Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abad 20 yang lalu sering disebut abad informasi karena kenyataan bahwa
informasi sangat penting dalam kehidupan manusia, termasuk juga dalam
kehidupan bisnis.dengan informasi manusia dapat memperoleh apa yang telah
terjadi pada lingkungannya bahkan dari luar lingkungannya. Informasi dari berbagai
unsur perusahaan menjadi perhatian bagi para manajer perusahaan dalam
pelaksanaan transaksi-transaksi yang dilakukan perusahaan. Dalam kenyataannya,
peran Sistem Informasi Manajemen akan lebih terasa bagi perusahaan-perusahaan
besar. Bagi perusahaan-perusahaan besar, kebutuhan untuk mengumpulkan data
dan informasi secara skala besar dan dalam waktu yang cepat lebih dirasakan
kepentinganya berbanding dengan perusahaan-perusahaan menengah apalagi
kecil. Oleh karena itu, dalam aplikasinnnya, suatu perusahaan perlu menimbang-
nimbang kepentingan penggunaan sistem informasi ini diantaranya berdasarkan
dari skala perusahaan, jumlah tenaga kerja, pola kominikasi serta jaringan
perusahaan dalam dunia bisnis dalam lingkungannya.
Perkembangan organisasi yang semakin kompleks dan tuntutan untuk selalu
melakukan adaptasi terhadap lingkungan organisasi, mengakibatkan proses
pengambilan keputusan dan manajemen juga berkembang. Proses tersebut
berkaitan dengan informasi yang merupakan hal penting dan berharga dalam
sebuah organisasi dewasa ini, karena informasi yang akurat dan cepat dapat sangat
membantu tumbuh kembangnya sebuah organisasi. Maka dari itu, pengelolaan
informasi dipandang penting demi kelancaran sebuah pekerjaan dan untuk
menganalisis perkembangan dari pekerjaan itu sendiri. Hal tersebut menuntut
pembelajaran Sistem Informasi Manajemen dalam menciptakan, mendistribusikan
dan memanfaatkan informasi guna mendukung kegiatan manajemen, khususnya
pembuatan keputusan dalam kebijakan publik.
Namun, sanyanya banyak organisasi yang ingin membangun Sistem
Informasi Manajemennya sendiri, dan telah menyediakan dana yang cukup, tetapi
ternyata usaha tersebut sering kali gagal. Penyebabnya antara lain adalah struktur
organisasi yang kurang wajar, rencana organisasi yang belum memadai, sumber
daya manusia yang tidak memadai, dan yang terpenting adalah kurangnya
partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang

1
sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh pihak
yang terlibat.
Sebelum membahas bagaimana Sistem Informasi Manajemen lebih lanjut,
berikut ini akan diberikan definisi ringkas dari Sistem Informasi Manajemen yaitu:
“serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara
rasional mampu menstransformasikan data sehingga menjadi informasi dengan
berbagai cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat
manajer” (Ismail, 2013).
Dari definisi tersebut ada beberapa poin yang perlu diuraikan lebih lanjut:
a) Sistem Informasi Manajemen memiliki sub-sitem informasi.
1. Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian sub-sistem, di mana sub-
sistem tersebut mendukung tercapainya sasaran Sistem Informasi Manajemen.
b) Sistem Informasi Manajemen adalah menyeluruh. Sebuah Sistem Informasi
Manajemen mencakup sistem informasi formal maupun informal baik yang
manual maupun berkomputer. Komponen yang terpenting dalam Sistem
Informasi Manajemen adalah manajer yang pikirannya akan memproses dan
menyebarkan informasi secara berinteraksi dengan elemen-elemen lain dari
Sistem Informasi Manajemen.
c) Sistem Informasi Manajemen adalah terkoordinasi. Sistem Informasi
Manajemen dikoordinasikan secara terpusat untuk menjamamin bahwa data
yang diproses dapat dioperasikan secara terencana dan terkoordinasi.
Semuanya untuk menjamin bahwa informasi melewati dan menuju sub-sistem
yang diperlukan, serta menjamin bahwa sistem informasi bekerja secara efisien.
d) Sistem Informasi Manajemen terintegrasi secara rasional. Sub-sistem dalam
Sistem Informasi Manajemen adalah terintegrasi (terpadu) sehingga kegiatan
dari masing-masing saling berkaitaan satu dengan yang lainnya, integrasi ini
dilakukan terutama dengan melewatkan data diantara sub-sistem tersebut.
e) Sistem Informasi Manajemen mentransformasikan data ke dalam informasi.
Apabila data diolah dan berguna bagi manajer untuk tujuan tertentu, maka ia
akan menjadi informasi.
f) Sistem Informasi Manajemen meningkatkan produktivitas. Sistem Informasi
Manajemen dengan berbagai cara mampu meningkatkan produktivitas, antara
lain dengan kemampuan melaksanakan tugas rutin seperti, penyajian dokumen
dengan efisien, mampu memberikan layanan bagi organisasi intern dan ekstern,
serta mampu meningkatkan kemampuan manajer untuk mengatasi masalah-
masalah yang tidak terduga.

2
g) Sistem Informasi Manajemen sesuai dengan gaya manajer. Sistem Informasi
Manajemen dikembangkan lewat pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dari
personil yang akan menggunakannya. Para perancang sistem apabila akan
mengembangkan Sistem Informasi Manajemen hendaknya mempertimbangkan
faktor manusiawi dengan cermat. Apabila tidak demikian, maka sistem yang
dihasilkan tidak efektif. Secara teoritis, komputer bukanlah persyaratan mutlak
bagi sebuah Sistem Informasi Manajemen, namun dalam prakteknya Sistem
Informasi Manajemen yang baik tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan
kemampuan sebuah komputer. Maka pemanfaatan sistem komputer juga harus
diperhatikan demi menunjang kemampuan manusia dalam mengelola suatu
Sistem Informasi Manajemen.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Penerapan CBIS
dalam pengambilan keputusan pada Sistem Informasi Manajemen?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistim Informasi
Manajemen (SIM) dengan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang
penerapann computer based informasion system (CBIS) dalam pengambilan
keputusan manajemen pada Sistem Informasi Manajemen (SIM).

D. Sistimatika Penulisan
Sistimatika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan dan sistimatika penulisan.
Bah II Pembahasan, terdiri dari uraian tentang Sistim Informasi Manajemen,
Pengambilan Keputusan, dan Computer Based Information System (CBIS).
Bab III Penutup, merupakan kesimpulan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Informasi Manajemen


Sistem Informasi Manajemen merupakan sebuah bidang yang mulai
berkembang sejak tahun 1960an. Walaupun tidak terdapat konsensus tunggal,
secara umum Sistem Informasi Manajemen didefinisikan sebagai sistem yang
menyediakan informasi yang digunakan untuk mendukung operasi, manajemen,
serta pengambilan keputusan sebuah organisasi. Sistem Informasi Manajemen juga
dikenal dengan ungkapan lainnya seperti: “Sistem Informasi”, “Sistem Pemrosesan
Informasi”, “Sistem Informasi dan Pengambil Keputusan”. Sistem Informasi
Manajemen menggambarkan suatu unit atau badan yang khusus bertugas untuk
mengumpulkan berita dan memprosesnya menjadi informasi untuk keperluan
manajerial organisasi dengan memakai prinsip sistem. Dikatakan memakai prinsip
sistem karena berita yang tersebar dalam berbagai bentuk dikumpulkan, disimpan
serta diolah dan diproses oleh satu badan yang kemudian dirumuskan menjadi
suatu informasi (Sentranet, 2013).
1. Sistem
Semua sistem memiliki 3 (tiga) unsur atau kegiatan utama, yaitu:
a. Menerima data sebagai masukan ( input).
b. Memproses data dengan melakukan perhitungan, penggabungan
unsur data, pemutakhiran perkiraan dan lain-lain.
c. Memperoleh informasi sebagai keluaran(output).
Prinsip ini berlaku baik untuk sistem informasi manual, elektromekanis maupun
komputer.
Gambar 1. Pengolahan data

Secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau
himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling
berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu untuk mencapai suatu
tujuan. Unsur-unsur yang mewakili suatu sistem secara umum adalah masukan

4
(input), pengolahan (proses) dan keluaran (output). Di samping itu sistem
senantiasa tidak lepas dari lingkungan sekitarnya, maka umpan balik (feedback)
dapat berasal dari output akan tetapi dapat juga berasal dari lingkungan sistem
yang dimaksud (Djumiarti, 2013).
Suatu sistem dapat terdiri dari sistem-sistem bagian (subsystem). Misalnya,
sistem komputer terdiri dari subsistem perangkat keras dan subsistem perangkat
lunak. Masing-masing subsistem dapat terdiri dari subsistem-subsistem yang lebih
kecil lagi atau terdiri dari komponenkomponen. Subsistem perangkat keras
(hardware) dapat terdiri dari alat masukan, alat pemroses, alat keluaran dan
simpanan luar . Subsistem-subsistem saling berinteraksi dan saling berhubungan
membentuk satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran sistem tersebut dapat
tercapai. Interaksi dari subsistem-subsistem sedemikian rupa, sehingga dicapai
suatu kesatuan yang terpadu atau terintegrasi (integrated). Anda dapat
membayangkan, bagaimana seandainya sistem komputer yang Anda miliki, masing-
masing komponennya saling bekerja sendiri-sendiri tidak terintegrasi, maka tujuan
dari sistem komputer tersebut tidak akan tercapai (Pangestu, 2013).
Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandangan, diantaranya adalah
sebagai berikut ini:
a. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak (abstract system) dan sistem
fisik (physical system). Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau
ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Misalnya sistem teologia, yaitu sistem
yang berupa pemikiran-pemikiran hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik. Misalnya sistem komputer,
sistem akuntansi, sistem produksi dan lain sebagainya.
b. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural system) dan sistem
buatan manusia (human made system). Sistem alamiah adalah sistem yang
terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Misalnya sistem perputaran
bumi. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi antara manusia dengan
mesin disebut dengan human-machine system atau ada yang menyebut dengan
man-machine system. Sistem informasi akuntansi merupakan contoh man-
machine system, karena menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi
dengan manusia.
c. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic system) dan
sistem tak tentu (probabilistic system). Sistem tertentu beroperasi dengan
tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi diantara bagian-bagiannya

5
dapat dideteksi dengan pasti, sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan.
Sistem komputer adalah contoh dari sistem tertentu yang tingkah lakunya dapat
dipastikan berdasarkan program-program yang dijalankan. Sistem tak tentu
adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena
mengandung unsur probabilitas.
d. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan sistem
terbuka (open system). Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak
berhubungan dengan lingkungan luarnya. Sistem ini beker ja secara otomatis
tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secara teoritis sistem
tertutup ini ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup,
yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatip tertutup, tidak benar-
benar tertutup). Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan
terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini mener ima masukan dan
menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya.
Karena sistem sifat terbuka dan terpengaruh oleh lingkunngan luarnya, maka
suatu sistem harus mempunyai suatu sistem pengendalian yang baik. Sistem
yang baik harus dirancang sedemikian rupa, sehingga secara relatip tertutup
karena sistem tertutup akan bekerja secara otomatis, terbuka hanya untuk
pengaruh yang baik saja. Gambar berikut menunjukkan sistem yang terbuka
untuk sistem pengendalian persediaan.
Gambar 2. Sistem terbuka pengendalian persediaan

Pada sistem terbuka ini, pengendalian persediaan barang ditangani oleh manusia.
Dari hasil laporan yang dihasilkan komputer, dipilih satu persatu unit barang yang

6
sudah lebih kecil atau sama dengan reorder point untuk dilakukan pembelian.
Bandingkan dengan sistem yang secara relatif tertutup berikut ini.
Gambar 3. Sistem tertutup pengendalian persediaan

2. Data dan Informasi


Yang berkaitan dengan sistem adalah data dan informasi. Kebanyakan orang
mengartikan data dan informasi dengan pengertian yang sama, namun bagi kajian
ilmiah atau kaum profesional , dua pengertian tersebut mengandung perbedaan
yang mendasar. Data merujuk pada fakta-fakta baik berupa angka-angaka, teks,
dokumen, gambar, bagan, suara yang mewakili diskripsi verbal atau kode-kode
tertentu dan semacamnya. Apabila data tersebut telah di saring dan diolah melalui
pengolahan sehingga memiliki arti dan nilai bagi seseorang, maka data tersebut
berubah menjadi informasi. Jadi yang dimaksud dengan informasi adalah semua
data yang telah diolah dan memiliki arti bagi pihak pemakai. Dengan demikian yang
dipakai orang di dalam membuat keputusan adalah informasi, bukan data. Oleh
sebab itu ciri pokok dari suatu data adalah fakta. Data barulah menjadi informasi
pada saat mereka digunakan untuk tujuan tertentu atau apabila mereka
menyebabkan timbulnya aksin atau penambahan pengetahuan tertentu. Data
terutama harus mengalami berbagai macam pengerjaan sebelum bermanfaat
sebagai informasi. Data merupakan bahan dasar untuk proses pengerjaan, dan
informasi menjadi produk selesainya. Contoh-contoh data adalah Nomor Induk
Mahasiswa yang tercatat di bagian akademik Universitas, Nomor Induk
Kependudukan yang tercatat di Kantor Capil dan Kependudukan, Jadwal
penerbangan di Bandara Udara. Tetapi apabila seseorang menghubungi loket
bandara untuk melihat jalur penerbangan ke Jakarta lengkap dengan keterangan

7
kapan waktu terbang, berapa harga tiket, maka yang dia tanyakan ke petugas di
bandara adalah informasi. Untuk dapat memperoleh informasi, pemakai data harus
mengetahui jenis keterangan yang diperlukan dan bagaimana sistem penyimpanan
datanya.
Dalam contoh jadwal penerbangan di atas, pikiran manusia (petugas counter)
dengan ditunjang perkakas komputer melakukan proses pemilihan data dan
menyajikannnya untuk dapat dipergunakan sebagai informasi yang bermakna.
Sesungguhnya jasa yang ditawarkan oleh agen perjalanan adalah penyediaan
informasi yang tepat dan cepat kepada konsumen, untuk selanjutnya informasi
dikumpulkan kembali, disimpan dan kelak dimanfaatkan dan berfungsi sebagai data
kembali. Dari penjelasan di atas secara singkat dapat dirumuskan bahwa data
adalah fakta yang tidak sedang digunakan dalam proses pengambilan keputusan,
biasanya dicatat diarsipkan tanpa maksud untuk segera di ambil kembali untuk
pengambilan keputusan.
Sebaliknya informasi adalah data yang telah diambil kembali, diolah atau
digunakan untuk memberi dukungan keterangan bagi pengambil keputusan.
Informasi adalah data yang sudah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna
dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan
menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian
informasi yang mempunyai kualitas tinggi akan menentukan efektivitas pengambilan
keputusan.
Ada tiga pilar utama yang menentukan kualitas informasi (Wahyudi
Kumorotomo, 1997:7) yakni akurasi, ketepatan waktu dan relevansi, lebih lanjut
diungkapkan secara lengkap tentang syarat-syarat informasi yang baik yakni :
a. Ketersediaan (availability). Sudah barang tentu syarat yang mendasar
adalah tersedianya informasi itu sendiri, informasi harus dapat diperoleh bagi
orang yang hendak memanfaatkannya.
b. Mudah dipahami (comprehensibility). Informasi harus mudah dipahami oleh
pembuat keputusan, baik informasi tersebut diperuntukkan dalam pembuatan
keputusan yang sifatnya rutin maupun strategis. Informasi yang rumit dan
berbelit-belit hanya akan membuat kurang efektifnya keputusan manajemen
c. Relevansi. Informasi yang diperlukan adalah yang benar-benar relevan
dengan permasalahan, misi dan tujuan organisasi.
d. Bermanfaat. Informasi harus tersaji kedalam bentuk-bentuk yang
memungkinkan pemanfaatannya oleh organisasi yang bersangkutan.

8
e. Tepat waktu. Informasi harus tersedia tepat pada waktunya, syarat ini
utamanya sangat penting pada saat organisasi membutuhkan informasi ketika
manajer hendak membuat keputusan yang krusial.
f. Keandalan. Informasi harus diperleh dari sumber-sumber yang dapat
diandalkan kebenarannya. Pengolah data atau pemberi informasi harus dapat
menjamin tingkat kepercayaan yang tinggi atas informasi yang disajikan.
g. Akurat. Syarat ini mengharuskan informasi harus bersih dari kesalahan dan
kekeliruan. Ini berarti juga bahwa informasi harus jelas dan secara akurat
mencerminkan makna yang terkandung dari data pendukungnya.
h. Konsisten. Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi di dalam
penyajiannya, karena konsistensi merupakan syarat penting bagi dasar
pengambilan keputusan.
Tampak bahwa ada berbagai macam syarat yang harus dipenuhi bagi informasi
untuk kepentingan manajemen. Pengolah data atau penyedia informasi harus
mempertimbangkan segi-segi waktu penyajian isi, format maupun segi-segi lain dari
informasi tersebut. Ini dapat dipahami karena dalam organisasi modern, kualitas
informasi yang dipergunakan dalam manajemen itulah yang akan menentukan
efisiensi dan efektifitas organisasi yang bersangkutan.
3. Manajemen
Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengawasan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan (Gaol, 2008). Dari prinsip-prinsip administrasi klasik, kegiatan yang
dilakukan oleh seorang manajer tercakup dalam akronim POSDCORB (planning,
organizing, staffing, directing, coordinating/controlling, budgeting). Lebih ringkas
lagi, kegiatan manajemen tercakup dalam tiga kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian. Di dalam perencanaan, manajer
mendefinisikan tujuan organisasi, menentukan arah tindakan bagi organisasi, serta
menentukan langkah-langkah strategis guna mencapai tujuan organisasi. Dalam
pengorganisasian, manajer mengatur atau menata kegiatan-kegiatan operasional
supaya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, antara lain dengan mengadakan
pembagian kerja, penetapan struktur kewenangan dan rantai komando,
penempatan pegawai dalam satuansatuan organisasi dan sebagainya.
Pengendalian manajer mengadakan evaluasi apakah prestasi yang dicapai oleh
organisasi telah sesuai dengan standar baku yang telah ditetapkan.
4. Sistem Informasi Manajemen

9
Sistem Informasi Manajemen dapat disimpulkan bahwa tujuan dibentuknya
Sistem informasi manajemen adalah supaya organisasi memiliki suatu sistem yang
dapat diandalkan dalam mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat dalam
pembuatan keputusan manajemen baik yang berkaitan dengan keputusan
keputusan rutin maupun keputusan-keputusan strategis. Dengan demikian Sistem
Informasis Manajemen adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola
organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugastugas
organisasi. Lebih lengkapnya Sistem Informasis Manajemen adalah jaringan
prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam organisasi dan disatukan
apabila di pandang perlu, dengan maksud memberikan data kepada manajemen
setiap waktu diperlukan, baik data yang bersifat intern maupun yang bersifat
ekstern, untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Sistem Informasi Manajemen merupakan kumpulan dari sistem-sistem
informasi. SIM tergantung dari besar kecilnya organisasi dapat terdiri dari sistem-
sistem informasi sebagai berikut:
a. Sistem informasi akuntansi (accounting information system),menyediakan
informasi dari transaksi keuangan.
b. Sistem informasi pemasaran (marketing information system), menyediakan
informasi untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran,
kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan pemasaran.
c. Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management
information system).
d. Sistem informasi personalia (personnel information systems).
e. Sistem informasi distribusi (distribution information systems).
f. Sistem informasi pembelian (purchasing information systems).
g. Sistem informasi kekayaan (treasury information systems).
h. Sistem informasi analisis kredit (credit analiysis information systems).
i. Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development
information systems).
j. Sistem informasi teknik (engineering information systems).
Semua sistem-sistem informasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan
informasi kepada semua tingkatan manajemen, yaitu manajemen tingkat bawah
(lower level management), managemen tingkat menengah (middle level
management) dan manajemen tingkat atas (top level management).
Top level management dengan executive management dapat terdiri dari direktur
utama (president), direktur (vise-president) dan eksekutif lainnya di fungsi-fungsi

10
pemasaran, pembelian, teknik, produksi, keuangan dan akuntansi. Sedang middle
level management dapat terdiri dari manajer-manajer devisi dan manajer-manajer
cabang. Lower level management disebut degan operating management dapat
meliputi mandor dan pengawas. Top level management disebut juga dengan
strategic level, middle level management dengan tactical level dan lower
management dengan tehcnical level.
Gambar 4 . Informasi dan SIM untuk semua tingkat manajemen

B. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah pemilihan solusi terbaik dapat dipilih dengan
berbagai cara. Herry Mintzberg, seorang ahli manajemen telah mengidentifikasi tiga
pendekatan (Raymond McLeod & Schell, 2008):
a. Analisis – Evaluasi atas pilihan-pilihan secara sistematis, dengan
mempertimbangkan konsekuensi pilihan-pilihan tersebut pada tujuan organisasi.
Salah satu contohnya adalah pertimbangan yang dilakukan oleh para anggota
komite pengawas SIM untuk memutuskan pendekatan mana yang harus diambil
dalam mengimplementasikan sistem informasi eksekutif.
b. Penilaian – Proses pemikiran yang dilakukan oleh seorang manajer. Sebagai
contoh adalah manajer produksi yang menerapkan pengalaman dan intuisi
dalam mengevaluasi gambar pabrik baru yang diusulkan dari model matematika.
c. Penawaran – Negosiasi antara beberapa manajer. Salah satu contoh adalah
proses member dan menerima yang berlangsung antara para anggota eksekutif

11
mengenai pasar yang mana yang harus dimasuki selanjutnya. Di sinilah tempat
di mana pengaruh politik dalam perusahaan dapat dilihat dengan jelas.
Ketiga cara tersebut dapat digunakan dalam pemilihan alternatif untuk
menyelesaikan masalah atau dalam pengambilan keputusan pada proses bisnis
yang penting.
Menurut Ralph C. Davis keputusan adalah sebagai hasil pemecahan masalah
yang dihadapi dengan tegas. Sedangkan menurut James A.F.Stoner pengertian
keputusan sebagai pemilihan alternafif – alternatif yang harus dan dipilih salah satu
yang terbaik. Sementara menurut Prajudi Atmosudirjo adalah suatu pengahiran
daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problem untuk menjawab
pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan
menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah atau tidakan yang
dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.
1. Masalah dalam Pengambilan Keputusan
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, ada juga yang
mendefinisikan sebagai soal atau persoalan yang harus diselesaikan. Tetapi dalam
hal sistem informasi masalah adalah suatu kondisi yang memiliki potensi untuk
menimbulkan kerugian luar biasa atau menghasilkan keuntungan luar biasa.
Masalah mempunyai beberapa struktur yaitu :
a. Masalah Terstruktur adalah masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan
hubungan antar elemen yang semuanya dipengaruhi oleh pemecah masalah.
Pemecah masalah tersebut adalah komputer. Karena komputer dapat
memecahkan masalah tanpa perlu melibatkan manajer.
b. Masalah Tidak Terstruktur adalah masalah yang berisi elemen-elemen atau
hubungan antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah.
Pemecahan masalah dilakukan oleh manajer. Karena manajer harus melakukan
sebagian besar tugas memecahkan masalah.
c. Masalah Semi Terstruktur adalah masalah yang berisi sebagian elemen atau
hubungan yang dimengerti oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah
dilakukan oleh manajer dan komputer, yang harus bisa bekerja sama
memecahkan masalah.
2. Proses Pengambilan Keputusan
Proses keputusan dapat dianggap sebagai sebuah arus dari penyelidikan
sampai perancangan dan kemudian pada pemilihan. Tetapi pada setiap tahap

12
hasilnya mungkin dikembalikan ke tahap sebelumnya untuk dimulai lagi. Jadi
tahapan tersebut merupakan unsurunsur sebuah proses bersinambung. Sebagai
contoh, pilihan mungkin menolak semua alternatif dan kembali ke tahap
perancangan untuk menerbitkan pemecahan tambahan.
Gambar 5. Bagan arus proses pengambilan keputusan

Kekuatan yang menggerakkan proses pengambilan keputusan dapat berupa


ketidakpuasan atas keadaan saat itu atau imbalan yang diharapkan dari keadaan
baru. Dalam kasus ketidakpuasan, kekuatan penggerak adalah penemuan sebuah
persoalan. Dalam hal imbalan yang diharapkan, adalah hasil pencarian peluang.
Cara lain untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan adalah dalam arti
suatu kegiatan berkesinambungan yang digerakkan oleh sebuah sasaran
mengubah sistem (bisnis, departemen, keluarga dan sebagainya) dari keadaan
sekarang menjadi suatu keadaan yang diharapkan atau tujuan mengakibatkan
suatu pencarian cara mencapainya. Proses ini sering disebut “analisis cara tujuan”
(means-end analysis).
Banyak manajer yang bergantung pada metode penyelesaian masalah secara
informal. Percaya pada tradisi menyebabkan para manajer mengambil keputusan
yang sama dengan keputusan terdahulu untuk masalah atau kesempatan yang
sama, meminta saran kepada yang berwenang dan mengambil keputusan
berdasarkan saran seorang ahli atau manajer tingkat yang lebih tinggi. Manajer
yang memakai pendekatan rasional, cerdik dan sistematis akan mencapai solusi
lebih baik. Proses pengambilan keputusan yang didukung SIM telah dikemukakan
oleh beberapa ahli berikut ini:
Menurut Herbert A ada 3 tahap pokok dalam pengambilan keputusan, yaitu :

13
a. Penyelidikan: mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan
keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan diuji untuk dijadikan petunjuk
yang dapat mengidentifikasi persoalan.
b. Perancangan: mendaftar, mengembangkan dan menganalisis arah
tindakan yang mungkin. Hal ini meliputi proses-proses untuk memahami,
menghasilkan pemecahan dan menguji kelayakan pemecahan tersebut.
c. Pemilihan : memilih arah tindakan tertentu dari semua yang ada. Pilihan
ditentukan dan dilaksanakan.
Menurut Rubeinstein dan Haberstroh langkah-langkah dalam mengambil
keputusan:
a. Pengenalan persoalan atau kebutuhan
b. Analisis dan laporan alternatif-alternatif
c. Pemilihan alternatif yang ada
d. Komunikasi dan pelaksanaan keputusan
e. Langkah lanjutan dan umpan balik hasil keputusan.
Newman, Summer, dan Warren merinci langkah pengambilan keputusan:
a. Pembuatan suatu diagnosis
b. Penemuan penyelasaian alternatif-alternatif
c. Penganalisaan dan pembandingan alternatif-alternatif
d. Pemilihan rencana yang diambil
Elbing menyatakan proses pengambilan keputusan dalam organisasi mencakup:
a. Identifikasi dan diagnosis masalah
b. Pengumpulan dan analisis data yang relevan
c. Pengembangan dan evaluasi alternatif-alternatif
d. Pemilihan alternatif terbaik
e. Implementasi keputusan dan evaluasi terhadap hasil-hasil
3. Kerangka Kerja dan Konsep untuk Pengambilan Keputusan
Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan pengambilan keputusan.
Pemahaman terhadap kerangka kerja dan konsepnya akan bermanfaat untuk
pembahasan berikutnya.
a. Sistem Pengambilan Keputusan
Sebuah sistem keputusan, yaitu model dari sistem dengan mana keputusan
diambil dapat tertutup atau terbuka. Sistem keputusan tertutup menganggap
bahwa keputusan dipisah dari masukan yang tidak diketahui dari lingkungan.
Dalam sistem ini pengambil keputusan dianggap:
1) Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau
hasilnya masing masing.
2) Memiliki metode yang memungkinkan dia membuat urutan
kepentingan semua alternatif.

14
3) Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya
laba, volume penjualan/kegunaan.
Sistem keputusan terbuka memandang keputusan sebagian berada dalam
suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak diketahui. Keputusan dipengaruhi
oleh lingkungan dan pada gilirannya proses keputusan kemudian
mempengaruhi lingkungan. Dibandingkan dengan ketiga anggapan model
tertutup, model keputusan terbuka menganggap bahwa pengambilan keputusan:
1) Tidak mengetahui semua alternatif dan semua hasil.
2) Melakukan pencarian secara terbatas untuk menemukan beberapa
alternatif yang memuaskan.
3) Mengambil suatu keputusan yang memuaskan tingkat aspirasinya.
b. Pengetahuan Tentang Hasil
Suatu hasil menentukan apa yang akan terjadi bila sebuah keputusan
diambil dan/atau arah tindakan diambil. Dalam analisis pengambilan keputusan,
tiga jenis pengetahuan yang berhubungan dengan hasil, yaitu:
1) Kepastian yaitu pengetahuan yang lengkap dan akurat mengenai
hasil tiap pilihan.Hanya ada suatu hasil untuk setiap pilihan.
2) Resiko yaitu hasil yang mungkin timbul dapat diidentifikasi, dan suatu
kemungkinan peristiwa dapat dilekatkan pada masing-masing hasil.
3) Ketidakpastian yaitu beberapa hasil mungkin timbul dan dapat
diidentifikasi, tetapi tak ada pengetahuan mengenai kemungkinan yang
dapat dilekatkan kepada masing-masing hasilnya.
c. Tanggapan Keputusan
Keputusan dapat digolongkan sebagai terprogram atau tidak terprogram
berdasarkan kemampuan organisasi atau individu untuk mengadakan
prarencana atas proses pengambilan keputusan. Keputusan terprogram adalah
keputusan yang dapat dispesifikasikan sebelumnya sebagai seperangkat aturan
atau prosedur keputusan.
Keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang terjadi hanya satu kali
atau berubah setiap saat diperlukan. Keputusan dalam suatu sistem keputusan
terbuka adalah tidak terprogram karena tidak mungkin menspesifikasikan
sebelumnya semua faktor.
d. Memutuskan dan Memilih Alternatif
Sebelum kita membahas pengabilan keputusan, kita harus tahu definisi
solusi atau pemecahan masalah adalah tindakan memberi respon terhadap
masalah akibat buruknya atau memanfaatkan peluang, Sementara itu, George R.
Terry menyebutkan 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan, yaitu: intuisi,

15
pengalaman, fakta, wewenang dan rasional. Berikut uraian dari pengambilan
keputusan :
1) Intuisi
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan
yang berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif. Dalam pengambilan
keputusan berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk
mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan
seringkali relatif kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar
pertimbangan lainnya.
2) Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang,
maka dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan
untung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.
3) Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh
pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi
kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil
keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan
memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas,
mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan
kekaburan
4) Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat
memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat
kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga
orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang
dada.
5) Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga
dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya

16
dalam keadaan yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional
terdapat beberapa hal sebagai berikut:
 Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.
 Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
 Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan
konsekuensinya.
 Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
 Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil
ekonomis yang maksimal.
4. Model Pengambilan Keputusan
Sebuah model pengambilan keputusan yang memberitahukan pengambil
keputusan bagaimana seorang dai harus mengambil segolongan keputusan disebut
model normatif atau perspektif. Sebuah model yang menguraikan bagaimana
sesungguhnya pengambil keputusan mengambil keputusan disebut model
deskriptif. Model deskriptif berusaha menjelaskan perilaku sebenarnya dan
karena itu telah dikembangkan terutama oleh para ilmuwan keperilakuan.
Kriteria untuk memilih di antara alternatif-alternatif didalam model normatif
adalah pemaksimalan/maksimisasi. Tujuan ini, bila dinyatakan dalam bentuk
kuantitatif, dianggap sebagai fungsi obyektif sebuah keputusan. Pandangan
tradisional tentang kriteria pengambilan keputusan yang mengandung resiko adalah
memaksimalkan nilai yang diharapkan. Sebuah pandangan altenatif pada kriteria
pengambilan keputusan adalah pemuasan.
5. Relevansi Konsep Keputusan terhadap Perancangan Sistem Informasi
Sistem Informasi berdasarkan komputer berguna baik dalam sistem tertutup
maupun terbuka. Dalam keputusan model tertutup, komputer bertindak
sebagai sebuah alat penghitung untuk bisa menghitung hasil optimum.
Dalam model terbuka, komputer bertindak sebagai pembantu bagi
pengambilan keputusan dalam menghitung, menyimpan, mencari kembali,
menganalisis data dan sebagainya. Perancangan tersebut memungkinkan manusia
pengambil keputusan mengalokasikan tugas bagi dirinya atau pada komputer.
Perbedaan dalam pengambilan keputusan untuk keputusan dalam keadaan
kepastian, resiko, dan ketidak pastian menunjukkan perlunya beberapa model
keputusan bagi SIM. Untuk setiap model, persyaratan datanya berlainan,
penyajiannya juga berbeda, dan masukan keputusan dari manusia pengambil
keputusannya juga tidak sama.

17
Terbatasnya manusia pengambil keputusan dalam organisasi disamping
efisiensi relatif dari pengolahan manusia atas keputusan berarti bahwa SIM harus
memprogram sebanyak mungkin keputusan. Bila keputusan tidak dapat
sepenuhnya diprogram, maka yang mungkin adalah pemprograman sebagian.
Dalam kasus ini aturannya telah ditentukan sebelumnya digunakan sampai batas
tertentu dan kemudian keputusan lanjutannya diserahkan pada seorang manusia
pengambil keputusan.
6. Model Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan Keorganisasian
Teori keperilakuan pada pengambilan keputusan mencerminkan sebuah
sistem terbuka. Teori ini lebih bersifat deskriptif daripada normatif. Kempat konsep
pokok yang digunakan oleh Cyert dan March untuk menjelaskan pengambilan
keputusan keorganisasian adalah
a. Pemecahan Semu pada Konflik
Sebuah organisasi merupakan koalisi para anggota yang memiliki tujuan-
tujuan berbeda dan kekuatan berlainan untuk mempengaruhi sasaran
keorganisasian. Tujuan keorganisasian berubah dengan masuknya anggota baru
atau keluarnya anggota lama. Terdapat konflik antara berbagai tujuan anggota
keorganisasian. Sekalipun berbagai tujuan pribadi diabaikan, tujuan sub-sub unit
seperti produksi, penjualan, dan pengendalian kesediaan merupakan hal-hal yang
saling bertentangan. Konflik-konflik demikian itu dipecahkan dengan tiga metode:
1) Rasionalitas akal yaitu subsistem diperkenankan menyusun sendiri.
2) Aturan keputusan tingkat yang dapat diterima yaitu dengan keterbatasan
tertentu, subsistem diperkenankan mengambil keputusan sendiri berdasarkan
aturan keputusan dan prosedur keputusan yang telah disepakati.
3) Perhatian berurutan terhadap tujuan yaitu organisasi satu tujuan dulu,
kemudian pada yang berikutnya sehingga setiap tujuan yang berkonflik
mendapat kesempatan untuk mempengaruhi perilaku keorganisasian. Dengan
memberikan perhatian berurutan terhadap tujuan yang berkonflik juga berarti
bahwa konflik tertentu tak pernah terpecahkan karena tujuan yang berkonflik tak
pernah ditanggapi secara bersamaan.
b. Penghindaran Ketidak pastian
Organisasi hidup dalam lingkungan yang tak menentu. Perilaku pasar,
pensuplai pemegang saham, pemerintah, dan sebagainya tidak dapat
dipastikan. Model keputusan dalam resiko menganggap bahwa pengambil
keputusan akan memaksimalkan nilai yang diharapkan. Teori keperilakuan
pengambilan keputusan keorganisasian menganggap akan berusaha menghindari

18
resiko dan keraguan/ketidakpastian dengan mengorbankan nilai yang diharapkan.
Pada umumnya, seorang pengambil keputusan bersedia menerima pengurangan
dalam nilai yang diharapkan suatu hasil demi meningkatnya kepastian hasil.
Beberapa metode legal yang digunakan untuk mengurangi atau menghindari
ketidakpastian adalah sebagai berikut:
1) Daur umpan balik dan reaksi jangka pendek yaitu sebuah daur umpan balik
jangka pendek memungkinkan seringnya keputusan baru dan karenanya
mengurangi kekhawatiran tentang ketidakpastian yang akan datang
2) Pengaturan lingkungan yaitu organisasi berusaha mengendalikan
lingkungannya melalui praktek konvensional dalam lingkup industri melalui suplai
jangka panjang, kontak penjualan, dan sebagainya.
c. Pencarian Problemistik
Pencarian adalah stimulasi persoalan dan diarahkan pada penemuan sebuah
pemecahan atas persoalan. Teori keperilakuan berdalil bahwa pencarian adalah
berdasarkan aturan-aturan yang agak sederhana :
1) Pencarian secara lokal baik yang dekat pada gejala yang ada maupun yang
dekat pada pemecahan yang ada. Sebagai contoh, suatu kegagalan dalam
mencapai tujuan penjualan akan menyebabkan pencarian berawal pada
departemen penjualan dan program penjualan.
2) Bila pencarian lokal gagal, kembangkan pencarian ke bidang-bidang
keorganisasian yang lemah adalah bidang yang sumberdayanya lentur atau
tujuannya sulit diperhitungkan.
e. Pembelajaran Keorganisasian.
Organisasi menunjukkan perilaku yang sanggup menyesuaikan dengan
berjalannya waktu. Mereka mengubah tujuan dan merevisi prosedur pencarian
berdasarkan pengalaman mereka. Tujuan-tujuan pada tingkat aspirasi nampaknya
berubah dalam menanggapi hasil yang dialami. Dalam keadaan mantap, tingkat
aspirasi berada sedikit diatas prestasi. Bila terjadi peningkatan prestasi; maka
tingkat aspirasi akan berada dibawah prestasi. Dan bila terjadi kemerosotan tingkat
prestasi, tingkat aspirasi akan menurun tetapi tetap berada diatas tingkat prestasi.
7. Penerapan Model Keperilakuan Pengambilan Keputusan pada SIM
Teori keperilakuan adalah sebuah model deskriptif dari pengambilan
keputusan keorganisasian. Disini tekanannya adalah pada pemuasan,
penghindaran ketidakpastian untuk mengendalikan lingkungan, adanya tujuan yang
tidak konsisten berdasarkan persekutuan keorganisasian para anggota yang ada,
pencarian persoalan, dan perilaku penyesuaian keorganisasian dengan berjalannya
waktu.

19
Nilai utama pola keperilakuan pada perancangan SIM adalah menyadarkan
perancang pada pertimbangan-pertimbangan keperilakuan. Pemahaman
keorganisasian dan perilaku penyesuaian adalah penting dalam merancang
prosedur informasi bagi sistem perencanaan dan pengendalian karena adanya
kebutuhan mengenal perubahan tujuan dan aspirasi.
8. Pengaruh Gaya Kognitif atas Pengambilan Keputusan oleh Individu
Strategi yang dipakai individu dalam upaya mencapai sebuah keputusan atau
memecahkan sebuah persoalan disebut gaya kognitif. Dan para individu berbeda-
beda dalam gaya kognitif mereka. Seorang periset mencirikan individu berdasarkan
pola komunikasinya dan berdasarkan cara penimbangnya. Pola komunikasi berkisar
dari preseptif sampai reseptif. Riset atau gaya kognitif secara langsung relevan bagi
perancangan sitem informasi manajemen. Sistem-sistem berdasarkan komputer
cenderung dirancang oleh individu yang analitis/sistematis yang menerima sifat
pengambilan keputusan sebagai analitis/sistematis. Para manajer yang
analitis/sistematis biasanya mau menggunakan sistem semacam itu karena mereka
lekat pada gaya keputusan mereka. Dengan kata lain, model keputusan tersedia
untuk menstruktur keputusan, tetapi manajer dapat meninggalkan model untuk
menjelajahi ancangan-ancangan alternatif.
Metode untuk memilih alternatif biasanya menganggap bahwa semua
alternatif diketahui. Tetapi bagi kebanyakan keputusan, proses pencariannya
berhenti segera setelah semua alternatif yang layak telah diuji.dengan berpegang
pada pembatasan praktis ini dalam proses keputusan, bagian uraian ini meninjau
metode-metode untuk memutuskan alternatif. Teknik optimisasi menganggap sistem
keputusan adalah tertutup dalam mana semua alternatif dan hasil-hasilnya
diketahui. Persoalan penghitungan adalah menghitung alternatif mana yang optimal
untuk fungsi sasaran yang ada. Beberapa teknik untuk menggambarkan keanekaan
teknik yang dipakai dapat diikuti dibawah ini :
 System persaman (system of equations)
 Pemprograman linier (linear programming)
 Pemprograman integer (integer programming)
 Pemprograman dinamis (dynamic programming)
 Model antrian (queueing models)
 Model sediaan (inventory models)
 Analisis peranggaraan modal (capital budgeting analysis)
 Analisis impas (breakeven analysis)
Istilah teori keputusan statis digunakan sehubungan dengan teknik
mengevaluasi hasil potensial dari tindakan-tindakan alternatif dalam sebuah situasi

20
keputusan. Ini adalah model sistem keputusan tertutup, sehingga semua
alternatif dan hasil-hasilnya dianggap diketahui. Pengambil keputusan memiliki
suatu sasaran seperti misalnya memaksimalkan laba. Metode penyajian data dalam
teori keputusan adalah sebuah matriks hasil atau pohon keputusan. Orientasi SIM
pada informasi dan keputusan berarti bahwa analisis/ perancang SIM perlu
memahami teori keputusan da teknik- teknik keputusan. SIM harus dirancang untuk
memberikan dukungan keputusan dalam bentuk berbagai teknik dan ancangan.

C. Computer Based Information System (CBIS)


1. Pengertian CBIS
Sistem Informasi Berbasis Komputer atau Computer Based Information
System (CBIS) merupakan sistem pengolahan suatu data menjadi sebuah informasi
yang berkualitas dan dapat dipergunakan sebagai alat bantu yang mendukung
pengambilan keputusan, koordinasi dan kendali serta visualisasi dan analisis.
Sistem informasi dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu secara manual dan
secara otomatis atau juga dikenal sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer
(CBIS). Sebelum kita menggunakan CBIS, semua data dilakukan secara manual, di
mana semua informasi ini ditulis dan simpan dalam file yang berbeda. Kadang-
kadang, proses ini disebut non-sistem komputerisasi. Non-terkomputerisasi tidak
efisien karena menghabiskan banyak waktu untuk menemukan dan memodifikasi
informasi. Jadi, untuk menghilangkan masalah ini, sistem baru diciptakan yang
dikenal dengan sistem komputerisasi atau CBIS.
2. Sub Sistem dari Sistem Informasi Berbasis Komputer

a. Sistem Informasi Akuntansi (SIA)

SIA adalah sistem informasi yang melaksanakan aplikasi akuntansi


perusahaan, yaitu sebagai pengolah data perusahaan, Perusahaan tidak dapat
memilih untuk menggunakan SIA atau tidak, sistem ini merupakan keharusan.
Semua perusahaan pada dasarnya melaksanakan prosedur-prosedur yang sama.
SIA lebih berorientasi pada data dibanding pada informasi, walaupun ada beberapa
informasi yang dihasilkan. SIA menyediakan database bagi sisten informasi lain. SIA
adalah satu-satunya sistem informasi yang bertanggung jawab memenuhi
kebutuhan informasi di luar perusahaan, meyediakan informasi untuk seluruh
lingkungan kecuali pesaing. Tugas utama sistem informasi ini adalah:

21
1) Pengumpulan Data

Setiap tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang melibatkan elemen


lingkungan maka kegiatan tersebut disebut dengan transaksi, tindakan tersebut
dijelaskan dengan sebuah catatan data, pencatatan ini dikenal dengan istilah
pengolahan transaksi. Sistem pengolahan data mengumpulkan data yang
menjelaskan setiap tindakan internal perusahaan dan transaksi lingkungan
perusahaan.

2) Manipulasi Data

Adalah tugas yang berupa pengubahan data menjadi informasi. Manipulasi


data meliputi:

 Classification, identifikasi dan pengelompokan data menggunakan


pengkodean terhadap catatan transaksi.

 Sorting, penyusunan sesuai urutan tertentu berdasarkan kode atau


elemen data lainnya.

 Calculating, operasi aritmetika dan logika yang dilakukan pada


elemen data.

 Summarizing, penyimpulan data sehingga dihasilkan total, rata-rata


dan lain-lain.

3) Penyimpanan Data

Data yang telah dicatat kemudian disimpan dalam media penyimpanan sekunder,
dan diintegrasikan secara logis dalam bentuk database.

4) Penyediaan Dokumen

SIA menghasilkan informasi untuk individu atau organisasi baik didalam maupun
diluar perusahaan, yang dipicu oleh dua hal, yaitu:

 Tindakan : yaitu output yang dihasilkan jika terjadi sesuatu.

22
 Waktu : yaitu output yang dihasilkan pada saat tertentu.

Karakteristik SIA adalah melaksanakan tugas yang diperlukan, berpegang pada


prosedur yang relatif standar, menangani data yang rinci, berfokus pada historis,
menyediakan informasi pemecahan masalah minimal.

Sementara itu, peran SIA dalam CBIS adalah :

• SIA menghasilkan beberapa output informasi dalam bentuk laporan akuntansi


standar.

• SIA menyediakan database yang lengkap untuk digunakan dalam pemecahan


masalah.

b. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

SIM adalah suatu sistem berbasis database komputer yang menyediakan


informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai
biasanya membentuk suatu entitas formal perusahaan atau subunit dibawahnya.
Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem perusahaan tentang
apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang, dan apa
yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi tersebut tersedia
didalam laporan periodik, laporan khusus, dan hasil simulasi matematika, output
informasi tersebut digunakan manajer saat mereka membuat keputusan untuk
pemecahan masalah.

Semua informasi tersebut memiliki karakteristik yang sama untuk bidang area
fungsional (marketing, manufaktur, sdm, dan keuangan), level manajemen
(operational, manajerial, dan strategis), dan user (manajer atau non manajer)
SIM informasi memperoleh data dari database, dimana database tersebut berisi
data dan informasi dari SIA dan dari lingkungan. Suatu SIM bisa juga merupakan
suatu sistem informasi antar organisasi (IOS) jika SIM terkoneksi dengan SIM
pada perusahaan lain misalnya dengan Suplier.

SIM menggunakan data yang disediakan SIA dalam database, dan informasi lain
yang berasal dari lingkungan. Isi dari database tersebut digunakan oleh software
untuk membuat laporan periodik dan laporan khusus, serta model matematika

23
untuk mensimulasikan aspek operasi perusahan, Berbeda dengan SIA, SIM tidak
berkewajiban menyediakan informasi bagi lingkungan.

SIM akan terbentuk secara utuh jika semua sistem informasi organisasi telah
terbentuk dan terkoneksi satu sama lain. Data dan informasi disimpan dalam
satu database yang sama dan dapat dipergunakan pada area fungsional yang
lain. SIM merupakan dasar terbentuknya sistem informasi yang lebih canggih
dan kompleks yang baru berkembang dalam beberapa tahun terakhir, yaitu
Sistem Informasi Perusahaan dikenal juga dengan nama Enterprise Information
System (EntIS).

c. Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)

Dalam upaya memecahkan masalah seorang problem solver akan banyak


membuat keputusan. Keputusan harus diambil untuk menghindari atau mengurangi
dampak negatif atau untuk memanfaatkan peluang. Keputusan terbagi menjadi:

 Keputusan terprogram, bersifat berulang dan rutin.

 Keputusan tak terprogram, bersifat baru dan tidak terstruktur, tidak ada
metode pasti untuk menanganinya karena belum pernah terjadi sebelumnya.

Manajer melakukan empat tahap pengambilan keputusan, yaitu:

 Kegiatan Intelejen, mengamati lingkungan untukmencari kondisi yang perlu


diperbaiki.

 Kegiatan Merancang, menemukan, mengembangkan, dan menganalisis


berbagai alternatif tindakan yang mungkin.

 Kegiatan Memilih, memilih salah satu rangkaian tindakan diantara alternatif.

 Kegiatan Review, menilai pilihan-pilihan yang lalu.

d. Automasi Kantor (OA)

24
Automasi kantor kini disebut dengan istilah kantor virtual, mencakup semua
sistem elektronik formal dan informal terutama berkaitan dengan komunikasi
informasi ke dan dari orang –orang didalam maupun diluar perusahaan.
Pengguna OA dibagi menjadi empat kategori yaitu:

 Manajer, yang bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya


perusahaan.

 Profesional, tidak mengelola tetapi menyumbangkan keahlian khusus


yang membedakan mereka dengan sekretaris dan pegawai administrasi.

 Sekretaris, ditugaskan untuk membantu pekerja terdidik (Manajer &


Profesional) untuk melaksanakan berbagai tugas korespondensi, menjawab
telepon, dan mengatur jadwal pertemuan.

 Pegawai Administrasi, melaksanakan tugas-tugas untuk sekretaris,


seperti mengioperasikan mesin fotokopi, menyususn dokumen, menyimpan
dokumen, dan mengirim surat.

Tujuan OA adalah (1) menghindari biaya, komputer tidak dapat menggantikan


pegawai saat ini, tetapi setidaknya menunda penambahan poegawai yang
diperlukan untuk menangani penambahan beban kerja. (2) Pemecahan
Masalah kelompok, memberikan kontribusi untuk komunikasi antar manajer. (3)
Pelengkap, OA tidak dapat menggantikan komunikasi interpersonal tradisional
seperti tatap muka, percakapan telepon, tulisan memo, dan sejenisnya, tetapi
OA bersifat melengkapi sehingga jika dikombinasikan dengan media tradisional
akan memberikan sinergi.

Aplikasi OA antara lain adalah :

 Word Processing

 E-Mail

 Voice Mail

25
 Electronic Calendaring

 Audio Conferencing

 Video Conferencing

 Computer Conferencing

 Facsimile

 Videotex

 Imaging

 Desktop Publishing

e. Sistem Pakar (ES)

Sistem pakar (Expert System) adalah sebuah sistem informasi yang memiliki
intelegensia buatan (Artificial Intelegent) yang menyerupai intelegensia manusia.
Sistem pakar mirip dengan DSS yaitu bertujuan menyediakan dukungan
pemecahan masalah tingkat tinggi untuk pemakai. Perbedaan ES dan DSS adalah
kemampuan ES untuk menjelaskan alur penalarannya dalam mencapai suatu
pemecahan tertentu. Sangat sering terjadi penjelasan cara pemecahan masalah
ternyata lebih berharga dari pemecahannya itu sendiri.

Karakteristik Sistem Pakar, yaitu :

 Memiliki kemampuan belajar atau memahami masalah dari pengalaman.

 Memberikan tanggapan yang cepat dan memuaskan terhadap situasi baru.

 Mampu menangani masalah yang kompleks (semi terstruktur).

 Memecahkan masalah dengan penalaran.

26
 Menggunakan pengetahuan untuk menyelasaikan masalah.

2. Kontribusi CBIS

Saat ini sistem informasi merupakan isu yang paling penting dalam
pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan karena tujuan dari pengendalian
manajemen adalah untuk membantu manajemen dalam mengkoordinasi subunit-
sub unit dari organisasi dan mengarahkan bagian-bagian tersebut untuk mencapai
tujuan perusahaan. Dua hal yang menjadi perhatian dari definisi diatas adalah
mengkoordinasi dan mengarahkan. Tentu saja dalam dua proses tersebut
diperlukan satu sistem agar proses koordinasi dan pengarahan dapat berjalan
secara efektif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Manfaat utama dari perkembangan sistem informasi bagi sistem pengendalian


manajemen adalah :

 penghematan waktu (time saving)

 penghematan biaya (cost saving)

 peningkatan efektivitas (effectiveness)

 pengembangan teknologi (technology development)

 pengembangan personel akuntansi (accounting staff development).

Dengan berbagai manfaat dan kontribusi yang diberikan tersebut, diharapkan


setiap perusahaan dapat bertahan dalam arena kompetisi yang semakin ketat.

27
BAB III
PENUTUP

Sistem informasi dari suatu organisasi tidak akan pernah dapat


diotomatisasikan sepenuhnya atau menyeluruh. Namun demikian, suatu sistem
informasi manajemen sangat mungkin dan praktis apabila didasarkan pada rencana
keseluruhan yang bagus serta dikembangkan oleh personil sistem yang terlatih,
untuk itu diperlukan partisipasi manajemen dan sumber keuangan yang memadai.
Sistem informasi yang melayani tugas utama organisasi harus bersifat silang
fungsional dan harus terus-menerus diperbaiki demi menjaga kesinambungan
efektivitasnya. Tugas utama organisasi seringkali dilayani oleh sistem penopang
keputusan/Decision Support System(DSS) yang di dalamnya berisi model, database
dan manajer yang berinteraksi langsung.
Integrasi sistem informasi merupakansalah satu konsep kunci dari sistem
informasi manajemen. Berbagai sistem dapat saling berhubungan satu dengan yang
lain dengan berbagai cara yang sesuai dengan keperluan integrasinya. Sebagian
besar organisasi akan memperoleh kemanfaatan yang besar dari meningkatnya
derajat integrasi sistem informasi yang mereka miliki. Interaksi antara manajer dan
mesin adalah kaitan antara manajer dan mesin, yaitu suatu titik dimana mereka bisa
saling “berkomunikasi” secara tradisional sistem komputer masih sering membuat
para manajer “frustasi”, tetapi dengan adanya perkembangan baru, seperti bahasa
produktivitas, pelatihan (training), sepertinya cukup membantu memecahkan
masalah ini.
19

28
DAFTAR PUSTAKA

E.S Margianti, D. Suryadi H.S, (1994) Sistem Informasi Manajemen, Gunadarma,

Gaol, C. J. (2008). Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta:


Grasindo.

Gordon B. Davis, (1999) Sister Informasi Manajemen, Jakarta, PPM&PT Pustaka


Binaman Pressindo

Gunadarma, (1993) Pengantar Sistem Informasi, Seri Diktat Kuliah

McLeod Raymond, (1996) Sistem Informasi Manjemen (terjemahan) jilid 1,


Prentice Hall

McLeod Raymond, (1996) Sistem Informasi Manjemen (terjemahan) jilid 2,


Prentice Hall

Raymond McLeod, J., & Schell, G. P. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.

Djumiarti, T. (2013, October 22). Undip. Retrieved from Undip Web Site:
http://eprints.undip.ac.id/9848/1/BUKU_AJAR_SIM_Publik_UTK_Mhs.pdf

Ismail, M. (2013, October 22). UMM. Retrieved from UMM We Site:


http://directory.umm.ac.id/SI-PT/akuntansi-mutia.pdf

Pangestu, D. W. (2013, October 22). IlmuKomputer.Com. Retrieved from


IlmuKomputer.Com Web Site: ilmukomputer.com

Sentranet. (2013, October 22). Sentranet. Retrieved from Sentranet Web


Site:http://www.sentranet.co.id/component/content/article/46-ict-world/93-apa-
itu-sisteminformasi-manajemen.html

29

Anda mungkin juga menyukai