Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan (Sudjatmiko, 2009). Dalam
pengertian lain luka merupakan suatu gangguan atau kerusakan integritas atau fungsi
jaringan dalam tubuh (Suriadi,2007) yaitu rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal
akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu.

Proses penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dengan


melibatkan banyak sel dalam proses penyembuhan luka melalui beberapa fase meliputi
inflamasi,proliferasi,dan fase maturasi (Gitarja, 2014). Penyembuhan luka yang optimal
diperlukan teknik yang tepat dalam perawatan luka dan yang terpenting adalah
penggunaan bahan yang tepat dalam perawatan luka. Dalam perawatan luka hal ini sangat
penting karena apabila tidak tepat dapat mengakibatkan luka sulit dan memungkinkan
terjadinya infeksi (Suriadi, 2007).
Proses penyembuhan luka di Indonesia selama ini menggunakan obat obatan
herbal seperti madu,minyak zaitun, mahkota dewa, dan lain-lain. Obat obatan tersebut
diatas sudah pernah di teliti sebelum nya. Daun jarum tujuh bilah yang merupakan
tanaman berasal dari korea selatan yang mudah di dapati di Malaysia,Indonesia dan
Thailand sudah di gunakan oleh masyarakat cina di Malaysia untuk mengobati luka
bakar,kanker,dan darah tinggi.(Univesitas Putra Malaysia,2015). Namun seperti halnya
daun jarum tujuh bilah (Pereskia saecnarosa) belum pernah ada penelitian yang
menyatakan bahwa Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia saecnarosa) dapat digunakan
sebagai obat herbal yang dapat menyembuhkan luka khusus nya pada luka bakar Grade II
dangkal (superficial partial thickness burn) yang di sebabkan oleh api.
Luka bakar Grade II dangkal (superficial partial thickness burn) kerusakan
mengenai epidermis dan sebagian (sepertiga bagian superficial) dermis, dermal-
epiderma junction mengalami kerusakan sehingga terjadi epidermolisis yang diikuti
terbentuknya lepuh (bula, blister). Lepuh ini merupakan karakteristik luka bakar Grade II
dangkal. Bila epidermis terlepas (terkelupas), terlihat dasar luka berwarna kemerahan-
kadang pucat-edematus dan eksudatif maka memerlukan bahan yang tepat dalam
perawatan luka. Salah satu dressing alternatif adalah dengan penggunaan herbal yang
relatif murah dan mudah di dapat oleh masyarakat. Daun jarum tujuh bilah (pereskia
saecnarosa) yang kandungan Fitokimianya seperti Antioksidan, Fenolik, Alkaloid,
Flavonoid,Tanin,dan Steroid, diyakini mampu mempercepat penyembuhan luka bakar
Grade II dangkal (superficial partial thickness burn) yang kerusakannya mengenai
epidermis dan sebagian (sepertiga bagian superficial) dermis tersebut.
Berdasarkan BCCS Herbal Plants Collections (Pereskia sacharosa Griseb) dapat
digunakan untuk kanker yang masih stadium 1-2, kista, kanker kolon/usus besar, kanker
hidung, mulut/ gusi bermasalah, perut kembung, tenggorokan bermasalah, darah tinggi,
ambien, pasca operasi, ginjal, anti racun, infeksi, luka bakar dan reumatik.
Berdasarkan penelitian yang di lakukakn pihak Fakultas Perobatan dan Sains
Kesehatan, Universiti Putra Malaysia (UPM), daun jarum tujuh bilah menunjukkan
jumlah aktiviti antioksidan (total antioksidan activity) yang tinggi. Walaupun nilai jumlah
aktiviti antioksidannya tidak setinggi vitamin C (asid askorbik) dan vitamin E (alfa-
tokoferol), tetapi nilainya masih dianggap tinggi dan sesuai untuk dimakan sebagai ulam
bagi meningkatkan paras aktiviti antioksidan di dalam tubuh seseorang. Daun jarum tujuh
bilah ini juga mengandungi sebatian fenolik yang sederhana tinggi. Sebatian fenolik
memang telah diketahui menunjukkan aktiviti antioksidan di samping menghapuskan
radikal bebas.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Mat Jusoh Sity Asma, dkk. 2014.
Dalam judulnya Apoptosis Induksi di Sel Manusia leukemia dengan Ekstrak Kasar
Pereskia Sacharosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Table 1 Uji Standar
Prosedur untuk Screening fitokimia pendahuluan Didukung oleh FRIM :
Alkaloid sampel adalah partisi dengan kloroform yang diikuti oleh penambahan
kloroform amoniak. Campuran itu kemudian diobati dengan asam sulfat 10% dan diuji
dengan reagen Mayer '. Alkaloid diperoleh sebagai pembentukan endapan putih. Saponin
Ekstrak metanol sampel dicampur dengan air suling dalam tabung reaksi. Pembentukan
buih yang stabil selama minimal 15 menit menunjukkan adanya saponin. Flavonoid
Ekstrak kloroform sampel dilarutkan dalam eter dan terguncang dalam larutan amonia
10%. Pembentukan warna kuning pada lapisan amonia menunjukkan adanya flavonoid.
Tanin / polifenol senyawa ekstrak metanol sampel dicampur dengan 1% larutan klorida.
Formasi warna biru menunjukkan adanya tanninns terhidrolisa, sementara kecoklatan-
hijau menunjukkan bahwa tanin kental. Triterpines / Steroid Ekstrak kloroform dari
sampel diuji menggunakan Liebermann-Buchard reagen. Itu pembentukan warna
kemerahan menunjukkan adanya triterpines andgreenish warna untuk steroid.
Berdasarkan dari uraian diatas, maka peneliti ini tertarik untuk meneliti efektifitas
penyembuhan luka bakar Grade II dangkal (superficial partial thickness burn) pada tikus
putih (Rattus Norvegicus Strin Wistar) dengan menggunakan ekstrak Daun Jarum Tujuh
Bilah (Pereskia Saecnarosa).

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu
adakah keefektifan ekstrak Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia Saecnarosa) dalam proses
penyembuhan luka bakar Grade II dangkal pada tikus putih (Rattus Norvegicus Strin
Wistar).
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan Daun
Jarum Tujuh Bilah (Pereskia Saecnarosa) dalam proses penyembuhan luka bakar Grade
II dangkal pada tikus putih.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui kecepatan atau percepatan penyembuhan luka dan untuk
mengetahui peningkatan fibroblast pada proses penyembuhan luka bakar grade II dangkal
pada tikus putih dengan menggunakan Ekstrak Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia
Saecnarosa).

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Masyarakat

Sebagai obat alternatife bagi masyarakat dalam proses penyembuhan luka dengan
metode herbal menggunakan tanaman Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia Saecnarosa).

1.4.2. Bagi Pendidikan

Untuk pengembangan wawasan ilmu pengetahuan terkait proses penyembuhan


luka khususnya luka bakar Grade II dangkal dan upaya penyembuhan dengan
menggunakan ekstrak Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia Saecnarosa).

1.4.3. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman, pengetahuan, serta wawasan dalam praktek perawatan


luka bakar pada luka Grade II dangkal dan untuk menguji keefektifan Daun Jarum Tujuh
Bilah (Pereskia Saecnarosa) terhadap proses penyembuhan luka bakar Grade II dan
dapat memilih acuan pengobatan yang tepat dan efisien terhadap pasien.

1.4.4. Bagi Keilmuan

Dapat digunakan sebagai informasi dan refrensi dalam meningkatkan kualitas


perawatan luka bakar Grade II dangkal menggunakan ekstrak Daun Jarum Tujuh Bilah
(Pereskia Saecnarosa).

Anda mungkin juga menyukai