PenggemukanSapiPotong1 PDF
PenggemukanSapiPotong1 PDF
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
1. Pendahuluan .......................................................................................... 2
a. Latar Belakang ................................ ................................ ........... 2
b. Tujuan ................................ ................................ ...................... 3
3. Aspek Pemasaran.................................................................................11
a. Pemasaran Sapi Potong Penggemukan ................................ ......... 11
b. Informasi Pendukung................................ ................................ . 12
4. Aspek Produksi.....................................................................................15
a. Proses Penggemukan................................ ................................ . 15
b. Persyaratan Teknis................................ ................................ .... 15
c. Lingkungan ................................ ................................ .............. 17
5. Aspek Keuangan...................................................................................18
a. Investasi ................................ ................................ ................. 18
b. Modal Kerja untuk Biaya Operasional ................................ ........... 19
c. Pendapatan ................................ ................................ .............. 21
d. Analisa Kekayaan................................ ................................ ...... 22
e. Kelayakan Usaha ................................ ................................ ...... 22
f. Besar Kredit dan Jumlah Sapi Untuk Kelanjutan Usaha .................... 23
6. Kesimpulan ...........................................................................................25
Sementara pada sisi lain pertumbuhan populasi sapi secara nasional tidak
mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah pemotongan. Sehingga berakibat
adanya kelebihan permintaan di bandingkan penyediaan.
Kegiatan penggemukan sapi ini bisa di lakukan oleh sejumlah peternak kecil
secara bersama-sama di dalam koordinasi KUD dengan mengadakan
kerjasama kemitraan secara terpadu dengan Pengusaha Peternakan Besar
(Feedlotters) yang memiliki kegiatan impor sapi bakalan atau pedangang
sapi lokal dan pemasaran sapi hasil penggemukan yang dilakukannya. Untuk
itu sebagai anggota KUD mereka bekerjasama dengan Perusahaan
Penternakan Besar menggunakan kredit perbankan untuk modal investasi
dan modal kerjanya dalam suatu Proyek Kemitraan Terpadu (PKT)
Penggemukan Sapi.
b. Tujuan
a. Organisasi
1. Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.
2. Koperasi
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.
4. Bank
Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional
lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian
pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian
kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak
petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil
penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama
untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan
dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan
memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.
b. Pola Kerjasama
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.
c. Penyiapan Proyek
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai
dari :
d. Mekanisme Proyek
Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :
e. Perjanjian Kerjasama
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu
surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian
kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban
dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.
Mekanisme Pemasaran
Kebutuhan daging sapi dalam tahun 1995 telan mencapai 404.000 ton,
sedangkan produksi daging secara nasional hanya 338.400 ton sehingga
masih terdapat kekurangan suplai sebesar 64.400 ton.
Sampai dengan tahun 1995 permintaan daging sapi import naik rata-rata
50% (sumber GINSI, 1996). Peningkatan permintaan daging sapi import dari
tahun ke tahun di tunjukkan dalam grafik dibawah ini.
b. Persyaratan Teknis
Lokasi lahan usaha baik untuk sapi impor maupun sapi lokal memerlukan
persyaratan sebagai berikut :
Jarak antara INTI dan PLASMA sebaiknya tidak lebih dari 1 jam perjalanan
kendaraan truk.
2). Kandang
Sapi Import
Untuk sapi impor luas kandang per baterai berukuran 3,0 m2 per ekor
sapi di ikat, dan dalam satu kandang di tempatkan sejumlah sapi.
Konstruksi kandang dilengkapi dengan emperan (gang way) seluas 1,5
Sapi lokal
Sapi import
Sapi bakalan
Ada beberapa jenis sapi lokal yang dapat di gunakan sebagai sapi
bakalan. Jenis sapi Bali dan sapi Ongole mempunyai potensi sebagai
sapi bakalan. Sapi Bali mempunyai ADG 1,5 - 1,0 kg/hari. Sedangkan
sapi Ongole mempunyai 0,4 - 0,8 kg/hari. Berat awal berkisar 200
sampai 300 kg dengan umur 1,5 sampai 2 tahun.
4). Pakan
Sapi import
Sapi lokal
Komposisi pakan sapi lokal terdiri dari konsentrat dan hijauan. Pada
umumnya kebutuhan hijauan per hari sekitar 10% dari bobot sapi,
sedangkan konsentrat sekitar 1-2 kg/hari. Untuk meningkatkan
efisiensi pakan telah di kembangkan suatu probiotik, yaitu semacam
enzim pemecah karbohidrat struktural (selulusa, hemiselulosa, dan
lignin), protein dan lemak.
Hijauan pakan untuk sapi lokal bisa di sediakan dengan menanam rumput
gajah atau king grass. Untuk ini peternak perlu menggunakan bagian lahan
usaha pertaniannya untuk menanam rumput tersebut. Untuk ini peternak
perlu menggunakan kebutuhan 4 ekor sapi penggemukan, rumput harus
minimal di tanam pada lahan seluas 0,4 ha. Dengan pemupukan yang baik,
rumput di panen dengan sistem ratoon. Apabila kelembaban tanah cukup,
pemberian pupuk setelah panen akan mempercepat pertumbuhan tunas dan
kelebatan rumput.
6). Panen
c. Lingkungan
Usaha penggemukan sapi ini selama di laksanakan di luar kota tidak akan
memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan. Justru dari limbah
penggemukan sapi ini, akan diperoleh kotoran sapi yang akan bisa menjadi
pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan lahan petani, ini akan
mengakibatkan bisa diperolehnya peningkatan hasil pertanian.
Pengadaan lahan,
Pembangunan kandang.
Pengadaan pertama sapi bakalan
Peralatan
1). Lahan
Harga sapi bakalan di perhitungkan atas dasar berat badan sapi hidup per
kg. Tergantung pola penggemukan yang di rancang oleh pihak Perusahaan
Inti , dibedakan antara harga sapi bakalan impor dan sapi bakalan lokal
(untuk sapi bali atau lainnya).
Harga sapi bakalan impor Rp. 3.700/kg berat badan, dengan kisaran
3.600/kg sampai Rp. 3.900/kg
Harga sapi bakalan lokal Rp. 3.300/kg berat badan dengan kisaran Rp.
3.000/kg sampai Rp. 3.500 /kg.
Karena adanya kenaikana harga sesuai tingkat inflasi, analisis finansial untuk
kelayakan usaha, akan dibuat dengan memperkirakan kemungkinan besar
kenaikkan harga sapi bakalan per tahun. Kenaikan tersebut dapat di rujuk
sampai 5% per tahun.
Biaya pengangkutan sapi bakalan dari lokasi Inti sampai ke lokasi kandang
plasma dan pengangkutan sapi hasil penggemukan dari lokasi kandang ke
lokasi Inti, menjadi beban peternak plasma kecuali apabila di rancang lain
dalam proyek kemitraan yang bersangkutan. Biaya transpor untuk semua
peternak plasma agar diperhitungkan sama, sehingga terjadi adanya
tanggung renteng. Biaya transportasi ini diperhitungkan Rp. 10.000/ekor
untuk datang dan pergi. Biaya ini bisa naik setiap tahun dengan perkiraan
5%/tahun.
Tergantung pada pola pemeliharaan sapi yang dirancang oleh pihak Inti,
sebagai alas kandang di atas lantai dasar bila ditaburkan serbuk gergaji
untuk selama masa penggemukkan. Alas ini diganti setiap bulan. Cara lain
kandang bisa dalam keadaan tanpa alas dan lantai dasar setiap waktu
tertentu. Keduanya banyak dilakukan di lapangan.
c. Pendapatan
Sebagai batasan, antara harga beli sapi bakalan dan harga jual sapi hasil
penggemukan perlu memiliki perbedaan minimal Rp. 300/kg berat badan
sapi. Kurang mempengaruhi arus angsuran pelunasan kredit.
d. Analisa Kekayaan
Dari tabel arus dana yang dibuat untuk data-data tersebut diatas, diperoleh
bahwa variabel masukan yang menentukan sekali di dalam melihat
kelayakan usaha penggemukan sapi bagi kegiatan petani plasma terutama
adalah :
e. Kelayakan Usaha
Hasil analisis menunjukkan bahwa agar usaha penggemukan sapi potong ini
layak dan menunjang usaha peternak dapat berkelanjutan, pihak Perusahaan
Inti harus dapat mengadakan sapi bakalan ex. Impor dengan harga paling
tinggi Rp. 3.700/kg berat badan sapi hidup dan membeli sapi penggemukan
dengan harga paling rendah Rp. 4.000/kg. Harga sapi bakalan yang lebih
dari harga ini, dan harga sapi hasil penggemukan yang kurang dari itu, akan
mengakibatkan kelayakan hanya akan tercapai apabila ada penghematan
biaya pada komponen laiinya tetapi tidak merubah aspek teknis budidaya
penggemukan sapi (Tabel Parameter Teknis).
Perencanaan usaha penggemukan sapi dalam PKT ini, harus diupayakan agar
usaha peternak bisa berkelanjutan dengan pengertian bahwa pada waktu
kredit lunas, dan harisl penggemukan sapi sebelumnya sebagai miliknya
sendiri yang diperoleh setelah kredit lunas.
4 6.581.000 1 18,3
8 13.092.000 2 18,5
15 24.486.250 4 18,6
22 35.880.500 6 18,6
24 39.136.000 8 18,6
Dari bahasan yang telah di sampaikan melalui bab-bab sebelum ini, dapat
diketahui bahwa kegiatan penggemukan sapi merupakan usaha yang bisa
dilaksanakan oleh para petani/peternak dengan memanfaatkan lahan
pekarangan atau lahan lain kepemilikannya, untuk meningkatkan atau
menambah pendapatan keluarga, dan layak mendapatkan pinjaman Bank
apabila :