Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Belajar menunjuk pada seseorang sebagai subjek yang menerima
pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai pengajar. Belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Perubahan tidak
hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan
penyesuaian diri. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai
rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi
manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, karsa ranah kognitif, afektif
dan psikomotor (Sudjana: 3).

Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), fisika dipandang penting


untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan.
Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika
dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang
berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata
pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali
peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang
dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran fisika dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup
(Depdiknas: 3).

Wiyanto (2009) menilai, proses pembelajaran ilmu fisika yang berlangsung


di sekolah-sekolah hingga saat ini cenderung terjebak pada rutinitas. Rutinitas yang
dimaksud adalah guru memberi rumus, contoh soal, dan latihan-latihan soal yang
dikerjakan siswa, sehingga siswa akan cepat bosan. Berkaitan dengan keluhan
bahwa mempelajari fisika sangat sulit, ia mengatakan, mempelajari fisika memang
sulit, karena itu rasa kegemaran dan kecintaan siswa untuk mempelajari fisika harus
ditumbuhkan dengan menghindari rutinitas yang membosankan.

Hasil penelitian Arbaiah (2013) didapatkan persentase rata-rata


ketidaktuntasan kompetensi dasar pada ujian nasional fisika untuk siswa kelas XII
SMA Negeri se-Kota Pekanbaru Tahun Pelajaran 2009/2010 mencapai 51,29%.
Penyebab ketidaktuntasan hasil ujian nasional tersebut adalah masih adanya aspek
penunjang ketuntasan materi pelajaran yang belum terpenuhi atau belum
dilaksanakan dengan baik, seperti aspek siswa. Kurangnya persiapan siswa dalam
belajar dan terdapat siswa yang kurang menguasai konsep fisika menjadi factor
yang dapat berpengaruh terhadap kelancaran proses belajar mengajar.

Penelitian yang dilakukan di SMAN 2 Makassar juga menunjukkan hasil


belajar fisika masih membutuhkan perhatian dan perlakuan serius. Berdasarkan
data tersebut, rata-rata skor hasil belajar fisika untuk ujian akhir pada akhir semester
kedua tahun ajaran 2013-2014 adalah 55,1 pada tingkat kelas X (sepuluh). Artinya
skor rata-rata masih di bawah standar minimal untuk kriteria kelengkapan,
sedangkan kriteria kelengkapan yang ditentukan oleh sekolah adalah 70, terutama
untuk mata pelajaran fisika di SMAN 2 Makassar (Nadrah dan Ali: 1).

Samsulhadi (2011) melalui penelitiannya terhadap siswa SMA di


lingkungan kota Metro menyatakan kesulitan belajar peserta didik SMA dalam
mempelajari fisika dapat dikelompokkan menjadi: (1) kesulitan dalam
menyederhanakan konsep yang kompleks, (2) kesulitan dalam menangkap konsep
yang kabur, (3) menjelaskan konsep yang salah tafsir. Keadaan ini ironis mengingat
ilmu fisika adalah salah satu ilmu yang harus dikuasai bagi mereka yang ingin
kuliah di perguruan tinggi dalam bidang eksakta (bidang MIPA, kedokteran, teknik,
dan ilmu komputer).

Penggunaan strategi penilaian yang tepat dapat meningkatkan kualitas


pengajaran dan pembelajaran dalam pembelajaran fisika dan berdampak positif
terhadap persepsi guru dan peserta didik mengenai pelajaran fisika. Pentingnya
dukungan guru, melalui penyediaan informasi mengenai strategi penilaian dan
contoh strategi penilaian yang sejalan dengan konten tuntutan kurikulum yang ada
dapat meningkatkan praktik penguasaan konsep mereka, (Chronin dan Cosgrave:
1). Penelitian yang dilakukan oleh James, Griffin dan France (2005) dengan 46
siswa kelas 10 di dua kelas terpisah di sekolah yang sama, menunjukkan bahwa jika
guru lebih menekankan pada menyelaraskan alat penilaian dan evaluasi
pembelajaran, siswa sekolah menengah atas cenderung lebih meningkat dalam
pemahaman konsep dan materi fisika secara mendalam.

Proses penilaian yang diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah


masih terpaut pada penilaian sumatif dan belum bisa memaksimalkan penilaian
formatif. Prinsip penilaian formatif dapat diterapkan di tingkat sekolah dan
kebijakan, untuk mengidentifikasi area untuk perbaikan dan untuk mempromosikan
budaya evaluasi yang efektif dan konstruktif di seluruh sistem pendidikan.
Penggunaan penilaian formatif yang lebih konsisten di seluruh sistem pendidikan
dapat membantu pemangku kepentingan untuk mengatasi hambatan yang sangat
luas dalam praktiknya yang lebih luas di kelas. Gambaran ini menunjukkan
bagaimana penilaian formatif mendorong tujuan pembelajaran seumur hidup,
termasuk tingkat pencapaian siswa yang lebih tinggi, persamaan hasil siswa yang
lebih besar, dan peningkatan belajar untuk belajar keterampilan. Oleh karena itu,
peneliti ingin meneliti tentang ANALISIS PENGUASAAN KONSEP FISIKA
SISWA KELAS X SMAN 1 PURWOSARI PADA MATERI HUKUM NEWTON
BERBANTUAN FORMATIVE ASSESSMENT (PENILAIAN FORMATIF).

B. RUMUSAN MASALAH :
1. Bagaimanakah penguasaan konsep fisika siswa kelas X SMAN 1
PURWOSARI pada materi hukum Newton berbantuan Formative Assessment
(penilaian formatif) ?
2. Apakah penerapan formative assessment (penilaian formatif) dapat
meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa kelas X SMAN 1
PURWOSARI ?
C. RUMUSAN MASALAH :

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut

1. Untuk mengetahui penguasaan konsep fisika siswa setelah mengikuti


pembelajaran berbantuan penilaian formatif
2. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep fisika siswa setelah
mengikuti pembelajaran berbantuan penilaian formatif
D. MANFAAT PENELITIAN :

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memeberi manfaat antara lain :

1. Bagi guru fisika, dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas


pembelajaran dan peningkatan penguasaan konsep fisika siswa
2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai suatu referensi dalam melakukan
penelitian yang serupa dan pengembangan penelitian yang lebih lanjut
3. Bagi mahasiswa calon guru, penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi
untuk mempelajari pembelajaran yang inovatif dan juga membantu mahasiswa
dalam belajar tentang penerapan penelitian formatif

Anda mungkin juga menyukai