Anda di halaman 1dari 28

CARE OF ELDERLY PATIENT

Disusun Oleh :

Eduard, S.Ked 1218011042


Fathia Sabila Umar, S.Ked 1218011051
Huzaimah, S.Ked 1218011072

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Care of Elderly Patient. Adapun salah satu tujuan pembuatan referat ini adalah sebagai salah
satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun, sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bukan hanya
untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.

Bandar Lampung, Juli 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lanjut Usia............................................................................. 5


2.2 Permasalahan Pada Lanjut Usia ............................................................. 6
2.3 Kebutuhan Hidup Minimal Penduduk Lanjut Usia .............................. 7
2.4 Permasalahn Kesehatan Lansia .............................................................. 9
2.5 Posyandu Lanjut Usia (Lansia) ............................................................... 17
2.6 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu......................................... 20
2.7 Kebijakan Program Puskesmas Santun Lanjut Usia ............................ 20

BAB III TELAAH KRITIS JURNAL

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari
peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH).
Namun peningkatan UHH ini mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam
bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit
degeneratif. Perubahan struktur demografi ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut
usia (lansia) dengan menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran
(Kemenkes RI, 2013).

Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah
profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010
menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa,
meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan
jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun.
Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan mencapai
sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010).

Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 UHH


adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini
akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun
(dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan
Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia
adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat

4
menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%)
dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah
7,58%) (Kemenkes RI, 2013).

Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998, menetapkan Lanjut Usia adalah seseorang


yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Di dalam proses kehidupan lansia
terbagi atas lansia potensial dan lansia tidak potensial. Lansia potensial adalah lansia yang
masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta memiliki kebijakan, kearifan dan pengalaman berharga yang dapat
dijadikan teladan bagi generasi penerus. Namun karena faktor usianya pula, lansia tersebut
akan banyak menghadapi keterbatasan (berbagai penurunan fisik, psikologis dan sosial),
sehingga memerlukan bantuan peningkatan kesejahteraan sosialnya Sementara itu, lansia
yang tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya dan selalu bergantung kepada orang
lain (Samsudrajat, 2011). Peningkatan jumlah lansia tersebut, diakibatkan karena kemajuan
dan peningkatan ekonomi masyarakat, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu
pengetahuan, terutama karena kemajuan ilmu kedokteran dan kesehatan, sehingga mampu
meningkatkan usia harapan hidup (life expectancy). BKKBN (2012) menyatakan bahwa
usia harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 1980 hanya 52,2 tahun. Pada tahun
1990, meningkat menjadi 59,8 tahun, tahun 1995 berkisar pada 63,6 tahun, tahun 2000
mencapai 64,5 tahun, tahun 2010 berada pada 67,4 tahun, dan tahun 2020 diperkirakan
mencapai 71,1 tahun (BKKBN, 2012).

Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan menimbulkan berbagai masalah tersendiri
antara lain masalah medis teknis, mental psikologis dan sosial ekonomi. Kebutuhan
pelayanan kesehatan akan mengalami peningkatan karena terjadinya pergeseran
masalah/pola penyakit serta perubahan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pengalaman
negara maju menunjukkan bahwa perawatan penderita usia lanjut memerlukan perhatian
khusus dan lebih besar karena berbagai hal, antara lain banyaknya penyakit yang diderita
(multi patologi), fungsi organ yang sudah menurun, rentan terhadap penyakit dan stress,
lebih sering membutuhkan bantuan serta pemulihan penyakit yang lama sehingga
membutuhkan penanganan yang tepat, perhatian dan upaya khusus di bidang

5
kesehatan(Samsudrajat, 2011). Pemerintah telah merumuskan berbagai peraturan dan
perundang-undangan, yang diantaranya seperti tercantum dalam Undang-Undang No.23
Tahun 1992 tentang Kesehatan, dimana pada pasal 19 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 54 Tahun 2007 tentang Penbentukan Posyandu, disebutkan bahwa kesehatan
manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kemampuannya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu penyelenggaraan upaya
kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Oleh karena
ini berbagai upaya dilaksanakan untuk mewujudkan masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna dan produktif untuk usia lanjut (Badan Informasi Daerah Pemkot Jogja, 2007).

Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan


lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah
Rumah Sakit. Pelayanan Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisamendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi
lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran
serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).

Puskesmas merupakan unit terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Sehubungan


dengan hal tersebut puskesmas diharapkan mampu melakukan upaya promotif, preventif,
dan kuratif terhadap pelayanan kesehatan lanjut usia di pelayanan tingkat dasar. Upaya
promotif dan preventif yang dilakukan meliputi penyuluhan, pencegahan, peningkatan dan
deteksi dini kesehatan lanjut usia. Upaya kuratif yang dilakukan puskesmas adalah
melakukan pengobatan awal pada lanjut usia(Erfandi, 2008).

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan peulisan laporan ini adalah sebagai berikut.


1. Menjelaskan tentang kondisi lansia di Indonesia
2. Menjelaskan tentang strategi peningkatan kesehatan Lansia

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lanjut Usia


Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik kejiwaan dan sosial. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. (UU No.36 tahun
2009 tentang kesehatan). Di Indonesia hal-hal yang terkait dengan usia lanjut diatur
dalamsatu undang-undang yaitu Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentangkesejahteraan
lanjut usia yang menjelaskan bahwa lansia :
a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
c. Lansia yang tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Lanjut usia merupakan kelompok yang sedang mengalami proses perubahan secara bertahap
dalam jangka tertentu tertentu, menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok
yaitu:

1. Usia pertengahan (Middle Age) : usia 45-59 tahun


2. Lansia (Elderly) : 60-74 tahun
3. Lansia tua (Old) : 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (Very Old) : usia di atas 90 tahun

7
Pengertian lansia dibedakan atas 3 macam, yaitu usia lansia kronologis (Kelender), usia
biologis yang artinya menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam
keadaan hidup tidak mati. Sedangkan usia psikologis menunjuk kepada kemampuan
seseorang untuk melakukan penyes uaian kepada situasi yang dihadapinya (Fatmah, 2010).

2.2 Permasalahan pada lanjut usia


a. Masalah kesehatan lansia
Pada dasarnya perubahan fisiologis yang terjadi pada aktifitas seksual pada usia lanjut
biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukkan status dasar dari aspek
vaskuler, hormonal dan neurologiknya. Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel
karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik,
timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah
kesehatan, sosial dan membebani perekonomian baik usia lanjut maupun pemerintah
karena masing-masing penyakit memerlukan dukungan dana atau biaya (Alexander &
Allison 1989 dalam Darmodjo, 2010).

b. Masalah ekonomi lansia


Masalah usia lanjut ditandai dengan menurunya produktifitas kerja,memasuki masa
pensiun atau berhentinya pekejaan utama. Hal ini berkaibat pada menurunnya
pendapatan yang kemudian tekait dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Pada hal disisi lain usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin
meningkat, seperti kebutuhan makanan, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
perawatan bagi yang menderita penyakit ketuaan, kebutuhan sosial dan rekreasi
(Alexander & Allison 1989 dalam Darmodjo, 2010).

c. Masalah psikologis lansia


Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan fisiologis. Masalah
psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya
(Disenggagement theory) yang berati adanya penarikan diri dari masyarakat dan diri
dari pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi

8
yang lambat, kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir menurun
(Santrock,2002).

Masalah psikolgis yang dialami usia lanjut pada umumnya meliputi: kesepian, terasing
dari lingkungan, ketidakberdayan, perasaan tidak beguna, kurrang percaya diri,
ketergantungan, keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin, post power
syndrome atau semacamnya (Partini, 2011)

d. Masalah social budaya lansia


Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun
pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usiayang memutuskan hubungan
dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Aktifitas sosial yang banyak pada
lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik san sosial lansia. Selain itu
perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah kepadatatanan masyarakat
individualistik, berpengaruh pada usia lanjut yang kurang mendapat perhatian,
sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar. Untuk mengahadapi
kenyataan ini perlu dibentuk kelompok-kelompok usia lanjut yang memiliki kegiatan
mempertemukan para anggotannya agar kontak sosial berlangsung (Santrock,2002).

2.3 Kebutuhan Hidup Minimal Penduduk Lanjut Usia


Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas :
1. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
2. Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan mendapatkan
perhatian lebih dari sekelilingnya.
3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan masyarakat
sekitar.
4. Kebutuhan ekonomi, secara ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga
mempunyai kebutuhan secara ekonomi sehingga harusterdapat beberapa sumber
pendanaan dati luar, sementara untuk lansia yang potensial membutuhkan adanya
tambahan ketrampilan. UEP (Usaha Ekonomi Produktif), bantuan modal dan
penguatan kelembagaan.

9
5. Kebutuhan spiritual (Darmodjo, 2010)

Selain itu, lansia mempunyai sifat psikis yang sangat khas yang memberikan
pengaruh terhadap perlakuan atau pelayanan seperti apa yang
seharusnya diberikan kepada lansia. Sifat psikis tersebut adalah : (Partini, 2011)

Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak


banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak
diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulitdibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.

2.4 Permasalahan Kesehatan Lansia

Permasalahan yang sering timbul pada usia lanjut. Salah satunya adalah depresi
yang merupakan perasaan terasing (ter-isolasi atau kesepian)adalah perasaan
tersisihkan, terpencil dari orang lain, karena merasa berbeda dengan orang lain. Yang
dapat disebabkan karena (Samsudrajat, 2011) :
1. Tersisih dari kelompoknya,

10
2. Tidak diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya,
3. Terisolasi dari lingkungan,
4.Tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman,
5. Seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan.

Hal-hal tersebut menimbulkan perasaan tidak berdayaan, kurang percaya diri,


ketergantungan, keterlantaran terutama bagi lansia miskin,post power syndrome,
perasaan tersiksa, perasaan kehilangan, mati rasa dan sebagainya. Seseorang yang
menyatakan dirinya kesepian cenderung menilai dirinya sebagai orang yang tidak
berharga, tidak diperhatikan dan tidak dicintai (Rasa kesepian akan semakin dirasakan
oleh lansia yang sebelumnya adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan
yang menghadirkan atau berhubungan dengan orang banyak. Hilangnya perhatian
dan dukungan dari lingkungan sosial yang terkait dengan hilangnya kedudukan
atau perannya dapat menimbulkan konflik atau keguncangan. Masalah ini terkait
dengan sikap masyarakat sebagai orang Timur yang menghormati lansia sebagai
sesepuh sehingga kurang bisa menerima bila seorang lansia masih aktif dalam
berbagai kegiatan produktif), lebih jauh dinyatakan bahwa penyebab menurunnya
kontak sosial pada lanjut usia (Samsudrajat, 2011) :
1. Ditinggalkan oleh semua anaknya karena masing-masing sudahmembentuk
keluarga dan tinggal di rumah atau kota yang terpisah.
2. Berhenti dari pekerjaan (pensiun sehingga kontak dengan teman sekerja terputus
atau berkurang).
3. Mundurnya dari berbagai kegiatan (akibatnya jarang bertemudengan banyak
orang).
4. Kurang dilibatkannya lanjut usia dalam berbagai kegiatan.
5. Ditinggalkan oleh orang yang dicintai: pasangan hidup, anak, saudara, sahabat,
dll.

Depresi adalah suatu bentuk gangguan emosi yang menunjukkan perasaan tertekan,
sedih, tidak bahagia, tidak berharga, tidak berarti, sertatidak mempunyai semangat dan
pesimis menghadapi masa depan. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan

11
pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa. Untuk menduga seseorang
depresi adalah menanyakan adakah perubahan perasaan, perubahan tingkahlaku
dan keluhan yang bersifat fisik ? Misalnya adakah: perasaan sedih atau putus harapan;
pesimis; tingkat aktivitas rendah; kesulitan yang bersifat motivasi; kesulitan dalam
berhubungan dengan orang lain; tidak puas dalam berhubungan dengan orang lain;
kecemasan sosial; tidak terlibatdalam keluarga atau teman ; seperti biasanya; kesepian;
merasa berdosa; kehilangan kontrol kemampuan kontrol rendah; kelelahan fisik;
gangguan tidur; gangguan nafsu makan; gangguan konsentrasi, gangguan membuat
keputusan; keluhan fisik lainnya seperti: insomnia, kehilangan nafsu makan,
masalah pencernaan, dan sakit kepala (Partini, 2011).

Depresi merupakan kondisi yang mudah membuat lanjut usia putus asa, kenyataan yang
menyedihkan karena kehidupan kelihatan suram dan diliputi banyak tantangan. Lansia
dengan depresi biasanya lebih menunjukkan keluhan fisik daripada keluhan emosi.
Keluhan fisik sebagai akibat depresi kurang mudah untuk dikenali, yang sering
menyebabkan keterlambatan dalam penanganannya. Sepertiga (33%) dari para
janda/duda akan mengalami depresi pada bulan pertama sepeninggal pasangannya, dan
separo dari mereka tetap depresi sesudah satu tahun. Janda/duda memiliki tingkat depresi
yang lebih tinggi daripada mereka yang masih berpasangan (Partini, 2011)

Kriteria penilaian yang digunakan dalam menilai status depresi lansia adalah
Geriatric Depression Scale dan MMSE ( mini mental state examination). Bila hasil skor
lebih dari 5 dinyatakan depresi.

12
Tabel
DAFTAR PERTANYAAN PENILAIAN
1.
1. Tanggal berapakah hari ini? 0 2 kesalahan = baik
(bulan, tahun) 3 4 kesalahan = gangguan
2. Hari apakah hari ini? intelek ringan
3. Apakah nama tempat ini? 5 7 kesalahan = gangguan

Penilaian MMSE ( Mini Mental State Examination ) (Folstein and Folstein, 1990)

13
4. Berapa nomor telepon intelek sedang
Bapak/Ibu? (bila tidak ada 8 10 kesalahan = gangguan
telepon, dijalan apakah rumah intelek berat
Bapak/Ibu?) Bila penderita tak pernah
5. Berapa umur Bapak/Ibu? sekolah , nilai kesalahan
6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal, diperbolehkan + 1 dari nilai di
bulan, tahun) atas
7. Siapakah nama Gubernur kita? Bila penderita sekolah lebih
(Walikota/lurah/camat) dari SMA, kesalahan yang
8. Siapakah nama gubernur sebelum diperbolehkan 1 dari atas
ini? (Walikota/lurah/camat)
9. Siapakah nama gadis Ibu anda?
10. Hitung mundur 3-3, mulai dari
20!

Adapun beberapa permasalahan lain adalah ada beberapa penyakit yang sering muncul
pada usia lanjut, yang disebut Geriatric Giant, yang terdiri dari (Santrock, 2002).:
1. Imobilisasi
2. Instabilitas dan jatuh
3. Inkontinensia urin dan alvi
4. Gangguan Intelektual (demensia)
5. Infeksi
6. Gangguan penglihatan & pendengaran
7. Impaksi (konstipasi)
8. Isolasi (depresi)
9. Inanisi (malnutrisi)

14
10. Impecunity (kemiskinan)
11. Latrogenesis (sering karena terlalu banyak obat)
12. Insomnia
13. Defisiensi imunitas
14. Impotensi

2.4.1 Puskesmas Santun Lanjut Usia


Mengingat kebutuhan pelayanan kesehatan merupakan masalah utama bagi para lanjut
usia, perlu dilakukan peningkatan upaya melalui pencegahan, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan disamping upya penyembuhan dan pemulihan. Salah satu bentuk
upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan kualitas pelayanan berupa
peningkatan dan pengembangan kegiatan melalui strategi puskesmas santun lanjut usia.

Adapun tujuan umumnya adalah: meningkatkan mutu pelayanankesehatan terhadap lanjut


usia dalam rangka mencapai Indonesia sehat2010, sedangkan tujuan khusus puskesmas
santun lanjut usia adalah (Kemenkes, 2013):
a. Melakukan perencanaan lebih terarah dalam pelaksanaan pelayanan kepada lanjut
usia sesuai dengan kebutuhansetempat.
b. Melakukan pelayanan proaktif serta pemberian pelayanan yang komprehensif dan
lebih berkualitas bagi penduduk lanjut usia
c. Memberikan kemudahan pelayanan sebagai bentukpenghargaan kepada lanjut usia
d. Menurunkan angka kesakitan pada lanjut usia di wilayah kerja puskemas
e. Mewujudkan lanjut usia yang produktif dan bahagia

Puskesmas santun lanjut usia adalah puskesmas yang melakukan pelayanan kepada lanjut
usia yang mengutamakan aspek promotif dan pereventif disamping aspek kuratif dan
rehabilitatif, secara pro aktif baik dan sopan serta memberikan kemudahan dan dukungan
bagi lanjut usia (Kemenkes, 2013).

Puskesmas santun lanjut usia memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Kemenkes, 2013):

15
1. Memberikan pelayanan yang baik, berkualitas dan sopan. Lanjut usia sebagai
kelompok umur yang kemampuan fisiknyasangatlah terbatas dibandingkand engan
kelompok umur lainnya. Kerap kali mempunyai kebutuhan pelayanan yang berbeda
dengan kelompok umur lainnya. Lanjut usia yang mempunyai gerak yang lamban.
Kesiapan petugas puskesmas dalam pelayanan perlu diperhatikan yaitu:
a. Kesabaran didalam menghadapi lanjut usia
b. Kemauan dan kemampuan untuk memberikan penjelasansecara tuntas
c. Melayani kebutuhan pelayanan kesehatan lanjut usia sesuaidengan prosedur
pelayanan yang berlaku
d. Menghargai lanjut usia dengan memberikan pelayanandengan sopan santun

2. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada lanjut usia. Kemudahan pelayanan


bagi lanjut usia dibutuhkan karena pada kenyataannya kondisi fisiknya lanjut usia
seringkali membutuhlan perhatian dan prioritas dalam penangannya sepeti
didahulukan dari kelompok umur lainnya, untuk menghindari antrian yang
berdesakan. Kemudahan lainnya yang bisa diberikan kepada lanjut usia adalah
puskesmas dapat memberian pelayanan melalui loket pendaftaran tersendiri atau antria
loket khusus untuk lansia, ruang pemeriksaan/konseling yang terpisah dengan
kelompok umur lainnya, ruang tunggu dengan tempat duduk khusus ramah lansia,
kama mandi atau toilet yang aman bagi lanjut usia, semua fasilitas ini dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat.
3. Memberikan keringanan/penghapusan biaya pelayanan kesehatan bagi lanjut usia dari
keluarga miskin/tidak mampu. Mengingat lanjut usia kebanyakan sudah pensiun atau
tidak bekeja lagi, seringkali mereka mempunyai keterbatasan dalam pendanaan , baik
dalam mencukupi biaya hidup ataupun dalam menyediakan dana bagi kebutuhan
kesehatannya. Oleh karena itu bagi para lanjut usia yang tidak mampu atau terlantar,
perlu diberikan keringanan ataupun penghapusan biaya pelayanan dipuskesmas sesuai
ketentuan yang berlaku. Untuk mendapatkan fasilitas jamkesmas maka lanjut usia
harus mendapat prioritas dan difasilitasi oleh puskesmas untuk mendapatkan kartu
jamkesmas tersebut.

16
4. Memberikan dukungan/bimbingan pada lanjut usia dalam memeliharan dan
meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri
Melakukan penyuluahan kesehatan dan gizi kepada lanjut usia untuk tetap
berperilaku sehat, agar dapat lebih meningkatkan kesehatannya.
Menganjurkan untuk tetap melakukan aktifitas sehari-hari sesuai kemampuan serta
menjaga kebugarannya secara rutin, antara lain dengan berolahraga/senamlanjut
usia
Menganjurkan untuk tetap melakukan dan mengembangkan hobi atau
kemampuannya, terutama bagi aktifitas yang merupakan usaha ekonomi poduktif.
Menganjurkan untuk melakukan aktifitas-aktifitas sehari-hari secara bersam-sama
dengan lanjut usialainnya melalui kelompok lanjut usia di masyarakat,antara lain
dalam kegiatan keagamaan, kesenian, rekreasi. Dengan kegiatan tersebut
diharapkan akan dapat merasakan kebersamaan dan saling berbagi pengalaman.

5. Melakukan pelayanan secara proaktif untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin


sasaran lanjut usia yang ada wilayah kerja puskesmas. Sesuai dengan fungsinya
sebagai unit terdepan dalam melakukan pembinaan kesehatan masyarakat, maka
dalam pembinaan dan pelayanan kesehatan kepada lanjut usia, tidak saja dilakukan
hanya dnegan melayani para lanjut usia yang berkungjung ke Puskemas, tetapi juga
membentuk, memfasilitasi pembentukan dan melakukan pembinaan kepada kelompok
lanjut usia ini diantarannya adalah deteksi dini, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan kepada lanjut usia pada saat kegiatan kelompok (Posyandu, posbindu)
Bagi para lanjut usia yang mendapat perawatan di rumah sakit, sebagai tindak lanjut
pengobatan kepada lanjut usia yang sakit yang dirawat dirumah, maka petugas
puskesmas diharapkan mampu melaksanakan kunjungan rumah untuk melaksanakan
program perawatan kesehatan masyarakat. Kegiatan lain pelayanan kesehatan lanjut
usia adalah melalui kegiatan puskemas keliling atau kunjungan luar gedung untuk
kegiatan lain yang berhubungan dengan kesehatan lanjut usia.

6. Melakukan kerja sama dengan lintas progam dan lintas sector terkait di kecamatan
dengan asas kemitraan. Pembinaan kesehatan usia lanjut khususnnya dalam

17
pembinaan kesehatan, kadang-kadang memerlukan peran program dan sektitar lain
untuk membantu keberhasilan pembinaan tersebut.Misalnya dalam kaitan kesehatan
mental dan sosial atau peningkatan peran keluarga dan masyarakat dalam
pemberdayaan lanjut usia.

2.4.2 Kegiatan Puskesmas Santun Lanjut Usia


Kegiatan yang dilakukan di puskesmas santun lanjut usia pada prinsipnya sama dengan
kegiatan yang dilakukan di puskemas pada umumnya.Kegiatan (Depkes, 2007):
a. Kegiatan yang dilaksanakan didalam gedung adalah:
1. Perencanaan
Pengumpulan data dasar melalui pendataan sasaran lanjut usia dan melakukan
pemetaan
Pendekatan dan kerjasama dengan lintas sektor dan masyarkat

2. Pelaksanaan
Promotif: penyuluhan kepada lanjut usia, keluaga atau masyarakat sekitarnya
Preventif: deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia
Kuratif: pengobatan dan perawatan bagi lanjut usia yangsakit. Bila dibutuhkan
penanganan dengan fasilitas yang lebih lengkap, dilakukan rujukan kerumah
sakit.
Rehabilitatif: dapat berupa upaya medis, psikososial,esukatif atau upaya lain yang
dapat mengembalikan secara optimal kemampuan fungsional dan kepercayaan
diri lanjut usia.

3. Monitoring dan evaluasi melalui pencatatan dan pelaporan atau pengamatan langsung

b. Untuk kegiatan diluar gedung, sebagai bentuk impelementasi dari pelayanan yang
proaktif dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan di kelompok lanjut usia (posyandu
lansia).

2.5 Posyandu Lanjut Usia (Lansia)

18
Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu wadah pelayanan
bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (Depkes, 2007). Usia lanjut atau
lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat
berbeda dengan kelompok umur lainnya.

2.5.1 Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan POKSILA, terbagi dua yaitu (Depkes, 2007):

a. Sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69
tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
b. sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat
di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan
usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang
menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas.

2.5.2 Standar Pembentukan Posyandu Lansia


1. Jumlah Lansia mencapai 50-100 orang.
2. Kader Lansia minimal 5-10 orang.
3. Tempat/waktu tersendiri, berjalan rutin berkesinambungan
4. Petugas 3-5 orang : dokter, perawat/bidan, laboran, farmasi
5. Sarana : tempat/gedung, administrasi, meja/kursi, ruang pengambilan sampel, alat
dapur
6. Kerjasama lintas sektoral RT/Kelurahan, tokoh masyarakat, instansi terkait.
7. Penanggung jawab lurah /RT setempat.

2.5.3 Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia

19
Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman
Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lansia atau catatan kondisi kesehatan yang lazim
digunakan di Puskesmas (Depkes, 2007).

Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada Lansia di Posyandu adalah sebagai
berikut:

a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan


dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum,berjalan, mandi, berpakaian, naik
turun tempat tidur, buang airbesar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan denganmental emosional,
dengan menggunakan pedoman metode 2 menit
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan danpengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks MassaTubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter danstetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus).
f. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
g. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan di atas.
h. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
POKSILA.
i. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota POKSILA yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Publik Health
Nursing).

20
Selain kegiatan di atas, kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi
setempat, seperti penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi Lansia, serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut. Dapat juga dilaksanakan kegiatan olah raga antara lain senam Lansia, gerak jalan
santai, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran (Depkes, 2007).

2.6 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap Lansia, mekanisme
pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistim 5 tahapan (5 meja) sebagai
berikut (Depkes, 2007):

1) Tahap pertama: pendaftaran Lansia sebelum pelaksanaan pelayanan.

2) Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan Lansia, serta


penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

3) Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan


status mental.

4) Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana).

5) Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling.


2.7 Kebijakan Program Puskesmas Santun Lanjut Usia
Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
menyeluruh, terpadu dan bermutu yang antara lain melakukan upaya pemberdayaan
masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, serta
sebagai pusat pengembangan dan peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjannya(Depkes, 2007).

Kebijakan pembinaan kesehatan lanjut usia:


1. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan dengan manajemen yangbaik
danberkesinambungan (Helath Approach)

21
2. Pembinaan progam kesehatan lanjut usia terutama ditujukan pada
upayapeningkatankesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selamamungkin tetap
produktif dan tetap berperan aktif dalam masyarakat
3. Pembinaan program kesehatan lanjut usia dilaksanakan sebagai bagian daiupaya
kesehatankeluarga melalui pelayanan kesehatan di tingkatpelayanan dasar dan
rujukannya
4. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan holisticyaitu
pendekatan terpadu yang berlainan dengan pendekatan multidisipliner,yaitu mengobati
lansia secara tim danbukan lansia berkonsultasi kepadamasing masing spesialis. Hal
tersebut berguna untukmengurangipolifarmasi.
5. Upaya pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan secara terpadudengan
meningkatkan peran lintas program dan lintas sektor
6. Upaya promotif dan preventif dalam menyelenggarakan pembinaankesehatan usia lanjut
dilaksanakan secara komprehensif bersama-samadengan upaya kuratif dan rehabilitatif.
7. Peningkatan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan partisipasilanjut usia
sendiri diarahkan dan dilakukan atas dasar kekeluargaan dankegotongroyongan serta
dibina oleh pemerintah pada semua tingkatadminstrasi.
8. Partisipasi aktif masyarakat diharapkan seperti pendataan, pemanfaatanpelayana,
pengenalan, pengenaan dini masalah kesehatan pada lanjut usia,pengaturan transportasi
dan pendanaan bagi rujukan yang diperlukan.
9. Pelayanan kesehatan lanjut usia dilaksanakan dengan menerapkan kendalimutu pelayanan
di setiap jenjang dan penerapan standar pelayanan.
10. Pembinaan kesehatan usia lanjut dilakukan sesuai dengan situasi, kondisiserta kebutuhan
daerah setempat.

Adapun aspek pembinaan dan pelayanan kesehatan ini adalah (Depkes, 2007):
a. Aspek pembinaan dan pelayanan kesehatan
1) Promotif
Pembinaan pada lanjut usia dibagi atas komponen kegiatan pokok:
Sasaran langsung, dengan menyelenggarakan paket pembinaanterhadap kelompok
lanjut usiabedasarkan umur

22
Sasaran tidak langsung, pembinaan melalui upaya penyuluhan(KIE)

2) Preventif
Meliputi Pemeriksaan dini dan pemeliharaan kesehatan berkala.

3) Kuratif
Pengobatan terhadap lanjut usia, termasuk rujukan ke rumah sakit

4) Rehabilitatif
Merupakan upaya untuk mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional
serta kemandirian lanjut usia.

b. Aspek managerial
Pengelolaan program kesehatan lanjut usia di Puskesmas dilaksanakan melalui
perencanaan, penggerakan sasaran dan pemantauan evaluasi.Upaya ini melibatkan
partisipasi masyarakat, instansi lintas sektoral seratasangat diharapkan dapat melibatkan
peran swasta dengan asas kemitraan.

BAB III
TELAAH KRITIS JURNAL

Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado

23
Telaah jurnal yang dilakukan adalah dengan melihat komponen jurnal sebagai berikut.

a. Judul
Judul jurnal yang ditelaah adalah Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Teling Atas Kota Manado. Judul jurnal penelitian tidak lebih dari 14 kata dalam
bahasa Indonesia dan 10 kata dalam bahasa Inggris, pada jurnal penelitian ini terdapat 11
kata dalam bahasa indonesia dan tidak mencantumkan judul dalam bahasa inggris (sesuai
dengan penulisan kaidah penulisan jurnal yang baik yaitu tidak lebih 14 kata dalam bahasa
indonesia dan 10 kata dalam bahasa inggris).
Pada jurnal ini penulis nama sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik karena
sudah mencantumkan alamat penulis utama, dan nama dibuat tanpa menggunakan gelar,
akan tetapi tidak dicantumkan alamat email penulis jurnal.

b. Abstraksi (Abstract)
Abstrak yang baik adalah abstrak yang mengandung komponen IMRAD (Introduction,
Methods, Result dan Discussion). Dan abtsrak ini harus ditulis sejelas namun sesingkat
mungkin. Setiap bagian dari abstrak informatif yaitu memberikan informasi tersendiri yang
dirangkum secara ringkas dan mudah dimengerti. Abstrak terdiri dari 200 kata, sesuai
dengan penulisan abstrak yang baik memiliki jumlah kata antara 200-250. Pada jurnal ini,
abstrak tidak memenuhi syarat yaitu terdiri dari 187 kata.

c. Pendahuluan (Introduction)
Pendahuluan ditulis sesuai dengan komponen penulisan yang baik. Bagian pertama
mengemukakan alasan dilakukannya sebuah penelitian. Bagian kedua menyatakan tujuan
penelitian, dan desain yang digunakan. Pendahuluan didukung oleh pustaka yang kuat dan
relevan ditandai dengan adanya sitasi-sitasi yang merujuk ke daftar kepustakaan.
Pendahuluan tidak lebih dari satu halaman.Pada jurnal ini, sistematika isi pendahuluan sudah
baik sesuai dengan komponen penulisan yang baik akan tetapi lebih dari satu halaman.

d. Pembahasan

24
Semua hal yang relevan dibahas pada pembahasan. Hal yang dikemukakan pada hasil tidak
sering diulang. Pembahasan dilakukan dengan menjabarkan upaya pemecahan masalah yang
menjadi topik utama pada jurnal. Pembahasan sudah cukup baik, jelas, terstruktur, dan
penjabaran dilakukan dengan lengkap dan aplikatif. Serta telah dikemukakan pula masalah-
masalah terkait dan penanggulangannya..

e. Kesimpulan
Pada akhir paragraf ditulis kesimpulan dari penelitian tersebut. Kesimpulan didasarkan pada
data yang didapatkan dan ditambahkan dengan hasil tambahan. Kesimpulan merangkum
data pada pendahuluan dan pembahasan.

Analisis VIA

Validity
Jurnal ini bersifat deksriptif dengan jenis penelitian survey analitik melalui pendekatan cross
sectional. Jurnal ini sudah menjabarkan teori dan pembahasan dari artikel yang terkait. Sumber
data yang dijadikan pembahasan topik yang diangkat mengandung survei, riset, dan teori
kepustakaan. Sumber kepustakaan berjumlah 11 kepustakaan sehingga jurnal cukup dapat
dipercaya.
Importance
Pembahasan masalah pada jurnal ini sangat penting. Pada jurnal ini dibahas mengenai dampak
dari adanya peningkatan jumlah lansia. Hal ini mengakibatkan peningkatan untuk terjadinya
penyakit degeneratif yang kronik dan multipatologis. Penyakit degeneratif memerlukan waktu
yang lama dan mahal dalam pengobatannya. Dengan adanya kondisi diatas sehingga diperlukan
upaya untuk pembinaan kelompok lanjut usia melalui puskesmas yang mencakup kegiatan
promotif, preventif, dan rehabilitatif. Dimana telah diketahui bahwa terdapat hubungan antara
dukungan keluarga, pengetahuan lansia, sikap lansia dan peran kader dengan pemanfaatan
posyandu lansia.

Applicability

25
Hasil penelitian ini baik dan dapat diterapkan di Puskesmas Gedong Tataan karena dapat
digunakan sebagai salah satu acuan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap pasien usia lanjut guna untuk meningkatkan indikator kebahagiaan dan kualitas hidup
bagi pasien usia lanjut. Meskipun hal ini juga telah dilakukan di Puskesmas Gedong Tataan
sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup lansia.

BAB IV
KESIMPULAN

26
1. Usia lanjut atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara
fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya.

2. Di dalam proses kehidupan lansia terbagi atas lansia potensial dan lansia tidak potensial.
Lansia potensial adalah lansia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta memiliki kebijakan, kearifan dan
pengalaman berharga yang dapat dijadikan teladan bagi generasi penerus.

27
DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012). Lansia. Jakarta:


http://www.bkkbn.go.id.
Badan Pusat Statistik (2010). Statistik Indonesia. Jakarta: BPS.
Darmodjo, Boedhi dan Martono Hadi.2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut.Jakarta:FKUI
DepartemenKesehatan RI. (2007). PedomanPerawatanGeriartri. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI

Fatmah.2010.Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses keperawatan


Genotik.Jakarta:TransinfoMedia.
Folstein, M.F., Folstein, S.E., and McHugh, P.R. 1990. Mini MentalState: A practical
method for grading the cognitive state of patientfor the clinician. J. Of Psychiatris
Research, 12: 189-198.

Kemenkes RI, 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI

Partini,Siti.2011.Psikologi Usia Lanjut. Penerbit: Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

Santrock, J.W.2002. Life Span Development 8ed.NewYork Mc Graw-hill.

Samsudrajat, A. (2011). Menuju Lanjut Usia Aktif sebagai Aset Bangsa yang Efektif. Peringatan
Hari Lansia Tahun 2011. Jakarta: Komnas Lansia.

Viena, VM., Kandou, GD., Massie, RGA. Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Teling Atas Kota Manado. JIKMU. 2015, Vol.5 No 2b :479-490.

WHO.(2000). Geriatri.GeriartricJournals , 123-125.

28

Anda mungkin juga menyukai