Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

KAJIAN PANCASILA MELALUI PERSEFEKTIF HISTORIS

Oleh :

I GEDE SANDI WIARSANA

1313021002 ( 80 )
NI KADEK ARIDANI BASUNARI
1313021052 ( 80 )

Semester/Kelas I/A

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
GANESHA
SINGARAJA
2013
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas asungkerta waranugraha-Nya, makalah mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang berjudul Kajian Pancasila Melalui Persefektif Historis dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun materiil yang diberikan guna
membantu penyelesaian makalah ini.Terima kasih kepada rekan-rekan semester 1
kelas A yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis. Tidak lupa
pula, ucapan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan doa dan restu
serta dukungan materiil kepada penulis. Terima kasih pula kepada para penulis
yang tulisannya dikutip sebagai bahan rujukan dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima dengan terbuka saran dan kritik konstruktif untuk
menjadikan makalah ini lebih baik di kemudian hari. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembaca.
Om Santih, Santih, Santih, Om

Singaraja, November 2013

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Permasalahan 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
Bab 2 Pembahasan
2.1 Bahasan Teoritik Konseptual 4
2.1.1 Perkem
bangan Kerajaan-Kerajaan di Indonesia 4
2.1.2 Masa
Perjuangan Bangsa 6
2.1.3 Masa
Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan 14
2.2 Bahasan Kajian Kasus 17
2.2.1 Identifik
asi Masalah 17
2.2.2 Faktor
Penyebab Terjadinya Pemberontakan Darul Islam 20
2.2.3 Upaya
Pemecahan Masalah 21
Bab 3 Penutup
3.1 Simpulan 22
3.2 Saran dan Rekomendasi 22
Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan
Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia sebelum disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sejak jaman dahulu sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara, yang
berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius. Sebagai dasar
negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya yang tidak lain adalah para
pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat negara Indonesia. Proses
perumusan dilakukan oleh BPUPKI dan disahkan oleh PPKI.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk memahami Pancasila secara
lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia,
mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk
membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi
kesejahteraan hidup bersama, yaitu negara yang berdasarkan Pancasila.
Sidang PPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar
negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal
18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI,
Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung
unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa
dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Adapun sila yang terkandung dalam pancasila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa
Indonesia. Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia yang
hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang. Nilai-nilai yang terkandung

1
dalam Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala
sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara yang berupa nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan, serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat
serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga
materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri.
Sejarah telah mencatat perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk
suatu negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi kesejahteraan
hidup bersama berdasarkan atas Pancasila. Tentunya rangkaian peristiwa yang
telah tercatat dalam lubuk negeri kita tercinta, masih menyisakan tanya pada
generasi muda penerus bangsa ini. Menengok kembali sejarah perjuangan bangsa
dalam kaitannya dengan lahirnya Pancasila adalah hal yang perlu untuk dikaji
kembali.

1.2 Rumusan Masalah


a. Deskripsi Teori Konseptual
Bagaimana kajian Pancasila dilihat dari perspektif historis ?
b. Deskripsi Kajian Kasus
Apa yang melatarbelakangi Pemberontakan DI/TII di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Deskripsi Teori Konseptual
Untuk mengetahui dan mengkaji Pancasila dari Perspektif Historis
b. Deskripsi Kajian Kasus
Untuk mengkaji dan membahas mengenai permasalahan tentang
Pemberontakan DI/TII di Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan


Bagi Penulis
Makalah ini bagi penulis memberikan banyak manfaat terutama dalam
penulisan makalah, dalam cara pencarian data baik berupa data yang di
dapat secara langsung maupun data yang di dapat secara tidak langsung
melalui sumber-sumber yang ada.

2
Bagi Pembaca
Makalah ini dapat dijadikan sebagai kajian dalam rangka meningkatkan
prestasi diri khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada
umumnya. Serta dapat dijadikan sebagai pedoman untuk tetap
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui pembelajaran
Pendidikan Pancasila

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BAHASAN TEORITIK KONSEPTUAL

2.1.1 Perkembangan Kerajaan-Kerajaan di Indonesia


2.1.1.1 Zaman Kutai
Kerajaan kutai memasuki wilayah Indonesia pada tahun 400 M,
dengan ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Dengan
ditemukannya yupa tersebut bangsa Indonesia telah memasuki zaman sejarah.
Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman merupakan
keturunan dari Raja Aswawarman dan merupakan keturunan dari Raja Kudungga.
Raja Mulawarman menurut prasasti tersebut mengadakan kenduri (syambara) dan
memberi sedekah kepada para Brahmana, dan para Brahman membangun sebuah
yupa sebagai tanda terima kasih atas raja yang dermawan. Masyarakat Kutai yang
membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya menampilkan nilai-nilai sosial
politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri serta sedekah kepada
brahmana.

2.1.1.2 Zaman Sriwijaya


Pada abad VII munculah kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Sriwijaya, di
bawah kekuasaan wangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti Kedukan
Bukit di kaki bukit Siguntang dekat Palembang yang bertahun 605 aka atau 683
M dalam bahasa Melayu kuno dan huruf Pallawa. Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan armada lautnya dan merupakan
suatu kerajaan besar yang cukup disegani di kawasan Asia Selatan. Kunci-kunci
lalu lintas laut di sebelah barat dapat dikuasainya seperti selat Sunda (686 M)
kemudian selat Malaka (775 M).
Dalam menjalankan sistem kenegaraannya, kerajaan tersebut tidak dapat
dilepaskan dari nilai Ketuhanan yang diwujudkan dalam pembangunan patung-
patung suci. Agama dan kebudayaannya juga dikembangkan dengan mendirikan
suatu Universitas agama Budha yang sangat terkenal di negara lain di Asia. Cita-

4
cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercemin dalam
kerajaan Sriwijaya yaitu membentuk Negara yang adil dan makmur.

2.1.1.3 Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Majapahit


Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang
menanamkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga pada abad VII,
Sanjaya pada abad VIII yang kemudian ikut membantu membangun candi
Kalasan untuk Dewa Tara dan membangun sebuah wihara untuk pendeta Budha
yang didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra (abad VII dan
IX). Refleksi puncak budaya dari Jawa Tengah dalam periode kerajaan-kerajaan
tersebut adalah dibangunnya candi Borobudur (candi agama Budha pada abad IX)
dan candi Prambanan (candi agama Hindu pada abad X).
Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut, di Jawa Timur
munculah kerajaan Isana (pada abad IX), Darmawangsa (abad X), demikian juga
kerajaan Airlangga pada abad XI. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan
dan asrama. Raja ini memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang
diakui oleh kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu, dan agama Syiwa yang
hidup berdampingan secara damai. Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga
telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Ghola,
dan Champa. Hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan.

2.1.1.4 Kerajaan Majapahit


Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman
keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah
Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang dari
semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan
Utara.
Pada waktu itu, agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan
damai dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365).
Dalam kitab tersebut, telah terdapat istilah Pancasila. Empu Tantular mengarang
buku Sutasoma dan di dalam buku itulah kita jumpai sloka persatuan nasional

5
yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang bunyi lengkapnya Bhinneka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrua artinya walaupun berbeda, namun satu jua adanya sebab
tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya
realitas kehidupan agama pada saat itu yaitu agama Hindu dan Budha.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang
Ratu dan Menteri-Menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang
berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut: Saya baru
akan berhenti berpuasa makan palapa, jika seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara jika Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali,
Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan. Selain itu, dalam hubungannya
dengan negara lain Raja Hayam Wuruk senantiasa mengadakan hubungan
tetangga, baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa, dan Kamboja.
Majapahit menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan
banyak meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme negara
kebangsaan Indonesia. Kemudian, karena disebabkan oleh faktor keadaan dalam
negeri sendiri seperti perselisihan dan perang saudara pada permulaan abad XV
maka sinar kejayaan Majapahit berangsur-angsur mulai memudar dan akhirnya
mengalami keruntuhan dengan Sinar Hilang Kertaning Bumi pada permulaan
abad XVI (1520).

2.1.2 Masa Perjuangan Bangsa Indonesia


2.1.2.1 Zaman Penjajahan
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah
Agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersamaan dengan itu berkembang
pulalah kerajaan-kerajaan Islam seperti Kerajaan Demak, dan mulailah
berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mereka itu antara lain orang
Portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari
pusat tanaman rempah-rempah.
Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang pada awalnya berdagang
adalah orang-orang bangsa Portugis. Namun lama kelamaan bangsa Portugis
mulai menunjukan peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat
menjadi praktek penjajahan.

6
Pada akhir abad ke XVI Bangsa Belanda datang pula ke Indonesia dengan
menempuh jalan yang penuh kesulitan. Untuk menghindari persaingan mereka
sendiri yaitu Bangsa Belanda, untuk mengantisipasi masalah tersebut kemudian
mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama VOC (Verenidge
Oost Indische Compagnie). VOC ini dikalangan rakyat dikenal dengan dengan
istilah kompeni.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan hingga
rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah pemirintahan Sultan
Agung berupaya mengadakana perlawanan dan menyerang ke Batavia tahun 1628
dan 1929, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P
Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua itu.
Namun penghisapan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan
sistem monopoli malalui tanam paksa dengan memaksakan beban kewajiban
tehadap rakyat yang tidak berdosa. Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan
Belanda sudah tidak peduli lagi dengan ratap penderitaan tersebut, bahkan mereka
semakin gigih dalam menghisap rakyat untuk memperbanyak kekayaan Bangsa
Belanda.

2.1.2.2 Kebangkitan Nasional


Budi Utomo
Kebangkitan nasioanal (1908) digagas oleh dr. Wahidin Sudirohusodo
dengan Budi Utomonya. Budi Utomo ini didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh
Dr. Sutomo. Gerakan inilah yang merupakan awal gerakan nasional untuk
mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan
kekuatannya sendiri.
Sarikat Islam (SI)
Berdirinya Serikat Islam didahului oleh Serikat Dagang Islam yang
didirikan pada tahun 1911 oleh Kyai Haji Samanhudi atas usulan R.M.Tirto
Adisuryo. Tujuan organisasi ini adalah memajukan perdagangan Indonesia dan
anggotanya mula-mula hanya pedagang yang beragama Islam. Pada tahun 1921
SDI mengadakan kongres di Surabaya, dimana SDI dirubah menjadi Serikat
Islam, dengan ketua umum H.Oemar Said Tjokroaminoto. Tujuan SI adalah

7
memajukan perdagangan bangsa Indonesia, kesejahteraan rakyat dan memajukan
cara hidup menurut ajaran Agama Islam
Indische Partij
Indische Partij (IP) didirikan pada tahun 1912 oleh tiga serangkai yaitu,
Suwardi Suryaningrat, Dr. Tjiptomangkusumo,dan E.F.E.Douwes Dekker. Partai
politik ini berusaha mempersatukan kaum Belana-Indo yang merasa tidak puas
dengan tindakan-tindakan pemerintah Belanda terhadap Bangsa Indonesia yang
menentang politik penjajahan Belanda. Tujuan politik itu adalah menghidupkan
rasa kebangsaan dikalangan golongan tersebut untuk bersama-sama
mempersiapkan pembentukan tanah air Indonesia merdeka.
Partai Nasional Indonesia (PNI)
(PNI) (1927) yang dipelopori oleh Ir. Soekarno, Ciptomangunkusumo, Sartono,
dan tokoh lainnya. Mulailah kini perjuangan bangsa Indonesia dititik beratkan
pada persatuan nasional dengan tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
Sumpah Pemuda
a. Kongres Pemuda I
Kongres ini diselenggarakan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di
Jakarta. Kongres Pemuda I ini, menerima persatuan dan kesatuan Indonesia, tetapi
gagal membentuk badan sentral, karena masih adanya perbedaan pendapat dan
kesalahpahaman diantara mereka.
b. Kongres Pemuda II
Kongres ini diselenggarakan pada tanggal 26-28 Oktober 1928 di Jakarta.
Kongres yang dihadiri oleh 9 organisasi pemuda dan sejumlah tokoh politik,
membawa semangat nasionalis ketingkat yang lebih tinggi, Karen para utusan
yang datang mengucapkan sumpah yang berbunyi sebagai berikut:
1. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang
satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa
Indonesia.
3. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
Keputusan yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 ini kemudian
dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

8
2.1.2.3 Zaman Penjajahan Jepang
Jepang menjajah di Indonesia mengalami berbagai hambatan dari pihak
Belanda yang ingin menjajah kembali di Indonesia. Oleh karena kondisinya yang
begitu terdesak akhirnya Jepang meminta simpati dari bangsa Indonesia dengan
memberikan janji kemerdekaan tanpa syarat. Untuk meyakinkan janji itu Jepang
mendirikan badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
BPUPKI ini mengadakan dua kali sidang yaitu sidang pertama dilaksanakan pada
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan sidang yang kedua pada tanggal 10-16 Juli 1945.

2.1.2.4 Sidang BPUPKI Pertama


Sidang BPUPKI pertama diadakan selama 4 hari, berturut-turut yang
tampil menyampaikan usulannya antara lain :
1. Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945, Muh. Yamin mengusulkan
calon rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut :
I. Peri Kebangsaan,
II. Peri Kemanusiaan,
III. Peri Ketuhanan,
IV. Peri Kerakyatan
V. Kesejahteraan Rakyat ( Keadilan Sosial).

2. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)


Prof. Dr. Soepomo mengusulkan hal-hal sebagai berikut :
I. Persatuan
II. Kekeluargan
III. Mufakat dan Demokrasi
IV. Musyawarah
V. Keadilan

3. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)


Beliau mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang
rumusannya adalah sebagai berikut :
I. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia),
II. Internasionalisme (peri kemanusiaan),
III. Mufakat (demokrasi),
IV. Kesejahteraan sosial,
V. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan).

9
Lima prinsip dasar negara tersebut kemudian oleh Soekarno
diusulkan agar diberi nama Pancasila. Menurut Soekarno berikutnya
kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Tri Sila yang meliputi
(1) Sosio nasionalisme yang merupakan sintesa dari Kebangsaan
(nasionalisme) dengan peri kemanusiaan (internasionalisme),
(2) Sosio demokrasi yang merupakan sintesa dari mufakat
(demokrasi), dengan Kesejahteraan sosial,
(3) Ketuhanan.
Berikutnya beliau juga mengusulkan bahwa Tri Sila tersebut juga dapat
diperas menjadi Eka Sila yang intinya adalah gotong royong. Beliau
mengusulkan bahwa pancaasila adalah dasar falsafat negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia.

2.1.2.5 Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945)


Hari pertama sebelum sidang BPUPKI kedua dimulai, diumumkan oleh
ketua bahwa ada penambahan 6 anggota baru Badan Penyelidik yaitu (1) Abdul
Fatah Hasan, (2) Asikin Natanegara, (3) Soerjo Hamidjojo, (4) Muhammad Noor,
(5) Besar, (6) Abdul Kaffar.
Selain tambahan anggota BPUPKI, Ir. Soekarno melaporkan hasil
pertemuannya yang dilakukan sejak tanggal 1 Juni yang lalu. Menurut laporan itu,
pada tanggal 22 Juni 1945 Ir. Soekarno mengadakan pertemuan Panitia Kecil
dengan anggota-anggota Badan Penyelidik yang disebut dengan Panitia Sembilan.
1. Ir. Soekarno 6. Mr. Soebardjjo
2. Wachid Hasyim 7. Kyai Abdul Kahar Moezakir
3. Mr. Muh. Yamin 8. Abikoesno Tjokrosoejoso
4. Mr. Maramis 9. Haji Agus Salim
5. Drs. Moh. Hatta

Panitia sembilan ini mencapai persetujuan antara golongan Islam dengan


golongan Kebangsaan. Modus atau persetujuan tersebut tertuang dalam suatu
rancangan pembukaan Hukum Dasar, rancangan Preambul Hukum Dasar yang
dipermaklumkan oleh panitia kecil badan penyelidik dalam rapat BPUPKI kedua
tanggal 10 Juli 1945. Panitia Kecil Badan Penyelidik menyetujui sebulat-bulatnya
rancangan Preambul yang disusun oleh Panitia Sembilan tersebut.
Keputusan-keputusan lain untuk membentuk panitia kecil yaitu sebagai
berikut.

10
1. Panitia perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir.
Soekarno.
2. Panitia ekonomi dan keuangan yang diketuai oleh Drs. Moh. Hatta.
3. Panitia pembelaan tanah air diketuai oleh Abikusno Tjokrosoejoso.

2.1.2.6 Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945


Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu maka kesempatan itu
dipergunakan sebaik-baiknya oleh para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia.
Namun terdapat perbedaan pendapat dalam pelaksanaan serta waktu Proklamasi.
Dalam masalah ini, golongan pemuda lebih bersikap agresif yaitu untuk
menghendaki kemerdekaan secepat mungkin. Perbedaan itu memuncak denngan
diamankannya Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok agar tidak dapat
pengaruh dari Jepang. Setelah diadakan pertemuan di Pejambon Jakarta pada
tanggal 16 Agustus 1945 dan diperoleh kepastian bahwa Jepang telah menyerah
maka Dwitunggal Soekarno Hatta setuju untuk diadakannya proklamasi
kemerdekaan, akan tetapi dilaksanakan di Jakarta. Untuk mempersiapkan
proklamasi tersebut maka pada tengah malam, Soekarno-Hatta pergi ke rumah
Laksamana Maeda di Oranye Nassau Boulevard (sekarang Jl. Imam Bonjol No. 1)
untuk menegaskan bahwa pemerintah Jepang tidak campur tangan tentang
proklamasi. Setelah memperoleh kepastian maka Soekarno-Hatta mengadakan
pertemuan pada larut malam dengan Mr. Achmad Soebardjo, Soekarni, Chaerul
Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Mr. Iwakusumasumantri, dan
beberapa anggota PPKI untuk merumuskan redaksi naskah Proklamasi. Pada
pertemuan tersebut, akhirnya konsep Soekarno yang diterima dan diketik oleh
Sayuti Melik.
Kemudian pagi harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan
Timur 56 Jakarta, tepat pada hari Jumat jam 10.00 WIB (jam 11.30 waktu
Jepang), Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan naskah
proklamasi dengan khimat dan diawali dengan pidato.

PROKLAMASI

11
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN
KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI
PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN
DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-
SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SUKARNO-HATTA

2.1.2.7 Sidang PPKI


Sehari setelah proklamasi keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945,
PPKI mengadakan sidang pertama. Sebelum sidang resmi dimulai, sekitar 20
menit dilakukan pertemuan untuk membahas beberapa perubahan yang berkaitan
dengan rancangan naskah penitia pembukaan UUD 1945 yang pada saat itu di
kenal dengan nama Piagam Jakarta. Berikut akan di jelaskan sidang-sidang yang
dilaksanakan oleh PPKI
Sidang pertama (18 Agustus 1945)
Sidang ini dihadiri oleh 27 orang dan menghasilkan keputusan berikut :
Mengesahkan Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945
meliputi :
Memilih Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil
presiden yang pertama
Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai
badan musyawarah darurat.

Sidang kedua (19 Agustus 1945)


Adapun yang dapat dihasilkan dari sidang kedua PPKI adalah Menentukan
ketetapan sebagai berikut :
Tentang daerah propinsi : Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatra, Borneo, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil.
Untuk sementara waktu kedudukan kooti dan sebagainya di
teruskan seperti sekarang.

12
Untuk sementara waktu kedudukan dan gemeente diteruskan
seperti sekarang dan di bentuknya 12 departemen kementrian yang
meliputi:
1. Departemen Dalam Negeri
2. Departemen Luar Negeri
3. Departemen Kehakiman
4. Departemen Keuangan
5. Departemen Kemakmuran
6. Departemen Kesehatan
7. Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan
8. Departemen Sosial
9. Departemen Pertahanan
10. Departemen Penerangan
11. Departemen Perhubungan
12. Departemen Pekerjaan Umum (Sekretariat Negara, 1995 :
461).

Sidang ketiga (20 agustus 1945)


Melakukan pembahasan terhadap agenda tentang badan penolong korban
perang yang terdiri dari 8 pasal tersebut yaitu pasal 2 dibentuklah suatu badan
yang disebut Badan Keamanan Rakyat BKR.

Sidang keempat (22 agustus 1945)


Membahas agenda tentang komite nasional Partai Nasional Indonesia yang
berkedudukan di Indonesia.

2.1.3 Masa Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan


2.1.3.1 Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat
Berdasarkan hasil KMB dan konstitusi RIS dibentuklah suatu negara
federal yang bernama Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 27
Desember 1949 di kota Den hag. Konstitusi RIS antara lain:
1. Konstitusi RIS menentukan bentuk Negara Serikat (federalistis)
yang dibagi atas 16 negara bagian
2. Konstitusi RIS menentukan suatu sifat pemerintahan yang
liberalistis atau pemerintahan yang berdasarkan demokrasi parlementer
3. Mukadimah konstitusi RIS telah menghapuskan semangat jiwa
maupun isi pembukaan UUD Proklamasi.

13
2.1.3.2 Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1950
Pada saat negara kesatuan RIS hanya tinggal 3 yaitu negara bagian RI
proklamasi, Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatra Timur (NST).
Berdasarkan persetujuan RIS dengan negara RI maka seluruh negara bersatu
dalam negara kesatuan dengan konstitusi sementara yang berlaku sejak 17
Agustus 1950. Namun, pada saat itu pemerintah masih berasas demokrasi liberal
sehingga isi maupun jiwanya merupakan penyimpangan terhadap Pancasila. Hal
ini disebabkan oleh:
1. Sistem multipartai dan kabinet parlementer berakibat silih
bergantinya kabinet yang rata-rata berumur 6 atau 8 bulan.
2. Secara ideologis Mukadimah Konstitusi Sementara 1950 tidak
berhasil mendekati perumusan autentik pembukaan UUD 1945,
demikian juga perumusan Pancasila dasar negara juga terjadi
penyimpangan.

2.1.3.3 Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Konstituante RIS tidak berhasil menjalankan tugasnya karena tidak


berhasil memutuskan mengenai dasar Negara Republik Indonesia. Kemelut
nasional ini diakhiri oleh keluarnya Dekrit Peresiden 5 Juli 1959 dan kembali
pada UUD 1945. Isi dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ialah:
1. Pembubaran Konstituante
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya
UUDS 1950
3. Terbentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya
Setelah Dekrit Peresiden 5 Juli 1959 ketatanegaraan Indonesia berangsur
membaik. Namun, keadaan ini dimanfaatkan oleh kaum Komunis. Ideologi
Pancasila saat itu dirancang oleh PKI yang digantinya dengan ideologi Manipol
Usdek serta konsep Nasakom. Peristiwa demi peristiwa yang dicoba oleh komunis
untuk menggantikan ideologi Pancasila sampai pada puncaknya ialah meletusnya
pemberontakan G 30 S PKI tanggal 30 September 1965 disertai dengan
pembunuhan beberapa jendral. Pemberontakan PKI berupaya untuk mengganti

14
secara paksa ideologi dan filsafat Negara Pancasila dengan ideologi Komunis
Marxis.
Namun, Indonesia tak goyah walaupun terancam digantikan oleh ideologi
komunis secara paksa. Hal ini dikarenakan Pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa juga sebagai jiwa bangsa . Maka tanggal 1 Oktober 1965 diperingati oleh
bangsa Indonesia sebagai hari Kesaktian Pancasila.

2.1.3.4 Masa Orde Baru


Dalam upaya untuk meningkatkan kemurnian pelaksanaan Pancasila dan
UUD 1945 maka dibentuklah Front Pancasila oleh beberapa partai politik dan
organisasi masa. Bersama dengan KAMI front Pancasila muncul sebagai
pendukung orde baru dan mempelopori tuntutan yang lebih luas yang menyangkut
penataan kembali kehidupan kenegaraan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Tuntutan untuk membubarkan PKI kemudian ditegaskan oleh KAMI
dengan Tritura pada tanggal 12 januari 1966. Isi dari Tritura ialah:
a. Bubarkan PKI
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI
c. Turunkan harga dan perbaiki ekonomi

Karena orde lama akhirnya tidak mampu lagi menguasai pimpinan negara
maka presiden memberikan kekuasaan penuh pada panglima angkatan darat
Letnan Jendral Soeharto dalam surat perintah 11 maret 1966.
Demikianlah orde baru berangsur-angsur melaksanakan program dalam
upaya untuk merealisasikan pembangunan nasional sebagai perwujudan
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

15
2.2 BAHASAN KAJIAN KASUS

PEMBERONTAKAN DI/TII

2.2.1 IDENTIFIKASI MASALAH


Gerakan DI/TII adalah organisasi yang berjuang atas nama Umat Islam
yang ada di seluruh Indonesia. Nama NII sebenarnya kependekan dari Negara
Islam Indonesia dan kemudian banyak orang yang menyebutkan dengan nama
Darul islam atau yang dikenal dengan nama DI arti kata darul Islam ini sendiri
adalah Rumah Islam dari kata tersebut dapat kita ambil pengertian bahwa
organisasi ini merupakan tempat atau wadah bagi umat islam yang ada di
Indonesia untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi mereka, agar aspirasi-aspirasi
mereka dapat tertampung dan dapat terorganisir sehingga berguna bagi umat islam
di Indonesia.

1. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat ( Darul Islam/Tentara


Islam Indonesia )

Pada tanggal 7 Agustus 1949 di suatu


desa di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat).
Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo
memproklamirkan berdirinya Negara Islam
Indonesia. Gerakannya di namakan Darul Islam
(DI) sedang tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) Gerakan ini
dibentuk pada saat Jawa Barat di tinggal oleh Pasukan Siliwangi yang berhijrah ke
Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam Rangka melaksanakan ketentuan dalam
Perundingan Renville.
Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasa
melakukan gerakannya dengan membakar Rumah Rumah Rakyat, Membongkar
Rel Kereta Api, menyiksa dan merampok harta benda penduduk. Akan tetapi
setelah pasukan Siliwangi mengadakan Long March kembali ke Jawa Barat,
gerombolan DI/TII ini harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.

16
Usaha Untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama
disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :

1. Medannya berupa daerah pegunungan pegunungan sehingga


sangat mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,

2. Pasukan Kartosuwirjo dapat bergerak dengan leluasa di Kalangan


Rakyat,

3. Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda,


antara lain pemilik pemilik perkebunan dan para pendukung negara
Pasundan,

4. Suasana Politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan


partai politik telah mempersulit usaha usaha pemulihan keamanan.

Selanjutnya dalam menghadapi aksi DI/TII pemerintah mengerahkan


pasukan TNI untuk menumpas gerombolan ini. Pada tahun 1960 pasukan
Siliwangi bersama rakyat melakukan operasi Pagar Betis dan operasi
Bratayudha Pada tanggal 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo beserta
para pengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi
Bratayudha di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa Barat. Kemudian
Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo oleh Mahkamah Angkatan Darat dijatuhi
hukuman mati sehingga pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dapat di padamkan.

2. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.


Gerombolan DI/TII ini tidak hanya di Jawa Barat akan tetapi di Jawa
Tengah juga muncul pemberontakan yang didalangi oleh DI/TII. Pemberontakan
DI/TII di Jawa Tengah di bawah pimpinan Amir Fatah yang bergerak di daerah
Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Dan Moh. Mahfudh Abdul Rachman (Kiai
Sumolangu)
Untuk menumpas pemberontakan ini pada bulan Januari 1950 pemerintah
melakukan operasi kilat yang disebut Gerakan Banteng Negara (GBN) di
bawah Letnan Kolonel Sarbini (Selanjutnya di ganti Letnan Kolonel M. Bachrun

17
dan Kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani). Gerakan operasi ini dengan pasukan
Banteng Raiders.
Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan bagian
dari DI/TII,yakni dilakukan oleh Angkatan Umat Islam (AUI) yang dipimpin
oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai Romo Pusat atau
Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu kurang
lebih Tiga Bulan.

Pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang


dilakukan oleh Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII pada bulan
Desember 1951. Untuk menumpas pemberontakan ini Pemerintah melakukan
Operasi Merdeka Timur yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto,
Komandan Brigade Pragolo. Pada awal tahun 1952 kekuatan Batalyon
pemberontak tersebut dapat dihancurkan dan sisa sisanya melarikan diri ke Jawa
Barat.

3. Pemberontokan DI/TII di Aceh.


Gerombolan DI/TII juga melakukan pemberontakan di Aceh yang
dipimpin oleh Teuku Daud Beureuh. Adapun penyebab timbulnya pemberontakan
DI/TII di Aceh adalah kekecewaan Daud Beureuh karena status Aceh pada tahun
1950 diturunkan dari daerah istimewa menjadi karesidenan di bawah Provinsi
Sumatera Utara. Pada tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh yang waktu itu
menjabat sebagai Gubernur Militer menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian
dari Negara Islam Indonesa di bawah Pimpinan Sekarmadji Maridjan
Kartosuwiyo.
Dalam menghadapi pemberontakan DI/TII di Aceh ini semula pemerintah
menggunakan kekuatan senjata. Selanjutnya atas prakarsa Kolonel M. Yasin,
Panglima Daerah Militer 1/Iskandar Muda, Pada tanggal 17 21 Desember 1962
diselenggarakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang mendapat
dukungan tokoh tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/TII di
Aceh dapat dipadamkan.

4. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

18
Di Sulawesi Selatan juga timbul pemberontakan DI/TII yang dipimpin
oleh Kahar Muzakar. Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut
kepada pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya
Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat ( APRIS ). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
Pemerintah melakukan pendekatan kepada Kahar Muzakar dengan
memberi pangkat Letnan Kolonel. Akan tetapi pada tanggal 17 Agustus 1951
Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan dan melakukan aksi
dengan melakukan teror terhadap rakyat.
Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan ini
pemerintah melakukan Operasi Militer. Baru pada bulan Februari 1965 Kahar
Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di
Sulawesi dapat dipadamkan.

5. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.


Pada bulan oktober 1950 DI/TII juga melakukan pemberontakan di
Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Para pemberontak melakukan
pengacauan dengan menyerang pos pos kesatuan TNI.
Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya
melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk
menyerah, dan akan diterima menjadi anggota TNI.
Ibnu Hajar pun menyerah, akan tetapi setelah menyerah melarikan diri dan
melakukan pemberontakan lagi. Selanjutnya pemerintah mengerahkan pasukan
TNI sehingga pada akhir tahun 1959 Ibnu Hajar beserta seluruh anggota
gerombolannya pun tertangkap.

2.2.2 FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PEMBERONTAKAN DARUL


ISLAM
Karena penolakan terhadap hasil Perundingan Renville, sehingga kekuatan
militer Republik Indonesia harus meninggalkan wilayah Jawa Barat yang dikuasai
Belanda. TNI harus mengungsi ke daerah Jawa Tengah yang dikuasai Republik
Indonesia. Tidak semua komponen bangsa menaati isi Perjanjian Renville yang

19
dirasakan sangat merugikan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah S.M.
Kartosuwiryo beserta para pendukungnya. Pada tanggal 7 Agustus 1949,
Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).
Tentara dan pendukungnya disebut Tentara Islam Indonesia (TII). Gerakan Darul
Islam yang didirikan oleh Kartosuwiryo mempunyai pengaruh yang cukup luas.
Pengaruhnya sampai ke Aceh yang dipimpin Daud Beureueh, Jawa Tengah
(Brebes, Tegal) yang dipimpin Amir Fatah dan Kyai Somolangu (Kebumen),
kalimantan selatan dipimpin Ibnu Hajar, dan Sulawesi Selatan dengan tokohnya
Kahar Muzakar.

2.2.3 UPAYA PEMECAHAN MASALAH


Penyelesaian masalah pemberontakan DI/TII diserahkan kepada panglima
divisi masing-masing daerah, misalnya DI/TII Jawa Barat oleh Divisi Siliwangi,
DI/TII Jawa Tengah oleh Divisi Diponegoro, DI/TII di Sulawesi Selatan oleh
Divisi Hasanuddin, DI/TII di Kalimantan Selatan oleh Divisi Lambung
Mangkurat, dan DI/TII Aceh oleh Divisi Bukit Barisan. Oleh karenanya cara
penyelesaiannya pun berbeda, DI/TII Jawa barat Jawa tengah dan Sulawesi
Selatan melalui perang dan DI/TII aceh serta Kalimantan Selatan melalui cara
damai. Daud Beureuh yang memimpin DI/TII aceh menyerah pada bulan
desember 1962 dan Ibnu Hadjar yang memimpin DI/TII Kalimantan Selatan
menyerah pada bulan juli 1963. Setelah terjadi beberapa pemberontakan darul
islam dan akhirnya pemerintah bisa memusnahkan gerakan ini sehingga
pemerintah dapat kembali menjalankan tugas kenegaraannya.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia sebelum kita mendirikan negara. Proses terbentuknya
suatu negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada
abad IV,V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak
pada abad VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah wangsa
Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di
Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para
pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain yang dilakukan oleh para tokoh
pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada
sumpah pemuda tahun 1928. Akhirnya, titik kulminasi sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dalam mendirikan negara tercapai dengan diproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.

3.2 Saran dan Rekomendasi


Telah kita ketahui betapa panjang rintihan sejarah perjuangan bangsa
kita hingga mencapai kemerdekaan. Oleh karena itu, sebaiknya warga negara
Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati,
menghargai, menjaga, memahami, dan melaksanakan segala hal yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga
kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Nasionalisme Indonesia, Persefektif Sejarah Bangsa dan


Pancasila. Dalam
http://indonesian.irib.ir/cakrawala/-/asset_publisher/Alv0/content/id/5099765.
Diakses 29 Oktober 2013
Anonim. 2012. Peristiwa DI/TII di Indonesia. Dalam
http://sitinurlailia1.blogspot.com/2012/09/pemberontakan-darul-islam-tentara-
islam.html. Diakses 30 Oktober 2013
Anonim. 2012. Peristiwa DI/TII di Indonesia. Dalam
http://pentingnyasejarah.blogspot.com/2012/03/peristiwa-ditii-di-indonesia.html.
Diakses 29 Oktober 2013
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila (Edisi Kedelapan 2004). Yogyakarta:
Paradigma
Soegito AT. 2006. Pendidikan Pancasila.Semarang: MKU UNNES
Rindjin, Ketut. 2009. Pendidikan Pancasila. Singaraja: Undiksha

Anda mungkin juga menyukai