TINJAUAN PUSTAKA
Mekanisme koping adalah sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk
menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, luka, kehilangan, atau
ancaman (Siswanto, 2007). Mekanisme koping lebih mengarah pada yang orang
Jadi menurut Siswanto dan Lubis mekanisme koping adalah cara yang
terjadi, dan situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku.
7
8
tipe yaitu :
mengambil beberapa tindakan dan usaha segera untuk mengatasi ancaman pada
koping berfokus pada emosi tidak memperbaiki situasi tetapi seseorang sering
Ada berbagai hal yang dapat mempengaruhi koping individu, baik yang
datangnya dari individu itu sendiri maupun yang berasal dari luar individu atau
yang berasal dari lingkungannya. Nasir & Muhith (2011) mengatakan bahwa
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri meliputi :
9
a. Umur
rasa aman dan nyaman. Apabila manusia merasa kurang akrab dengan
menimpanya.
b. Jenis kelamin
menghadapi stres dan tekanan yang dialami. Salah satu faktor yang
emosi.
c. Pendidikan
sendiri yang dilakukan dengan penelitian yang lebih realistis dan efektif.
d. Agama
menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu
meliputi :
a. Dukungan sosial
b. Lingkungan
Selain itu, dukungan dari lingkungan terutama dukungan dari keluarga juga
c. Status Perkawinan
kriminalitas, sakit mental, dan minum yang mengandung alkohol. Hal ini
terjadai karena kontrol atas hidupnya tidak begitu kuat, mereka biasanya
secara tepat.
12
e. Penyakit.
mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.
1. Faktor organisasional
2. Faktor individual
inheren.
3. Faktor lingkungan
mekanisme untuk mengatasi perubahan yag dihadapi atau beban yang diterima
tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik
yaitu stres. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat
6. Bakat tertentu.
7. Kecerdasan
9. Hubungan interpersonal
Penentuan dari gaya seseorang atau ciri-ciri tertentu dari seseorang dalam
mendukung integritas ego. Berikut ini adalah macam gaya koping positif:
14
a. Problem Solving.
Masalah harus dihadapi dan dipecahkan, dan bukan dihindari atau ditekan di
masalah ini digunakan sebagai cara untuk menghindari tekanan atau beban
yang dihadapi. Untuk itu sebagai mahluk sosial, bila seseorang mempunyai
disimpan sendiri dalam pikirannya, namun carilah dukungan dari orang lain
Semakin banyak dukungan dari orang lain, maka semakin efektif upaya
penyelesaian masalahnya.
Manusia diharapkan mau menerima kenyataan ini sebagai sebuah ujian dan
menurunkan integritas ego, di mana penentuan cara koping akan merusak dan
yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengatasi
situasi tertekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindari masalah
pelarian diri di antaranya dengan beralih pada hal lain, seperti: makan,
masalah.
dihadapi dengan menyalahkan diri sendiri tanpa evaluasi diri yang optimal.
sehingga menekan kreativitas dan ide yang berdampak pada penarikan diri
mendalam. Hal ini terjadi karena dalam penentuan standar diri, diset atau
gangguan jiwa.
Stres merupakan respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap tuntutan.
Stres terjadi apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi
orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang mengakibatkan tubuh akan
berespon tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat
mengalami stres. Sebaliknya apabila seseorang yang dengan beban tugas yang
berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik,
maka orang tersebut tidak mengalami stres. Stres juga dapat merespon apa yang
terjadi pada stresor yang dianggap positif karena adanya interaksi antara individu
Ada beberapa pandangan menurut para ahli dalam mendefinisikan teori stres
dimana semakin tinggi besar tekanan yang dialami seseorang, maka semakin
besar pula stres yang dialami. Pandangan ini didasari hukum elastisitas Hooke
yang menjelaskan semakin berat beban satu logam, maka semakin besar pula
stres yang dialami. Melalui pandangan ini maka dianalogikan pada manusia
apabila semakin besar tekanan yang dialami, makin besar pula stres yang
dialaminya.
diterima, di mana ini sebagai akibat respon fisiologi dan emosional atau juga
sebagai respon yang nonspesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan yang ada.
ini dapat diukur situasi yang potensial mengandung stres dengan mengukur
1. Eustres
Eustres adalah stres positif yang terjadi ketika tingkatan stres cukup
tinggi untuk memotivasi agar bertindak untuk mencapai sesuatu. Eustres adalah
2. Distres
Distres adalah stres negatif yang terjadi ketika tingkatan stres terlalu
tinggi atau terlalu rendah dan tubuh mulai menanggapi stresor degan negatif.
Distres dilain pihak merupakan stres yang mengganggu kesehatan dan sering
memenuhi tuntutan.
Menurut Selye (1976) dalam Potter & Perry (2005) stres yang dialami
stressor eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya :
konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan modern atau suatu
keadaan emosi seperti keadaan bersalah dan perasaan rendah hati (self
semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan teknis dan
19
arti semakin bijaksana, mampu berfikir secara rasional, mengendalikan emosi dan
bettoleransi terhadap orang lain. Sedangkan menurut Stuart dan Laraia (2005)
dalam mekanisme koping. Sedangkan Stessor eskternal berasal dari luar diri
individu harus beradaptasi dengan stressor yang terjadi pada dirinya dalam rangka
bertahan hidup terhadap stressor yang datang dari internal dan eksternal.
kompleks. Menurut Agolla dan Ongori (2009) mengemukan bahwa sumber stres
yang padat dan tidak jelas, serta kecemasan tidak mendapatkan pekerjaan setelah
lulus.
Patel (1996) di kutip dalam Nasir & Muhith (2011), stresor dapat berasal dari
berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga
20
muncul pada situasi kerja, di rumah, dalam kehidupan sosial dan lingkungan luar
lainnya.
sebagai penyebab timbulnya stres. Stres tidak terlepas darimana datangnya dan
apa saja sumbernya. Sumber stres atau yang disebut stresor adalah suatu keadaan,
situasi objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Stres yang berasal dari
dalam diri disebut internal sources dan yang berasal dari luar disebut eksternal
Menurut Seyle (1974) dalam Craven (2003), seseorang dapat melihat stresor
sebagai sesuatu yang positif atau negatif. Stresor positif dapat berupa kejadian
atau peristiwa yang menyenangkan atau dikenal dengan Eustress. Memasuki dunia
memasuki dunia klinik itu adalah suatu hal yang menyenangkan karena dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari. Namun sebaliknya hal ini dapat
kesulitan dalam beradaptasi di lingkungan yang baru. Stresor negatif disebut juga
dengan Distress, yaitu peristiwa yang tidak diinginkan. Stresor positif dan negatif
Menurut Davidson & Neale (1992) di kutip dalam Nasir & Muhith (2011),
Hal ini berkaitan dengan adanya konflik. Pendorong dan penarik konflik
yaitu:
2. Dalam keluarga
sedikit pekerjaan yang harus dilakukan, terlalu banyak tugas dan terlalu sedikit
ketika mengerjakan sesuatu, tidak menyukai rekan kerja, tidak cukup terampil
2. Keluarga
waktu, lokasi tempat tinggal yang tidak mendukung proses belajar, kekerasan
Merasa tidak cukup banyak teman, kurang bergaul dan bersosialisasi, dan
tidak memiliki teman dekat yang dapat dipercaya untuk berbagi perasaan dan
4. Karakter kepribadian
terancam, tidak mampu mengendalikan diri dengan baik, merasa tidak memiliki
kondisi fisik dan kejiwaan yang baik, kurang keseimbangan diri, cenderung
sensitif, pesimis, dan sulit termotivasi untuk melakukan sesuatu yang baru.
Menurut Hidayat (2008) ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi
1. Stres fisik
yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau
2. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun
asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa
kimia.
3. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau
parasit.
4. Stres fisiologik
Menurut Van Amberg (1979) dalam Hidayat (2008), ada beberapa tahapan
1. Tahap Pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya
2. Tahapan Kedua
Pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut,
adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah
setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung
atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya,
otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.
3. Tahap Ketiga
pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar tidak
teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola
tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar
4. Tahap Keempat
diketahui penyebabnya.
25
5. Tahap Kelima
Stres tahap ini ditandai adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak
semakin meningkat.
6. Tahap Keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan
perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin
Ada beberapa reaksi tubuh terhadap stres menurut beberapa ahli, antara
lain :
1. Aspek Biologis
dengan cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi bila arousal yang
(Koochaki, 2009).
26
(GAS) dan Local Adaption Syndrome (LAS). Respon LAS terbagi atas respon
refleks nyeri dan respon inflamasi. Respon refleks nyeri merupakan respon
adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Respon
a. Alarm Reaction
ini arousal yang terjadi pada tubuh organisme terhadap stresor. Tapi tubuh
b. Stage of Resistance
Arousal masih tinggi, tubuh masih terus bertahan untuk melawan dan
c. Stage of Exhaustion
2. Aspek Psikologis
a. Kognisi
dapat menimbulkan stres yang lebih parah terhadap stresor (Baum dalam
Koochaki, 2009).
b. Emosi
terhadap stres yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih,
dan rasa marah (Maslach, Schacter dan Singer, Scherer dalam Koochaki,
2009).
3. Perilaku Sosial
alam dapat membuat individu berperilaku lebih kooperatif, dalam situasi lain,
Koochaki, 2009). Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku
agresif (Donnerstein & Wilson dalam Koochaki, 2009). Stres juga dapat
28
Koochaki, 2009).
(2010) dalam Purwati (2012) indikator stres merupakan ukuran kuantitatif dan
tidak langsung berdampak pula pada fisiologis. Terdapat beberapa indikator stress,
yaitu
1. Indikator fisiologis
Berupa kenaikan tekanan darah, tangan dan kaki dingin, postur tubuh yang
tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, suara yang bernada
tinggi, muntah, mual, diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan,
dan telapak tangan berkeringat. Indikator fisiologis secara umum dapat diamati.
2. Indikator emosional
mental, perasaan tidak adekuat, kehilangan harga diri, minat dan motivasi,
terhadap ansietas dan stres (Potter & Perry, 2005). Sehingga perempuan lebih
mudah diidentifikasi jika mengalami stres daripada laki-laki. Walker (2002) &
Goff.A.M. (2011) menemukan bahwa tingkat stres pada perempuan lebih tinggi
pngalaman, dan pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, tahap
1. Stres normal
Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah
takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras setelah
aktifitas (Crowford & Henry, 2003). Stres normal alamiah dan menjadi
2. Stres ringan
Stres ringan adalah stresor yang dihadapi secara teratur yang dapat
temperatur tidak pana dan tidak setelah beraktivitas, takut tanpa alasan yang
fisik, tremor pada tangan dan merasa sangat lega jika situasi berakhir
dengan jumlah yang banyak dalam waktu singkat dapat meningkatkan resiko
3. Stres sedang
Stres ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari,
atau pacar. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain mudah marah,
31
bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, sulit untuk tidur, merasa lelah
dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi ketika sedang
4. Stres berat
Stres berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa
minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan dosen atau teman
fisik jangka panjang. Makin sering dan lama situasi stres, makin tinggi resiko
stres yang ditimbulkan. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain
merasa tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat lagi untuk
melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang bisa diharapakan di masa
depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan minat akan sagala hal, merasa
Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa
bulan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang mengalami
stres sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah.
berat.
32
Mahasiswa tergolong usia remaja yaitu remaja akhir. Menurut Wongs &
Hockenberry (2007) usia remaja di bagi menjadi 3 fase, yaitu yaitu remaja awal
(11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-20
tahun). Pada tahap ini, remaja mengalami perubahan fisik, psikologis, dan
stres.
ini disebabkan karena tuntutan yang diberikan kepada remaja agar berperan
kemausiaan, dan keadaan sosial (Potter & Perry, 2005). Remaja mulai
untuk menarik lawan jenis, dan takut dengan teman sebaya (Wongs &
Dalam sistem KBK Proses pembelajaran sebagian besar dilewati melalui proses
kekuatan kelompok.
didefinisikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang sesuai dengan keahliannya
yang dikerjakan oleh orang yang sudah terlatih atau yang disiapkan untuk
hasil lokakarya nasional pada tahun 1983. dan didefinisikan sebagai suatu bentuk
Profesi keperawatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk
individu, keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Oleh karena itu sifat pendidikan
tertentu
keahlian khusus.
dilaksanakan melalui dua tahap yaitu tahap akademik dan tahap profesi. Proses
Lapangan (PBK dan PBL), yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di kelas (pada tahap
profesional (Ners). Dengan kata lain, peserta didik dengan perilaku awal sebagai
perilaku sebagai perawat profesional (Ners). Dalam fase ini mahasiswa mendapat