Anda di halaman 1dari 11

GULA PASIR SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK

Marsetio Hadi Kusuma Negara

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, FPTK Universitas Pendidikan Indonesia,


Jl. Dr. Setiabudi No. 207 Bandung 40154 Tel dan Fax (022) 2020162
E-mail : marsetiohadi13@gmail.com

Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang salah satu energi terbarukan,untuk menghasilkan
produk hidrogen dengan reaktan karbohidrat (gula pasir) dan air yang akan dikonversi
menjadi energi listrik (berskala kecil dan besar). Baik mengenai bahan bio fuel cell
gula yang diperlukan, proses terbentuknya listrik dari energi kimia (hasil reaksi
kimia), kelebihan bio fuel cell gula ini baik dari segi daya output dan lainnya, dan
perkembangannya pada hipotesis stasiun pembangkit H2, generator listrik, baterai
berkepadatan energi yang tinggi, hingga kendaraan bertenaga gula.

Kata kunci : bio fuel cell, daya output, energi, hidrogen

PENDAHULUAN
Jangan heran kalau di masa depan,setiap orang menggunakan alat elektronik
berbahan bakar larutan gula. Ini dikarenakan para produsen alat elektronik mulai
meneliti dan mengembangkan sumber tenaga listrik dari gula pasir.

Gula adalah sumber energi yang tersedia di alam ini hasil dari fotosintesis.
Karenanya, sumber energi ini adalah sumber energi terbarukan. Sebenarnya bio fuel
cell gula ini merupakan sel bahan bakar (fuel cell) yang ditenagai dengan gula.

Perkembangan jaman hingga saat ini terus terjadi dalam berbagai bidang. Baik
di bidang teknologi, pendidikan, kesehatan, militer, dan lain-lain. Perkembangan
tersebut salah satunya terlihat dari fasilitas atau infrastruktur yang disediakan.
Dimana sebagian besar fasilitas tersebut berupa alat elektronik yang jelas
menggunakan energi listrik. Energi tersebut dapat terkonversi dari sumber-sumber
lain seperti angin, air, nuklir, limbah, dan lain-lain. Bahkan alat nirkabel harus
menggunakan semacam baterai (pengisi listrik) berbahan karbon, lithium, dan lain-
lain. Yang jadi masalah, adalah sel bahan bakar pada alat nirkabel. Contoh seperti di
Amerika, setiap tahun selalu terdapat limbah baterai yang beracun yang jelas
berbahaya pada lingkungan dan kesehatan manusia.
Sehingga, banyak dilakukan penelitian mengenai energi terbarukan, baik
dilihat dari jenis dan kuantitas sumbernya, hasil reaksi yang terbentuk, kelebihan dari
energi lain, hingga dampak yang kemungkinan terjadi.
Oleh karena itu, penulis membuat jurnal mengenai gula sebagai sumber energi
pada bio fuel cell. Gula merupakan senyawa penyimpanan energi yang sempurna di
alam. Jadi itu sangat logis bahwa kami mencoba untuk memanfaatkan kekuatan ini
dengan cara yang ramah lingkungan untuk menghasilkan baterai (Zhang, Nature
Communications). Bio baterai ini sedang diteliti lebih lanjut di Amerika sebagai
tindak lanjut dari hasil pemaparan pada Rapat 240 National American Chemical
Society (ACS) (terselubung.blogspot.com/2010/01/baterai...gi-terbaru-masa.html).

METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yang mengkaji penelitian
mengenai gula sebagai sumber listrik pada baterai menggunakan pengkajian berupa
dokumen. Hasil jurnal ini akan menjadi literatur baru yang intensif mengenai bio fuel
cell gula ini. Tahap pembuatan jurnal ini sangat sederhana. Penulis mencari literatur-
literatur baik berupa dokumen dan video (bukti jelas) mengenai gula sebagai sumber
listrik pada bio fuel cell.
Mulai

Berupa Studi
Video
Dokumen Literatur

` Ada Ya
Masalah ?

Tidak

Pembuatan
Selesai
Jurnal

PEMBAHASAN
Sebelum menjadi energi listrik, reaktan berupa 1 mol karbohidrat direaksikan
dengan 7 mol air yang akan dipecah oleh enzim sintetik (sebagai katalis) sehingga
menghasilkan produk gas berupa 12 mol hidrogen dan 6 mol karbondioksida. Rumus
reaksinya adalah :
C6H10O5(aq) + 7H2O(l) 12H2(g) + 6CO2(g)
Dalam reaksi ini, digunakan 13 enzim secara reversible.Reaksi total berupa proses
spontanitas (contoh : G=-49,8 Kj/mol) atau dikenal energi Gibbs dan berupa reaksi
endotermik(contoh : H=598 Kj/mol). Jika temperature dinaikkan, maka energi
Gibbs akan berkurang. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan entropi lebih
signifikan dibanding penurunan entalpi.

Gambar 1. Reaksi reaktan hingga menghasilkan produk H2 & CO2

Keterangan :
The synthetic metabolic pathway for complete conversion ofglucan and water
to hydrogen and carbon dioxide. PPP, pentose phosphate pathway taken from ref. 26.
The enzymes are: #1 GNP, glucan phosphorylase; #2 PGM, phosphoglucomutase; #3
G6PDH, G-6-P dehydrogenase; #4 6PGDH, 6-phosphogluconate dehydrogenase; #5
R5PI, phosphoribose isomerase; #6 Ru5PE, ribulose 5-phosphate epimerase; #7 TKL,
transketolase; #8 TAL, transaldolase; #9 TPI, triose phosphate isomerase; #10 ALD,
aldolase; #11 FBP, fructose-1,6- bisphosphatase; #12 PGI, phosphoglucose
isomerase; and #13 H2ase,hydrogenase. The metabolites and chemicals are: g1p,
glucose-1-phosphate ; g6p, glucose-6-phosphate; 6pg, 6-phosphogluconate; ru5p,
ribulose-5-phosphate; x5p, xylulose-5-phosphate; r5p, ribose-5-phosphate;s7p,
sedoheptulose-7-phosphate; g3p, glyceraldehyde-3-phosphate; e4p,erythrose-4-
phosphate; dhap, dihydroxacetone phosphate; fdp, fructose-1,6-diphosphate; f6p,
fructose-6-phosphate; and Pi, inorganic phosphate.
Sejumlah enzim diisolasikan dari hewan, tanaman, bakteri, ragi, dll dalam
satu tempat (pot). Setiap enzim memiliki pH, temperature, kofaktor berbeda-beda.
Dalam tahap ini, percobaan menggunakan 0,1 M HEPES penyangga (pH 7,5) berisi
5mMTP, 4mMPO$, 2mMNADP+, 10mMMgCl2, 0,5mMnCl2 (300). Hasil aktivasi
tiap enzim beragam, namun jauh dari aktivasi optimal.
Substrat fosforilases (berperan penting tuk memecah hexokinase & ATP pada
reaksi kinase) memproduksi glukosa-1-fosfat tanpa ATP dengan cara memperpendek
polisakarida.Dilakukan penambahan NADP (kofaktor) untuk menghilangkan fase
lambat reaksi H2.
Beberapa cara untuk menambah laju H2 adalah menaikkan laju batasan
konsentrasi hidrogenase, menaikkan konsentrasi substrat dan menaikkan temperature
(30o C menjadi 32oC).
Beberapa keunggulan mobile PEM fuel cells.
- Efisiensi energi tinggi. Untuk memperoleh seluruh energi kimia dari
substrat gula, gunakan reaksi endotermik.
- Kerapatan H2 tinggi, yaitu pada polisakarida dimana 24/162= 14,8 H2
massa %. Untuk air didaur ulang.
- Keadaan reaksi rendah (<<100oC, ~1 atm). Artinya tak butuh reactor
tekanan yang mahal.
- Separator (antara produk gas & reaksi larutan) tidak mahal.
- Produk bersih, susunan system daya yang mudah.
- Penyimpanan & distribusi gula pasat yang mudah dan aman.\
Pembuatan Stasiun Pembangkit H2 lokal sebagaimana implementasi lanjut
berskala lebih luas sebagai pusat untuk dilanjutkan ke generator listrik dengan
harga murah, baterai berkepadatan energi yang tinggi dan kendaraan
bertenaga gula.

Terdapat bio fuelcell gula permulaan yang dibuat oleh Sony (sel kubik) yang
memiliki spesifikasi dan kelebihan berupa : .

Tiap sel kubik berukuran rusuk 39 mm, menghasilkan 50 mW pada daya


output terbesar antara baterai tipe pasif. Dengan menggunakan 4 sel kubik,
mampu menyalakan Walkman dan sepasang speaker.
Bio baterai pada larutan gula ini memiliki kepadatan penyimpanan energi 10
kali lipat dari baterai lithium.

Stasiun Pembangkit H2 Lokal


Dalam hal ini, yang menjadi kendala adalah infrastruktur (untuk mensuplai
kendaraan) dan membutuhkan biaya yang besar. Pembangunannya pun harus
berdassarkan pada pendekatan gula-H2, pengisian ulang fuel cell H2pada kendaraan.
Generator Listrik Dengan Harga Murah
Tarif yang dibutuhkan ($0,18 per kg). Teknologi ini sangat ideal di tempat
jauh/ terpencil (tanpa jaringan listrik). Hidrogen dan karbondioksida dapat dibubble
up dari reaksi reaktan. H2 murni dipisahkan dari C)2 oleh adsorpsi alkali pada CO2.
Listrik dari susunan fuel cell menggunakan H2 dan O2 di udara.
Gambar 2. Konsep sistem gula menjadi listrik

Air di setiap fuel cell dialirkan secara parsial tuk didaur ulang sebagai
pemutus gula. Setiap sistem berlistrik sangat tinggi (adanya efisiensi konversii
melalui reaksi endotermik). Estimasi generator listrik 1 kW memiliki 60 liter
bioreformer jika peningkatan 10 kali lipat pada laju H2 tercapai. Dengan
perkembangan teknologi ke depan, energi terbarukan ini dapat mengalahkan
generator diesel-listrik, bahan bakar fosil, dan sebagainya.
Kendaraan Bertenaga Gula
Percobaan ini berdasarkan hybrid PEM fuel cell dan baterai setruman.
Kombinasi keduanya menghasilkan kerapatan simpanan energi dan kerapatan daya
yang tinggi. Gula pasir disimpan pada tempat khusus gula pasir tempat (pos) gula
pada mobil. Reaksi terjadi di board-bioreformer (tempat tuk mereaksikan reaktan
hingga menghasilkan produk gas H2 dan CO2) dengan keadaan enzim stabil.
Penyimpanan penyangga H2 berukuran kecil digunakan untuk menyeimbangi hasil
dan pemakaian H2. Pembawa campuran CO2/ H2/ H2 murni pada PEM fuel cell
mengurangi kesukaran sistem yang kompleks dan meningkatkan sistem operasi.
Setengah air dari fuel cell digunakan untuk melarutkan gula pasir.
Gambar 3. Konsep kendaraan bertenaga gula
Kalor output dari PEM fuel cell disalurkan menuju kalor input agar digunakan
oleh bioreformer. Energi listrik dari fuel cell dikirim ke gear/ controller/ motor lalu
menghasilkan energi kinetik. Energi ekstra yang dibutuhkan untuk start up,
menggunakan energi listrik yang dialirkan dari ujung baterai simpanan. Energi
kinetik di pengereman dikonversi menjadi energi listrik dan disimpan pada baterai.
Kendaraan fuel cell H2 berskala kecil membutuhkan laju H2 sekitar ~1-2 kg/ hour. H2
yang cukup pada laju yang cepat dari bioreformer bervolume kecil adalah satu
tantangan teknologi. Produksi 1 kg/ jam H2 membutuhkan reaksi dengan volume 130
m3 berdasarkan reaksi arus laju 3,92 mmol/ jam/ l.
Produksi biohidrogen tertinggi dengan laju 21,8 mol H2/ l/ jam, artinya
kurang lebih 5.600 kali lipat proses enzimatik H2. Jika kita tingkatkan 2000 kali lipat,
volume bioreformer yang dibutuhkan 65 liter. Hal ini akan cukup kecil untuk
mengganti mesin pembakaran internal berukuran kecil. Jika 4-10 kg H2 dibutuhkan
lebih dari 300 mile sebelum pengisian, artinya 27-67,6 kg gula disimpan di
kendaraan, yang memakan volume 38,6-96,6 l.Sistem rentetan daya yang diusulkan
berefisiensi konversi energi lebih tinggi 3 kali lipat dari mesin pembakaran internal
etanol). Efisiensi energi ini akan lebih tinggi disbanding rentetan sistem daya energi
lainnya seperti turbin gas, sistem sel fuel cell standar, dan sebagainya.
Baterai Dengan Kepadatan Energi Tinggi
14% H2 sama dengan output 2,94 kWh/ kg gula (efisiensi 50 % oleh PEM fuel
cell). Penyimpanan hasil output pada kenyataannya akan kurang dari 2, 94 kWh/ kg
gula, karena volume dan berat bioreformer akan diperkecil.Kerapatan penyimpanan
energi bergantung pada rasio berat bahan bakar ke tiap bagian lain pada baterai.
Keuntungannya, gulai yang disuplai ke tiap sel lebih baik menempel di sel itu.
Hipotesis beberapa keuntunga PEM FC gula-H2 adalah efisiensi penyulingan (122%
vs 15-20%), kerapatan output energi lebih tinggi (Wm2) dan meminimalisasi produk
inhibisi. Banyak hipotesis enzimatik bio fuel cell yang berusaha untuk mengekstrak
seluruh energi kimia di bio fuel cell dan mengkonvernya ke energi listrik. Tantangan
dari baterai gula ini adalah harga enzim yang mahal dan dilihat dari kestabilan enzim.
Riset dan Pandangan Konstruksi
Sebelumnya, ada 2 tantangan utama, yaitu laju produksi H2 rendah dan
produksi berskala luas yang mahal. Dalam perkembangan teknologi ini, laju H2 harus
ditingkatkan akibat syarat untuk setiap keperluan masa depan. Dimana, kita tahu
bahwa laju reaksi oleh enzim sintetik yaitu 3,92 mmol H2/ l tiap volume reaksi/ jam.
Beberapa cara meningkatkan laju reaksi adalah mengoptimalisasi rasio enzim (20 kali
lipat) & meningkat substrat,, meningkatkan temperature reaksi 2 kali lipat setiap
kenaikan 10oC (contoh temperatur 30oC menjadi 80oC menaikkan laju 32 kali lipat)
dan meningkatkan konsntrasi enzim 100 kali lipat, sehingga menghasilkan laju 20-
100 kali lipat.
Kemungkinan kerapatan daya hasil reaksi menjadi 104-106 kali lipat selama
10 tahun ke depan. Saat ini terdapat hasil percobaan laju reaksi H2 tertinggi sebesar
11,8 mol H2/ l dari volume reaksi/ jam. Ini cukup untuk bebrapa keperluan daya yang
tinggi. Contoh : kendaraan berdaya tinggi dilengkapi susunan PEM fuel cell 100 kW
(134 hp) yang membutuhkan on-board bioreformer bervolume 210 liter, ditambah
bagian ujung baterai yang terisi ratusan kW lstrik tuk motor. Harga produksi H2 disini
dilihat dari harga & ketidakstabilan enzim, koenzim (NADP+) dan substrat. Beberapa
cara untuk menurunkan biaya enzim adalah mengurangi harga produk enzim dan
memperlamam umur enzim.
NAD(P) cenderung tidak stabil dalam beberapa kondisi, amun dapat
ditingkatkan kestabilannya oleh modefikasi kimia atau imobilisasi. Sintetik asimetrik
dihubungkan oleh enzim yang memecah regenerasi NAD(P)H yang menjadi lebih
dan lebih kompetitif pada industry pharmaceutical. Jika sebagian kecil bahan selulosa
digunakan untuk transportasi, bahan bakar untuk transportasi dapat meningkat.
Selulosa memiliki kesamaan dengan formula kimia seperti zat tepung, yang
membedakan yaitu dari ikatan gula antara unit anhidroglukosanya. Produk H2 dari
bahan seluloasa diatasi dengan cara meningkatkan reaktivitas selulosa untuk
mempercepat laju reaksi dan mengembangkan selulosa fosfoilases agar dapat
memfosforkan -1,4-ikatan glukosidik, dengan memperhatikan struktur Kristal
selulosa yang dihancurkan secara utuh menggunakan pelarut selulosa (seperti
konsentrasi asam fofforik, cairan ionic, dsb) atau memperhatikan selobiosa &
fofforilases selodektrin yng bisa menjadi permulaan enzim untuk menciptakan
fosforilase selulosa yang belum ditentukan. Harga produk H2 hasil reaksi karbohidart
(contoh $0,18/ kg karbohidrat) akan serendah ~$2/ kg H2. Hal ini terjadi jika harga
produksi enzim yang murah, kestabilan enzim ditingkatkan untuk tingkat yang sama
pada isomerase glukosa yang terimobilisasi. Cara menurunkan biaya enzim yaitu
memasukkan jenis enzim ke bacterium minimal atau membuat mikroorganisme
produksi H2 super oleh sintesis local rangkaian genomis. Namun cara ini
membutuhkan waktu lama, hasil H2 berkurang dari 12H2 tiap 1 mol glukosa dan laju
produksi H2 berkurang.
Rintangan dalam mobil bertenaga gula adalah memanasnya bioreformer,
penghentian kerja bioreformer, kontrol temperatur gabungan bioreformer dan fuel
cell, kontrol pengeluaran campuran dan gas pada bioreformer dan regenerasi enzim
dan koenzim pada bioreformer.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian PEM fuel cell gula pasir-hidrogen ini merupakan
salah satu energi terbarukan yang sangat efisien dari bahan (sumber) yang
dibutuhkan, daya output yang dihasilkan, hingga belum terlihat dampak negatifnya
bagi manusia dan lingkungan.

Dalam skala luas, masih banyak rintangan yang harus dipikirkan dalam
mengembangkan teknologi ini. Terutama dalam biaya produksi seperti enzim yang
dibutuhkan,cara mempercepat laju produksi hidrogen hingga melakukan penelitian
dan perkembangan lebih lanjut sehingga menghasilkan efisiensi energi hasil konversi
seoptimal mungkin.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis berterima kasih kepada dosen pengampu, Ega T. Berman, M. Eng.


yang telah memberi kesempatan pada penulis dalam melakukan penelitian mengenai
bio baterai gula ini.

DAFTAR PUSTAKA

Fathoni, Ahmad. Baterai Gula . 25 September 2014.


terselubung.blogspot.com/2010/01/baterai...gi-terbaru-masa.html
Percival, Zhang. 2008 Percival. A sweet out-of-the-box solution to the hydrogen
economy: is thesugar-powered car science fiction?.Advance Article.

Anda mungkin juga menyukai