Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan yaitu untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi
saponifikasi pada reaktor tubular.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Kalibrasi
Kalibrasi menjamin bahwa pengukuran yang akurat dan dalam batas
spesifikasi yang disyaratkan dari instrumen proses. Kalibrasi secara singkat dapat
digambarkan sebagai suatu aktivitas pengujian instrumen dengan cara
membandingkan hasil penunjukkan instrument tersebut dengan nilai/referensi
yang telah diketahui. Referensi merupakan nilai acuan /nilai pembanding yang
standarnya sudah ditetapkan. Alasan utama untuk kalibrasi adalah bahwa
instrumen yang paling baik pun juga mengalami drift serta akan kehilangan
kemampuan untuk memberikan pengukuran yang akurat.
Sumber-sumber yang mempengaruhi hasil kalibrasi, yaitu:
1. Prosedur
Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah
diakui. Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang kurang
benar dan tidak dapat dipercaya. Pengesetan sistem harus teliti sesuai dengan
aturan pemakaian alat, agar kesalahan dapat dihindari.
2. Kalibrator
Kalibrator harus mampu telusur ke Standar Nasional dan atau
Internasional. Tanpa memiliki ketelusuran, hasil kalibrasi tidak akan diakui
oleh pihak lain. Demikian pula ketelitian, kecermatan dan kestabilan kalibrator
harus setingkat lebih baik dari pada alat yang dikalibrasi.
3. Tenaga pengkalibrasi
Tenaga pengkalibrasi harus memiliki keahlian dan keterampilan yang
memadai, karena hasil kalibrasi sangat tergantung kepadanya. Kemampuan
mengoperasikan alat dan kemampuan visualnya, umumnya sangat diperlukan,
terutama untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh penalaran posisi
skala.
4. Periode kalibrasi
Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur
dengan kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor
antara lain pada kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian,
pemeliharaan atau penyimpanan dan tiingkat ketelitiannya. Periode kalibrasi
dapat ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau
gabungan dari keduanya.
5. Lingkungan
Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap
kalibrasi terutama untuk mengkalibrasi kalibrator. Misalnya kondisi suhu,
kelembaban, getaran mekanik medan listrik, medan magnetik, medan
elektromagnetik, tingkat penerangan dan sebagainya.
6. Alat yang dikalibrasi
Alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam
kondisi jalan dengan baik, stabil dan tidak terdapat kerusakan yang
mengganggu (Baitz, 2012).

1.2.2 Saponifikasi
Reaksi saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika
minyak/lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan
dalam proses ini, yaitu sabun dan gliserin. Istilah saponifikasi dalam literatur
berarti soap making. Akar kata sapo dalam bahasa latin yang
artinya soap/sabun. Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12dan
C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai
produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari
asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah
larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan
yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi
saponifikasi (Fessenden, 1997).
Gambar 1.1. Reaksi Saponifikasi

1.2.3 Plug Flow Reactor


Plug flow reactor adalah suatu alat yang digunakan untuk mereaksikan
suatu reaktan dalam hal ini fluida dan mengubahnya menjadi produk dengan cara
mengalirkan fluida tersebut dalam pipa secara berkelanjutan (continiuous).
Biasanya reaktor ini dipakai untuk mempelajari berbagai proses kimia yang
penting seperti perubahan senyawa kimia, reaksi termal dan lain-lain. dimana
katalis diletakkan pada suatu pipa lalu dari sela-sela katalis dilewatkan bahan
baku seperti air melewati sela-sela pasir pada saringan.
Plug flow reactor biasa digunakan untuk mempelajari beberapa proses
penting seperti reaksi termal dan reaksi kimia plasma dalam aliran gas yang cepat
serta daerah katalis. Dalam beberapa kasus, hasil yang didapat hanya membantu
kita dalam memahami karakteristik prose-proses kimia, tetapi juga dapat
memberikan kita pengertian praktis dari proses-proses kimia yang penting. Model
reaktor alir pipa (RAP) atau plug flow reactor (PFR) merupakan reaktor dimana
reaksi kimia berlangsung secara kontinu sepanjang system aliran.. Reaktor alir
pipa ini digunakan untuk memperkirakan sifat-sifat reaktor kimia sehingga
variable kunci reaktor seperti dimensi reaktor bisa dihitung. Reaktor ini memiliki
karakteristik dalam mekanisme reaksi. Pada umumnya karakteristik reaktor alir
pipa pada kondisi ideal yaitu:
1. Reaktor ini biasanya berupa tube (tabung) yang bereaksi dengan aliran
fluida
2. Diasumsikan tidak terjadi pengadukan (mixing)
3. Aliran plug merupakan jenis aliran yang terjadi pada reaktor ini (reaktor
alir)
4. Sebagian besar mixing dari jenis reaktor ini beroperasi pada level
intermediet
5. Pencampuran sempurna dalam dimensi radial (konsentrasi seragam)
6. Tidak ada pencampuran pada aliran aksial atau tidak terjadi disperse aksial
(aliran terpisah)
(Muhajir, 2009).
1.2.3.1.Prinsip Kerja Plug Flow Reactor
Reaktor alir pipa merupakan reaktor dimana cairan bereaksi dan mengalir
dengan cara melewati tube (tabung) dengan kecepatan tinggi, tanpa terjadi
pembentukan arus putar pada aliran cepat. Reaktor alir pipa pada hakekatnya
hampir sama dengan pipa dan relative cukup mudah dalam perancangannya.
Reaktor ini biasanya dilengkapi dengan selaput membrane untuk menambah yield
produk pada reaktor. Produk secara selektif ditarik dari reaktor sehingga
keseimbangan dalam reaktor secara kontinu bergeser membentuk lebih banyak
produk.
Pada umumnya reaktor alir pipa dilengkapi dengan katalisator. Seperti
sebagian besar reaksi pada industry kimia, reaksinya membutuhkan katalisator
secara signifikan pada suhu layak (standar). Dalam PFR, satu atau lebih reaktan
dipompakan kedalam suatu pipa. Biasanya reaksi yang digunakan pada reaktor ini
adalah reaksi fasa gas. Reaksi kimia berlangsung sepanjang pipa sehingga
semakin panjang pipa maka konversi yield akan semakin tinggi. Namun tidak
mudah untuk menaikkan konversi karena didalam PFR konversi terjadi secara
gradien. Pada awalnya kecepatan reaksi berlangsung secara cepat namun setelah
panjang pipa tertentu atau pipa bertambah panjang maka jumlah reaktan akan
berkurang dan kecepatan reaksi berlangsung lebih lambat dan akan semakin
lambat seiring panjangnya pipa. Artinya, untuk mencapai konversi 100% panjang
pipa yang dibutuhkan adalah tak terhingga.
Reaktor alir pipa juga dikenal sebagi reaktor aliran piston atau reaktor
aliran turbular. Reaktor-reaktor tersebut memiliki persamaan diferensial biasa,
dimana pemecahan persamaan tersebut dapat diselesaikan jika boundary
condition diketahui. Model reaktor alir pipa digunakan untuk berbagi
jenis fluida, seperti: cairan, gas, dan slurry. Walaupun aliran turbulen dan difusi
aksial menyebabkan pencampuran arah axial pada berbagai reaktor namun pada
reaktor alir pipa kondisi ini memiliki efek yang kecil dan diabaikan. Pada kasus
model reaktor alir pipa yang paling sederhana, beberapa asumsi pokok harus
dibuat untuk menyederhanakan masalah ini. Perlu diperhatikan bahwa tidak
semua asumsi ini perlu, namun pemindahan asumsi ini menambah kerumitan
masalah. Model reaktor alir pipa dapat digunakan pada reaksi lipat ganda
(multiple reaction) serta reaksi yang melibatkan perubahan suhu, tekanan dan
densitias fluida. Walaupun kerumitan ini diabaikan, namun selalu relevan dalam
proses industri (Muhajir, 2009).

Gambar 1.2. Reaktor Alir Pipa

1.2.3.1 Sistem Pengoperasian Reaktor


Pada reaktor alir pipa, reaktan diinjeksikan ke dalam lintasan tengah,
sementara itu gas inert disalurkan melalui dinding pipa. Kita berasumsi bahwa
hanya pada dasar pipa terdapat endapan, akibat kondisi pipa yang panas. Jika
cairan bergerak melewati pipa atau saluran besar dengan bilangan Renolds yang
cukup besar, maka tidak ada variasi kecepatan aksial di sepanjang pipa. Dengan
asumsi fluida yang mengalir di sepanjang reaktor alir pipa inilah maka
dikenal sebagai aliran plug flowdimana tidak ada kemiringan konsentrasi atau
temperature di koordinat radial. Karena kecepatan gas adalah sama dimana-mana
maka terjadi jalur arus secara konveksi dan difusi dengan arah yang berbeda.
Transport sepanjang jalur arus terjadi akibat konveksi, sementara sepanjang tegak
lurus arus terjadi akibat difusi. Setelah melalui proses pemanasan , kemudian
produk yang diinginkan akan keluar menuju exhaust.
Berbeda dari CSTR, umpan steril pada reaktor alir pipa secara otomatis
menunjukkan konsentrasi nol biommasa pada aliran plug flow yang mencegah
sebagian fluida berpindah sepanjang pipa. Satu cara untuk mencegah masalah ini
adalah dengan mendaur ulang kembali (recycle) aliran dengan cara aliran
yang masuk disuntik sebelum memasuki pipa. Untuk reaksi tunggal dengan
kinetika biasa, reaktor alir pipa memiliki konversi substrat yang tinggi dan
konsentrasi produk tinggi daripada CSTR untuk volume setara. Kebalikannya jika
kinetikanya merupakan autocatalytic (laju reaksi yang tinggi seiring dengan
berkurang konsentrasi substrat). Untuk proses mikrobial, reaktor alir pipa
biasanya terdiri dari effluent konsentrasi produk yang besar. Tetapi syaratnya
adalah inokulasi secara terus-menerus dan sulit pada proses pertukaran gas
(Kusmiyati,2015).
1.2.3.1 Perbedaan CSTR dengan PFR
Secara umum ada dua tipe reaktor yang digunakan pada industry kimia
yaitu Continous Stirred Tank Reaktor (CSTR) dan Plug flow reactor (PFR)
dimana masing-masing reaktor ini memiliki perbedaan dalam mekanisme kerja
alat. Perbedaannya terletak pada dasar asumsi konsentrasi komponen-komponen
yang terlibat dalam reaksi. CSTR adalah model reaktor berupa tangki
berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang bekerja dalam tanki sangat
sempurna sehingga konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar
konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan pada
reaksi homogen di mana semua bahan baku dan katalisnya berfasa cair atau reaksi
antara cair dan gas dengan katalis cair.
Untuk reaksi heterogen, misalnya antara bahan baku gas dengan katalis
padat umumnya menggunakan model reaktor alir pipa. Reaktor alir pipa mirip
saringan air dari pasir. Katalis diletakkan pada suatu pipa lalu dari sela-sela katalis
dilewatkan bahan baku seperti air melewati sela-sela pasir pada saringan. Asumsi
yang digunakan adalah tidak ada perbedaan konsentrasi tiap komponen yang
terlibat di sepanjang arah jari-jari pipa.
Reaktor alir pipa mempunyai ketinggian volumetrik pada unit konversi,
dapat digunakan pada jangka waktu yang lama dan kecepatan transfer panas dapat
dioptimasikan dengan menggunakan banyak tube tipis atau sedikit tube yang lebih
tebal yang disusun sejajar. Kerugian reaktor alir pipa ini adalah suhu yang sangat
tinggi pada pipa yang dapat menghasilkan kemiringan suhu yang tidak diinginkan
sehingga pemeliharaan reaktor alir pipa juga lebih mahal daripada pemeliharaan
CSTR (Kusmiyati,2015).

1.2.4 Kinetika Reaksi


Kecepatan adalah ukuran bagaimana beberapa properti berbeda dengan
waktu. Kecepatan adalah tingkat yang akrab yang mengekspresikan jarak yang
ditempuh oleh suatu benda dalam jumlah waktu tertentu. Upah adalah tingkat
yang mewakili jumlah uang yang diperoleh seseorang bekerja untuk jangka waktu
tertentu. Demikian juga, kecepatan reaksi kimia adalah ukuran seberapa banyak
pereaksi dikonsumsi, atau berapa banyak produk yang diproduksi, oleh reaksi
dalam jumlah waktu tertentu. Kecepatan reaksi adalah perubahan jumlah reaktan
atau produk per satuan waktu.
Kecepatan reaksi karenanya ditentukan dengan mengukur ketergantungan
waktu dari beberapa properti yang dapat dikaitkan dengan jumlah reaktan atau
produk. Kecepatan reaksi yang mengkonsumsi atau menghasilkan zat gas,
misalnya, mudah ditentukan oleh mengukur perubahan volume atau tekanan.
Untuk reaksi yang melibatkan satu atau lebih zat warna, tarif mungkin dipantau
melalui pengukuran penyerapan cahaya. Untuk reaksi yang melibatkan elektrolit
berair, laju dapat diukur melalui perubahan konduktivitas larutan.
Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia dan energi
yang berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya
reaksi. Mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang terjadi
berturutturut se1ama proses perubahan reaktan menjadi produk, atau urutan
langkah-Iangkah reaksi menuju tersusunnya reaksi total. Laju reaksi merupakan
laju pengurangan reaktan tiap satuan waktu, atau laju pembentukan produk tiap
satuan waktu. Kecepatan reaksi banyak bergantung pada konsentrasi reaktan.
Harga biasanya meningkat bila Konsentrasi satu atau lebih reaktan meningkat.
Misalnya, kalsium karbonat (CaCO3) memburuk sebagai a Hasil reaksinya dengan
belerang dioksida polutan. Tingkat reaksi ini bergantung pada jumlah belerang
dioksida di udara. Oksida asam, sulfur dioksida dikombinasikan dengan uap air di
udara untuk menghasilkan asam sulfur dalam reaksi berikut:

SO2 (g) + H2O (g) H2SO3 (aq)...........................................(1.1)

Kalsium karbonat bereaksi dengan asam sulfat sebagai berikut:

CaCO3 + H2SO3 (aq) CaSO3 (aq) + CO2 (g) + H2O............(1.2)

Dalam atmosfir yang tercemar dimana konsentrasi belerang dioksida tinggi,


kalsium karbonat memburuk lebih banyak cepat daripada di udara yang kurang
tercemar. Demikian pula, fosfor terbakar jauh lebih cepat di atmosfer oksigen
murni daripada di udara, yang hanya sekitar 20% permukaan oxygen
(Ahmad,1992).
1.2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Konsentrasi
Reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi yang bereaksi
lebih besar. Semakin besar konsentrasi, maka semakin banyak partikel zat
sehingga semakin banyak terjadi tumbukan.
2. Luas permukaan
Semakin luas permukaan sentuhan zat bereaksi, maka semakin besar
frekuensi tumbukan yang terjadi sehingga reaksi semakin cepat.
3. Suhu
Dengan kenaikan suhu, energi kinetik molekul zat yang bereaksi bertambah
sehingga reaksi akan semakin cepat (Ahmad,1992).
1.2.4.2 Bentuk-bentuk Persamaan Kecepatan Reaksi
Reaksi yang dilakukan pada reaktor tubular dilakukan hingga kondisi
steady state. Kondisi steady state ini ditandai dengan tidak berubahnya nilai
konduktivitas dan suhu yang ada pada reaktor. Kondisi steady state tergantung
pada konsentrasi reagen, laju alir, volume reaktor dan suhu reaksi.
Kecepatan reaksi dinyatakan dengan persamaan:
r = k.a.b............................................................................................(1.3)
Jika konsentrasi awal A (ao) sama dengan konsentrasi awal B (bo), maka
persamaan (1) tersebut dapat disederhanakan menjadi:
r = k.a2..............................................................................................(1.4)
Secara umum untuk reaksi order n dapat dituliskan dengan:
r = k.an..............................................................................................(1.5)
Reaksi order dua pada persamaan (1.4) dapat dinyatakan dengan hubungan
konversi A (Xa) dengan waktu reaksi (t) sebagai berikut:
Xa
k.a.t.....................................................................................(1.6)
1 X a

Xa
Pada persamaan (1.6) dapat diplotkan pada grafik versus t,
1 X a
sehingga diperoleh slope k.a0. Dengan diketahui konsentrasi awal A (a0), maka
nilai konstanta kecepatan (k) dapat dihitung (Tim Penyusun. 2017).

1.2.4.3 Menentukan Konsentrasi Awal NaOH dan CH3COOC2H5 Masuk


Reaktor
Konsentrasi NaOH mula-mula dalam reaktor (a0):
Fa
a0 = Fa+Fb a.....................................................................................(1.7)

Konsentrasi Etil asetat mula-mula dalam reaktor (b0):


Fb
b0 = b...................................................................................(1.8)
Fa+Fb

Dimana: Fa = laju alir volum NaOH (ml/menit)


Fb = laju alir volum Etil asetat (ml/menit)
= konsentrasi NaOH dalam tangki umpan (mol/L)
= konsentrasi Etil asetat dalam tangki umpan (mol/L)
(Tim Penyusun. 2017).
1.2.4.4 Perhitungan konversi reaksi
Perhitungan konversi reaksi dari NaOH (Xa) menggunakan persamaan
berikut ini:
a0 a1
Xa = .................................................................................(1.9)
a0

Dimana: a0 = konsentrasi awal NaOH masuk reaktor (mol/liter)


a1 = konsentrasi NaOH keluar reaktor (mol/liter)
Konsentrasi NaOH keluar reaktor dapat ditentukan dengan metode titrasi
asam-basa (Tim Penyusun. 2017).
1.2.4.5 Perhitungan Konstanta Laju Spesifik
Konstanta laju spesifik (k), dapat dihitung dari neraca massa Natrium
hidroksida. Persamaan umum neraca massa untuk reaktor dapat ditulis sebagai
berikut :
Input Output yang bereaksi = Akumulasi......................................(1.10)
Karena reaksinya orde dua dan prosesnya steady state maka persamaan yang
berlaku pada reaktor tubular adalah sebagai berikut:
V 1 X dx
= k.a 0 a [1Xa ]2..............................................................................(1.11)
F 0 a

Dari persamaan (9) setelah diintegralkan dapat dibentuk persamaan berikut:


F (Xa )
k = V.a .........................................................................................(1.12)
0 1Xa

Dari persamaan (1.12) dapat digunakan untuk menghitung konstanta kecepatan


reaksi saponifikasi pada reaktor tubular, dengan F adalah laju alir volum total
(Fa + Fb) dan V adalah volume reaktor (Tim Penyusun. 2017).

1.2.5 Orde Reaksi


Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi.Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari
persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan. Suatu
reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan
reaksi :

v = k (A) (B)..............................................................(1.13)

dimana : v = laju reaksi keseluruhan

k = Konstanta laju reaksi

Persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A


dan merupakan reaksi orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan reaksi tersebut
adalah reaksi orde 3. Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap suatu komponen
merupakan pangkat dari konsentrasi komponen tersebut dalam hukum laju.
Sebagai contoh, v = k [A]m [B]n, bila m=1 kita katakan bahwa reaksi tersebut
adalah orde pertama terhadap A. Jika n=3, reaksi tersebut orde ketiga terhadap B..
Orde total adalah jumlah orde semua komponen dalam persamaan laju reaksi.
Pangkat m dan n ditentukan dari data eksperimen, biasanya harganya kecil dan
tidak selalu sama dengan koefisien a dan b. Hal ini berarti, tidak ada hubungan
antara jumlah pereaksi dan koefisien reaksi dengan orde reaksi. Orde reaksi
berkaitan erat bahkan orde reaksi dapat diperoleh dari laju reaksi. Laju reaksi
dapat didefinisikan sebagai perubahan konsntrasi pereaksi atau produk persatuan
waktu. Artinya terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi atau pertambahan
konsentrasi produk tiap satuan waktu (Raymond, 2006).
1.2.5.1 Jenis jenis Orde Reaksi
1. Reaksi Orde Nol
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde nol, jika besarnya laju
reaksi tersebut tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Artinya, seberapapun
peningkatan konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya laju reaksi.
Secara grafik, reaksi yang mempunyai orde nol dapat dilihat pada gambar di
bawah:

Gambar 1.3. Reaksi Orde Nol

2. Reaksi Orde Satu


Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde satu, apabila besarnya laju
reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali semula, maka laju reaksi juga akan
meningkat besarnya sebanyak (2)1 atau 2 kali semula juga. Secara grafik, reaksi
orde satu dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar di bawah: (Raymond,
2006).

Gambar 1.4. Reaksi Orde Satu

3. Reaksi Orde Dua


Suatu reaksi dikatakan mempunyai orde dua, apabila besarnya laju reaksi
merupakan pangkat dua dari peningkatan konsentrasi pereaksinya. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan 2 kali semula, maka laju reaksi akan meningkat
sebesar (2)2 atau 4 kali semula. Apabila konsentrasi pereaksi dinaikkan 3 kali
semula, maka laju reaksi akan menjadi (3)2 atau 9 kali semula. Secara grafik,
reaksi orde dua dapat digambarkan pada gambar di bawah:.

Gambar 1.4. Reaksi Orde Dua

Anda mungkin juga menyukai