Anda di halaman 1dari 9

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR

DI WILAYAH SUB DAS TONDANO


DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
MAPPING OF LANDSLIDE-PRONE AREAS
IN THE SUB WATERSHED OF TONDANO
BY USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEMS
Melisa P. Todingan1
Meldi Sinolungan2
Yani E.B. Kamagi2
Jeanne Lengkong2

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis daerah rawan longsor di wilayah Sub DAS Tondano
untuk mendapatkan informasi tingkat kerawanan dan penyebarannya dalam bentuk peta dengan
memanfaatkan Sistem Informasi Geografis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Metode
Deskriptif yang terdiri dari survei dan overlay peta, sedangkan identifikasi daerah rawan longsor
menggunakan Metode Skoring. Parameter yang diamati adalah jenis tanah, kemiringan lereng,
ketinggian, penggunaan lahan dan curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan penyebaran daerah
rawan longsor di sub DAS Tondano terdiri dari lima kelas kerawanan longsor yaitu (1) Kelas tidak
rawan longsor seluas 993,12 ha, atau 23,64%, tersebar pada Kecamatan Eris seluas 137,42 ha, Kakas
seluas 1,31 ha dan Tondano Timur seluas 854,39 ha; (2) Kelas kerawanan rendah seluas 207,59 ha
atau 4,94%, tersebar pada Kecamatan Eris seluas 144,10 ha, Kakas seluas 0,29 ha dan Tondano Timur
seluas 63,20 ha; (3) Kelas kerawanan sedang seluas 894,19 ha atau 21,28% tersebar pada Kecamatan
Eris seluas 503,06 ha, Kakas seluas 114,97 ha dan Tondano Timur seluas 276,16 ha; (4) Kelas
kerawanan tinggi seluas 469,23 ha atau 11,17% tersebar pada Kecamatan Eris seluas 256,27 ha,
Kakas seluas 48,03 ha dan Tondano Timur seluas 164,93 ha; (5) Kelas sangat rawan seluas 1637,23
ha atau 38,97% tersebar pada Kecamatan Eris seluas 455,60 ha, Kakas seluas 45,46 ha dan Tondano
Timur seluas 1136,17 ha.
Kata Kunci : Pemetaan, Longsor, Sub DAS Tondano, SIG (Sistem Informasi Geografi)
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the landslide prone areas in Sub Watershed of
Tondano in order to obtain the vulnerability information and dissemination in the form of map by
using the Geographic Information Systems. The study was conducted by using a Descriptive Method
which consisted of a survey and map overlay, while the identification of areas prone to landslides
using the scoring method. Parameters measured were soil type , slope , elevation , land use and
rainfall . The results showed that the spread of landslide-prone areas in the Sub Watershed of Tondano
consisted of five classes of landslide susceptibility, namely (1) No class landslide prone area of
993.12 ha, or 23.64%, spread over an area of 137.42 ha districts Eris, Kakas of 1.31 ha and 854.39 ha
area of East Tondano; (2) The low vulnerability class area of 207.59 ha, or 4.94%, spread over an area
of 144.10 ha district of Eris, Kakas area of 0.29 ha and 63.20 ha area of East Tondano; (3) Moderate
impact class area of 894.19 ha, or 21.28% spread over an area of 503.06 ha district of Eris, Kakas area
of 114.97 ha and 276.16 ha area of East Tondano; (4) High vulnerability class area of 469.23 ha, or
11.17% spread over an area of 256.27 ha district of Eris, Kakas area of 48.03 ha and 164.93 ha area of
East Tondano; (5) Highest area of 1637.23 ha or 38.97% spread over area of 455.60 ha district of Eris,
Kakas area of 45.46 ha and 1136.17 ha area of East Tondano.

Key Words : Mapping, Landslide, Sub Watershed of Tondano, GIS (Geographic Information System)

1
Student of Agroecotechnolgy/Land Resources Management of Agriculture Faculty, Sam Ratulangi University.
2
Lecturer of Soil Science Department of Agriculture Faculty, Sam Ratulangi University.
PENDAHULUAN seperti di wilayah Tandengan
Kecamatan Eris yang merupakan
Bencana longsor merupakan
jalur transportasi yang
salah satu bencana alam yang sering
menghubungkan ibukota Kabupaten
mengakibatkan kerugian harta benda
Minahasa dan daerah pesisir pantai
maupun korban jiwa dan
timur. Untuk mencegah terjadinya
menimbulkan kerusakan sarana dan
bencana longsor di daerah ini, maka
prasarana lainnya yang bisa
penelitian ini dilakukan.
berdampak negatif pada kondisi
Sistem Informasi Geografis
ekonomi dan sosial. Bencana alam
digunakan dalam penelitian ini
tanah longsor dapat terjadi karena
karena terbukti mampu menyediakan
pola pemanfaatan lahan yang tidak
informasi data geospasial setiap
mengikuti kaidah kelestarian
objek dipermukaan bumi secara
lingkungan, seperti gundulnya hutan
cepat, sekaligus menyediakan sistem
akibat deforestasi dan konversi hutan
analisa keruangan yang akurat.
menjadi lahan pertanian dan
Sehingga dapat dilakukan upaya
pemukiman di lahan berkemiringan
mitigasi yang bertujuan untuk
lereng yang terjal (Nugroho dkk,
mencegah bahaya (resiko) yang
2009).
berpotensi menjadi bencana atau
Bencana alam yang terjadi di
mengurangi efek dari bencana ketika
Indonesia khususnya di Sulawesi
bencana tersebut sudah terjadi.
Utara pada Januari 2014 ini begitu
Tujuan dari penelitian ini
memprihatinkan dan mengundang
adalah menganalisis daerah rawan
perhatian dari seluruh masyarakat
longsor di wilayah Sub DAS
Indonesia. Banjir bandang dan tanah
Tondano untuk mendapatkan
longsor yang terjadi di wilayah
informasi tingkat kerawanan dan
Manado dan sekitarnya telah
penyebarannya dalam bentuk peta
melumpuhkan aktivitas
dengan memanfaatkan Sistem
perekonomian masyarakat. Pada
Informasi Geografis.
kondisi ini terlihat bahwa efek dari
Penelitian ini diharapkan dapat
bencana memberikan kerugian yang
sangat besar bagi pemerintah dan bermanfaat bagi pemerintah
Kabupaten Minahasa dan stakeholder
masyarakat. Kerugian yang
lainnya dalam pencegahan bencana
ditimbulkan dari bencana longsor
longsor.
antara lain terputusnya jalur
transportasi, hilangnya rumah dan
harta benda serta kerugian ekonomi
lainnya, bahkan merenggut korban
jiwa. Oleh karena itu penting
dilakukan identifikasi daerah rawan
longsor agar dapat dilakukan
pencegahan dini terhadap bahaya
longsor.
Sub DAS Tondano bagian
timur yang mempunyai luas 4201,36
ha adalah wilayah yang topografinya
bervariasi dari datar sampai
bergunung. Beberapa lokasi di
daerah ini sering terjadi longsor,
METODOLOGI PENELITIAN (Sumber: BMKG Winangun
Manado).
Penelitian ini dilaksanakan
selama 6 bulan (Agustus 2013 Penelitian ini menggunakan
Januari 2014) dan dilaksanakan di Metode Deskriptif yang terdiri dari
wilayah Sub DAS Tondano bagian survei dan overlay peta, dan untuk
timur yang mencakup tiga wilayah identifikasi daerah rawan longsor
Kecamatan yakni Kecamatan Eris menggunakan Metode Skoring
(Desa Touliang Oki, Ranomerut, (Scoring).
Telap, Watumea dan Tandengan), Parameter rawan longsor yang
Kecamatan Kakas (Desa diamati adalah jenis tanah,
Toulimembet dan Tasuka) dan kemiringan lereng, penggunaan
Kecamatan Tondano Timur lahan, ketinggian dan curah hujan.
(Kelurahan Katinggolan, Kendis, Analisis data terdiri atas:
Kiniar, Liningaan, Makalonsouw, Pengolahan Data Spasial dan Data
Papakelan, Ranowangko, Taler, Atribut. Data spasial dan data
Toulour dan Wengkol). atribut yang digunakan dalam
Peralatan yang digunakan penelitian ini terdiri dari Peta
dalam penelitian ini ialah: RBI, Peta Jenis Tanah, Peta
Perangkat Keras (Hardware): Kemiringan Lereng data
satu unit Komputer, Kamera Penggunaan Lahan, data
digital, Alat Tulis Menulis. Ketinggian, dan data Curah
Perangkat Lunak (Software): Hujan. Dalam pengolahan tahap
Software Arc-view 3.3, Software awal setiap data harus dijadikan
Microsoft Excel 2007, Software peta digital dengan format vektor.
Microsoft Word 2007. Peta digital format vektor
Bahan yang digunakan dalam disimpan dalam bentuk garis, titik
penelitian ini ialah: dan poligon. Proses pemasukan
Peta RBI Lembar Langowan data-data dilakukan melalui
(2417-21), Lembar Manado seperangkat komputer dengan
(2417-23) skala 1:50.000 tahun software ArcView 3.3. Data
1991 (Sumber: keluaran ini kemudian digunakan
BAKOSURTANAL). sebagai data acuan penelitian.
Peta Jenis Tanah Digital Pembuatan Peta Unit Lahan
Kabupaten Minahasa skala Prosedur pembuatan unit lahan
1:250.000 (Sumber: BAPPEDA adalah sebagai berikut :
Sulawesi Utara tahun 2006). 1. Input data spasial dan data
Peta Kemiringan Lereng Digital atribut peta jenis tanah dalam
Kabupaten Minahasa skala bentuk digital (BAPPEDA
1:50.000 (Sumber: BAPPEDA Sulawesi Utara tahun 2006).
Sulawesi Utara tahun 2006). 2. Input data spasial dan data
Data penggunaan lahan atribut peta kemiringan lereng
(Sumber: Citra Satelit dari dalam bentuk digital
Google Earth 2013 dan kroscek (BAPPEDA Sulawesi Utara
lapangan). tahun 2006).
Data curah hujan stasiun 3. Input data spasial dan data
terdekat yaitu Stasiun Tondano atribut peta penggunaan lahan
dalam bentuk digital (Citra
Satelit dari Google Earth 2013 kerawanan longsor dibagi menjadi
dan kroscek lapangan). lima kelas, yaitu:
4. Input data spasial dan data 1. Tidak rawan
atribut peta ketinggian dalam 2. Kerawanan rendah
bentuk digital. 3. Kerawanan sedang
5. Input data spasial dan data 4. Kerawanan tinggi
atribut peta curah hujan dalam 5. Sangat rawan
bentuk digital (BMKG Untuk mendapatkan kelas
Winangun Manado) kerawanan longsor, skor yang
6. Untuk mendapatkan peta unit sudah dimasukkan sebagai data
lahan daerah penelitian atribut dijumlahkan sehingga
dilakukan overlay dengan mendapatkan informasi nilai
operasi Geoprocessing Intersect minimal dan nilai maksimal.
two themes seperti pada Gambar Nilai ini akan digunakan untuk
1. (Prahasta, 2004) menentukan Interval Tingkat
Kerentanan, yaitu :

Langkah kerja yaitu:


1. Siapkan satu unit komputer
yang telah dilengkapi Software
Gambar 1.Geoprocessing Intersect two themes
Arc-view 3.3 dan data data
yang diperlukan.
Peta unit lahan ini dijadikan 2. Buka aplikasi Arc-view 3.3,
sebagai peta dasar dalam analisis pilih with a new project lalu
daerah rawan longsor, dan untuk OK.
memudahkan informasi lokasi, 3. Aktifkan jendela View, klik
peta unit lahan yang ada di tombol Add Theme hingga
overlay dengan peta administrasi. muncul kotak dialog Add
Unit yang terbentuk dijadikan ID Theme box.
penelitian. 4. Pilih file peta digital yang
Analisis Kerawanan Longsor. tersedia yang berformat *.shp
Berdasarkan metode skoring dan klik OK.
dalam Nugroho dkk (2009), 5. Kemudian mendeliniasi daerah
parameter parameter yang penelitian dalam hal ini sub
digunakan untuk menentukan DAS Tondano dari peta digital
tingkat kerawanan longsor adalah DAS Tondano yang tersedia.
jenis tanah, kemiringan lereng, 6. Hasil deliniasi tersebut di
penggunaan lahan, ketinggian dan overlay dengan peta digital
curah hujan. Analisis kerawanan kemiringan lereng yang
longsor dilakukan pada peta unit tersedia dengan menggunakan
lahan. Dalam setiap jenis peta di fasilitas Geoproccesing dalam
input data atribut yaitu skor Arc-view dan menghasilkan
berdasarkan klasifikasi yang telah peta kemiringan lereng sub
ditetapkan. Penentuan skor tiap DAS Tondano.
kelas parameter didasarkan pada 7. Demikian selanjutnya dengan
Nugroho dkk (2009). Tingkat peta jenis tanah, peta
penggunaan lahan, peta
ketinggian dan peta curah
hujan.
8. Hasil peta tersebut di-overlay
dan mendapat satuan penelitian
untuk analisis tingkat
kerawanan longsor.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi geografi daerah
penelitian meliputi letak dan luas Gambar 2. Peta Administrasi Wilayah Sub DAS
daerah penelitian. Secara geografis Tondano
letak daerah penelitian ini adalah
1010 1018 Lintang Utara dan a. Unit Lahan
124054 124057 Bujur Timur. Unit lahan merupakan suatu
Secara UTM terletak pada 129.898 kesatuan lahan yang arealnya relatif
145.267 mU dan 711.337 719.602 seragam atas sejumlah faktor
mT. Secara administrasi lokasi penentu rawan longsor. Unit lahan
penelitian ini terdapat di Kabupaten diperoleh berdasarkan tumpang
Minahasa yang menyebar pada tiga tindih dari peta jenis tanah, peta
kecamatan yaitu Kecamatan Eris kemiringan lereng, peta penggunaan
(Desa Touliang Oki, Ranomerut, lahan, peta ketinggian dan peta curah
Telap, Watumea dan Tandengan), hujan. Hasil tumpang tindih tersebut
Kecamatan Kakas (Desa menghasilkan 81 unit lahan.
Toulimembet dan Tasuka) dan Dalam analisis SIG, unit lahan
Kecamatan Tondano Timur diberi nomor identitas (id) dan untuk
(Kelurahan Katinggolan, Kendis, mendapatkan informasi luasan dan
Kiniar, Liningaan, Makalonsouw, letak masing-masing unit lahan
Papakelan, Ranowangko, Taler, dalam jumlah yang banyak dalam
Toulour dan Wengkol). Berdasarkan waktu yang singkat sangat mudah
hasil analisis, luas daerah penelitian diperoleh.
adalah 4201,36 ha. Untuk luasan b. Penentuan Nilai Skor Tingkat
dan prosentase masing masing Kerawanan Longsor di Wilayah
kecamatan dapat dilihat dalam Tabel Sub DAS Tondano
1 dan secara keruangan daerah
penelitian disajikan pada Gambar 2. Di dalam memprediksi tanah
longsor diperlukan beberapa
Tabel 1. Luasan dan Prosentase Masing parameter antara lain jenis tanah,
Masing Kecamatan di Wilayah kemiringan lereng, ketinggian,
Administrasi Sub DAS Tondano
penggunaan lahan, serta curah hujan.
Wilayah Luas Prosentase Kriteria tingkat kerawanan terhadap
No.
Kecamatan (ha) (%) bahaya longsor diklasifikasikan
1. Eris 1496,44 35,62 menjadi lima kelas yaitu :
1. Tidak rawan
2. Kakas 210,06 5,00
2. Kerawanan rendah
Tondano
3. 2494,86 59,38 3. Kerawanan sedang
Timur
4. Kerawanan tinggi
Total 4201,36 100,0 5. Sangat rawan
(Sumber: Statistik Kabupaten Minahasa, 2013)
Untuk mendapatkan kelas 4,94% dan tersebar dalam 19 unit
kerawanan longsor, skor yang sudah lahan. Jumlah unit lahan, luasan dan
dimasukkan sebagai data atribut di prosentase tingkat kerawanan
jumlahkan sehingga mendapatkan longsor ini dapat dilihat pada Tabel 2
informasi nilai minimal dan nilai dan penyebarannya ditunjukkan
maksimal. Nilai minimal yang dalam Gambar 3.
diperoleh yaitu 10 dan nilai
maksimal yang diperoleh yaitu 16. Tabel 2. Jumlah Unit Lahan, Luasan dan
Prosentase Tingkat Kerawanan
Nilai ini akan digunakan untuk Longsor di Wilayah Sub DAS
menentukan Interval Tingkat Tondano
Kerentanan, yaitu :
Tingkat Jumlah
Luas Prosentase
No. Kerawanan Unit
(ha) (%)
Longsor Lahan
1. Tidak rawan 18 993,12 23,64
2. Kerawanan 19 207,59 4,94
rendah
3. Kerawanan 10 894,19 21,28
sedang
4. Kerawanan 26 469,23 11,17
tinggi
Berdasarkan nilai ITK tersebut 5. Sangat rawan 8 1637,23 38,97
Total 81 4201,36 100,0
maka tingkat kerawanan longsor di Sumber : Hasil Analisis
wilayah Sub DAS Tondano
diperoleh sebagai berikut:
1. Kelas tidak rawan, nilai skor 10
11,2
2. Kelas kerawanan rendah, nilai
skor 11,2 12,4
3. Kelas kerawanan sedang, nilai
skor 12,4 13,6
4. Kelas kerawanan tinggi,
nilaiskor 13,6 14,8
5. Kelas sangat rawan, nilai skor
14,8 16 Gambar 3. Peta Kerawanan Longsor Wilayah Sub
DAS Tondano
c. Penyebaran Daerah Rawan Hasil penelitian menunjukkan
Longsor dan Tingkat bahwa daerah rawan longsor di
Kerawanannya di Wilayah Sub
wilayah sub DAS Tondano bagian
DAS Tondano timur beragam tingkat kerawanan
Daerah penelitian mempunyai longsornya yang terbagi menjadi
luasan 4201,36 ha tersebar pada tiga lima kelas yaitu tidak rawan,
wilayah kecamatan yakni Kecamatan kerawanan rendah, kerawanan
Eris, Kakas dan Tondano Timur. sedang, kerawanan tinggi dan sangat
Tingkat kerawanan longsor di daerah rawan. Tingkat kerawanan longsor
ini didominasi oleh kelas sangat ini dipengaruhi oleh lima parameter
rawan dengan luas 1637,23 ha atau yakni jenis tanah, kemiringan lereng,
38,97% dan tersebar dalam 8 unit penggunaan lahan, ketinggian dan
lahan. Sedangkan untuk tingkat curah hujan.
kerawanan longsor yang memiliki Penentuan skor jenis tanah
luasan terkecil ialah kelas kerawanan dilakukan berdasarkan tingkat
rendah dengan luas 207,59 ha atau kepekaan terhadap longsor dari jenis
tanah tersebut, semakin peka atau sangat curam mempunyai luas
terhadap longsor maka semakin terbesar yaitu 1649,14 ha atau
tinggi skor yang diberikan. Tingkat 39,25%. Kemiringan lereng 25
kepekaan terhadap longsor 40% atau curam seluas 304,51 ha
berhubungan dengan tingkat dan kemiringan lereng 15 25% atau
kemampuan tanah menahan dan agak curam memiliki luas 1122,68
melepaskan air yang masuk. Tanah ha. Sedangkan untuk kemiringan
dengan permeabilitas sangat lambat lereng landai dan datar mempunyai
sangat kuat menahan air yang masuk luas 1125,03 ha. Hasil penelitian
dan sangat sulit untuk menunjukkan bahwa semakin tinggi
melepaskannya, hal itu akan kemiringan lereng maka tingkat
menyebabkan tanah menahan beban kerawanan longsor semakin tinggi.
yang lebih besar dan apabila curah Kondisi penggunaan lahan
hujan semakin tinggi serta tanah sebagai faktor penyebab tanah
tersebut berada pada wilayah yang longsor berkaitan dengan kestabilan
memiliki topografi yang terjal lahan, kontrol terhadap kejenuhan air
sampai sangat curam maka longsor serta kekuatan ikatan partikel tanah.
kemungkinan besar terjadi (Haryani, Lahan yang penggunaannya untuk
2011). Di daerah penelitian hutan dan perkebunan relatif lebih
mempunyai dua jenis tanah yaitu bisa menjaga stabilitas lahan karena
Alluvial dan Latosol, dimana tanah sistem perakaran yang dalam
Alluvial diberi skor 1 dan tanah sehingga bisa menjaga kekompakkan
Latosol diberi skor 2. Tanah Latosol antar partikel tanah serta partikel
mempunyai skor lebih tinggi dari tanah dengan batuan dasar dan bisa
tanah Alluvial karena tanah Latosol mengatur limpasan dan resapan air
lebih peka terhadap terjadinya ketika hujan (Haryani, 2011).
longsor. Penyebaran tanah Latosol Pemukiman memiliki andil yang
seluas 3203,43 ha atau 76,25%. lebih kecil karena limpasan air lebih
Menurut Dwi (2010), faktor banyak terjadi dibanding genangan
kemiringan lereng sangat dan resapan karena sifat permukaan
berpengaruh dalam proses terjadinya yang kedap air baik kondisi tanah
longsor, semakin tinggi dan semakin permukaan maupun karena penutup
tegak lereng maka kemungkinan tanah berupa beton atau sejenisnya.
terjadinya longsoran semakin besar. Tegalan dan sawah memiliki
Hal tersebut berkaitan dengan vegetasi yang tidak bisa menjaga
kestabilan lereng, semakin curam stabilitas permukaan karena bersifat
lereng maka lereng akan mengalami tergenang, serta memiliki sistem
tekanan beban yang lebih besar perakaran yang dangkal sehingga
sehingga makin tidak stabil untuk kurang menjaga kekompakkan
menahan beban di atasnya dari partikel tanah. Di daerah penelitian,
pengaruh gravitasi bumi. kebun campuran mempunyai luasan
Kemiringan lereng akan yang terbesar yaitu 2992,19 ha atau
mempengaruhi kecepatan aliran air 71,22%. Walaupun kebun campuran
permukaan. Pada lahan yang datar relatif lebih bisa menjaga stabilitas
atau landai, kecepatan aliran air lebih lahan karena sistem perakaran yang
kecil dibandingkan dengan tanah dalam tapi berada pada lokasi
yang miring atau curam. Di daerah kemiringan lereng curam sampai
penelitian, kemiringan lereng >40% sangat curam dan pada tanah yang
peka terhadap longsor, maka sedang dan sangat rawan longsor.
hasilnya akan memberikan kelas Kemiringan lerengnya yang curam
kerawanan tinggi dan kelas sangat hingga sangat curam dan kurangnya
rawan. teknik konservasi tanah
Faktor ketinggian sebagai salah menyebabkan daerah ini rawan
satu faktor penyebab tanah longsor longsor. Apabila terjadi longsoran
juga merupakan salah satu penentu maka jalan atau jalur transportasi
kerawanan longsor. Ketinggian tersebut akan tertutupi oleh
suatu daerah baik itu pada dataran longsoran. Selain itu adanya
rendah, dataran tinggi bahkan penggerusan tebing tebing yang
pegunungan dapat menentukan digunakan untuk pelebaran jalan
besarnya kekuatan tanah yang penghubung antar desa. Tanpa
terjatuh apabila terjadi longsor. adanya teknik konservasi, tebing
Semakin tinggi suatu tempat semakin tebing ini akan menjadi rawan
besar kekuatan tanah yang terjatuh longsor. Teknik konservasi yang baik
karena adanya pengaruh gravitasi untuk kondisi daerah seperti ini ialah
(Noor, 2005). Di daerah penelitian, menggunakan metode mekanik.
kondisi ketinggiannya adalah 700 Meskipun tindakan konservasi
1000 m dpl atau memiliki rata rata vegetatif menjadi pilihan utama,
876,92 m dpl. Skor yang diberikan namun perlakuan fisik mekanis
untuk ketinggian ini adalah 1. seperti bangunan terjunan (barisan
Hermawan (2000) batu) searah kontur dan saluran
mengemukakan bahwa longsoran pembuangan air (SPA) masih tetap
disebabkan oleh kondisi tata air diperlukan untuk mengalirkan sisa
tanah dan sifat fisik/mekanik tanah aliran permukaan yang tidak terserap
yang tidak baik, sehingga pada saat oleh tanah terutama bila masalah
musim hujan terjadi peningkatan air erosi sangat serius.
tanah (pore water pressure), Contoh penggunaan teknik
penurunan kekuatan dan tahanan konservasi tanah dan air seperti yang
geser tanah yang akan menyebabkan dilakukan di Negara Malaysia, yaitu
longsoran. Dalam penentuan skor daerah Genting yang merupakan
curah hujan dibagi menjadi lima daerah di ketinggian dan mempunyai
kelas, semakin besar curah hujan kemiringan lereng yang curam.
yang turun maka semakin tinggi skor Tetapi teknik konservasi yang
curah hujan tersebut. Di daerah dilakukan sangat baik dengan
penelitian, total curah hujannya menggunakan metode mekanik yaitu
sebesar 2192,17 mm/tahun dan barisan batuan yang mengikuti
skornya termasuk tinggi yaitu 4. kemiringan lereng dan disediakan
Hasil ini menunjukkan bahwa tempat pengeluaran air dalam bentuk
penentuan tingkat kerawanan longsor tangga tangga sebagai luncuran
di daerah penelitian sangat airnya dan pembuatan bangunan
dipengaruhi oleh curah hujan. beton sebagai penyanggah tebing
Daerah Kecamatan Eris untuk melindungi badan jalan.
khususnya di Desa Touliang Oki, Metode ini membutuhkan biaya yang
Tandengan dan Watumea memiliki cukup mahal, tetapi akan menjadi
peluang terjadinya longsor. Pada lebih ekonomis apabila dibandingkan
jalan penghubung desa ini dengan kerugian yang akan
mempunyai tingkat kerawanan ditimbulkan jika terjadi bencana
longsor khususnya bagi pemerintah Saran
dan masyarakat itu sendiri. Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai upaya mitigasi
KESIMPULAN DAN SARAN bencana longsor agar dapat
meminimalisir dampak yang akan
Kesimpulan
ditimbulkan.
Penyebaran daerah rawan
longsor di sub DAS Tondano terdiri
dari lima kelas kerawanan longsor DAFTAR PUSTAKA
yang menyebar pada tiga kecamatan Dwi, Y. 2010. Kesesuaian
yakni Kecamatan Eris, Kakas dan Penggunaan Lahan Berdasarkan
Tondano Timur.
Tingkat Kerawanan Longsor di
1) Kelas tidak rawan longsor Kabupaten Semarang. Universitas
seluas 993,12 ha atau 23,64%, Diponegoro. Semarang.
tersebar pada kecamatan Eris Haryani, P. 2011.Perubahan
seluas 137,42 ha, Kakas seluas Penutupan/Penggunaan Lahan
1,31 ha dan Tondano Timur dan Perubahan Garis Pantai di
seluas 854,39 ha. DAS Cipunagara dan sekitarnya,
2) Kelas kerawanan rendah seluas Jawa Barat. Institut Pertanian
207,59 ha atau 4,94%, tersebar Bogor. Jawa Barat.
pada Kecamatan Eris seluas Hermawan. 2000. Pemetaan
144,10 ha, Kakas seluas 0,29 Geologi Teknik. Kabupaten
ha dan Tondano Timur seluas Jember, Jawa Timur.
63,20 ha. Nugroho J.A., B.M Sukojo., dan I.L
3) Kelas kerawanan sedang seluas Sari. 2009. Pemetaan Daerah
894,19 ha atau 21,28% tersebar Rawan Longsor Dengan
pada Kecamatan Eris seluas Penginderaan Jarak Jauh dan
503,06 ha, Kakas seluas 114,97 Sistem Informasi Geografis. Prog.
ha dan Tondano Timur seluas Studi Teknik Geomatika, FTSP,
276,16 ha. ITS, Sukolilo, Surabaya.
4) Kelas kerawanan tinggi seluas Noor, D. 2005. Geologi Lingkungan.
469,23 ha atau 11,17% tersebar Graha Ilmu-Yogya. UIEU-Univ.
pada Kecamatan Eris seluas Press. Jakarta.
256,27 ha, Kakas seluas 48,03 Prahasta, E. 2004.Sistem Informasi
ha dan Tondano Timur seluas Geografis: Tutorial ArcView. CV
164,93 ha. Informatika, Bandung.
5) Kelas sangat rawan seluas
1637,23 ha atau 38,97%
tersebar pada Kecamatan Eris
seluas 455,60 ha, Kakas seluas
45,46 ha dan Tondano Timur
seluas 1136,17 ha.

Anda mungkin juga menyukai