Anda di halaman 1dari 8

Nestorianisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Para imam Nestorian dalam sebuah prosesi, lukisan


dinding di gua-gua Bezeklik.

Bagian dari serial tentang

Kekristenan Timur

Persekutuan[tampilkan]

Sejarah[tampilkan]

Kawasan khusus[tampilkan]

Liturgi dan peribadatan[tampilkan]

Teologi[tampilkan]

Portal Kekristenan Timur


l
b
s

Nestorianisme adalah doktrin (ajaran) yang mengajarkan bahwa Yesus eksis sebagai dua
pribadi, yakni sebagai manusia Yesus dan sebagai Putera Allah, atau Logos, bukannya
sebagai satu pribadi yang manunggal. Doktrin ini dikaitkan dengan Nestorius (c. 386c. 451),
Patriark Konstantinopel. Pandangan mengenai Kristus ini dikutuk dalam Konsili Efesus tahun
431, dan konflik mengenai pandangan ini mengakibatkan Skisma Nestorian, yang
memisahkan Gereja Timur Asiria dari Gereja Byzantium.

Gereja Timur Asiria menolak untuk menarik dukungan bagi Nestorius dan menolak untuk
menyebutnya seorang bidaah, sehingga Gereja ini selanjutnya disebut "Gereja Nestorian"
oleh Gereja Barat, untuk membedakannya dari Gereja-Gereja Timur kuno lainnya. Meskipun
demikian, Gereja Timur Asiria sesungguhnya tidak menganggap doktrin Gerejanya adalah
Nestorian, akan tetapi mengajarkan pandangan dari Babai Agung, bahwa Kristus memiliki
dua qnome (esensi) yang tidak membaur dan manunggal abadi dalam satu parsopa
(personalitas). Menurut beberapa interpretasi, asal mula keyakinan ini sebagian besar bersifat
historis dan linguistik: sebagai contoh, Bahasa Yunani memiliki dua kata untuk 'pribadi',
yang tidak diterjemahkan dengan tepat ke dalam Bahasa Syria, dan makna dari istilah-istilah
tersebut bahkan tidak ditetapkan pada masa hidup Nestorius.

Nestorianisme muncul dalam Gereja pada abad ke-5 karena adanya upaya untuk secara
rasional menjelaskan dan memahami inkarnasi dari Logos Illahi, Pribadi Kedua dari Trinitas
Maha Kudus, sebagai manusia Yesus Kristus. Nestorianisme mengajarkan bahwa esensi
kemanusiaan dan esensi keillahian Kristus itu terpisah dan oleh karena itu ada dua pribadi,
yakni pribadi manusia Yesus Kristus, dan pribadi logos yang illahi, yang berdiam dalam
manusia Yesus Kristus itu. Sebagai konsekuensinya, kaum Nestorian menolak adanya istilah-
istilah seperti "Allah menderita " atau "Allah telah disalibkan", karena kemanusiaan Yesus
Kristus yang menderita itu terpisah dari keillahiannya. Demikian pula mereka menolak istilah
Theotokos (Yang Melahirkan Allah/Bunda Allah) sebagai gelar Maria, sebaliknya mereka
mengajukan gelar Kristotokos (Yang Melahirkan Kristus/Bunda Kristus), karena dalam
pandangan mereka Maria hanya melahirkan pribadi manusia Yesus, bukan pribadi illahinya.

Daftar isi
1 Nestorius
2 Impikasi Kristologis
3 Keterlibatan Gereja Timur Asiria
4 Penyebaran "Nestorianisme" Asiria
5 Nestorianisme Modern
6 Referensi
7 Lihat pula
8 Pranala luar

Nestorius
Nestorius (c. 386c. 451) adalah murid dari Theodorus dari Mopsuestia di Antiokhia, Syria
(sekarang di Turki) dan kemudian menjadi Patriark Konstantinopel. Dia mengajarkan bahwa
aspek manusiawi dan aspek illahi dari Kristus merupakan sifat-sifat yang berbeda, tidak
manunggal. Dia berkhotbah menentang penggunaan gelar Bunda Allah (Theotokos) bagi
Perawan Maria dan hanya menyebut Maria sebagai Bunda Kristus (Kristotokos). Dia juga
berpendapat bahwa Allah tidak dapat menderita di salib, karena Allah itu Mahakuasa. Oleh
karena itu, bagian manusiawi dari Kristus telah wafat di salib, namun bukan bagian illahi-
Nya.

Pihak penentangnya menuduh dia membagi Kristus menjadi dua pribadi: mereka berpendapat
bahwa menyatakan Allah Sang Sabda itu tidak menderita sengsara dan wafat di salib,
sementara Yesus sang manusia itu yang mengalaminya, atau menyatakan Allah Sang Sabda
itu Mahatahu, sementara Yesus sang manusia itu terbatas pengetahuannya, berarti bahwa ada
dua pribadi terpisah yang memiliki pengalaman-pengalaman yang terpisah pula.

Sebagai tanggapan, Nestorius berkata bahwa dia percaya Kristus itu sungguh-sungguh satu
pribadi (Bahasa Yunani: prosopon). Karena ditentang oleh Kiril dari Alexandria, Nestorius
akhirnya dikutuk dalam Konsili Efesus pada tahun 431.

Konsili tersebut mengajarkan bahwa Kristus itu satu pribadi, dan bahwa Perawan Maria
adalah Bunda Allah. Pengutukan dari konsili itu mengakibatkan Skisma Nestorian serta
perpisahan Gereja Timur Asiria Dari Gereja Byzantium.[1] Meskipun demikian, bahkan
Konsili Efesus sendiri tidak dapat menetapkan pokok permasalahan tersebut, sehingga Gereja
Byzantium segera sekali lagi terpecah sehubungan dengan permasalahan apakah Kristus
memiliki satu atau dua hakikat, yang mengakibatkan Skisma Kalsedonian.

Impikasi Kristologis
Dari sudut pandang teologi Kalsedonian yang dianut sebagian besar Gereja Barat dan
Ortodoks, ajaran Nestorius memiliki konsekuensi-konsekuensi penting yang terkait dengan
soteriologi dan teologi dari Ekaristi.

Selama masa Reformasi Protestan, tatkala beberapa pihak menyangkal Kehadiran Sejati, dan
keterkaitan antara sifat illahi dan sifat insani, mereka dituduh membangkitkan kembali ajaran
sesat Nestorius.

Keterlibatan Gereja Timur Asiria


Kiril dari Alexandria dengan gigih berupaya menyingkirkan Nestorius beserta para
pendukungnya dari tampuk kekuasaan. Sekalipun demikian, di pelbagai kawasan dunia yang
dihuni penutur Bahasa Syria, Theodorus dari Mopsuestia sangatlah dihargai, sehingga
pengutukan terhadap Nestorius, muridnya itu, tidak dapat diterima baik. Para pendukung
Nestorius diberi suaka. Raja-raja Persia dari dinasti Sassanid, dalam situasi perang yang
terus-menerus dengan Byzantium, melirik kesempatan untuk memastikan loyalitas warga
Kristianinya dan mendukung skisma Nestorian:

Mereka memberi suaka bagi kaum Nestorian (462).


Lukisan seorang biarawati Nestorian, 1779.
Mereka mengeksekusi Katolikos Babowai yang pro-Byzantium. Posisi Katolikos
kemudian ditempati oleh seorang penganut Nestorianisme, Bar Sauma, uskup Nisibis
(484).
Mereka mengizinkan pemindahan sekolah teologi di Edessa ke Nisibis, kota Persia,
tatkala kaisar Byzantium menutupnya karena tendensi Nestorian sekolah itu (489).

Di Nisibis, sekolah teologi itu bahkan menjadi lebih tenar daripada sewaktu masih di Edessa.
Otorita teologi yang utama dari sekolah itu selalu adalah Theodorus dan gurunya, Diodorus
dari Tarsus. Sayang sekali, hanya sedikit dari tulisan-tulisan mereka yang dapat bertahan
hingga saat ini. Tulisan-tulisan Nestorius sendiri hanya baru ditambahkan ke dalam
kurikulum sekolah Edessa-Nisibis pada tahun 530, menjelang Konsili Ekumenis Kelima pada
tahun 553 yang mengutuk Theodorus dari Mopsuestia sebagai pendahulu Nestorius.

Pada akhir abad ke-6, sekolah itu mengalami krisis teologis ketika sang kepala sekolah,
Henana dari Adiabene, berupaya menggantikan ajaran Theodorus dengan doktrinnya sendiri,
yang mengikuti doktrin Origenes. Babai Agung (551628), yang juga adalah Pimpinan tak-
resmi dari Gereja Timur Asiria pada masa itu dan tokoh yang membangkitkan gerakan
monastik Asiria, mematahkan upayanya dan dalam prosesnya menulis Kristologi normatif
dari Gereja Asiria, berdasarkan doktrin Theodorus dari Mopsuestia.

Sebuah contoh kecil dari karya tulis Babai tersedia pada Terjemahan Bahasa Inggris. Kitab
Persatuan adalah karya tulis utama dalam bidang Kristologi dari Babai yang masing bertahan
sampai sekarang. Dalam kitab ini dia menjelaskan bahwa Kristus memiliki dua qnome
(esensi), yang tidak membaur dan manunggal secara abadi dalam satu parsopa (personalitas).
Inilah, bukannya Nestorianisme murni, ajaran dari Gereja Asiria. Akan tetapi, Gereja Asiria
selalu disebut "Nestorian" di Barat untuk membedakannya dari Gereja-Gereja Timur kuno
lainnya, meskipun pada dasarnya Kristologi Babai sama dengan Kristologi Katolik dan
Ortodoks; Katekismus Baltimore, buku teks standar de facto dari sekolah Katolik di Amerika
Serikat dari tahun 1885 sampai 1960, mengajarkan bahwa Kristus adalah satu "pribadi"
(seperti parsopa yang diajarkan Babai) tetapi memiliki dua "sifat" (seperti qnome yang
diajarkan Babai).
Penyebaran "Nestorianisme" Asiria

Pernikahan kaum Nestorian

Uskup Agung Nestorian

Gereja Asiria menghasilkan banyak misionaris yang giat, yang berkelana dan berkhotbah di
seluruh wilayah Persia, Asia Tengah, dan Asia Timur pada abad ke-7 dan ke-8. Selain itu,
pada masa tersebut banyak sarjana Nestorian, yang mengungsi dari Byzantium, menetap di
Gundishapur, Persia dan Muharraq di Bahrain, dengan menbawa serta sejumlah besar naskah
sastra, ilmiah, dan filsafat Yunani-Romawi kuno. Kekristenan "Nestorian" mencapai negeri
Tiongkok sekitar tahun 635, dan bekas-bekas peninggalannya masih dapat disaksikan di kota-
kota Tiongkok seperti Xi'an. Prasasti Nestorian, yang ditegakkan pada tanggal 7 Januari 781
di Ibukota Chang'an (sekarang Xi'an), memaparkan syiar Kekristenan ke Tiongkok dari
Persia pada masa pemerintahan Tang Taizong, dan dokumen-dokumen yang ditemukan di
gua-gua Mogao dekat Dunhuang makin memperjelas agama itu. Sekitar kurun waktu yang
sama, Kekristenan Nestorian juga merambah negeri Mongolia, bahkan jauh sampai Korea.
Beberapa pakar sejarah bahkan memperkirakan bahwa Kekristenan Nestorian juga berhasil
mencapai pesisir Jepang. Pada tahun 797 Masehi, sejarah Jepang, Shoku Nihongi diterbitkan.
Sejarah itu menyebutkan bahwa pada tahun 736 Masehi, seorang duta kembali ke Jepang dari
Tiongkok. Dia membawa serta seorang tabib Persia bernama Limitsi (atau Rimitsu), juga
Kohfu, seorang "pembesar dari kaum penganut Agama Terang". "Agama Terang" adalah
Agama Kristen (Nestorian) - karena Kristus adalah "Terang Dunia".

Komunitas Kristiani tersebut mengalami penindasan dari Kaisar Wuzong dari Dinasti Tang
(memerintah 840846). Dia menekan semua agama asing, termasuk Agama Buddha dan
Kristiani, yang kemudian menurun drastis di Tiongkok. Seorang rahib Syria yang
mengunjungi Tiongkok beberapa dekade kemudian menggambarkan betapa banyak gedung
gereja yang tinggal puing-puingnya belaka.

Nestorianisme teristimewa aktif pada abad ke-12, sebagai agama resmi rakyat Khitan pada
masa Yel Dashi. Nestorianisme juga merupakan salah satu dari agama-agama yang
menyebar luas di kekaisaran Jenghis Khan, dan beberapa batu nisan Nestorian yang
bertuliskan aksara Suryani masih ada sampai sekarang ini di Kyrgyzstan.

Gereja ini kembali tumbuh subur pada masa Dinasti Yuan. Marco Polo pada tahun 1200-an
dan para penulis Barat lainnya pada Abad Pertengahan menyebut-nyebut bahwa ada banyak
komunitas Nestorian di Tiongkok dan Mongolia. Rabban Bar Sauma, seorang pelancong
Nestorian dari Shang-Du (sekarang Beijing) diutus sebagai diplomat oleh Khan Persia untuk
Konstantinopel dan Roma guna menjalin aliansi melawan kaum Muslim pada masa itu. Akan
tetapi kaum Nestorian tidak lagi sesubur pada masa Dinasti Tang. Komunitas mereka makin
berkurang pada masa Dinasti Ming karena kurangnya dukungan rakyat. Bekas-bekas
peninggalan para misionaris Gereja Asiria masih dapat disaksikan di Irak, Iran, dan India.

Ada bukti dari hadits bahwa Nabi Muhammad pernah melakukan kontak dengan kaum
Nestorian Asiria, teristimewa, Bahira. Ada kemiripan antara raka'at atau sembahyang ritual
kaum Muslim, dengan gerakan membungkuk-takzim yang dilaksanakan kaum Nestorian pada
masa Pra-Paskah.

Nestorianisme Modern
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, Gereja Timur Asiria memiliki kontinuitas historis
dengan Kekristenan Nestorian, meskipun masih dapat diperdebatkan apakah doktrin mereka
benar-benar bersifat Nestorian.

Sistem metafisika dari Teosofi gerakan Zaman Baru (New Age) mengajarkan doktrin
Nestorian sehubungan dengan Yesus Kristus (lihat Benjamin Creme).

Referensi
BAUM, Wilhelm and WINKLER, Dietmar W (1 January 2003). The Church of the
East: A Concise History, London: Routledge. ISBN 0-415-29770-2. Google Print,
retrieved 16 July 2005.
Nestorius and Nestorianism at the Catholic Encyclopedia
Lev N. Gumilev. Poiski vymyshlennogo tsarstva (in Russian, "Looking for the
mythical kingdom"). Moscow, Onyx Publishers, 2003. ISBN 5-9503-0041-6.

Lihat pula
Nestorius
Gereja Asiria Timur
Kristologi
Babai Agung
Nestorianisme di Tiongkok
Prester John

Anda mungkin juga menyukai