Anda di halaman 1dari 2

Intubasi endotrakea adalah prosedur yang sering dikerjakan di unit perawatan intensif ( Care Unit

(inflamasi) pada mukosa glotis dan subglotis (ICU)). Ulserasi dan edema dapat terjadi akibat
trauma pada tindakan intubasi itu sendiri dan akibat penekanan atau iritasi oleh pipa endotrakea.
Inflamasi ini menyebabkan obstruksi jalan napas atas yang ditandai dengan stridor, sehingga
berisiko untuk terjadinya kegagalan ekstubasi, yaitu perlunya reintubasi dalam 24-48 jam pasca-
ekstubasi. Tindakan reintubasi ini berarti akan memperpanjang lama rawat di ICU, meningkatkan
risiko terjadinya berbagai penyulit akibat penggunaan ventilator mekanis, dan meningkatkan
mortalitas. Pada pasien di ICU anak (Pediatric ICU (PICU)) yang diintubasi karena berbagai sebab,
sebanyak 37% mengalami kegagalan ekstubasi akibat obstruksi jalan napas atas dan 14% di
antaranya memerlukan trakeostomi.

Spasme laring adalah obstruksi laring karena spasme sebagian atau seluruh otot-otot intrinsik dan ekstrinsik
laring. Spasme laring merupakan penyebab tersering sumbatan jalan napas setelah ekstubasi pada anestesi
umum. Pada operasi disekitar jalan napas seperti tonsilektomi dan adenoidektomi spasme laring dapat
terjadi, dengan angka kejadian mencapai 21-26 %. Penanganan spasme laring pada umumnya dapat diatasi
dengan pemberian oksigen 100% tekanan positif dengan sungkup muka, jika terlambat dalam mendiagnosis
dan menangani spasme laring dapat terjadi hipoksia berat, dan juga dapat terjadi edema paru akut.
Pencegahan spasme laring setelah ekstubasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan
pemberian obat-obatan seperti lidokain topikal dan lidokain intravena. Tetapi teknik ekstubasi untuk
mencegah spasme laring masih sangat jarang diteliti. Pada penelitian Tsui, tahun 2004 tentang teknik
ekstubasi sadar tanpa sentuh pada operasi tonsilektomi dan adenoidektomi angka kejadian spasme laring
0%. Penelitian Leicht, tentang perbandingan antara teknik ekstubasi sadar dengan lidokain intravena dan
tanpa lidokain intravena terhadap kejadian spasme laring, menyebutkan bahwa tidak ada beda antara
ekstubasi sadar dengan lidokain intravena dan tanpa lidokain intravena terhadap kejadian spasme laring
(22%). Hasil penelitian Leicht berbeda dengan hasil penelitian Baraka, pada penelitian Baraka menyatakan
bahwa tidak terjadi spasme laring pada teknik ekstubasi sadar dengan lidokain intravena.

Spasme laring adalah penyebab tersering sumbatan jalan napas setelah ekstubasi pada anestesi
umum, terutama pada operasi di sekitar jalan napas seperti tonsilektomi dan adenoidektomi,
dimana kejadiannya mencapai 21-28%. Pada penelitian lain dikatakan, pada operasi dengan gas
desfluran tanpa premedikasi, tingkat kejadian spasme laringnya mencapai 80% dan kejadian
desaturasi (Sp O2 < 92%) mencapai 60%. Edema paru sebagai akibat dari spasme laring dilaporkan
terjadi pada dewasa dan anak-anak. Secara umum spasme laring dapat diatasi dengan pemberian
oksigen 100% tekanan positif dengan sungkup muka, dan sekitar 0,19% memerlukan tindakan
reintubasi. Banyak penelitian yang sudah dilaporkan untuk mencegah kejadian spasme laring
terutama dengan pemberian obat-obatan seperti lidokain topikal, lidokain intra vena, dan
magnesium intra vena, yang pada orang-orang tertentu perlu dipertimbangkan risikonya. Di sisi
lain, masih sangat sedikit penelitian yang menitikberatkan pada teknik ekstubasi untuk mencegah
spasme laring1, selain dengan teknik ekstubasi dalam. Risiko teknik ekstubasi dalam adalah
aspirasi karena inkompetensi jalan napas dan gangguan keadekuatan ventilasi. Penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya untuk mengurangi kejadian spasme laring yang berhubungan
dengan penelitian ini adalah : Pra penelitian Tsui, 2004 menggunakan teknik ekstubasi sadar
tanpa sentuhtanpa pembanding mendapatkan spasme laring sebesar 0 % .

Penelitian ini bertujuan melanjutkan penelitian Tsui, 2004 dan memodifikasi penelitian tersebut dengan
pembanding ekstubasi dalam serta memperbaiki teknik penelitian dengan randomisasi yang tidak
dilakukan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai