Anda di halaman 1dari 3

Globalisasi ekonomi

Globalisasi saat ini sedang gencar-gencarnya dicetuskan oleh dunia, terutama oleh negara-negara
maju dan negara yang merasa mampu mengambil tempat dan kesempatan. Dalam globalisasi,
batas dari setiap negara sudah tidak jelas mengingat adanya kebebasan dari setiap negara maupun
warganya untuk melakukan berbagai hal yang menyangkut ekonomi seperti adanya investasi dari
pihak asing. Dengan kata lain, globalisasi mensyaratkan bentuk persaingan yang kompetitif. Ini
merupakan tantangan yang harus diwaspadai maupun dimanfaatkan oleh negara berkembang.
Secara kemampuan dan kehebatan, harus diakui bahwa negara maju tentu memiliki kemampuan
untuk menguasai pasar dengan memasukkan berbagai produk-produknya terhadap negara
berkembang. Oleh karena itu, dalam hal ini negara berkembang harus segera mampu untuk
membuat kebijakan agar memiliki ruang gerak demi tidak terjajahnya produk asli butan dalam
negeri di negeri itu sendiri. Jiak terjadi, maka dampak kedepannya adalah ekonomi yang tidak
tumbuh yang mengakibatkan semakin banyaknya kemiskinian.

2.3.1 Globalisasi Ekonomi


Titik tolak yang dianggap paling tepat untuk memahami fenomena globalisasi ekonomi dewasa
ini dan dimasa yang akan datang ialah bahwa sepertiga penduduk dunia masih hidup dalam
keminskinan. Walaupun ada berbagai kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
warga masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan, contohnya kriteria Bank Dunia yang
menggunakan pendapatan per kapita sebesar tiga ratus tujuh puluh dolar Amerika sebagai tolak
ukurnya. Dengan perkataan lain masyarakat kemiskinan adalah masalah yang sudah mendunia
sifatnya dan bahwa tidak ada satu negara bangsa manapun yang secara sendirian memiliki
kemampuan untuk menghapuskan kemiskinan tersebut. Oleh karena itu, mutlak diperlukan kerja
sama, baik yang sifatnya multilateral, regional, dan bilateral untuk mengatasinya. Pertanyaan
seperti itu memang mudah dibuat. Dalam praktek, mewujudkan kerja sama tersebut sungguh
merupakan hal yang sangat sulit dengan adanya kemauan dan keputusan politik sekalipun. Jurang
pemisah antara negara-negara industry maju dengan negara-negara yang sedang membangun dan
terbelakang yang sebagai keseluruhan mendapat julukan Dunia Ketiga, mewujudkan gejala
kesenjangan yang justru semakin melebar.
Kategorisasi Negara-Negara Bangsa. Dilihat dari sudut tingkat perekonomian, negara-negara
di dunia dapat digolongkan pada tiga kategori utama, yaitu negara-negara industry maju, negara-
negara industry baru (Newly industrializing countries), dan negara-negara miskin yang sedang
membangun, yang tahap industrialisasinya masih terbelakang.
Negara-negara yang termasuk kategori pertama adalah sejumlah negara yang diukur dengan
kriteria tertentu, seperti Gross Domestic Product percapita dan pendapatan per kapita, sudah
mencapai puluhan ribu dolar Amerika. Hampir semua negara tersebut terletak dibagian utara bumi
ditambah dengan Jepang. Negara-negara industry maju tersebut bergabung dalam klub yang
sejak lama disebut G-7 meskipun belakangan ini anggotanya bertambah dengan masuknya
Rusia. Volume perdagangan negara-negara tersebut, baik antara mereka maupun dengan negara-
negara lain di luar klubnya sangat besar.
Secara tradisional, di negara-negara tersebutlah terdapat perusahaan-perusahaan multinasional
(multinational corporations ) yang seperti dimaklumi, cirri-cirinya antara lain ialah :
1. Modal kerjanya yang sangat besar.
2. Beroperasi dibanyak negara.
3. Produknya yang sangat beragam (highly diversivied ).
4. Penghasilannya (revenue) yang demikian besarnya hingga ada kalanya melebihi pendapatan
negara dimana perusahaan tersebut beroperasi.
5. Jumlah karyawan, termasuk kelompok manajer, yang sangat banyak dan terdiri dari berbagai suku,
ras, dan asal usul nasionalitas.
6. Kecenderungan mempengaruhi politik negara dimana mereka bergerak, paling sedikit dalam
bentuk upaya agar peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan negara yang bersangkutan
menguntungkan atau tidak merugikan kegiatan bisnis mereka.
Negara-negara yang termasuk kategori kedua ialah apa yang dikenal sebagai Newly
Industrializing Countries (NICs) yaitu negara-negara yang sudah mulai memasuki era
industrialisasi yang dipandang sebagai salah satu wahana yang paling efektif dalam melakukan
pembangunan dibidang ekonomi. Negara-negara tersebut pada umumnya terdapat dibelahan
selatan bumi dan dikenal berbagai nama. Di Benua Asia misalnya negara-negara tersebut dikenal
sebagai Asian tigers, naga dari timur, dan sebagainya. Contoh-contoh begara dimaksud di Asia
adalah Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Bahkan Korea
Selatan sudah diterima menjadi anggota Organization for Economic Coorperation and
Development (OECD) yang berkedudukan di Paris, Prancis, yang keanggotaannya terdiri dari
negara-negara yang sudah maju (developed countries).
Negara-negara yang termasuk pada kategori ketiga adalah negara-negara yang tergolong
miskin. Berbagi ciri dari negara-negara tersebut antara lain ialah pendapatan per kapita yang kecil,
yaitu kurang dari US $370.00- tingkat pendidikan yang rendah, dan bahkan presentase rakyat yang
masih buta huruf tinggi, perekonomian yang masih bersifat tradisional yang pada umumnya
bersifat agraris, infrastruktur fisik yang sangat kurang, belum baik dan belum memadai seperti
terlihat pada banyaknya daerah pedesaan yang masih terisolasi, masyarakat yang masih
berpandangan tradisional, jaringan komunikasi yang masih sangat terbatas, dan belum
berkembangnya penguasaan teknologi tinbggi. Dinegara-negara inilah sebagian besar warga
masyarakat miskin tinggal.
Dengan perkataan lain, meskipun terdapat kesadaran yang mendunia bahwa mengatasi
kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama secara global, praktek-praktek ekonomi yang
sering timbul ke permukaan tidak selalu menggambarkan secara positif tindakan nyata yang
bersifat global pula. Hubungan ekonomi utara-selatan sering berada pada situasi konfrontasional.
Alih teknologi dan kemahiran manajerial sering tidak berjalan mulus karena negara-negara
industry maju tidak mau kehilangan keunggulan kompetitufnya dibidang tersebut. Bahkan negara-
negara industry maju tersebut sering memperlakukan negara-negara yang sedang membangun
sebagai :
1. Sumber bahan mentah atau bahan baku dengan harga murah.
2. Sumber tenaga kerja dengan upah yang rendah.
3. Sebagai daerah pembuangan (dumping) produk tertentu yang di dalam negeri sendiri sudah
dianggap kadaluwarsa. Hubungan selatan-selatan pun tidak selalu lancar, antara lain karena
persepsi tentang kepentingan nasional yang sudah disinggung di atas.

Anda mungkin juga menyukai