PENDAHULUAN
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron(usus),
yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air
besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar
dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan
buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan
darah.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan
tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai
sindroma disentri, yakni :
1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,
2. Berak-berak, dan
3. Tinja mengandung darah dan lendir.
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman
penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di
bawahnya.Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga,baik karena
kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan.
Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci tangan setelah
menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum makan. Cukup simple
memang untuk penyebab disentri sebagai kasus klasik, tapi itulah kenyataannya.
Secara garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat kaitannya dengan
kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup bersih.
Bakteri penyebab penyakit disentri antara lain kontak dengan bakteri Shigella dan
beberapa jenis Escherichia coli (E. coli). Penyebab lain bakteri yang kurang umum
dari diare berdarah termasuk infeksi Salmonella dan Campylobacter. Untuk jenis
penyakit disentri amoeba, disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica
Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri maupun parasit
menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering terjadi penderita menularkan anggota
keluarga untuk menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga yang lainnya. Infeksi
oleh mikroorganisme penyebab disentri ini dapat bertahan dan menyebar untuk
sekitar empat minggu.
Disentri juga dapat menyebar melalui makanan yang terkontaminasi. Negara
miskin yang memiliki sistem sanitasi yang tidak memadai menunjukkan angka yang
tinggi untuk kejadian kasus penyakit disentri. Frekuensi setiap patogen penyebab
penyakit disentri bervariasi di berbagai wilayah dunia. Sebagai contoh, Shigellosis
yang paling umum di Amerika Latin sementara Campylobacter adalah bakteri yang
dominan di Asia Tenggara. Disentri jarang disebabkan oleh iritasi kimia atau oleh
cacing usus.
2.3 PEMERIKSAAN
Macam pemeriksaan
a. Makroskopis
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau, darah,
lendir dan parasit.Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi
spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan,boleh juga sampel tinja di ambil dengan
jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai tinja sewaktu, jarang
diperlukan tinja 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.
Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan mungkin sekali
unsure-unsur dalam tinja itu menjadi rusak. Bahan ini harus dianggap bahan yang
mungkin mendatangkan infeksi,berhati-hatilah saat bekerja.
Dibawah ini merupakan syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :
1) Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya
tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
2) Pemeriksaan Warna
a) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinjadipengaruhi oleh
berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan.
Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
b) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung
khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin
dalam mekonium.
c) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran
pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.
Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada
steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat
dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
d) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar
dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
e) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua
disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna
hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan
mungkin juga oleh melena.
3) Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk
didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan
dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna
seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan
dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna
menambah bau tinja.
4) Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras
atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus
menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita
ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak
menunjukkan alabsorpsi usus
5) Pemeriksaan Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya
lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
a) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada
usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi
terjadi pada usus halus.
b) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
c) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis,
mucous colitis pada anxietas.
d) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan
rektal anal.
e) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif
kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
f) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.
6) Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu
mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
a) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja
dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices
dalam oesophagus.
b) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar
tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma
rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
7) Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit
Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit
disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
8) Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang
mungkin didapatkan dalam feses.
b. Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit,
eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang
terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
1) Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan
bentuk trofozoit.
2) Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
3) Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada
disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah
leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada
penderita dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10%
pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
4) Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan
bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja
selalu berarti abnormal.
5) Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari
dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang
terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau
ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
6) Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal
tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat
didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak
didapatkan setelah banyak makan lemak.
7) Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat
dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak
bergerak.
8) Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah
supaya jangan dianggap kista amoeba
9) Jamur
a. Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH
(kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja
rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis
adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat
ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada
sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti
diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka
panjang. Kalau memang positif kandidiasisdan terdapat gejala kandidiasis, maka
biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja
bila ada faktor risiko juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian
hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan
jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.
c. Kimia
1) Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar.
Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang
tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan
darah 0,5 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+)
tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes,
orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas
peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
a) Metode benzidine basa
i. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan
panasilah hingga mendidih.
ii. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin
kembali.
iii. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
iv. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
v. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
vi. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
vii. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
Positif ( +) hijau
Positif (2+) biru bercampur hijau
Positif (3+) biru
Positif (4+) biru tua
2) Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak
jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam
keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang
dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
3) Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam
usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi
menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi
perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan
antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang
menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat
digunakan metode pemeriksaan Fouchet
2.4 ETIOLOGI
2.5 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah. Setiap tahunnya kurang dari
500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC).
DiBagian Penyakit Dalam RSUP Palembang selama 3 tahun (1990-1992) tercatat
dic a t a t a n m e d i s , d a r i 7 4 8 k a s u s ya n g d i r a w a t k a r e n a d i a r e a d a 1 6
k a s u s ya n g disebabkan oleh disentri basiler. Sedangkan hasil penelitian
yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Indonesia dari Juni 1998 sampai dengan
Nopember 1999, dari 3848 orang penderita diare berat, ditemukan 5%
shigella.Prevalensi amebiasis sangat bervariasi, diperkirakan 10 persen
populasiterinfeksi. Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%).
Manusia merupakan host dan reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi
tinja ke
makanandanm i n u m a n , d e n g a n p e r a n t a r a l a l a t , k e c o a k , k o n t a k i n t e r p
e r s o n a l , a t a u l e w a t hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek,
penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya.
b. Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus
besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus
danmenimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini
sampaisaat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh
pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai
peran.Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase danlisozim
yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk
ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi lapisan
submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadiulkus di
permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yangminimal.
Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi disemua bagian
usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum,
kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.
2.8 PENATALAKSANAAN
Disentri basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah
istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan
antibiotika. Cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi
dengan cairan rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi
akan terjadi dan berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikancairan
melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak
muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit.
Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan. Diet
Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari, kemudian
diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
Pengobatan spesifik Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis
pasien diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan
perbaikan, terapi diteruskan selama 5 hari. Antibiotik line pertama adalah
ciprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari. Antibiotik
ampicilin dapat digunakan dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula
dengan trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari selama 3-
5 hari. Antibiotik azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal dan sefiksim 400
mg/hari selama 5 hari. Pemberian Ciprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap
anak-anak dan wanita hamil. Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman
S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik
dengan dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam
pengobatan disentri basiler karenatidak efektif
Disentri amuba Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg
tiga kali perhari selama 20 hari. Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin
500 mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat :
Metronidazol 750 mgtiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali
selama5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis
ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-
10 hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari
selama 4 minggu, dan emetin 1mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.
2.9 PENCEGAHAN PENYAKIT DISENTRI
Disentri amoeba Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang
memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat
penting. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air
dipanaskan 500C selama 5 menit. Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi dan
pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan
yang berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin khusus
untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan
mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.
Disentri basiler Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk Shigella.
Penularan disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan
dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak
terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih
Dari program-program yang telah dibuat oleh pemerintah, terdapat cara-cara
untuk mencegah terjadinya disentri. Salah satunya dengan melakukan program PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci tangan.
Mencuci tangan sering dianggap sebagai hal biasa di masyarakat. Ada yang tidak
mencuci tangan sebelum makan,ada yang mencuci tangan hanya sekedar dengan air.
Padahal mencuci tangan merupakan pencegahan terjadinya penyakit yang paling
penting. Cara mencuci tangan yang paling benar yaitu dengan cara memakai air
bersih dan sabun atau antiseptik. Sabun dan antiseptik berguna untuk membersihkan
kuman atau bakteri yang ada di tangan. Mencuci tangan hingga steril menggunakan
sembilan langkah yang diterapkan dan dianjurkan oleh rumah sakit adalah cara
mencuci tangan yang paling benar. Mencuci tangan dilakukan setelah buang air
besar,sebelum memasak atau menjamah makanan,sebelum dan sesudah makan.
Langkah selanjutnya yaitu menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan. Ini
bertujuan agar makanan tidak berisi bakteri dan makanan menjadi makanan yang
bersih dan sehat untuk dikonsumsi. Dalam kehidupan sehari-hari,ada masyarakat
yang kurang menjaga kebersihan. Sehingga tidak jarang di dalam rumah atau ruangan
mereka banyak terdapat serangga atau binatang lain yang dapat menimbulkan
penyakit seperti lalat, kecoak, tikus, nyamuk, dan lainnya. Kebersihan alat-alat rumah
tangga yang digunakan untuk membuat makanan juga harus diperhatikan. Kita juga
harus melindungi sumber air agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja.
Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari
yang masuk ,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab. Tinja dibuang secara
saniter dan teratur. Dalam menjalankan langkah-langkah pencegahan, sebaiknya
masyarakat saling bergotong-royong, sehingga setiap orang akan tahu bahaya dari
penyakit ini. Dari pengetahuan tersebut akan tercipta masyarakat yang harmonis,
memiliki perilaku sehat,dan pola hidup sehat teratur.
Dalam bidang pelayanan kesehatan, sudah banyak diterapkan program-program
untuk mencegah disentri.Masyarakat juga harus mencari informasi-informasi terkini
terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan kesehatan. Banyak juga klinik-
klinik atau rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang professional
dengan memperbanyak program sosialisasi dan penyuluhan ke masyarakat,sekolah-
sekolah,di banjar,dan dimana saja.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang
dapat dicegah. Memang sulit untuk mengobati penyakit disentri ini. Namun,dengan
adanya kesadaran dari setiap individu,dan menerapkan pengetahuan yang didapat dari
sosialisasi, edukasi, pengalaman, kontak sosial, atau motivasi dari orang
terdekat,niscaya penyakit ini setidaknya dapat dicegah. Bersama-sama semua orang
bergotong-royong menerapkan pola hidup sehat, berolahraga, dan memakan makanan
yang sehat dan teratur. Semua orang diharapkan dapat menjadi role mode bagi orang-
orang yang belum tahu. Semuanya harus dimulai dari diri sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perutdan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah. Etiologi dari
disentri ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan oleh Shigella,sp. Dan disentri
amuba yang disebabkan oleh Entamoeba hystolitica
.Manifestasi klinis disentri basiler berupa diare berlendir, alkalis, tinja kecil-
kecildan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk dilapisi lendir.
Manifestasi klinis disentri amuba berupa tinja biasanya besar, asam, berdarah
dantenesmus jarang.
Pencegahan penyakit disentri dapat dengan melakukan program PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting yaitu mencuci tangan, menutup
rapat-rapat tempat menyimpan makanan, melindungi sumber air agar tetap bersih dan
terhindar dari kontaminasi tinja. Tinja dibuang secara saniter dan
teratur lembab. Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada
sinar matahari yang masuk,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab.
Disentri basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah
istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan
antibiotika Disentri amuba Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin)
650 mg tiga kali perhari selama 20 hari.Amebiasis intestinal ringan atau sedang :
tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan
3 obat : Metronidazol 750 mgtiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg
empat kali selama5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis
ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-
10 hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari
selama 4 minggu, dan emetin 1mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Robbins dan Cotrans. 2002. Dasar Patologis Penyakit. Buku EGC Kedokteran :
Jakarta.
2. Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian
Rakyat.Hal180-185
3. Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran
EGC.Halaman 518-519
4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III . Fakultaskedokteran UI : Jakarta.
Davis K., 2007.
5. Gandahusada S, Illahude HHD, Pribadi W. 2004. Bab 2: Protozoologi.
Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Gaya Baru.