Anda di halaman 1dari 15

KUL IV

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KESEHATAN

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)(Lanjutan)


Pengertian Sistem Informasi Rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan
dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisa dan
penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk
kegiatan rumah sakit.
Berikut merupakan gambar struktur hirarki dari sebuah sistem informasi
rumah sakit yang terdiri dari input,proses,output serta balikan kontrol.

INPUT PROSES OUT PUT

1. PELAYANAN MEDIS KEGIATAN YANKES 1. SIM KLINIK


2. PELAYANAN DAN ADMINISTRASI 2. SIM ADMINSTRASI
PENUNJANG PADA SETIAP UNIT KEUANGAN DAN
3. PELAYANAN KERJA : LOGISTIK
ADMINISTRSI 3. SIM MANAJEMEN
4. PELAYANAN Kegiatan klinik RUMAH SAKIT
Kegiatan
KEUANGAN Dll.
penunjang
5. PELAYANAN SDM
Jegiatan
6. PELAYANAN administrasi
UMUM Kegiatan
manajemen

Gambar : Struktur Hirarki Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

2. Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit


Secara global sistem informasi rumah sakit terbagi atas :
1. Sistem Informasi Klinik
2. Sistem Informasi Administrasi

32
3. Sistem Informasi Manajemen
Masing- masing sistem bisa dilakukan secara sendiri-sendiri atau secara
bersamaan sebagai suatu kesatuan yang integral. Dibawah ini merupakan
uraian lebih lanjut mengenai sistem informasi rumah sakit.
1. Sistem Informasi Klinik
Merupakan sistem informasi yang secara langsung untuk membantu pasien
dalam hal pelayanan medis. Contoh :
a. Sistem Informasi di ICU
b. Sistem Informasi pada alat seperti CT Scan, USG tertentu.
c. Sistem Informasi Administratif
2. Merupakan sistem informasi yang membantu pelaksanaan administratif di
rumah sakit. Contoh :
a. Sistem Informasi Administratif
b. Sistem Informasi Biling System
c. Sistem Informasi Farmasi
d. Sistem Informasi Penggajian
3. Sistem Informasi Manajemen
Merupakan sistem Informasi yang membantu manajemen rumah sakit dalam
pengambilan keputusan. Contoh :
a. Sistem Informasi manajemen pelayanan
b. Sistem Informasi Keuangan
c. Sistem Informasi Pemasaran
Ketiga jenis sistem informasi diatas merupakan pembagian jenis sistem
informasi rumah sakit berdasarkan pemakaiannya dan apabila dikelompokan
akan membentuk beberapa kelompok lagi, yaitu :
1. Individual
Sistem hanya berjalan sendiri tanpa terkait dengan sistem yang lain. Contoh
a. Sistem Informasi Billing System
b. Sistem Penggajian

2. Modular

33
Beberapa sistem dikaitkan dalam satu kelompok, sehingga tidak berjalan
secara individu. Contoh :
a. Sistem Informasi Keuangan
b. Sistem Informasi Administrasi terkait dengan Billing System.

3.Terpadu
Semua sistem terkait dan berjalan secara bersamaan serta menjadi satu
kesatuan.

Fungsi SIRS
Berikut ini beberapa fungsi dari SIRS di bagian-bagian sub system yang
ada dalam system (rumah sakit), yaitu :
a. Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan
kesehatan.
b. Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
c. Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas tenaga
medis maupun tenaga administrative Rumah sakit.
d. Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.
e. Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana
yang ada di dalam rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis,
persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai lainnya.
d. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada
didalam rumah sakit tersebut,termasuk pengelolaan data untuk plan
jangka panjang,menengah,pendek,pengambilan keputusan dan untuk
layanan pihak luar.
Ke 6 subsistem tersebut diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam
modul-modul yang sifatnya lebih spesifik. Subsistem Layanan Kesehatan dapat
dijabarkan lebih lanjut menjadi :
1. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan
pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk

34
sampai keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama,
pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit
dalam, bedah, anak,obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata,
gigi dan mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum,
UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnose
dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan dalam rekam medis.
3. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien,
konsultasi dokter,hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
4. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan
seperti: ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy,
dan lain-lain.
5. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk
rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi,
rehab medik), baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak
ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien
(laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit
dan lain-lain.
6. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan
transaksi obat-obatan.

Manfaat Sistem Informasi rumah Sakit


Sistem informasi rumah sakit memiliki beberapa manfaat yang didapat
apabila sebuah rumah sakit menerapkanya dengan baik. Dibawah ini
merupakan contoh manfaat yang didapat apabila menggunakan sistem
informasi rumah sakit.
a. Pengendalian mutu pelayanan medis,
b. Pengendalian mutu dan penilaian produktivitas,
c. Analisa pemanfaatan dan perkiraan kebutuhan,
d. Perencanaan dan evaluasi program,
e. Menyederhanakan pelayanan,

35
f. Mengembangkan dan memperbaiki sistem yang telah ada sehingga
memberikan suatu nilai tambah bagi manajemen,
g. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam rangka pengelolaan
rumah sakit.

Konsep Dasar Pengembangan SIRS


Sistem informasi yang lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena
beberapa hal, yaitu :
a. Adanya permasalahan yang timbul pada sistem lama
b. Untuk memperoleh peluang
c. Adanya instruksi

Adapun dampak dari pengembangan SIRS adalah sebagai berikut :


a. Terjadi peningkatan kinerja para pegawai dalam organisasi,
b. Adanya peningkatan informasi yang dibutuhkan organisasi,
c. Meningkatnya efisiensi,
d. Meningkatnya pengendalian,
e. Meningkatnya operasional pelayanan.

Kriteria dan Kebijakan Pengembangan SIRS


Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah
bertumpu dalam 2 hal penting yaitu kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS
dan sasaran pengembangan SIRS tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang
umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai
berikut:
a. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan
Nasional dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat
waktu.
b. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus
informasi dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.

36
c. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses
perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai
tingkatan.
d. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-
guna terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit
yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan.
e. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan dan perkembangan dimasa datang.
f. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu
dengan biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan
hasil dan manfaat yang berarti (rate of return) dalam waktu yang relative
singkat.
g. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini
mungkin.
h. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan
masing-masing subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
i. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas,
bahkan bagi petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi computer
(user friendly).
j. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin
perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di
Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru.
k. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang
kuat terhadap perngembangan SIRS.

Sasaran Pengembangan SIRS


Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS
tersebut di atas, selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai
penjabaran Pengembangan SIRS, sebagai berikut :
1. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau
pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban

37
penggunaan dana (accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan
Rumah sakit.
2. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah
dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan terpadu.
3. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan
akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan
data yang bersifat dinamis.
4. Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan
menekan pemborosan.
5. Terjaminnya konsistensi data.
6. Orientasi ke masa depan.
7. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem
informasi yang telah ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat
terus dikembangkan dengan mempertimbangkan integrasinya sesuai
rancangan global SIRS.

Pengintegrasian SIRS
Pengintegrasian SIRS merupakan suatu hal yang penting dalam SIRS
yang baik.Secara manual integrasi dapat juga dicapai,misalnya dari data satu
bagian dibawa ke bagian yang lain dan oleh petugas administrasi data tersebut
digabung dengan data dari system lain.Berbagai system di RS dapat saling
berhubungan dengan system yang lain melalui berbagai cara yang sesuai
dengan kebutuhannya.Aliran informasi di antara system sangat bermanfaat bila
data dari suatu yang tersimpan dalam suatu system diperlukan juga oleh system
yang lainnya, atau output suatu system menjadi input bagi system lainnya.
Keuntungan utama dari integrasi system SIRS adalah membaiknya arus
informasi di dalam RS mengingat bahwa RS memilki berbagai unit yang
operasionalnya saling tergantung.Atau keuntungan itu merupakan sifatnya yang
mendorong manajer untuk mendistribusikannya/mengkomunikasikan informasi
yang dihasilkan oleh department/bagian/unitnya agar secara rutin mengalir ke
system lain yang dibutuhkan

38
SIM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)

Pendahuluan
Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan,
melaksanakan pembinaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu, untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu.
Pusekesmas ialah suatu kesatuan organisasi fungsioal yang lang
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu
wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha kesehatan pokok. (SKN tahun 1969).
Departemen Kesehatan RI. (1987), definisi Puskesmas: adalah sebagai
pusat pengembangan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan
membina kesehatan masyarakat, serta menyelenggarakan pelayanan
kesehatan ter depan, terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan
pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayahnya

Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan (yankes) tingkat pertama


mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu:
1. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Sebagai pusat penggerak pemberdayaan masyarakat dankeluarga, dan
3. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan tigkat pertama.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat mutlak
dan perlu , yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta
mempunyai nilai strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sejarah Perkembangan Puskesmas di Indonesia


Di Indonesia Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Puskesmas dilahirkan pada tahun 1968, melalui
Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta. Waktu itu yang di
bicarakan adalah upaya mengorganisasikan system pelayanan kesehatan di
tanah air. Karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu dirasakan

39
kurang menguntungkan , dan dari kegiatan kegiatan seperti BKIA, BP, P4M
dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan
. melalui rakerkesnas tersebut gagasan menyatukan pelayanan tingkat
pertama dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Pada waktu itu Puskesmas dibedakan
dalam 4 (empat) macam, yaitu:
1. Puskesmas tingkat Desa
2. Puskesmas Tingkat Kecamatan
3. Puskesmas Tingkat Kewedanaan
4. Puskesmas Tingkat Kabupaten

Selanjutnya pada Rakerkesnas II, pada tahun 1969, pembagian Puskesmas


dibagi menjadi 3 kategori, yaiyu:
1. Puskesmas tipe A, dipimpin oleh seorang dokter penuh
2. Puskesmas tipe B, dipimpin oleh dokter tidak penuh
3. Puskesmas tipe C, dipimpin oleh tenaga paramedic.
Perkembangan berikutnya, yaitu pada tahun 1970, juga melalui Rakerkesnas,
pembagian Puskesmas berdasar tiga kategori dirubah menjadi hanya satu
macam Puskesmas dengan wilayah kerja pada tingkat Kecamatan. Atau pada
suatu daerah dengan jumlah penduduk antara 30.000 sampai 50.000 ribu jiwq.
Konsep ini bertahan cukup lama dan berakhir pada periode Pelita II, yaitu pada
tahun 1979.
Sesuai dengan perkembangan dan kemampuan Pemerintah, maka
dikeluarkan Intruksi Presiden (Inpres) Kesehatan Nomor 5 tahun 1974,
dilanjutkan dengan Inpres Kesehatan No, 7 Tahun 1975, dan Inpres Kesehatan
no. 4 tahun 1976. Pemerintah dalam hal ini Departemen (Kementerian)
Kesehatan, berhasil mendirikan dan menempatkan tenaga dokter di semua
wilayah tingkat Kecamatan di seluruh peloksok anah air.Pada Repelita III,
konsep wilayah diperkecil yaitu mencakup suatu wilayah dengan penduduk
30.000 jiwa yang terdaapat pada tingkat Kelurahan atau desa.

40
Pusat koordinasi berada pada Puskesmas tingkat Kecamatan, yang juga
sebagai Puskesmas Pembina. Adapun sebutan Puskesmas yang berada di
tingkat Kelurahan atau Desa, disebut Puskesmas Kelurahan atau Puskesmas
Pembantu. Sejak itulah Puskesmas di bagi dalam 2 kategori, yaitu:
1. Puskesmas Kecamatan (Puskesmas Pembina) dan
2. Puskesmas Kelurahan (Puskesmas Pembantu).

Kegiatan Pokok Puskesmas


Puskesmas sebagi suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional,
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu. Pada sisi lain Puskesmas juga
sebagai pembina peran serta masyarakat dalam pembangunan di bidang
kesehatan.
Pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan melaui
Puskesmas didasarkan pada didirikannya Puskesmas sebagai pusat
pengembangan kesehatan (Centre for Health Development) di wilayah kerja
tertentu (biasanya pada tingkat Kecamatan). Upaya pengembangannya dapat
dlaksanakan melalui perluasan jangkaun wilayah sesuai dengan tingka
ke,majuan tranportasi, peningkatan mutu pelayanan dan keterapilan staf,
peningkatan rujukan, peningkatan manajemen organsasi, dan peningkatan
peran serta masyarakat.
Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara seara
menyeluruh (comprehensive health care service) kepada masyarakat di wilayah
kerjanya, Puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok ( basic health care
service). Sejak berdirinya Puskesmas (1968) hingga saat ini telah beberpa kali
mengalami kemajuan-kemajuan utamanya dalam bentuk usaha pokok
kesehatan. Berawal dari 7 butir usaha pokok, kemudan meningkat menjadi 12
usaha pokok, selanjutnya meningkat menjadi 13, dan saat telah meningkat
menjadi 18 usaha pokok kesehatan.
Berdasaran Buku Pedoman Kerja Puskesmas yang baru, dari 18
usaha pokok kesehatan, yaitu meliputi:

41
1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
2. Upaya KB
3. Upaya peningkatan gizi
4. Upaya kesling
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakt menular
6. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
7. Upaya penyuluhan kesehatan
8. Upaya kesehatan sekolah
9. Upaya kesehatan olah raga
10. Upayaperawatan kesehatan masyarakat
11. Upaya kesehatan kerja
12. Upayakesehatan gigi dan mulut
13. Upayakesehatan jiwa
14. Upaya kesehatan mata
15. Upaya laboratorium sederhana
16. Upaya pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi
Kesehatan
17. Upaya kesehatan usia lanjut
18. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Dalam pratiknya kegiatan pelayanan kesehatan masyarakan khususnya pada


Puskesmas Pembantu yaitu pada tingkat Kelurahan, umumnya pelayanan harus
ada sedikitnya 8 usaha pokok, seperti pelayanan:
1. Balai Pengobatan Umum
2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Melayanai imunisasi
4. Periksa hamil
5. Upaya keluarga berencana
6. Laboratorium sederhana
7. MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
8. Pelayanan apotik

42
Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas
Pengertian SIK di Puskesmas
Proses pengolahan data kesehatan menjadi informasi yang nantinya
akan digunakan untuk penyusunan program dan kegiatan.
Dalam upaya mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Provinsi,
Dinas Kesehatan Provinsi mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
Puskesmas yang berbasis Teknologi Informasi. Prototipe SIK yang
dikembangkan mengacu kepada kebutuhan informasi untuk pengelolaan klien
dan unit pelayanan di tingkat puskesmas, SP2TP, Indikator SPM dan Indikator
Indonesia Sehat 2010.
Dengan dikembangkannya Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas yang
dapat menyajikan informasi secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga
informasi yang disajikan puskesmas dapat dipakai untuk pengambilan
keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan berbagai jenis manajemen
kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem kesehatan sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada masyarakat.
Dengan demikian maka pelayanan kesehatan yang diberikan dapat lebih fokus
dan spesifik untuk suatu daerah. Hal ini akan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dari kerja puskesmas. Untuk itu perlu ditingkatkan kevalidan data yang
terdapat pada masukan input dimana hasil yang diinginkan nantinya dapat
terjamin kevalidannya sehingga keputusan yang diambil oleh para pengambil
keputusan dapat tepat pada sasaran.
Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
Puskesmas adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui
sistem informasi yang terintegrasi di semua unit pelayanan Puskesmas
sehingga dapat meningkatkan kecepatan proses pada pelayanan,
mempermudah akses data, pelaporan dan akurasi data sehingga menjadi lebih
baik.

Manfaat Pengembangan Sistem Informasi Puskesmas (SIK)


Puskesmas adalah dapat meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada

43
Masyarakat melalui penerapan Sistem informasi Kesehatan Puskesmas yang
terintegrasi dari semua unit pelayanan. Demikian pula dapat menyajikan
informasi secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang
disajikan puskesmas dapat dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai
tingkat sistem kesehatan dan berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk
manajemen pasien, unit dan sistem kesehatan sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada masyarakat.

Prototipe SIK Puskesmas terdiri dari 7 Sub Sistem yaitu :


Sub Sistem Kependudukan, yang berfungsi untuk mengelola data
kependudukan terdiri dari family folder, pencatatan mutasi lahir, mutasi
wafat dan mutasi pindah.
Sub Sistem Ketenagaan, yang berfungsi untuk mengelola data
ketenagaan. Data yang diolah adalah data pribadi, anak, riwayat
kepangkatan, riwayat jabatan, riwayat pendidikan, riwayat penjenjangan,
riwayat latihan teknis/fungsional, data riwayat penghargaan serta data
penugasan pegawai.
Sub Sistem Sarana dan Prasarana, yang berfungsi mengelola data
sarana dan prasarana, seperti peralatan medis, kendaraan, gedung,
tanah dan peralatan lainnya.
Sub Sistem keuangan, yang berfungsi untuk mengelola data keuangan
secara garis besar saja yaitu mencakup besar pembiayaan menurut
kegiatan dan sumber biaya.
Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data
pelayanan kesehatan, terdiri dari pelayanan dalam gedung yaitu sub
sistem rawat jalan yang meliputi pelayanan dasar (BP,GIGI,
KIA,Imunisasi, Laboratorium) dan pelayanan puskesmas keliling, rawat
inap, rekam medis dan manajemen obat. Pelayanan luar gedung meliputi
sub sistem KIA dan GIZI, Kesling dan TTU, Pemberantasan Penyakit
Menular, PKM, PSM, dan PERKESMAS.

44
Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan laporan-
laporan, meliputi laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan laporan
program.
Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang sistem
seperti: membuat backup dan restore data, data recovery, user list and
right assignment, user shortcut, short message over network.

45
PUSKESMAS DALAM STUKTUR DAN KERJA SAMA LINTAS SEKTOR

PUSAT KEMENTRIAN KEMENTRIAN


KESEHATAN RI. DALAM NEGERI

PROVINSI KEM.KES.DAERAH PEMDA TK I.


TINGKAT I

KABUPATEN/KOTA DIN. KESEHATAN PEMDA DT. II


DT II (KABUPATEN/KOTA)

(KABUPATEN/KOT
A)

KECAMATAN PUSKESMAS KECAMATAN

KELURAHAN/DESA PUSKESMAS KELURAHAN/DESA


PEMBANTU

46

Anda mungkin juga menyukai