Care of Elderly Disjum3 Gedong Tataan
Care of Elderly Disjum3 Gedong Tataan
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Care of Elderly Patient. Adapun salah satu tujuan pembuatan referat ini adalah sebagai salah
satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun, sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bukan hanya
untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV KESIMPULAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah
profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010
menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa,
meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan
jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun.
Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan mencapai
sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010).
4
menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%)
dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah
7,58%) (Kemenkes RI, 2013).
Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan menimbulkan berbagai masalah tersendiri
antara lain masalah medis teknis, mental psikologis dan sosial ekonomi. Kebutuhan
pelayanan kesehatan akan mengalami peningkatan karena terjadinya pergeseran
masalah/pola penyakit serta perubahan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pengalaman
negara maju menunjukkan bahwa perawatan penderita usia lanjut memerlukan perhatian
khusus dan lebih besar karena berbagai hal, antara lain banyaknya penyakit yang diderita
(multi patologi), fungsi organ yang sudah menurun, rentan terhadap penyakit dan stress,
lebih sering membutuhkan bantuan serta pemulihan penyakit yang lama sehingga
membutuhkan penanganan yang tepat, perhatian dan upaya khusus di bidang
5
kesehatan(Samsudrajat, 2011). Pemerintah telah merumuskan berbagai peraturan dan
perundang-undangan, yang diantaranya seperti tercantum dalam Undang-Undang No.23
Tahun 1992 tentang Kesehatan, dimana pada pasal 19 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 54 Tahun 2007 tentang Penbentukan Posyandu, disebutkan bahwa kesehatan
manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kemampuannya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu penyelenggaraan upaya
kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Oleh karena
ini berbagai upaya dilaksanakan untuk mewujudkan masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna dan produktif untuk usia lanjut (Badan Informasi Daerah Pemkot Jogja, 2007).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lanjut usia merupakan kelompok yang sedang mengalami proses perubahan secara bertahap
dalam jangka tertentu tertentu, menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok
yaitu:
7
Pengertian lansia dibedakan atas 3 macam, yaitu usia lansia kronologis (Kelender), usia
biologis yang artinya menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam
keadaan hidup tidak mati. Sedangkan usia psikologis menunjuk kepada kemampuan
seseorang untuk melakukan penyes uaian kepada situasi yang dihadapinya (Fatmah, 2010).
8
yang lambat, kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir menurun
(Santrock,2002).
Masalah psikolgis yang dialami usia lanjut pada umumnya meliputi: kesepian, terasing
dari lingkungan, ketidakberdayan, perasaan tidak beguna, kurrang percaya diri,
ketergantungan, keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin, post power
syndrome atau semacamnya (Partini, 2011)
9
5. Kebutuhan spiritual (Darmodjo, 2010)
Selain itu, lansia mempunyai sifat psikis yang sangat khas yang memberikan
pengaruh terhadap perlakuan atau pelayanan seperti apa yang
seharusnya diberikan kepada lansia. Sifat psikis tersebut adalah : (Partini, 2011)
Permasalahan yang sering timbul pada usia lanjut. Salah satunya adalah depresi
yang merupakan perasaan terasing (ter-isolasi atau kesepian)adalah perasaan
tersisihkan, terpencil dari orang lain, karena merasa berbeda dengan orang lain. Yang
dapat disebabkan karena (Samsudrajat, 2011) :
1. Tersisih dari kelompoknya,
10
2. Tidak diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya,
3. Terisolasi dari lingkungan,
4.Tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman,
5. Seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan.
Depresi adalah suatu bentuk gangguan emosi yang menunjukkan perasaan tertekan,
sedih, tidak bahagia, tidak berharga, tidak berarti, sertatidak mempunyai semangat dan
pesimis menghadapi masa depan. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan
11
pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa. Untuk menduga seseorang
depresi adalah menanyakan adakah perubahan perasaan, perubahan tingkahlaku
dan keluhan yang bersifat fisik ? Misalnya adakah: perasaan sedih atau putus harapan;
pesimis; tingkat aktivitas rendah; kesulitan yang bersifat motivasi; kesulitan dalam
berhubungan dengan orang lain; tidak puas dalam berhubungan dengan orang lain;
kecemasan sosial; tidak terlibatdalam keluarga atau teman ; seperti biasanya; kesepian;
merasa berdosa; kehilangan kontrol kemampuan kontrol rendah; kelelahan fisik;
gangguan tidur; gangguan nafsu makan; gangguan konsentrasi, gangguan membuat
keputusan; keluhan fisik lainnya seperti: insomnia, kehilangan nafsu makan,
masalah pencernaan, dan sakit kepala (Partini, 2011).
Depresi merupakan kondisi yang mudah membuat lanjut usia putus asa, kenyataan yang
menyedihkan karena kehidupan kelihatan suram dan diliputi banyak tantangan. Lansia
dengan depresi biasanya lebih menunjukkan keluhan fisik daripada keluhan emosi.
Keluhan fisik sebagai akibat depresi kurang mudah untuk dikenali, yang sering
menyebabkan keterlambatan dalam penanganannya. Sepertiga (33%) dari para
janda/duda akan mengalami depresi pada bulan pertama sepeninggal pasangannya, dan
separo dari mereka tetap depresi sesudah satu tahun. Janda/duda memiliki tingkat depresi
yang lebih tinggi daripada mereka yang masih berpasangan (Partini, 2011)
Kriteria penilaian yang digunakan dalam menilai status depresi lansia adalah
Geriatric Depression Scale dan MMSE ( mini mental state examination). Bila hasil skor
lebih dari 5 dinyatakan depresi.
12
Tabel
DAFTAR PERTANYAAN PENILAIAN
1.
1. Tanggal berapakah hari ini? 0 2 kesalahan = baik
(bulan, tahun) 3 4 kesalahan = gangguan
2. Hari apakah hari ini? intelek ringan
3. Apakah nama tempat ini? 5 7 kesalahan = gangguan
Penilaian MMSE ( Mini Mental State Examination ) (Folstein and Folstein, 1990)
13
4. Berapa nomor telepon intelek sedang
Bapak/Ibu? (bila tidak ada 8 10 kesalahan = gangguan
telepon, dijalan apakah rumah intelek berat
Bapak/Ibu?) Bila penderita tak pernah
5. Berapa umur Bapak/Ibu? sekolah , nilai kesalahan
6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal, diperbolehkan + 1 dari nilai di
bulan, tahun) atas
7. Siapakah nama Gubernur kita? Bila penderita sekolah lebih
(Walikota/lurah/camat) dari SMA, kesalahan yang
8. Siapakah nama gubernur sebelum diperbolehkan 1 dari atas
ini? (Walikota/lurah/camat)
9. Siapakah nama gadis Ibu anda?
10. Hitung mundur 3-3, mulai dari
20!
Adapun beberapa permasalahan lain adalah ada beberapa penyakit yang sering muncul
pada usia lanjut, yang disebut Geriatric Giant, yang terdiri dari (Santrock, 2002).:
1. Imobilisasi
2. Instabilitas dan jatuh
3. Inkontinensia urin dan alvi
4. Gangguan Intelektual (demensia)
5. Infeksi
6. Gangguan penglihatan & pendengaran
7. Impaksi (konstipasi)
8. Isolasi (depresi)
9. Inanisi (malnutrisi)
14
10. Impecunity (kemiskinan)
11. Latrogenesis (sering karena terlalu banyak obat)
12. Insomnia
13. Defisiensi imunitas
14. Impotensi
Puskesmas santun lanjut usia adalah puskesmas yang melakukan pelayanan kepada lanjut
usia yang mengutamakan aspek promotif dan pereventif disamping aspek kuratif dan
rehabilitatif, secara pro aktif baik dan sopan serta memberikan kemudahan dan dukungan
bagi lanjut usia (Kemenkes, 2013).
Puskesmas santun lanjut usia memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Kemenkes, 2013):
15
1. Memberikan pelayanan yang baik, berkualitas dan sopan. Lanjut usia sebagai
kelompok umur yang kemampuan fisiknyasangatlah terbatas dibandingkand engan
kelompok umur lainnya. Kerap kali mempunyai kebutuhan pelayanan yang berbeda
dengan kelompok umur lainnya. Lanjut usia yang mempunyai gerak yang lamban.
Kesiapan petugas puskesmas dalam pelayanan perlu diperhatikan yaitu:
a. Kesabaran didalam menghadapi lanjut usia
b. Kemauan dan kemampuan untuk memberikan penjelasansecara tuntas
c. Melayani kebutuhan pelayanan kesehatan lanjut usia sesuaidengan prosedur
pelayanan yang berlaku
d. Menghargai lanjut usia dengan memberikan pelayanandengan sopan santun
16
4. Memberikan dukungan/bimbingan pada lanjut usia dalam memeliharan dan
meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri
Melakukan penyuluahan kesehatan dan gizi kepada lanjut usia untuk tetap
berperilaku sehat, agar dapat lebih meningkatkan kesehatannya.
Menganjurkan untuk tetap melakukan aktifitas sehari-hari sesuai kemampuan serta
menjaga kebugarannya secara rutin, antara lain dengan berolahraga/senamlanjut
usia
Menganjurkan untuk tetap melakukan dan mengembangkan hobi atau
kemampuannya, terutama bagi aktifitas yang merupakan usaha ekonomi poduktif.
Menganjurkan untuk melakukan aktifitas-aktifitas sehari-hari secara bersam-sama
dengan lanjut usialainnya melalui kelompok lanjut usia di masyarakat,antara lain
dalam kegiatan keagamaan, kesenian, rekreasi. Dengan kegiatan tersebut
diharapkan akan dapat merasakan kebersamaan dan saling berbagi pengalaman.
6. Melakukan kerja sama dengan lintas progam dan lintas sector terkait di kecamatan
dengan asas kemitraan. Pembinaan kesehatan usia lanjut khususnnya dalam
17
pembinaan kesehatan, kadang-kadang memerlukan peran program dan sektitar lain
untuk membantu keberhasilan pembinaan tersebut.Misalnya dalam kaitan kesehatan
mental dan sosial atau peningkatan peran keluarga dan masyarakat dalam
pemberdayaan lanjut usia.
2. Pelaksanaan
Promotif: penyuluhan kepada lanjut usia, keluaga atau masyarakat sekitarnya
Preventif: deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia
Kuratif: pengobatan dan perawatan bagi lanjut usia yangsakit. Bila dibutuhkan
penanganan dengan fasilitas yang lebih lengkap, dilakukan rujukan kerumah
sakit.
Rehabilitatif: dapat berupa upaya medis, psikososial,esukatif atau upaya lain yang
dapat mengembalikan secara optimal kemampuan fungsional dan kepercayaan
diri lanjut usia.
3. Monitoring dan evaluasi melalui pencatatan dan pelaporan atau pengamatan langsung
b. Untuk kegiatan diluar gedung, sebagai bentuk impelementasi dari pelayanan yang
proaktif dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan di kelompok lanjut usia (posyandu
lansia).
18
Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu wadah pelayanan
bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (Depkes, 2007). Usia lanjut atau
lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat
berbeda dengan kelompok umur lainnya.
2.5.1 Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan POKSILA, terbagi dua yaitu (Depkes, 2007):
a. Sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69
tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
b. sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat
di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan
usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang
menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas.
19
Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman
Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lansia atau catatan kondisi kesehatan yang lazim
digunakan di Puskesmas (Depkes, 2007).
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada Lansia di Posyandu adalah sebagai
berikut:
20
Selain kegiatan di atas, kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi
setempat, seperti penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi Lansia, serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut. Dapat juga dilaksanakan kegiatan olah raga antara lain senam Lansia, gerak jalan
santai, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran (Depkes, 2007).
4) Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana).
21
2. Pembinaan progam kesehatan lanjut usia terutama ditujukan pada
upayapeningkatankesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selamamungkin tetap
produktif dan tetap berperan aktif dalam masyarakat
3. Pembinaan program kesehatan lanjut usia dilaksanakan sebagai bagian daiupaya
kesehatankeluarga melalui pelayanan kesehatan di tingkatpelayanan dasar dan
rujukannya
4. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan holisticyaitu
pendekatan terpadu yang berlainan dengan pendekatan multidisipliner,yaitu mengobati
lansia secara tim danbukan lansia berkonsultasi kepadamasing masing spesialis. Hal
tersebut berguna untukmengurangipolifarmasi.
5. Upaya pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan secara terpadudengan
meningkatkan peran lintas program dan lintas sektor
6. Upaya promotif dan preventif dalam menyelenggarakan pembinaankesehatan usia lanjut
dilaksanakan secara komprehensif bersama-samadengan upaya kuratif dan rehabilitatif.
7. Peningkatan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan partisipasilanjut usia
sendiri diarahkan dan dilakukan atas dasar kekeluargaan dankegotongroyongan serta
dibina oleh pemerintah pada semua tingkatadminstrasi.
8. Partisipasi aktif masyarakat diharapkan seperti pendataan, pemanfaatanpelayana,
pengenalan, pengenaan dini masalah kesehatan pada lanjut usia,pengaturan transportasi
dan pendanaan bagi rujukan yang diperlukan.
9. Pelayanan kesehatan lanjut usia dilaksanakan dengan menerapkan kendalimutu pelayanan
di setiap jenjang dan penerapan standar pelayanan.
10. Pembinaan kesehatan usia lanjut dilakukan sesuai dengan situasi, kondisiserta kebutuhan
daerah setempat.
Adapun aspek pembinaan dan pelayanan kesehatan ini adalah (Depkes, 2007):
a. Aspek pembinaan dan pelayanan kesehatan
1) Promotif
Pembinaan pada lanjut usia dibagi atas komponen kegiatan pokok:
Sasaran langsung, dengan menyelenggarakan paket pembinaanterhadap kelompok
lanjut usiabedasarkan umur
22
Sasaran tidak langsung, pembinaan melalui upaya penyuluhan(KIE)
2) Preventif
Meliputi Pemeriksaan dini dan pemeliharaan kesehatan berkala.
3) Kuratif
Pengobatan terhadap lanjut usia, termasuk rujukan ke rumah sakit
4) Rehabilitatif
Merupakan upaya untuk mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional
serta kemandirian lanjut usia.
b. Aspek managerial
Pengelolaan program kesehatan lanjut usia di Puskesmas dilaksanakan melalui
perencanaan, penggerakan sasaran dan pemantauan evaluasi.Upaya ini melibatkan
partisipasi masyarakat, instansi lintas sektoral seratasangat diharapkan dapat melibatkan
peran swasta dengan asas kemitraan.
BAB III
TELAAH KRITIS JURNAL
Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado
23
Telaah jurnal yang dilakukan adalah dengan melihat komponen jurnal sebagai berikut.
a. Judul
Judul jurnal yang ditelaah adalah Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Teling Atas Kota Manado. Judul jurnal penelitian tidak lebih dari 14 kata dalam
bahasa Indonesia dan 10 kata dalam bahasa Inggris, pada jurnal penelitian ini terdapat 11
kata dalam bahasa indonesia dan tidak mencantumkan judul dalam bahasa inggris (sesuai
dengan penulisan kaidah penulisan jurnal yang baik yaitu tidak lebih 14 kata dalam bahasa
indonesia dan 10 kata dalam bahasa inggris).
Pada jurnal ini penulis nama sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik karena
sudah mencantumkan alamat penulis utama, dan nama dibuat tanpa menggunakan gelar,
akan tetapi tidak dicantumkan alamat email penulis jurnal.
b. Abstraksi (Abstract)
Abstrak yang baik adalah abstrak yang mengandung komponen IMRAD (Introduction,
Methods, Result dan Discussion). Dan abtsrak ini harus ditulis sejelas namun sesingkat
mungkin. Setiap bagian dari abstrak informatif yaitu memberikan informasi tersendiri yang
dirangkum secara ringkas dan mudah dimengerti. Abstrak terdiri dari 200 kata, sesuai
dengan penulisan abstrak yang baik memiliki jumlah kata antara 200-250. Pada jurnal ini,
abstrak tidak memenuhi syarat yaitu terdiri dari 187 kata.
c. Pendahuluan (Introduction)
Pendahuluan ditulis sesuai dengan komponen penulisan yang baik. Bagian pertama
mengemukakan alasan dilakukannya sebuah penelitian. Bagian kedua menyatakan tujuan
penelitian, dan desain yang digunakan. Pendahuluan didukung oleh pustaka yang kuat dan
relevan ditandai dengan adanya sitasi-sitasi yang merujuk ke daftar kepustakaan.
Pendahuluan tidak lebih dari satu halaman.Pada jurnal ini, sistematika isi pendahuluan sudah
baik sesuai dengan komponen penulisan yang baik akan tetapi lebih dari satu halaman.
d. Pembahasan
24
Semua hal yang relevan dibahas pada pembahasan. Hal yang dikemukakan pada hasil tidak
sering diulang. Pembahasan dilakukan dengan menjabarkan upaya pemecahan masalah yang
menjadi topik utama pada jurnal. Pembahasan sudah cukup baik, jelas, terstruktur, dan
penjabaran dilakukan dengan lengkap dan aplikatif. Serta telah dikemukakan pula masalah-
masalah terkait dan penanggulangannya..
e. Kesimpulan
Pada akhir paragraf ditulis kesimpulan dari penelitian tersebut. Kesimpulan didasarkan pada
data yang didapatkan dan ditambahkan dengan hasil tambahan. Kesimpulan merangkum
data pada pendahuluan dan pembahasan.
Analisis VIA
Validity
Jurnal ini bersifat deksriptif dengan jenis penelitian survey analitik melalui pendekatan cross
sectional. Jurnal ini sudah menjabarkan teori dan pembahasan dari artikel yang terkait. Sumber
data yang dijadikan pembahasan topik yang diangkat mengandung survei, riset, dan teori
kepustakaan. Sumber kepustakaan berjumlah 11 kepustakaan sehingga jurnal cukup dapat
dipercaya.
Importance
Pembahasan masalah pada jurnal ini sangat penting. Pada jurnal ini dibahas mengenai dampak
dari adanya peningkatan jumlah lansia. Hal ini mengakibatkan peningkatan untuk terjadinya
penyakit degeneratif yang kronik dan multipatologis. Penyakit degeneratif memerlukan waktu
yang lama dan mahal dalam pengobatannya. Dengan adanya kondisi diatas sehingga diperlukan
upaya untuk pembinaan kelompok lanjut usia melalui puskesmas yang mencakup kegiatan
promotif, preventif, dan rehabilitatif. Dimana telah diketahui bahwa terdapat hubungan antara
dukungan keluarga, pengetahuan lansia, sikap lansia dan peran kader dengan pemanfaatan
posyandu lansia.
Applicability
25
Hasil penelitian ini baik dan dapat diterapkan di Puskesmas Gedong Tataan karena dapat
digunakan sebagai salah satu acuan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap pasien usia lanjut guna untuk meningkatkan indikator kebahagiaan dan kualitas hidup
bagi pasien usia lanjut. Meskipun hal ini juga telah dilakukan di Puskesmas Gedong Tataan
sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup lansia.
BAB IV
KESIMPULAN
26
1. Usia lanjut atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara
fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya.
2. Di dalam proses kehidupan lansia terbagi atas lansia potensial dan lansia tidak potensial.
Lansia potensial adalah lansia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta memiliki kebijakan, kearifan dan
pengalaman berharga yang dapat dijadikan teladan bagi generasi penerus.
27
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Samsudrajat, A. (2011). Menuju Lanjut Usia Aktif sebagai Aset Bangsa yang Efektif. Peringatan
Hari Lansia Tahun 2011. Jakarta: Komnas Lansia.
Viena, VM., Kandou, GD., Massie, RGA. Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Teling Atas Kota Manado. JIKMU. 2015, Vol.5 No 2b :479-490.
28