PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah
yang berlangsung kurang dari tiga minggu dimana telinga tengah adalah ruang
di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam
serta berhubungan dengan nasofaring melalui Tuba Eustachius (Tortora,
2009).
Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah
yang akan berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi
mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut, serta munculnya gejala otalgia,
iritabilitas, dan demam (Linsk et al., 2002; Kaneshiro, 2010; WHO, 2006).
Dikatakan juga bahwa pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran nafas
atas. Pada anak-anak semakin sering terserang infeksi saluran nafas, makin
besar kemungkinan terkena OMA (Djaafar, 2007). Penyebab Otitis Media
Akut didominasi oleh infeksi bakteri dan sepertiga kasus disebabkan oleh
virus. Sepertiga kasus dari infeksi bakteri disebabkan oleh Streptococcus
pneumonia dan sepertiga kasus untuk Haemophilus influenza (Worrall, 2007).
Di negara-negara dengan ekonomi rendah, khususnya Indonesia, OMA
termasuk penyakit yang umum terjadi (WHO, 2007). Oleh karena itu, OMA
perlu mendapat perhatian khusus agar penyakit ini dapat dicegah dan tidak
terus berkembang. Pada penderita yang sudah atau rentan terkena OMA perlu
mendapatkan penangan yang adekuat dan layak agar tidak berkemban
menjadi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Pada tiap-tiap negara OMA
memiliki angka kejadian yang bervariasi (Aboet, 2006). Center for Disease
Control and Prevention (CDC) mempunyai suatu program yang disebut
CDCs Active Bacterial Core Surveillance (ABCs) menunjukkan bahwa kasus
OMA terjadi sebanyak enam juta kasus per tahun di Amerika Serikat. Selain
itu, Meropol et al. (2008) juga menyatakan bahwa terdapat 45-62% pemberian
antibiotik pada anak2 anak di Amerika Serikat disebabkan terkena OMA.
Studi lain melaporkan bahwa 70% dari anak-anak mengalami > 1 kali
serangan OMA sebelum berusia 2 tahun.
1
Di Indonesia, belum ada data yang akurat untuk menunjukkan prevalensi,
insidensi maupun angka kejadian OMA. Penelitian oleh Titisari yang
dilakukan di Departemen THT FKUI RSCM & poli THT RSAB Harapan Kita
menunjukkan terdapat 43 pasien yang mengalami OMA antara Agustus 2004
sampai Februari2005.
OMA adalah penyakit yang lazim terjadi pada anak-anak dibandingkan
dengan kelompok usia lainnya. Hal itu disebabkan posisi tuba eustachius
anakanak pada fase perkembangan telinga tengah lebih horizontal, pendek,
dan lebar dengan drainase yang minimal dibandingkan usia dewasa (Tortora,
2009). Faktorfaktor lain yang mempengaruhi kerjadian OMA yaitu banyaknya
paparan asap rokok, waktu pemberian ASI eksklusif, lingkungan bermain dan
tempat tinggal anak, penurunan sistem imun, serta riwayat OMA pada
keluarga. Gejala yang serius seperti demam, otalgia dan otorrhea dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari anak dan memiliki dampak negatif yang
besar pada kualitas hidup mereka (Wang et al., 2011). Puncak kejadian OMA
terjadi antara usia 6 sampai 12 bulan dan lebih dari 80% anak-anak
didiagnosis dengan OMA pada usia 3 tahun (Coticchia, 2013). OMA apabila
tidak ditangani dengan antibiotik yang tepat dapat menimbulkan komplikasi,
yaitu OMSK, meningitis dan abses otak (Djaafar, 2007). Untuk itu
pencegahan ataupun penanganan terhadap OMA sangat penting, sehingga
informasi akan faktor-faktor resiko OMA sangat dibutuhkan. Maka dari itu
kelompok sangat tertarik ingin membahas patofisiologi OMA.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan umum dan khususnya adalah untuk mengetahui, memahami
asuhan keperawatan penyakit OMA.
D. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi
melalui buku referensi dan internet.
2
E. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini ,disini kelompik membuat
sistematika penulisan yang dimulai dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan penulisan, Metode Penulisan, Sistematika
Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Yang terdiri dari Konsep Dasar Keperawatan yaitu
Asuhan Keperawatan Peyakit OMA.
BAB III : PENUTUP
Yang meliputi dari kesimpulan dan saran .
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Telinga luar.
4
2. Telinga tengah
3. Telinga dalam
5
kanalissemisirkularis yang semuanya berfungsi untuk
mempertahankan keequilebrium.
C. Manifestasi klinis
6
rasa nyeri di telingga bertanbah hebat. Pada anak- aqnakn sreing
di sertai kejang dan anak menjadi rewel. Apabila tekanan eksudat
yang purulen cavum ti pani tidak berkurang, maka terjadi
iskemik akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta terjadi
trombophlebitis pada fena-fena kecil dan nekrosis mukosa dan
submukosa. Nekrosis ini pada membrane ti mpani terlihat
sebagai daerah yang lebih lembek dan bewarna kekuningan, di
tempat ini akan terjadi rupture. Sehingga bila tidak di lakukan
incisi membran timpani (miringitomi) maka kemungkinan besar
membrane timpani akan rupture dan discharge keluar ke liang
telingga luar. Degan melakukan miringitomi luka incisi akan
menutup kembali karana belum terjadi perforasi spontan dan
belum terjadi nekrosis pada pembuluh darah.
4. Stadium perforasi
Stadium ini terjadi apabila terjadi ruptur pada membrane
timpani yang bulging pada saat stadium supurasi lubang tempat
ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali .
5. Stadim resolusi
Membran timpani yang utuh,bila terjadi kesembuhan maka
keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal kembali.
Sedangkan pada membrane timpani yangt utuh tapi tidak terjadi
kesembuhan, maka akan berlanjut menjadi Gleue Ear. Pada
keadaan ini sebaiknya di lakukan incis pada membrane timpani
(miringitomi) untuk mencegah terjadi nya perforasi spontan.
Pada membrane timpani yang mengalami perforasi , bial terjadi
kesembuhan dan mutuk makan akan menjadi sikatrik, bial terjadi
kesembuhan dan tidak menutup maka akan menjadi Dry
ear( sekret berkutrang dan akhirnya keriang) sedangkan bila tidak
terjadi kesembuhan makan akan berlanjut menjadi otitis media
supuratif kronik(OMSK), di mana sekret akan keluar terus
menerus atau hilang timbul.
7
D. Etiologi
Otitis media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas atas
oleh bakteri atau virus yang menyebabkan peradanagan di mukosa,
gangguan drainase telingga tengah dan menyebabkan penumpukan
cairan steril. Bakteri atau virus masuk ke telingga tengah melalui tuba
eustachius, yang menyebabkan infeksi telingga tengah. Kuman
penyebab utama otitis media akut adalah bakteri viogenik separti
streptococcus hemolitikus, stapilococcus aureus, diplococcus
pneumokokus.selain itu kadang di temukan juga hemofilus influes
sering di temukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun,
Escherichia cholli, streptokokus anhemolitikus, proteus vulgaris dan
seudomonas aurugenus (efiaty,2007)
8
9
F. Patofisiologi
G. Komplikasi
1. Meningitis
2. Abses Otak
3. Trombofbistis sinus lateral.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran
timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas : dilakukan bila dilakukan
timpanosensitesis
(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani)
10
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMA pada prinsipnya memberikan terapi
medikamentosa . pemberian terapi medikamentosa ini tergantung pada
stadium penyakitnya.
1. Stadium oklusi
Pada stadium ini pengobatan terutama bertujuan untuk membuka
kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negatif di telingga tengah
hilang. Untuk ini di berikan obat tetes hidung. HCI efedrin 0,5%
dalam larutan ( 12 tahun) atau HCI efedrin 1% dalam ;larutan
fisiologis (untuk anak yang berumur di atas 12tahun dari pada orang
dewasa). Disamping itu sumber infeksi harus di obati Antibiotika
diberikan apabila penyebab infeksi adalah kuman , bukan oleh virus
atau alergi.
2. Stadium presupurasi
Pada stadium ini antibiotika , obat tetes hidung dan analgetika
perlu diberikan. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis
difus , sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotika yang
dianjurkan adalah dari golongan penisilin dan ampisilin. Pemberian
antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi
terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin pada anak ampisilin
di berikan dosis 50-100 mg/BB/ hari ,dibagi dalam 4 dosis, atau
eritromisin 40 mg/BB/ hari.
3. Stadium supurasi/ perforasi
Disamping di berikan antibiotika, idealnya harus di sertai dengan
miringotomi, bila membrane timpani masih utuh. Dengan
miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat
di hindari. Pada stadium ini bila terjadi perforasi sering terlihat
adanya sekret berupapurulen dan kadang terlihat keluranyasekret
secara berdenyut (pulsasi) pengobatan yang di berikan adalah obat
cuci telinga H2O2 selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat .
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali
dalam waktu 7-10 hari.
11
4. Stadium resolusi
Jika terjadi resolusi maka membrane timpani berangsur normal
kembali,sekret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani
menutup . Tetapi bila tidak ter5jadi resolusi akan tampak sekret
mengalir ke liang telinga luar melalui perforasi membrane timpani.
Keadaan ini dapat di sebabkan karena berlanjutnya edema mukosa
telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutka
sampai 3 minggu. Bila tiga minggu setelag pengobatan sekret masih
tetap banyak , kemungkinan telah terjadi mastoiditis. Bila OMA
berlanjut dengan keluarnya sakret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.
Bila perforasi menetap dan sekret masih tetap keluar lebih dari satu
setengah bulan atau dua bulan maka keadaan ini di sebut otitis
supuratif kronik (OMSK).
12
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran
nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
Lakukan Inspeksi, palpasi, perkusi dan di daerah telinga,dengan
menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan
yang keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan jumlah. Apakah
ada tanda-tanda radang.
d. Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan
sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit nya.
e. Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien
f. Aktivitas sehari-hari
Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk
berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga
nya sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa
yang di bicarakan orang lain.
g. Pemeriksaan diagnostic
Tes Audiometri, X-ray, Tes berbisik, tes Garputala.
B. Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses
peradangan pada telinga tengah
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran
3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi
telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
4. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
13
C. Intervensi
14
2 Gangguan berkomunikasi Setelah dilakukannya tindakan 1. Dapatkan apa metode 1. Dengan mengetahui metode
berhubungan dengan efek keperawatan selama .X 24 Jam komunikasi yang dinginkan komunikasi yang
kehilangan pendengaran diharapkan Klien dapat kembali dan catat pada rencana diinginkan oleh klienmaka
mendengar dan melakukan perawatan metode yang metode yang akan
komunikasi, dengan kriteria hasil : digunakan oleh staf dan klien, digunakan dapat
1. Klien dapat melakukan eperti : tulisan, berbicara, disesuaikan
komunikasi dengan baik ataupun bahasa isyarat. dengankemampuan dan
2. Menerima pesan melalui metoda 2. Kaji kemampuan untuk keterbatasan klien.
pilihan (misal : komunikasi menerima pesan secara verbal.- 2. Pesan yang ingin
tulisan, bahasa lambang, Jika ia dapat mendegar pada disampaikan oleh perawat
berbicara dengan jelas pada satu telinga, berbicara dengan kepada klien dapatditerima
telinga yang baik) perlahan dan dengan jelas dengan baik oleh klien.
langsung ke telinga yang baik 3. Memungkinkan
(hal ini lebih baik dari pada komunikasi dua arah
berbicara dengan keras). anatara perawat dengan
3. Tempatkan klien dengan kliendapat berjalan dnegan
telinga yang baik berhada baik dan klien dapat
pandengan pintu. menerima pesanperawat
secara tepat.
15
3 Perubahan persepsi/sensoris Setelah dilakukannya tindakan 1. Ajarkan klien untuk 1. Keefektifan alat
berhubungan dengan keperawatan selama .X 24 Jam menggunakan dan merawat alat pendengaran tergantung
obstruksi, infeksidi telinga diharapkan Persepsi / sensoris baik, pendengaransecara tepat pada
tengah atau kerusakan di dengan kriteria hasil : 2. Instruksikan klien untuk tipegangguan/ketulian,
syaraf pendengaran. 1. Klien akan mengalami menggunakan teknik-teknik pemakaian serta
peningkatan persepsi/sensoris yang amandalam perawatan perawatannya yang tepat.
pendengaran telinga (seperti: saat 2. Apabila penyebab pokok
2. Bisa membedakan bunyi membersihkan ketulian tidak progresif,
denganmenggunakan cutton makapendengaran yang
bud secara hati-hati, sementara tersisa sensitif terhadap
waktu hindariberenang ataupun trauma dan infeksisehingga
kejadian ISPA) sehingga dapat harus dilindungi.
mencegahterjadinya ketulian 3. Diagnosa dini terhadap
lebih jauh. keadaan telinga atau
3. Observasi tanda-tanda awal terhadap masalah-masalah
kehilangan pendengaran yang pendengaran rusak secara
lanjut permanen.
4. Instruksikan klien untuk 4. Penghentian terapi
menghabiskan seluruh dosis antibiotika sebelum
16
antibiotik yang diresepkan waktunya dapat
(baik itu antibiotik sistemik menyebabkan organisme
maupun lokal). sisa resisten sehingga
infeksi akan berlanjut.
4 Cemas berhubuangan dengan Setelah dilakukannya tindakan 1. Berikan informasi kepada klien 1. Menunjukkan kepada klien
nyeri yang semakin memberat keperawatan selama .X 24 Jam seputar kondisinya dan bahwa dia dapat
diharapkan Rasa cemas klien akan gangguanyang dialami. berkomunikasi
berkurang/hilang, dengan kriteria 2. Diskusikan dengan klien denganefektif tanpa
hasil : mengenai kemungkinan menggunakan alat khusus,
1. Klien mampu mengungkapkan kemajuan darifungsi sehingga dapat
ketakutan/kekuatirannya. pendengarannya untuk mengurangirasa cemasnya.
2. Respon klien tampak tersenyum. mempertahankan harapan 2. Harapan-harapan yang
kliendalam berkomunikasi. tidak realistik tidak dapat
3. Berikan informasi mengenai mengurangikecemasan,
kelompok yang juga justru malah menimbulkan
pernahmengalami gangguan ketidak percayaan
seperti yang dialami klien klienterhadap perawat.
untuk memberikandukungan 3. Memungkinkan klien untuk
kepada klien. memilih metode
17
4. Berikan informasi mengenai komunikasi yangpaling
sumber-sumber dan alat-lat tepat untuk kehidupannya
yangtersedia yang dapat sehari-hari disesuaikan
membantu klien. dnegantingkat
keterampilannya sehingga
dapat mengurangi rasa
cemas danfrustasinya.
4. Dukungan dari bebarapa
orang yang memiliki
pengalaman yangsama akan
sangat membantu klien.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otitis media akut ( OMA ) peradangan akut mukoperiosteum telingga
tengah yang disebabkan oleh kuman bakteri maupun virus. Pada umumnya
OMA merupakan komplikasi dari infeksi saluran nafas atas. Infeksi melalui
tuba eutachius, selanjutnya masuk ke telinga tengah. Sebagian besar OMA
terjadi pada anak, Karena infeksi, saluran nafas atasbanyak pada anak, dan
bentuk tuba euthaciuss pada anak lebih pendek, lebar, dan mendatar.
B. Saran
Untuk mengatasi OMA perlunya mencegah terjadinya infeksi saluran
pernafasan atas terutama pada bayi dan anak-anak. Karena infeksi saluran
nafas atas merupakan faktor utama penyebab terjadinya OMA pada bayi dan
anak-anak disamping bentuk anatomi dari tuba euthachius yang lebih lebar,
pendek dan mendatar dibanding orang dewasa.
19