1
TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Tabel 1.1 Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
Kesimpulan :
Keluarga An. O (2 tahun) adalah nuclear family yang terdiri atas 3 orang.
Pasien tinggal satu rumah bersama ayah yaitu Tn. H (34 tahun) dan Ibu Ny. S (25
tahun). Dalam keluarga tersebut, terdapat satu orang sakit yaitu An. O, usia 2
tahun dengan diagnosis infeksi saluran pernapasan akut dengan gizi buruk.
2
3
A. STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. O
Usia : 2 tahun
Tanggal Lahir : 3 Oktober 2015
Berat Badan : 7 kg
Tinggi Badan : 77 cm
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kedungpit, Sragen
Tanggal Pemeriksaan : 25 Oktober 2017
2. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap orang tua pasien
saat home visit.
a. Keluhan Utama
Batuk dan pilek sejak 3 hari
4
5
h. Riwayat Kelahiran
Ibu pasien melahirkan secara normal di bidan setempat. Ibu pasien
melahirkan pada usia kehamilan 39 minggu dengan berat badan lahir
2400 gram dan panjang badan lahir 48 cm. Pasien menangis beberapa
saat setelah lahir, warna air ketuban jernih, dan pasien dapat bergerak
aktif setelah lahir.
j. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
k. Pohon Keluarga
Ayah, 34 th Ibu, 25 th
Pasien, 2 th
7
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : baik
2. Derajat Kesadaran : compos mentis
3. Status gizi : gizi kesan buruk
Berat badan : 7 kg
Tinggi badan : 77 cm
IMT : 11.8 kg/m2
4. Tanda vital
Suhu : 36,8 oC
Denyut nadi : 110 x/menit
Frekuensi pernapasan : 24 x/menit
5. Kulit : warna kecoklatan, kelembaban baik, turgor baik.
6. Kepala : normocephal, rambut kehitaman, tidak mudah rontok,
lingkar kepala 43 cm.
7. Muka : sembab (-), wajah orang tua (-).
8. Mata : cowong (-), bulu mata hitam lurus tidak rontok,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), strabismus (-), xeroftalmia (-),
bercak bitots (-), oedem palpebra (-/-), refleks cahaya (+/+).
9. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-),
darah (-/-), deformitas (-), flat nasal bridge (-).
10. Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah
(-), mukosa basah (+), drowling (-)
11. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1 T1, faring hiperemis (-),
pseudomembran (-)
12. Telinga: bentuk aurikula dextra et sinistra normal, kelainan liang telinga
(-), serumen (-/-), membrana timpani sulit dievaluasi, sekret (-), low-set
ears (-).
13. Leher : bentuk normal, trakhea di tengah, kelenjar tiroid tidak
membesar.
14. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis,
supraklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar.
8
15. Thoraks : bentuk normochest, retraksi (-) interkostal dan sub sternal,
iga gambang (-), gerakan simetris kanan = kiri
a. Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah :SIC IV linea midclavicularis sinistra
Kanan atas : SIC II linea parasternalis dekstra
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
b. Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar: Spatium Intercostae (SIC) V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif di : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi basah
kasar (-/-), ronkhi basah halus (-/-)
16. Abdomen : Inspeksi : dinding dada sejajar dinding perut
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba.
17. Urogenital : dalam batas normal
18. Gluteus : Baggy pants (-)
19. Ekstremitas :
Akral dingin Sianosis Oedem
- - - - - -
- - - - - -
9
Capillary Refill Time < 2 detik, Arteri dorsalis pedis teraba kuat
20. Kuku : keruh (-), spoon nail (-), konkaf (-)
21. Status Neurologis
N. II : dalam batas normal
N. III, IV, VI : dalam batas normal, gerakan bola mata bebas
N. V : sulit dievaluasi, refleks kornea (+)
N. VII : sulit dievaluasi, lipatan nasolabialis simetris
N. VIII : sulit dievaluasi
N. IX, X, XI, XII : dalam batas normal, lidah dalam mulut simetris,
refleks muntah (+), bahu simetris
Fungsi Motorik :
Spastik Klonus
- - - -
- - - -
Refleks Patologis : - -
- -
C. STATUS GIZI
1. BB/U : z score < -3 gizi buruk
2. TB/U : z score < -2 perawakan pendek
3. BMI/ U : z- score < -3 sangat kurus
Kesimpulan status gizi : gizi buruk, perawakan pendek, dan sangat kurus.
D. ASSESMENT
1. Infeksi saluran napas akut
2. Gizi buruk, perawakan pendek, dan sangat kurus
E. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi orang tua pasien tentang penyakitnya.
10
F. PLANNING
1. Konsul ke Puskesmas Sragen untuk perencanaan terapi gizi pasien.
2. Edukasi keluarga untuk ikutserta menjadi anggota Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
G. PROGNOSIS
a. Ad vitam : bonam
b. Ad sanationam : bonam
c. Ad fungsionam : bonam
11
TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
2. Fungsi Psikologis
Hubungan yang terjadi dalam keluarga ini cukup baik. Jarang
timbul masalah diantara tiap anggota keluarga. Apabila ada masalah,
mereka akan berdiskusi bersama, keputusan yang diambil juga diputuskan
bersama agar tidak ada yang merasa diperberat.
3. Fungsi Sosial
Pasien tidak memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat, hanya
sebagai anggota masyarakat biasa. Pasien dapat berkomunikasi dengan
anak-anak seusianya di lingkungan rumah.
4. Fungsi Ekonomi
Ayah pasien adalah seorang pekerja serabutan dan ibu adalah
seorang ibu rumah tangga. Penghasilan orang tua pasien tidak tetap.
12
13
B. Fungsi Fisiologis
1. Adaption
Adaptation menunjukkan kemampuan anggota keluarga tersebut
beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran
dari anggota keluarga yang lain. Adaptation juga menunjukkan bagaimana
keluarga menjadi tempat utama anggota keluarga kembali jika dia menghadapi
masalah. Fungsi ini dalam keluarga An. O sudah berjalan cukup baik karena
sampai saat ini tidak ada masalah yang tidak terselesaikan dengan baik.
2. Partnership
Partnership menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut, bagaimana sebuah keluarga membagi masalah dan membahasnya
bersama-sama. Ibu dan ayahnya sudah merasa puas dengan cara keluarga
membagi masalah.
3. Growth
Growth menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut. Dalam keluarga tidak pernah ada bagian
keluarga yang mengatakan tidak setuju tanpa alasan yang jelas dan tanpa solusi
dalam menyelesaikan masalahnya. Kedua orang tua sangat mendukung ketika
An. O harus melakukan pengobatan ke puskesmas terdekat.
4. Affection
Affection menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga, di dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama
lain dan saling memberi dukungan serta mengekspresikan kasih sayangnya.
Menurut orang tua pasien, secara keseluruhan hubungan kasih sayang antara An.
14
O dengan kedua orang tuanya cukup baik. Dalam mengekspresikan kasih sayang
serta merespon emosi sudah baik.Tidak pernah terjadi kekerasan dalam
menyelesaikan masalah dalam keluarga An. O.
5. Resolve
Resolve menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Dalam keluarga
An. O sudah cukup baik, keluarga sering berkumpul bersama.
Penilaian mengenai fungsi fisiologis keluarga An. O dapat dilihat pada Tabel 3.1
C. Fungsi Patologis
Fungsi patologis menilai setiap sumber daya yang dapat digunakan oleh
keluarga ketika keluarga An. O menghadapi permasalahan. Fungsi patologis
keluarga An. O dapat diamati pada Tabel 3.2.
16
Kesimpulan:
Fungsi patologis keluarga An. O mengalami gangguan pada area ekonomi dan
pendidikan.
D. Genogram
Gambar
Ayah, 34 th Ibu, 25 th
2.
Genogram
Pasien, 2 th
keluarga An. O
Tn. H Ny. S
An. O
Keterangan :
: Hubungan harmonis
Kesimpulan :
1. Pengetahuan
2. Sikap
Keadaan rumah
Daerah perumahan: jauh dengan jalan besar
An. O masih
kurang rapi,
Luas tanah: terdapat halaman, luas bangunan: 5m x kurang bersih,
10m = 50m2 dan kurang
terawat
Jumlah penghuni dalam satu rumah: 3 orang
Rumah 1 lantai
Pencahayaan: kurang
KAMAR 2 KAMAR 1
DAPUR
5m
R.TENGAH
KANDANG
SAPI
Keterangan Gambar :
TERAS
: Jendela
: Pintu
2. Lingkungan Outdoor
A. Diagnosis Holistik
Aspek I: Personal
Pasien berusia 2 tahun dalam nuclear family dengan diagnosis gizi
buruk. Dari penilaian aspek personal, didapatkan pasien tidak mengalami
keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dari segi fungsi
psikologis, pasien tidak mengalami depresi, ansietas, maupun stres.
23
24
B. PEMBAHASAN
Gizi buruk adalah adalah keadaan gizi dimana kekurangan atau
kelebihan (atau ketidakseimbangan) energi, protein dan nutrisi lainnya
yang menyebabkan efek merugikan yang dapat diukur pada bentuk
jaringan / tubuh (bentuk tubuh, ukuran dan komposisi) dan fungsi dan
hasil klinis (BAPEN, 2017). MEP (malnutrisi energi protein) merupakan
kondisi disebabkan oleh defisiensi protein dan kalori dalam beberapa
derajat. MEP primer dapat disebabkan faktor sosial atau ekonomi yang
mengakibatkan kekurangan makanan. MEP sekunder terjadi pada anak-
anak dengan berbagai kondisi yang terkait dengan peningkatan kebutuhan
kalori (infeksi, trauma, kanker), kehilangan kalori yang meningkat
(malabsorpsi), asupan kalori yang berkurang (anoreksia, kanker, restriksi
asupan oral, faktor sosial) atau kombinasi ketiga variabel tersebut (Karen,
2014).
Faktor risiko yang terkait dengan malnutrisi pada anak antara lain
pendidikan orang tua, tingkat kesejahteraan, BMI ibu, pelayanan antenatal
selama kehamilan, dan interval kelahiran anak (Talukder, 2017).
Beberapa tanda dan gejala dari gizi buruk antara lain hilangnya
nafsu makan, penurunan berat badan, kelelahan/kehilangan energi,
penurunan kemampuan untuk melakukan tugas, pada beberapa kondisi
menyebabkan letargi dan depresi, penurunan konsentrasi, dan
terhambatnya pertumbuhan pada anak (BAPEN, 2017).
Anak dengan gizi buruk lebih rentan terhadap infeksi, khususnya
sepsis, pneumonia, dan gastroenteritis. Hipoglikemia sering dijumpai
setelah puasa lama, namun juga dapat merupakan suatu tanda sepsis.
Hipoglikemia mungkin menandakan infeksi atau, bila disertai bradikardi,
mungkin menunjukkan penurunan laju metabolisme untuk menghemat
energi. Bradikardi dan curah jantung yang buruk pada anak malnutrisi
merupakan faktor predisposisi terjadinya gagal jantung, yang dapat dipicu
oleh pemberian cairan atau solut yang mendadak (Karen, 2014).
Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut
Umur (BB/U) < -3 SD.Keadaan balita dengan gizi buruk sering
digambarkan dengan adanya busung lapar (Kemenkes RI, 2011).
26
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus,
sedangkan balita dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal.
27
Pengaturan Diet
a. Fase Stabilisasi
Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara
bertahap dengan tujuan memberikan makanan awal supaya anak
dalam kondisi stabil. Formula hendaknya hipoosmolar rendah
laktosa, porsi kecil dan sering. Setiap 100 ml mengandung 75 kal
dan protein 0,9 gram. Diberikan makanan formula 75 (F 75).
Resomal dapat diberikan apabila anak diare/ muntah /dehidrasi, 2
29
Mineral Mix dapat diberikan sebagai nutrisi gizi buruk yang terbuat
dari bahan yang terdiri dari KCl, tripotasium citrat, MgCl2.6H2O, Zn
asetat 2H2O dan CuSO4.5H2O, bahan ini dijadikan larutan. Mineral mix
ini dikembangkan oleh WHO dan telah diadaptasi menjadi pedoman
Tatalaksana Anak Gizi Buruk di Indonesia. Mineral mix digunakan sebagai
bahan tambahan untuk membuat Rehydration Solution for Malnutrition
(ReSoMal) dan Formula WHO (Krisnansari, 2010).
Keluarga An. O (2 tahun) adalah keluarga inti (nuclear family)
yang terdiri dari Ayah Tn. H (34 tahun), Ibu Ny. S (25 tahun). Tidak ada
riwayat penyakit menurun (herediter) dari keluarga An. O. Dalam keluarga
30
tersebut, terdapat satu orang sakit yaitu An. O, usia 2 tahun dengan
diagnosis gizi buruk dan infeksi saluran pernapasan akut. Berdasarkan BB
menurut umur, pasien An. O tergolong gizi buruk karena z-score lebih
rendah dari - 3 SD. Berdasarkan pengukuran TB menurut umur, pasien An.
O tergolong perawakan pendek, karena z-score lebih rendah dari - 2 SD.
Berdasarkan TB menurut BB, pasien An. O tergolong sangat kurus, karena
z-score lebih rendah dari 3 SD.
Dari aspek lingkungan fisik, pasien memiliki masalah karena
tinggal di dalam rumah yang kurang bersih dan kurang terawat. Kamar
tidur tidak terdapat ventilasi dan jendela, sehingga kurang baik untuk
pertukaran udara. Alas rumah berupa semen dan jarang disapu. Perabotan
rumah tidak tertata dengan rapi. Dapur berada di satu ruangan dengan
kandang sapi, sehingga kebersihan dapur masih sangat kurang. Alas dapur
pun masih berupa tanah. Tidak terdapat tempat pembuangan sampah,
sehingga sampah rumah tangga dibakar di dapur, di mana hal ini sangat
berbahaya bagi kesehatan maupun keselamatan diri karena rawan terjadi
kebakaran.
Dari aspek lingkungan non fisik, pasien tidak memiliki masalah
dengan keterlambatan perkembangan motorik kasar, bahasa, motorik
halus, maupun personal sosial berdasarkan grafik Denver II.
Dalam pendekatan secara holistik pada aspek biologis dan klinis
didapatkan bahwa nuclear family tersebut terdiri dari An. O (2 tahun),
Ayah Tn. H (34 tahun), Ibu Ny. S (25 tahun). Fungsi sosial keluarga An. O
dinilai cukup baik. Pada awal diketahui An. O mengalami infeksi saluran
pernapasan akut dan gizi buruk, kedua orang tua An. O tetap menerapkan
pola asuh yang sama, memberikan kasih sayaang dan perhatian yang sama
seperti sebelum sakit. Orangtua An. O kurang memperhatikan asupan
nutrisi harian An. O sesuai gizi seimbang. Menu makan An. O sehari-hari
berupa nasi, sayur bening, dan telur, dalam porsi yang sedikit karena An. O
mudah bosan dengan menu makanan dan tidak menghabiskan makanan.
Hal ini dikarenakan penghasilan yang tidak tetap, sehingga orang tua An.
31
A. Saran Komprehensif
1. Promotif
a. Puskesmas lebih aktif untuk mempromosikan kepada masyarakat
mengenai pemberian anjuran pemberian makanan menurut kelompok
umur (besar porsi, macam makanan, frekuensi pemberian), dapat melalui
poster, food model, dll.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat baik secara langsung dalam
acara khusus maupun disisipkan dalam acara lain seperti rapat
koordinasi, posyandu, program prolanis, hingga pengajian mengenai
edukasi tentang pola hidup bersih dan sehat melalui kader, bidan, atau
petugas terkait secara berkala.
c. Memberikan edukasi kepada anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah mengenai kondisi penderita sehingga dapat mendukung tumbuh
kembang.
d. Keluarga penderita harus lebih meningkatkan perilaku hidup sehat,
dengan meningkatkan asupan gizi, sadar akan kebersihan dan
karakteristik lingkungan yang sehat untuk meningkatkan kesehatan.
2. Preventif
a. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kontrol ke pelayanan
kesehatan saat masa-masa kehamilan.
b. Melakukan skrining sedini mungkin terhadap bayi yang baru lahir dan
melakukan pemantauan berkala terhadap pola pertumbuhan dan
perkembangan.
c. Melakukan pemantauan status gizi pada balita setiap bulannya di
posyandu.
d. Memberikan makanan sesuai umur dan kondisi anak.
3. Kuratif
a. Melanjutkan terapi khusus anak dengan gizi buruk.
33
34
b. Mengkonsumsi obat gizi secara teratur sesuai dengan dosis yang telah
ditetapkan.
c. Memberikan makanan tambahan untuk pemulihan gizi.
4. Rehabilitatif
a. Memberikan makanan sesuai dengan anjuran makan menurut kelompok
umur (besar porsi, macam makanan, frekuensi pemberian).
b. Pemantauan pertumbuhan di posyandu.
35
B. FLOW SHEET
Kondisi
No Tanggal Pemeriksaan Fisik Terapi Planning Target
Pasien
Tanda Vital: Medikamentosa :
-
Nadi: 119 x/menit (reguler, 1. Paracetamol
isi cukup, simetris) syrup 3 x100 mg
-
Pernapasan: 24x/menit ( 1 sendok 5 ml :
-
Suhu: 36,80C per axiler 10 mg)
1. Pengajua
Status Gizi : 2. GG, CTM 3x
- n
BB: 7 kg sehari (bentuk 1. Memiliki
- pembuata
TB: 77 cm puyer) jaminan
- n jaminan
Nafsu IMT: BB/TB2 = 7/(0.77)2 = 3. Pemberian kesehatan
25 kesehatan
makan 11.8 kg/m2 makanan 2. Status gizi
1. Oktober - 2. Konsul
turun Status gizi: perawakan tambahan (PMT) meningkat
2017 bagian
pendek, gizi buruk, dan dan Vitamin A 3. Keluhan batuk
gizi
sangat kurus. dan pilek
puskesma
Non sembuh
s
1. Kepala : dbn Medikamentosa :
2. Thoraks : dbn 1. Edukasi orang
3. Cor : dbn tua pasien
4. Pulmo : dbn tentang
5. Ekstremitas : dbn penyakitnya.
11.8 kg/m2
-
Status gizi: perawakan
pendek, gizi buruk, dan
sangat kurus Medikamentosa :
gizi
1. Edukasi
puskesma
1. Kepala : dbn mengenai asupan
s
2. Thoraks : dbn nutrisi
3. Cor : dbn
4. Pulmo : dbn
5. Ekstremitas : dbn
1. Kepala : dbn
2. Thoraks : dbn
3. Cor : dbn
4. Pulmo : dbn
5. Ekstremitas : dbn
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1. Keluarga An. O merupakan nuclear family dengan fungsi fisiologis baik dan
fungsi patologis di bidang pendidikan dan ekonomi.
2. Fungsi psikologis dan sosialisasi keluarga An. O terjalin dengan baik yang
dibuktikan dengan komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
3. Keadaan rumah An. O masih kurang rapi, kurang bersih, dan kurang
terawat.
4. Permasalahan gizi buruk pada An. O turut disebabkan akibat rendahnya
pengetahuan orang tua mengenai gizi, serta status ekonomi yang rendah.
B. SARAN
1. Puskesmas hendaknya meningkatkan upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kebutuhan
gizi anak, meningkatkan deteksi kasus, memaksimalkan terapi pada pasien, dan
meningkatkan kualitas hidup penderita.
2. Puskesmas sebaiknya melaksanakan kegiatan home visit secara berkelanjutan
untuk menggali permasalahan yang dihadapi keluarga termasuk kepatuhan
mengonsumsi makanan untuk pemulihan gizi dan memberikan nasihat sesuai
dengan masalah yang dihadapi, sehingga permasalahan kesehatan pasien dapat
ditangani secara lebih komprehensif.
3. Dilaksanakan screening oleh pihak puskesmas kepada ibu hamil dan bayi baru
lahir mengenai kemungkinan gizi buruk melalui pemantauan di posyandu.
4. Kedua orang tua An. O dan puskesmas harus selalu memantau status gizi,
pertumbuhan, dan perkembangan An. O agar tidak terjadi komplikasi gizi
buruk. Dukungan secara moril juga patut diupayakan agar kedua orang tua
pasien dapat terus memberikan nutrisi sampai status gizi An. O pulih.
5. Meningkatkan kebersihan lingkungan rumah baik indoor maupun outdoor
untuk meningkatkan kesehatan.
40
41
Karen J. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial 6th Edition. Jakarta: Elsevier
Krisnansari D. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health. 4(1): 60-62
42
LAMPIRAN 1. Foto-Foto Kegiatan FOME
Bagian kamar mandi rumah Tn. H (An. O) Bagian kamar tidur rumah Tn. H (An.O)
43
Situasi dapur rumah menyatu dengan Bagian halaman belakang rumah Tn. H
kandang (An.O)
44
44
3. Grafik Denver II An. O
45
KEGIATAN II
UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP NY.G DALAM
MENANGANI PERMASALAHAN SKIZOFRENIA RESIDUAL
46
TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
A. Anggota Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. Sw
Alamat :Kedungupit, RT 02/RW 04, Kecamatan Sragen,
Kabupaten Sragen
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Struktur Komposisi Keluarga :
Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu Rumah
Kesimpulan
Keluarga Ny. G memiliki bentuk nuclear family dengan kepala keluarga dan
suami Tn. Sw yang berusia 48 tahun dan An. C usia 11 tahun. Keluarga
tersebut tinggal dalam satu rumah. Pendidikan dalam keluarga ini secara umum
masih kurang. Tn.Sw berpendidikan terakhir SMP, sedangkan Ny. G hanya
sampai SD. Tn.Sw bekerja di sawah dan Ny. G saat ini tidak bekerja namun
terkadang ikut membantu bekerja di sawah, sedangkan An. C masih duduk di
bangku SD.
47
47
Sebelumnya Ny. G sudah pernah menikah selama 8 tahun dengan Tn. Sk (44
tahun) dan memiliki 2 orang anak yaitu Nn. F (18 tahun) dan An. C (11 tahun).
Ny. G dan Tn. Sk bercerai dengan kesepakatan kedua belah pihak dan kedua
anaknya ikut tinggal dengan Ny. G. Saat ini Nn. F tidak tinggal di rumah
bersama Ny. G karena sedang bekerja di Timor-timor sebagai TKW.
Setelah 10 tahun menjanda, Ny. G menikah dengan Tn. Sw pada awal tahun
2017. Saat ini Ny. G dan Tn. Sw telah menikah selama setengah tahun. Baik
Tn. Sk dan Tn. Sw sudah mengetahui bahwa Ny. G menderita gangguan jiwa
sejak sebelum menikah.
a) Identitas Penderita
Nama : Ny. G
Umur : 41tahun
Alamat : Kedungupit, RT 02/RW 04, Kecamatan Sragen,
Kabupaten Sragen
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan Terakhir : SD
Suku : Jawa
Tanggal Pemeriksaan : 25 Oktober, 28 Oktober, dan 1 November 2017.
b) Riwayat Psikiatri
Riwayat penyakit pasien diperoleh dari Autoanamnesis dan Alloanamnesis
di kediaman pasien. Alloanamnesis dilakukan kepada ayah pasien.
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan sulit memulai tidur.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Autoanamnesis
Pasien mengeluh sulit untuk memulai tidur sejak 1 minggu yang
lalu. Pasien juga merasa tidurnya tidak bisa nyenyak dan mudah untuk
terbangun di antara tidur. Pasien masih merasa sulit tidur walaupun
sudah meminum obat rutin dari dokter. Keluhan ini dirasakan pertama
kali sejak pasien berusia 18 tahun saat penyakit utamanya muncul.
Kesulitan tidur kembali ini dirasakan setiap hari tetapi tidak
mengganggu aktivitas harian di pagi harinya.
Sebelumnya, saat pasien berusia 18 tahun pasien mengalami
gangguan kejiwaan setelah dipulangkan ke Indonesia setelah menjadi
48
49
Genogram
52
Keterangan Gambar :
: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan
: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki.
: pasien
: bercerai
9) Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat olahraga : disangkal
c. Riwayat ayah/ibu merokok : disangkal
10) Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang wanita berusia 41 tahun yang tinggal bersama
dengan suami kedua dan anak perempuannya yang paling kecil. Suami
pasien bekerja di sawah sedangkan pasien tidak bekerja namun
terkadang ikut bekerja membantu di sawah. Pasien dan suaminya
belum mandiri secara ekonomi. Kebutuhan bulanan keluarga pasien
masih mendapat bantuan dari ayah pasien. Tempat tinggal pasien saat
ini juga merupakan pemberian dari ayah pasien. Biaya pengobatan
pasien ditanggung oleh BPJS PBI.
53
f) Formulasi Diagnosis
Pada pasien ini ditemukan adanya hendaya pikiran, psikomotor, dan fungsi
sosial.
1. Diagnosis Axis I
a. F00 Gangguan mental organik dapat disingkirkan karena tidak ada
riwayat penyakit medis dan neurologis.
b. F10 Gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif dapat
disingkirkan karena tidak ada riwayat pemakaian napza dan zat adiktif
lainnya.
c. F20 Skizofrenia dapat ditegakkan karena dari riwayat passien pernah
mengalami waham curiga, halusinasi auditorik commenting maka dapat
digolongkan ke dalam F20.0 Skizofrenia paranoid. Namun karena
sudah 5 tahun tidak ada gejala, maka dapat ditegakkan F20.5
Skizofrenia Residual.
2. Diagnosis Axis II
Z03.2 tidak ada diagnosis.
3. Diagnosis Axis III
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tidak ada gangguan organik.
4. Diagnosis Axis IV
Masalah pekerjaan, ekonomi.
5) Diagnosis Axis V
57
GAF 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial, pekerjaan, sekolah dll).
g) Diagnosis Multiaxial
1) Axis I :F20.5 Skizofrenia Residual
2) Axis II : Z03.2 tidak ada diagnosis axis II
3) Aksis III : Belum ada diagnosa
4) Axis IV : Masalah pekerjaan, ekonomi.
5) Axis V : GAF 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll).
h) Diagnosis Banding
F20.0 Skizofrenia Paranoid
i) Rencana Terapi
1. Psikofarmaka
Chlorpromazine 1x50 mg malam hari
2. Psikoterapi
a) Terhadap pasien
Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan, dan efek samping.
Motivasi pasien agar minum obat teratur dan rajin kontrol.
Membantu pasien untuk menerima realita dan menghadapinya.
Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari secara bertahap.
b) Terhadap keluarga
Memberi penjelasan dan pengertian pada keluarga mengenai
gangguan yang diderita pasien.
Menyarankan keluarga agar member suasana kondusif bagi
penyembuhan pasien.
c) Resume
58
Telah diperiksa seorang pasien wanita berusia 41 tahun dengan keluhan sulit
memulai tidur. Perawatan diri pasien baik dan penampilan sesuai dengan
usianya. Pembicaraan spontan, artikulasi jelas, volume cukup, intonasi baik,
dan artikulasi jelas. Kesadaran compos mentis. Mood afek serasi, bentuk pikir
realistik, arus pikir koheren, isi pikir tidak ada waham. Riwayat penyakit
dahulu pasien pernah mengalami waham curiga dan halusinasi auditorik
commenting sejak usia 18 tahun. Namun sekarang sudah 5 tahun mengalami
perbaikan dan tidak kambuh. Tilikan derajat 5. Taraf kepercayan dapat
dipercaya. Tidak terdapat adanya riwayat trauma kepala, neurologik, penyakit
medis lainnya, riwayat merokok, alkohol, napza dan zat adiktif lainnya.
Dari pemeriksaan fisik keadaan umum sedang dengan kesadaran compos
mentis dan status gizi kesan baik. Tanda vital dalam batas normal.
Pasien mendapatkan pengobatan di Puskesmas Sragen dengan
Chlorpromazine 1x50 mg malam hari.
TAHAP III
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis dan Klinis
Pasien Ny. G berusia 41 tahun dengan skizofrenia residual, berada
dalam nuclear family yang terdiri dari Tn. Sw yang berusia 48 tahun
dan An. C usia 11 tahun.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan yang terjadi dalam keluarga inti baik. Bila ada masalah dapat
dikomunikasikan antar anggota keluarga dengan baik.
3. Fungsi Sosial
Fungsi sosial Ny. G kurang baik dengan tetangga sekitar rumah. Ny. G
jarang mengikuti kegiatan di masyarakat sekitarnya.
4. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga Ny. G berasal dari suami. Penghasilan dirasakan
masih kurang mencukupi sehingga masih mendapat bantuan keuangan
dari Ayah Ny. G tiap bulan. Biaya pengobatan Ny. G menggunakan
BPJS PBI.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Ny. G selalu menceritakan masalahnya kepada keluarga. Keluarga ini
selalu terbuka satu dengan yang lainnya. Saat di lingkungan baru atau
di masyarakat, keluarga ini mudah beradaptasi.
B. Fungsi Fisiologis
59
60
1. Adaption
2. Partnership
3. Growth
Growth menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut. Misalnya, pada saat Ny. G didiagnosis
Skizofrenia Paranoid dan harus menjalani pengobatan di RSJD Surakarta,
keluarga Ny. G menemani dan memberikan dukungan dengan cara mengantar
berobat dan menghiburnya.
4. Affection
Affection menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga, di dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain dan
saling memberi dukungan serta mengekspresikan kasih sayangnya. Menurut
pasien, secara keseluruhan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga sudah
sangat baik.
61
6. Resolve
Resolve menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Dalam keluarga Ny.
G nilai resolve baik, ditandai dengan komunikasi Ny. G dan keluarganya yang
berinteraksi dengan baik.
Adapun sistem skor untuk APGAR ini yaitu :
a. Selalu/sering : 2 poin
b. Kadang-kadang : 1 poin
c. Jarang/tidak pernah : 0 poin
Dan penggolongan nilai total APGAR ini adalah :
a. 8-10 : baik
b. 6-7 : cukup
c. 1-5 : buruk
Penilaian mengenai fungsi fisiologis keluarga Ny.G dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Kesimpulan:
Fungsi fisiologis keluarga Ny. G tergolong baik. Hal ini terlihat dari total skor
APGAR yaitu 9.
C. Fungsi Patologis
Fungsi patologis menilai setiap sumber daya yang dapat digunakan oleh
keluarga ketika keluarga Ny. G menghadapi permasalahan. Fungsi patologis
keluarga Ny. G dapat diamati pada Tabel 3.2.
Kesimpulan:
D. Genogram
Keterangan Gambar :
: pasien
: bercerai
64
65
Tn.Sw Ny.G
48 tahun 41
tahun
40 th
An. C
11
tahun
40 thKeluarga Ny. G
Gambar 2. Pola Interaksi
Sumber : Data primer, Oktober 2017
Keterangan :
: Hubungan harmonis
: Hubungan tidak harmonis
Kesimpulan :
Hubungan antara Ny. G dengan orangtua, suami, dan anaknya harmonis dan dekat.
1. Pengetahuan
Tilikan pasien 5 sehingga pasien tahu akan penyakitnya, tahu akan
penyebabnya dan tahu cara memperbaiki kondisinya.
2. Sikap
Ny.G dan keluarga mempunyai sikap terhadap kesehatan yang cukup baik.
Pola makan di keluarga Ny. G sudah baik, dengan lauk yang seadanya dan
frekuensi 3-4 kali sehari. Bila ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
pelayanan kesehatan.
66
3. Tindakan
Ny.G dan keluarganya memiliki tindakan terhadap kesehatan yang cukup baik.
Pasien rutin minum obat setiap hari.
1. Lingkungan
Berikut ini adalah keadaan rumah pasien
Tabel 3.3 Keadaan Rumah Ny. G
No Lingkungan Ny. G Keterangan
1 Status kepemilikan rumah: milik Ny. G Kesimpulan:
2 Daerah perumahan: perumahan tidak padat Keadaan rumah Ny. G
3 Luas tanah: 200 m2 kurang terawat,
4 Jumlah penghuni dalam satu rumah: 3 orang
dengan pencahayaan
5 Jarak antar rumah: 15 m (depan), 10 m (samping).
6 Rumah 1 lantai kurang baik.
7 Lantai rumah: keramik dan semen
8 Dinding rumah: kayu dan sebagian tembok
9 Ventilasi : kurang
10 Jamban keluarga : tidak ada
11 Kamar mandi : tidak ada
12 Dapur: ada
13 Tempat tidur : ada 2
14 Penerangan listrik @ 10 watt x 5 buah lampu = 50 watt
15 Pencahayaan: kurang baik
16 Ketersediaan air bersih bersumber dari sumur memakai
sumur
17 Tempat pembuangan sampah : di kebun di samping
rumah. Sampah dibakar.
Sumber : Data primer, Oktober 2017
2. Keturunan
Tidak terdapat riwayat penyakit herediter pada keluarga Ny.G.
3. Pelayanan Kesehatan
Saat sakit keluarga Ny.G dibiarkan saja dahulu tapi terkadang dibawa ke
puskesmas jika sudah parah. Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan sudah cukup baik. Keluarga Ny.G mempunyai BPJS PBI dan
67
Kamar Kamar
tidur 1 tidur 1 Dapur
10 m U
Teras
20 m
TAHAP IV
68
A. Diagnosis Holistik
Aspek I: Personal
Pasien berusia 41 tahun dalam nuclear family dengan diagnosa F20.5
Skizofrenia Residual. Dari penilaian aspek personal, didapatkan pasien tidak
mengalami keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dari segi fungsi
psikologis, pasien tidak mengalami depresi, ansietas, maupun stres. Keluarga
pasien cukup harmonis dan mendukung pasien untuk kesembuhan pasien. Namun,
pasien kesulitan untuk berinteraksi dengan tetangga sekitar. Pasien jarang
mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan
guna kesembuhan penyakit Ny. G, untuk itu diperlukan kerjasama dan
komunikasi yang baik antar anggota keluarga demi kesembuhan pasien.
Aspek II: Klinis
Diagnosis multiaksial pada pasien adalah
Axis I : F20.5 Skizofrenia residual
Axis II : Z03.2 tidak ada diagnosis axis II
Aksis III : Belum ada diagnosa
Axis IV : Masalah ekonomi
Axis V : GAF 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll).
Aspek III: Faktor Internal
Pekerjaan pasien sebagai TKW dan perilaku kasar dari majikannya merupakan
pemicu gejala yang timbul pada pasien. Tingkat pendidikan pasien kurang
memadai untuk diberikan pengertian mengenai kondisinya saat ini. Namun pasien
masih bisa memahami cara pengobatan dan kepatuhan pengobatan. Pasien
mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya untuk berobat. Pasien rajin
kontrol dan meminum obat sehingga gejala yang mencolok sudah tidak terlihat.
Aspek IV: Faktor Eksternal
Pasien masih dapat melakukan kehidupannya dengan baik. Akan tetapi saat
gejala muncul, pasien menjadi mudah emosi dan memarahi orang disekitarnya
termasuk tetangganya tanpa penyebab yang jelas. Dari segi ekonomi, penghasilan
suami pasien tidak tetap, sehingga perekonomian keluarga pasien tidak stabil.
69
Oleh karena itu, pasien masih mendapatkan bantuan keuangan dari Ayah pasien
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Keadaan lingkungan indoor maupun
outdoor sudah cukup baik, walaupun masih kurang dalam hal ventilasi rumah,
pencahayaan, kerapian, dan kebersihan ruangan.
Aspek V: Derajat Fungsional
Kategori derajat fungsional :
1 : sehat, tidak butuh bantuan
2 : sakit ringan (aktivitas berat dikurangi)
3 : sakit sedang
4 : sakit berat (aktivitas ringan saja yang bisa)
5 : 100% butuh orang lain
Dari anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan, Ny. G memiliki derajat
fungsional 2. Pasien dapat beraktivitas baik di dalam rumah atau aktivitas di luar
rumah.
B. Pembahasan
Ny. G mengeluh sulit untuk memulai tidur sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
juga merasa tidurnya tidak bisa nyenyak dan mudah untuk terbangun di antara
tidur. Pasien harus meminum obat agar bisa tidur kembali. Keluhan ini dirasakan
pertama kali sejak pasien berusia 18 tahun saat penyakit utamanya muncul.
Kesulitan tidur kembali ini dirasakan setiap hari tetapi tidak mengganggu aktivitas
harian di pagi harinya. Sebelumnya, saat pasien berusia 18 tahun pasien
mengalami gangguan kejiwaan setelah menjadi TKW di Arab Saudi. Pasien
merasa selama bekerja di Arab, pasien selalu dicurigai oleh majikannya dan
diperlakukan tidak baik. Semenjak mendapatkan perlakuan kekerasan oleh
majikannya pasien menjadi sering mengamuk dan berteriak sendiri. Oleh sebab
itu, pasien dideportasi langsung ke Indonesia. Sejak saat itu pasien sering
mengamuk sendiri tanpa penyebab yang jelas. Pasien juga membeci tetangga-
tetangganya di kampung karena menurut pasien, tetangganya sering
membicarakan hal-hal buruk tentang pasien. Pasien juga merasa dapat mendengar
70
suara tetangganya tersebut meski pasien berada di rumah. Pasien juga pernah pergi
dari rumahnya tanpa tujuan yang jelas selama 1 bulan. Karena sering keluyuran
tidak jelas keluar rumah, pasien mengatakan pernah dipasung oleh keluarganya.
Karena kondisi pasien tidak kunjung membaik, pasien kemudian dibawa oleh
keluarganya untuk berobat ke RSJD Surakarta dan diobati secara rutin. Hingga
saat ini pasien masih rutin kontrol ke RSJD tiap 1 bulan. Namun setelah rutin
kontrol dan minum obat, keluhan tersebut tidak muncul kembali. Sudah lebih dari
5 tahun tidak kambuh. Dari keadaan itu maka diagnosis pada pasien ini adalah
F20.5 Skizofrenia Residual.
Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai
oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi),
dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan
hubungannya dengan dunia luar serta dalam hal tingkah laku. Berdasarkan DSM-
IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam durasi paling sedikit
selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala (atau lebih) yang diikuti
munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisir, dan adanya
perilaku yang katatonik serta adanya gejala negative (Saddock, 2011).
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe
paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual.
Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif
sederhana (Saddock, 2011). Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke
dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci
(undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.
Diagnosis skizofrenia menurut PPDGJ-III (Muslim, 2013):
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a. Thought echo
71
Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isi sama, namun kualitasnya
berbeda; atau
Thought insertion or withdrawal
Isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau
isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
Thought broadcasting
Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya
b. Delusion of control
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar;
atau
Delusion of influence
Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar;
atau
Delusion of passivity
Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan
tertentu dari luar;
Delusional perception
Pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna, sangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat
c. Halusinasi auditorik:
1) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasla dari salah satu bagian tubuh
d. Wahamwaham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
72
potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg
diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-
obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan
apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi (Nikvarz et al., 2017).
Penatalaksanaan pada pasien adalah chlorpromazine. Chlorpromazine
merupakan obat antipsikotik tipikal yang digunakan untuk mengatasi gejala
skizofrenia. Chlorpromazine diklasifikasikan sebagai obat antipsikotik tipikal
potensi rendah. Potensi rendah bila dosisnya lebih dari 50 mg, digunakan pada
penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. Karena
potensinya dalam mengurangi gejala psikotik rendah, maka toksisitas
ekstrapiramidal dapat berkurang. Efek sedasi pada obat ini digunakan agar pasien
dapat tidur dengan nyenyak (Dudley et al., 2017).
Selain itu karena untuk mengurangi gejala membutuhkan obat terus menerus,
maka kontrol rutin adalah suatu keharusan pada pasien jiwa. Jika penggunaan obat
dihentikan tiba-tiba atau tanpa arahan dokter, maka gejala yang dikeluhkan akan
kembali. Oleh karena itu, motivasi dan edukasi untuk pasien agar pasien kontrol
rutin sangat dibutuhkan.
Keluarga Ny.G (41 tahun) adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang.
Pasien tinggal satu rumah bersama suami yaitu Tn. Sw (48 tahun) dan anak kedua
perempuan An. C (11 tahun). Dalam keluarga tersebut, terdapat satu orang sakit
yaitu Ny. G, usia 41 tahun dengan diagnosis Skizofrenia Residual. Suami Ny.G
bekerja sebagai petani yang berpenghasilan tidak tetap.
Dari aspek lingkungan fisik, pasien memiliki masalah karena tinggal di dalam
rumah yang kurang bersih dan kurang terawat. Sedangkan dari lingkungan non
fisik pasien memiliki masalah dengan pendidikan yang masih rendah.
Dalam pendekatan secara holistik pada aspek biologis dan klinis didapatkan
bahwa nuclear family tersebut terdiri dari Ny. G (41 tahun), Tn. Sw (48 tahun) dan
anak kedua perempuan An. C (11 tahun). Fungsi sosialisasi keluarga Ny.G dinilai
cukup. Pada awal diketahui Ny.G mengalami gangguan jiwa, Ny. G sempat
75
dipasung di rumah oleh keluarganya karena Ny.G sering mengamuk dan pergi dari
rumah. Namun setelah Ny.G rutin berobat, gejala-gejala tersebut mulai berkurang.
Pihak keluarga tidak merahasiakan penyakit Ny.G. Masyarakat di lingkungan
tempat tinggal Ny. G tidak mengucilkan pasien maupun mencibir keluarga pasien.
Masyarakat sekitar juga ikut mendukung kesembuhan Ny. G. Bentuk dukungan
yang diberikan dapat berupa dukungan emosional, misalnya rasa empati,
kepedulian dan perhatian.
Sebelum sakit, Ny. G bekerja sebagai pembantu rumah tangga, namun saat ini
Ny.G sudah tidak bekerja karena dari keluarga menyarankan untuk fokus dalam
pengobatan dan istirahat dengan cukup. Suami Ny. G bekerja sebagai petani. Biaya
pengobatan Ny. G menggunakan fasilitas BPJS.
Fungsi fisiologis keluarga Ny. G tergolong baik. Hal ini terlihat dari total skor
APGAR 9. Secara umum, tidak ada hambatan komunikasi pada keluarga ini.
Dilihat dari pola interaksi antar keluarga, hubungan antar anggota keluarga dalam
satu rumah secara keseluruhan harmonis.
Fungsi Patologis keluarga Ny. G terganggu pada bagian ekonomi. Fungsi
ekonomi keluarga Ny.G dapat dikatakan tidak stabil. Penghasilan keluarga Ny.G
hanya didapatkan dari suaminya yang bekerja sebagai petani dengan pendapatan
yang tidak pasti. Penghasilan yang didapat masih belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, pasien masih membutuhkan bantuan
keuangan dari Ayah pasien. Hal ini juga diperberat karena kondisi pasien yang
tidak bisa bekerja karena penyakitnya. Sehingga, pasien tidak dapat bekerja untuk
membantu keuangan keluarga. Selain itu, tingkat pendidikan pasien dan suaminya
yang rendah membuat pasien dan suaminya tidak dapat memperoleh pekerjaan
dengan penghasilan yang lebih baik.
Kesadaran memeriksakan diri keluarga Ny. G ke dokter sudah cukup baik. Hal
tersebut terlihat dengan kesadaran keluarga besarnya untuk membawa Ny. G
berobat ke pelayanan kesehatan apabila mengeluhkan penyakit tertentu. Pasien
76
rajin untuk kontrol ke pelayanan kesehatan jiwa dan minum obat secara rutin.
Pengetahuan pasien akan pentingnya pengendalian dan komplikasi dari
penyakitnya baik.
Kebersihan pribadi juga dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan. Lingkungan
tempat tinggal kurang bersih dan kurang terawat. Beberapa ruang dalam rumah
tampak kurang tertata rapi. Tidak terdapat pagar pada bagian belakang rumah,
selain itu terdapat tempat pembuangan sampah yang cukup, namun tidak memiliki
batas seperti bak maupun penutup, karena sampah biasanya dibakar saat sudah
terkumpul. Perlu dibangun kesadaran untuk memperbaiki kebersihan pada
lingkungannya serta kesadaran untuk menjaga daya tahan tubuhnya dengan makan
teratur dan bergizi.
TAHAP V
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
A. Saran Komprehensif
1. Promotif
a. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai kondisi Ny.G untuk
mencegah terulangnya gejala yang meresahkan keluarga dan tetangga
pasien.
b. Memberikan edukasi agar Ny.G melanjutkan pengobatan hingga keadaannya
membaik dan mencegah terjadinya episode berulang.
c. Memberikan edukasi agar Ny. G lebih meningkatkan perilaku hidup sehat,
dengan meningkatkan asupan gizi, sadar akan kebersihan, dan karakteristik
lingkungan yang sehat untuk menjaga kesehatan.
d. Puskesmas lebih aktif untuk mempromosikan kepada masyarakat mengenai
penyakit jiwa. Agar tidak timbul stigma negatif yang kemungkinan dapat
mengganggu pengobatan pasien. Selain itu agar masyarakat dapat
mengambil langkah dan sikap yang sesuai dan tidak berlebih-lebihan.
e. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat baik secara langsung dalam
acara khusus, maupun disisipkan dalam acara lain seperti rapat koordinasi,
posyandu, program prolanis, hingga pengajian mengenai edukasi tentang
pola hidup bersih dan sehat melalui kader, bidan, atau petugas terkait secara
berkala.
2. Preventif
a. Menjaga agar tidak terpapar pada stressor yang berlebihan.
b. Menjaga hubungan sosial baik dengan keluarga atau dengan tetangga.
c. Menjaga ibadah agar berjalan sesuai ketentuan dari setiap agama.
77
78
3. Kuratif
a. Mengkonsumsi obat secara teratur sesuai dengan dosis yang telah
ditetapkan.
b. Kontrol rutin agar gejala tidak muncul dan perlunya ada pengawasan dalam
konsumsi obat.
4. Rehabilitatif
a. Kontrol ke fasilitas kesehatan jiwa secara rutin.
b. Adanya dukungan dari keluarga dan orang terdekat pasien.
c. Makan makanan yang bergizi 3 kali sehari dapat ditambah dengan konsumsi
buah.
79
B. Flow Sheet
Nama : Ny. G
Diagnosis : F20.5 Skizofrenia residual
1. 25 Sulit untuk Perawatan diri baik, Edukasi tentang Kontrol ke Pasien minum
Oktober memulai tidur riwayat skizofrenia pentingnya kontrol dan spesialis jiwa di obat dengan
2017 paranoid tanpa meminum obat secara RSJD Surakarta rutin.
gejala positif atau kontrol. Pemberian terapi Tidak muncul
Edukasi tentang keadaan Chlorpromazine gejala.
negatif.
yang dialami pasien.
2. 28 Sulit untuk Perawatan diri baik, Edukasi tentang Kontrol ke Pasien minum
Oktober memulai tidur riwayat skizofrenia pentingnya kontrol dan spesialis jiwa di obat dengan
2017 paranoid tanpa meminum obat secara RSJD Surakarta rutin.
gejala positif atau kontrol. Pemberian terapi Tidak muncul
Edukasi tentang keadaan Chlorpromazine
negatif. gejala.
yang dialami pasien.
3. 31 Sulit untuk Perawatan diri baik, Edukasi tentang Kontrol ke Pasien minum
Oktober memulai tidur riwayat skizofrenia pentingnya kontrol dan spesialis jiwa di obat dengan
2017 paranoid tanpa meminum obat secara RSJD Surakarta rutin.
gejala positif atau kontrol. Pemberian terapi Tidak muncul
Edukasi tentang keadaan Chlorpromazine gejala..
negatif.
yang dialami pasien.
Sumber : Data primer, Oktober 2017
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Ny. G menjalani kehidupan sehari-hari bersama suami dan anak
perempuannya. Fungsi fisiologis pasien dengan keluarganya baik dan fungsi
patologis di bidang ekonomi dan pendidikan.
2. Fungsi psikologis dan sosialisasi keluarga Ny. G terjalin baik
3. Penyakit pada pasien Ny. G merupakan penyakit yang dapat membaik jika
rutin kontrol dan teratur munim obat.
4. Kesadaran Ny. G dan keluarganya terhadap penyakit, keteraturan minum
obat sudah baik.
B. Saran
1. Ny. G disarankan untuk meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan
sekitar.
2. Keluarga harus selalu mengingatkan dan mendukung pasien untuk
meminum obat serta menjaga kesehatannya.
3. Puskesmas hendaknya meningkatkan upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan memaksimalkan kerjasama lintas sektor pada pasien
dengan penyakit jiwa untuk menghilangkan stigma negatif dan
meningkatkan kesadaran baik pasien maupun keluarganya bahwa pasien
masih membutuhkan terapi dan dukungan.
4. Kegiatan home visit sebaiknya tetap dilaksanakan secara berkelanjutan
untuk dapat melihat permasalahan kesehatan pasien secara lebih
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
80
Dudley K, Liu X, De HS. Chlorpromazine dose for people with schizophrenia.
The Cochrane Collaboration. 2017;33:8-34.
Sadock BJ, Sadock VA. 2011. Kaplan and Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
81
Autoanamnesis dengan Pasien
Alloanamnesis dengan Ayah
Pasien
82