tingkat keparahan edema papil terkait dengan peningkatan ICP, tetapi
tidak berkorelasi langsung dengan tingkat ICP karena komunikasi tekanan CSF antara kanal
optik dan ruang intrakranial tergantung pada ruang terbuka CSF sekitar saraf optik, yang
lebarnya bervariasi dari satu pasien ke pasien lainnya. Peningkatan ICP dalam selubung saraf
optik menghasilkan stasis aliran axoplasmik dalam disc optik dengan pembengkakan akson.

60. Atrofi optik


Atrofi saraf optik merupakan penyakit mata yang terkait dengan melenyap dari serabut saraf
optik yang menghubungkan retina ke otak analyzer visual. Penyebab yang paling sering
adalah karena proses patologis retina (sirkulasi yang buruk, kemacetan, pembengkakan,
peradangan).Sering atrofi optik berkembang dalam sistem saraf pusat dari berbagai jenis
tumor dan cedera tengkorak.

61. Neuropati optik

Neuropati optik merupakan gangguan fungsional atau perubahan patologis pada nervus
optikus, kadang terbatas hanya pada lesi non-inflamatorik, berlawanan dengan neuritis.
Klasifikasi neuropati optic berdasarkan manifestasi klinik terdiri atas pola lapangan pandang,
neuropati optic anterior, neuropati optic posterior, dan atropi optic.

62. Neuritis optic

Optic neuritis adalah peradangan pada saraf optic. Optic neuritis diyakini berkembang ketika
sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang substansi (mielin) meliputi saraf optik.
Sehingga mengakibatkan peradangan dan kerusakan pada myelin. Di otak, impuls listrik akan
diubah menjadi informasi visual. Optic neuritis mengganggu proses tersebut dan
mempengaruhi visi. Namun, tidak pasti apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh dapat
menyerang myelin.

Glaukoma

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata seseorang demikian tinggi atau tidak
normal sehingga mengakibatkan kerusakan saraf optik dan mengakibatkan gangguan pada
sebagian/ seluruh lapangan pandang.

63. Glaukoma akut

Glaukoma akut/ glaukoma sudut tertutup primer adalah penyakit mata yang disebabkan
karena terjadi hambatan penyaluran keluar cairan akous sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intra okular mendadak dan dramatis. Hambatan penyaluran tersebut disebabkan oleh
iris bombe (iris menonjok kedepan) akibat akumulasi cairan akuos dibelakang iris.

64. Glaukoma kronik

Glaukoma sudut terbuka sering ditemukan pada lansia dan orang kulit hitam. Penyebab
glaukoma ini bersifat primer, yaitu proses degeneratif pada trabecular meshwork berupa
penebalan; akibat timbunan materi.

65. Tuli kongental


Tuli kongenital merupakan gangguan pendengaran yang timbul pada saat lahir. Terjadi akibat
adanya gangguan proses pembentukan organ dan sel rambut pada rumah siput (koklea).
Gangguan struktur anatomi telinga juga dapat menyebabkan terjadinya ketulian antara lain
aplasia koklea (rumah siput tidak terbentuk), displasia Mondini dan atresia liang telinga

Tuli perseptif (sensory neural hearing-loss)

Tuli sensorineural melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear.

Tuli konduktif

Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai
telinga dalam secara efektif. Ini disebabkan karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal
telinga luar, rantai tulang pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda,
dan tuba auditiva.

66. Inflamasi pada auricular Respon peradangan pada auricula akibat adanya invasi bahan
infeksi atau cedera

67. Herpes zoster pada telinga :

Infeksi virus pada telinga dalam, telinga tengah dan telinga luar. Disebut juga Sindrom
Ramsay Hunt (SRH) apabila disertai parese N.VII

68. Fistula pre-aurikular

Merupakan malformasi kongenital pada auricula berupa lubang atau cekungan kecil yang
terbuka pada daerah auricula.

69. Labirintis

Inflamasi pada telinga dalam. Penyebab labirinitis yang paling sering absorbsi produk bakteri
di telinga dan mastoid ke dalam labirin yang dapat menyebabkan disfungsi labirin.

70. Otitis eksterna

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat
terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang
telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal.

Otitis Media
71. Otitis media akut

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda
yang bersifat cepat dan singkat. Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah
ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad
pada membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani

72. Otitis media serosa

Keradangan non bacterial mukosa cavum tympani yang ditandai dengan terkumpulnya cairan
yang tidak purulent (serosa atau mukosa)

73. Otitis media kronik

Stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah
dan mastoid dan membran timpani tidak intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorea),
purulen yang hilang timbul.

74. Mastoiditis

segala proses peradangan pada sel-sel mastoid yang terletak pada tulang temporal

75. Maringitis bullosa (BM)

Miringitis bulosa merupakan suatu miringitis akut yang ditandai oleh adanya pembentukan
bulla (lesi menonjol melingkar) pada membran tympani.

76. Benda asing

Membran timpani dapat megalami perforasi langsung akibat tusukan benda tajam di dalam
telinga atau dengan ledakan (Alberti, 1999). Benda asing di telinga dapat berupa:

Benda mati atau benda hidup


Sering dimasukkan sendiri oleh penderita
Kadang kala menjadi satu problem serius
Serangga mungkin masuk secara tidak sengaja

77. Perforasi membran timpani

Perforasi atau hilangnya sebagian jaringan dari membran timpani yang menyebabkan
hilangnya sebagian atau seluruh fungsi dari membrane timpani. Membran timpani adalah
organ pada telinga yang berbentuk seperti diafragma, tembus pandang dan fleksibel sesuai
dengan fungsinya yang menghantarkan energy berupa suara dan dihantarkan melalui saraf
pendengaran berupa getaran dan impuls-impuls ke otak. Perforasi dapat disebabkan oleh
berbagai kejadian, seperti infeksi, trauma fisik atau pengobatan sebelumnya yang diberikan.

78. Otosklerosis

Otosklerosis adalah penyakit primer dari tulang-tulang pendengaran dan kapsul tulang
labirin. Otosklerosis adalah suatu penyakit pada tulang pada bagian telinga tengah
khususnya pada stapes yang disebabkan pembentukan baru tulang spongiosus dan sekitar
jendela ovalis sehingga dapat mengakibakan fiksasi pada stapes (Brunner&Sudarth,2001).

79. Timpanosklerosis

Timpanosklerosis merupakan suatu kondisi yang mana didapatkan hialinisasi dan kalsifikasi
pada membran timpani, telinga tengah atau keduanya dan jika meluas dapat mempengaruhi
pendengaran. Kelainan ini menunjukkan gambaran bercak-bercak putih tebal atau menjadi
putih dan tebal seluruhnya. Timponosklerosis ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Myringosclerosis, hanya mengenai membran timpani


Intratympanic tympanosclerosis, mengenai bagian telinga tengah lain.

80. Kolesteatoma

Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).Deskuamasi
terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. Kolesteatoma terdiri
dari epitel skuamosa yang terperangkap di dalam basis cranii yang terperangkap di dalam
tulang temporal, telinga tengah, atau tulang mastoid hanya dapat memperluas diri
dengan mengorbankan tulang yang mengelilinginya.

81. Presbiakusis

Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ
pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat,
dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari
selain proses menua secara umum.

82. Serumen prop

Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepasdan
partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga. Serumen yang menumpuk
dapat menyebabkan impaksi. Impaksi serumen terbentuk oleh karena gangguan dari
mekanisme pembersihan serumen atau produksi serumen yang berlebih.

83. Mabuk perjalanan

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung


pada input sensori dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptif lalu
diolah di SSP. Ketika terjadi gerakan yang tidak disengaja, akan terjadi konflik dari ketiga
input ini dan otak tidak bisa mengkordinasikan ketiga input yang konflik ini dengan baik.
84. Trauma akustik akut

Trauma akustik akut yaitu kerusakan organ pendengaran yang bersifat segera setelah terjadi
paparan energi suara yang berlebihan. Kerusakan telinga mengenai membran dapat
menyebabkan suatu rupture yang ketuliannya bersifat konduktif. Bila ledakan suara
lebih hebat dapat merusak koklea, ketuliannya bersifat sensorineural.

85. Trauma aurikular

Trauma auricular adalah cedera pada telinga luar, misalnya pukulan tumpul yang bisa
menyebabkan demam, edema, robekan di antara kartilago dan perikondrium. Akibat terkena
benda-benda tumpul maupun benda tajam mengakibatkan memar diantara kartilago dan
perikondrium sehingga terjadi penumbunan darah. Ini akan menyebabkan perubahan bentuk
telinga luar dan tampak massa berwarna ungu kemerahan. Darah yang tertimbun ini
(hematoma) bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga terjadi
perubahan bentuk telinga.

86. Deviasi septum hidung

Deviasi septum adalah suatu keadaan dimana ada pergeseran septum nasi dari garis tengah.
Deviasi septum ringan (1 atau 2 mm) tidak mengganggu, bila itu cukup berat, akan
menyebabkan obstruksi salah satu atau kedua sisi hidung. Ini dapat berakibat perubahan pola
aliran udara pada proses bernafas dan mengganggu fungsi organ pernapasan lainnya.

87. Furunkel pada hidung

Furunkel (bisul hidung) adalah infeksi dari kelenjar sebasea atau folikel rambut yang
melibatkan jaringan subkutan. Keterbatasan peradangan superaktif akut depan hidung atau
hidung folikel ujung rambut, kelenja sebasea. Dapat disebabkan oleh bakteri staphylococcus
aureus, menggali atau menarik hidung, kebiasaan mengorek-ngorek bagian dalam hidung,
hygiene personal yang kurang barik, dan daya tahan tubuh rendah (seperti diabetes) sehingga
rentan terhadap penyakit.

88. Rhinitis akut

Rhinitis akut adalah peradangan pada mukosa hidung yang berlangsung akut (<12 minggu).
Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, ataupun iritan. Radang sering ditemukan
karena manifestasi dari rhinitis simpleks (common cold), influenza, penyakit eksantem
(seperti morbili, variola, varicella, pertusis), penyakit spesifik, serta sekunder dari iritasi lokal
atau trauma.

89. Rhinitis vasomotor

Rinitis vasomotor adalah gangguan pada mukosa hidung yang ditandai dengan adanya edema
yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa hidung apabila terpapar oleh iritan
spesifik yang bersifat non-infektif dan non-alergi.

90. Rhinitis alergika


Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi
yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.

91. Rhinitis kronik

Rhinitis disebut kronik bila radang pada mukosa hidung berlangsung lebih dari 1 bulan.

92. Rhinitis medikamentosa

Rhinitis medikamentosa adalah kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor
sebagai akibat pemakaian vasokontriktor topikal dalam waktu lama dan berlebihan sehingga
menyebabkan sumbatan hidung yang menetap.

93. Sinusitis

Sinusitis adalah proses peradangan atau infeksi dari satu atau lebih pada membran mukosa
sinus paranasal dan terjadi obstruksi dari mekanisme drainase normal. Secara tradisional
terbagi dalam akut (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai 3
bulan), dan kronik. Sesuai dengan anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi sinusitis
maksila, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid.

94. Sinusitis frontal akut

Sinusitis frontalis adalah radang mukosa sinus frontalis dengan simptoms kurang dari 3
minggu. Sinusitis frontalis menyebabkan nyeri dahi atau sakit kepala.

95. Sinusitis maksilaris akut

Sinusitis maksilaris akut adalah radang mukosa sinus maksilaris dengan simptoms kurang
dari 3 minggu. Sinusitis maksilaris akut biasanya menyusul suatu infeksi saluran nafas atas
yang ringan. infeksi ini menyebabkan pus yang berbau busuk dan akibatnya timbul bau busuk
dari hidung.

96. Sinusitis kronik

Sinusitis kronis adalah suatu inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang dapat
ditegakkan berdasarkan riwayat gejala yang diderita sudah lebih dari 12 minggu.

97. Benda asing

Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang
dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Beberapa benda asing berupa benda mati
menyebabkan kongesti dan edema pada mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis,
jaringan granulasi, erosi, dan dapat berlanjut menjadi sinusitis.

98. Epistaksis
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau
nasofaring. Epistaksis terebagi atas 2 jenis, epistaksis anterior dimana perdarahan bersumber
dari pleksus Kiesselbach (little area), yaitu anastomosis dari beberapa pembuluh darah di
septum bagian anterior tepat di ujung postero superior vestibulum nasi.. Sedangkan epistaksis
posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior.

99. Etmoiditis akut

Ethmoiditis adalah infeksi dari sinus-sinus ethmoid, yang berbentuk seperti sarang lebah
terdiri dari sel-sel udara yang berkumpul antara kavum nasal dan orbita. Ethmoiditis sering
merupakan komplikasi dari infeksi saluran nafas atasseperti influenza.

100. Polip

Polip nasi adalah suatu proses inflamasi kronis pada mukosa hidung dan sinus paranasi yang
ditandai dengan adanya massa edematous pada rongga hidung. Polip nasi terdiri dari jaringan
ikat longgar, edema, sel-sel inflamasi dan beberapa kelenjar dan kapiler dan ditutupi dengan
berbagai jenis epitel, terutama epitel pernafasan pseudostratified dengan silia dan sel goblet.

101. Fistula dan kista brankial lateral dan medial

Kista adalah suatu kantong tetutup yang mempunyai membran yang berbeda dengan jaringan
disekitarnya. Sedangkan fistula adalah sambungan abnormal antara dua organ yang berongga
(diantara dua permukaan berepitel) seperti pembuluh darah, usus, atau organ berongga lain.
Kista celah brankial dilapisi oleh campuran epitel squamosal dan epitel respiratorius serta
dikelilingi oleh dinding jaringan limfoid, sehingga mungkin terjadi kekacauan histologi.

102. Higroma kistik

Higroma berarti tumor yang berisi air. Kista higroma adalah suatu lesi kistik yang berasal
dari massa dilatasi limfe sehingga secara patologi-anatomi lebih tepat disebut limfangioma
kistik dan biasanya ditemukan di daerah leher pada trigonum koli posterior tepat di atas
klavikula. Higroma merupakan kelainan kongenital pada sistem limfatik.

103. Tortikolis

Tortikolis (latin) berarti leher terputar, menggambarkan posisi abnormalitas leher. Tortikolis
terjadi karena trauma persalinan pada kepala letak sungsang. Bila dilakukan traksi pada
kepala untuk melahirkan anak, dapat terjadi cedera musculus sternocleidomastoideus yang
menimbulkan hematoma sehingga terjadi pemendekan otot akibat fibrosis.

104. Abses bezold

Abses bezold termasuk abses leher dalam yang merupakan komplikasi otitis media supuratif
yang jarang terjadi. Abses ini pertama kali ditemukan pda tahun 1881 oleh dr. Friedrich
Bezold, seorang dokter THT dari Jerman. Bezold mengemukakan bahwa mastoiditis supuratif
dapat menjadi abses di tiga tempat : postaurikuler, zigomatik, dan leher. Namun ditekankan
bahwa abses Bezold hanya ketika pembentukan abses melibatkan leher.

Anda mungkin juga menyukai