Pertimbangan Odondentik
Pertimbangan Odondentik
seberapa terkontrol kondisi tersebut. Jadwal pertemuan dengan dokter gigi harus
mempertimbangkan pentingnya konsistensi nutrisi dan menghindari pertemuan
yang bersamaan dengan jadwal makan atau menghindari waktu makan, khususnya
pada pasien yag mendapat insulin, sulfonilurea atau terapi megitinide oral karena
risiko hipoglikemia. Jika pertemuan nampaknya menyebabkan jadwal makan
tertunda atau terlewat,regimen diabetes mungkin harus dimodifikasi dengan
bantuan ahli diabetes pasien. Telah terbukti jelas bahwa hiposalivasi, gingivitis,
periodontitis dan keropos tulang periodontal berkaitan dengan DM, khususnya
jika tidak terkontrol dengan baik. Prosedur pembedahan pada pasien diabetes
yang terkontrol baik tidak memerlukan antibiotik profilaksis. Namun, jika
pembedahan diindikasikan pada pasien diabetes dengan kontrol yang buruk,
profilaksis antibiotik yang mengandung amoksisilin 500 mg dua kali sehari harus
dipertimbangkan karena fungsi neutrofil pada pasien diabetes berubah.
Status imun pasien bergantung pada kadar obat imunosupresif yang diminum.
Hanya pasien-pasien asma berat yang mengkonsumsi kortikosteroid sistemik
dosis besar yang masuk dalam kategori ini. Kategori pasien yang sama juga
mungkin memiliki risiko supresi adrenal. Dokter harus mempertimbangkan
pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah komplikasi pasca operasi dan
terapi sulih kortikosteroid untuk mencegah krisis adrenal akut.
HIV merupakan infeksi retrovirus yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh
melalui kontak seksual intim dan rute parenteral. Setelah infeksi, enzim reverse
transcriptase memungkinkan virus untuk mengintegrasikan DNA nya sendiri ke
dalam genom sel yang terinfeksi dan bereplikasi melalui sintesis protein dan
ribosom sel yang terinfeksi. Awalnya serokonversi imun dengan produksi antibodi
antivirus terjadi diikuti dengan penurunan limfosit CD4+ yang signifikan dalam
periode waktu tahunan. Tatalaksana efektid dalam memncegah progresi infeksi
HIV dan AIDS adalah kombinasi obat antivirus yang dikenal dengan terapi anti-
retrovirus sangat aktif (HAART), yang secara signifikan memperpanjang usia dan
kualitas hidup orang yang terinfeksi HIV.
Interaksi Obat dan Terapi Anti-Retrovirus
Kadar terapi antiretrovirus HIV juga dapat dipengaruhi olh sifat farmakokinetik
tubuh. Mayoritas obat HIV yang ada di pasaran dimetabolisme oleh hepar melalui
sistem enzim sitokrom P45 (CYP450). Lebih spesifik lagi, isoenzim yang paling
banyak ada pada sistem CYP450, CYP3A4, memetabolisme setidaknya separih
obat antiretrovirus yang ada di pasaran. Karena obat-obat dimetabolisme melalui
jalur yang sama, kompetisi obat dalam mengikat isoenzime mungkin dapat terjadi.
Kompetisi ini selanjutnya menyebabkan peningkatan kadar obat dalam plasma,
menyebabkan toksisitas obat, efek smaping yang tidak diketahui dan
kemungkinan resisten kemudian. Namun, tidak semua interaksi obat memiliki
konsekuensi negatif. Beberapa inhibitor protease, seperti ritonavir, berfungsi
untuk meningkatkan kadar obat lainnya. Inhibitor protease ini dapat diberikan
dalam dosis yang lebih rendah, sehingga mengurangi metabolisme obat
antiretrovirus lainnya yang diberikan secara bersamaan.
Anestesi lokal merupakan obat yang paling sering digunakan oleh dokter gigi.
Lidokain dan prilokain termasuk dalam kategori B menurut FDA jika diberikan
dalam rentang terapeutik dan menjadi pilihan utama untuk anestesi lokal pada
pasien hamil yang tidak memiliki kontraindikasi seperti alergi. Bupivakain,
mepivakain dan artikain masuk dalam kategori C. Bupivakain pada studi hewan
menunjukkan kematian embrio dengan dosis diatas dosis terapeutik.
Ketika membahas nyeri, profesional gigi harus berhati-hati akan adanya pitfall
(jebakan). Tidak semua anti inflamasi non steroid aman untuk janin. Aspirin atau
diflusinal tidak direkomendasikan untuk wanita hamil. Aspirin dan diflusinal
keduanya berkaitan dengan kehamilan dan persalinan lewat waktu, anemia,
peningkatan risiko perdarahan dan penutupan duktus srteriosus prematur pada
jantung. Bahkan ibuprofen, ketoprofen, dan naproxen dikontraindikasikan pada
trimester ketiga kehamilan, karena obat tersebut masuk dalam kategori D, akibat
risikonya dalam memperpanjang kehamilan, meningkatkan risiko perdarahan
selama persalinan dan penutupan prematur duktus arteriosus. Namun, ketiga
analgesik ini masuk dalam kategori B jika diberikan dalam dua trimester pertama
kehamilan. Lini pertama pilihan obat anti inflamasi nonsteroid adalah
asetaminofen. Asetaminofen masuk dalam kategori B menurut FDA untuk ketiga
trimester kehamilan. Jika diperlukan obat nyeri yang lebih kuat, sebagian besar
ombinasi narkotik relatif aman untuk jangka pendek, terlepas dari risiko
penghambatan pertumbuhan janin atau ketergantungan janin jika diresepkan untuk
jangka waktu lama. Oxycodone mendapat rating B untuk pemakaian jangka
pendek, sedangkan meperidine, hydrocodone, propoksifen dan kodein masuk
dalam kategori C obat narkotik menurut FDA, meskupun obat tersebut relatif
aman untuk kontrol nyeri jangka pendek. Bagaimanapun juga, penggunaan
narkotik jangka panjang tidak disarankan karena dapat menimbulkan depresi atau
gejala withdrawal pada neonatus.
Jika karies gigi merupakan sumber nyeri atau infeksi akut pada wanita hamil,
seorang dokter gigi harus memberikan perawatan invasif terlepas dari fase
kehamilan pasien. Karies gigi juga merupakan sumber bakteri tambahan pada
pasien. Seperti yang disebutkan sebalumnya, anestesi lokal dapat digunakan pada
wanita hamil. Dismapin itu tidak ada kontraindikasi untuk penggunaan prosedur
diagnosis yang dianggap perlu, seperti radiograi, selama kehamilan, jika
mengikuti tindakan pencegahan yang aman normal. Tindakan pencegahan ini
meliputi kolimasi sinar, film berkecapatn tinggi, paparan yang terbatas dan
proteksi apron timah untuk pasien. Diperkirakan bahwa rata-rata pengambilan
film gigi penuh memberikan eksposur radiasi pad ajanin sebesar 1 x l0-1 rads, jauh
dibawah risiko tetragenik pada janin.
Kanker yang dapat dioperasi dan tidak mempengaruhi rongga mulut memerlukan
sedikit modifikasi rencana perawatan. Sebelum pengobatan kanker, semua sumber
inflamasi dan infeksi yang mungkin berpotensi harus dieliminasi. Jika mungkin,
gigi yang tidak dapat dipulihkan dan yang memiliki prognosis periodontal jangka
panjang yang buruk sebaiknya diekstraksi lebih dari dua minggu sebelum terapi
radiasi. Gigi tidak vital yang simtomatis dapat diobati secara endodontik
setidaknya satu minggu sebelum memulai kemoterapi. Banyak pasien kanker
terpasang kateter yang mungkin rentan terhadap infeksi dan sementara Asosiasi
Jantung Amerika (AHA) kontroversial merekomendasikan profilaksis antibiotik
(Tabel 1).
Jika pasien telah mendapat kemoterapi, dokter gigi sebaiknya mengetahui kadar
trombosit dan sel darah putih pasien. Prosedur endodontik dapat dilakukan jika
jumlah neutrofil lebih dari 2.000 sel per mm kubik dan trombosit diatas 50.000
per mm kubik. Osteonekrosis pasca radiasi (PRON) akibat radiasi memicu
perubahan pada rahang, dapat timbul pada tulang yang terpapar radiasi dosis
tinggi dan dikarakteristikkan dengan eksposur tulang yang nyeri atau asimtomatis.
Protokol yang digunakan untuk mengurangi radionekrosis meliputi pemilihan
terapi endodontik selain ektraksi, prosedur bedah non truma, mempertimbangkan
penggunaan anestesi lokal selain lidokain yang tidak mengandung epinefrin atau
mengandung epinefrin dalam konsentrasi rendah dan antibiotik profilaksis serta
pemberian antibiotik selama minggu penyembuhan.
SIMPULAN