Anda di halaman 1dari 7

Teori dasar 1

Isomer adalah molekul yang memiliki rumus molekul sama, tetapi memiliki pengaturan
yang berbeda dari atom dalam ruang. Yang mengecualikan setiap pengaturan yang berbeda
yang hanya karena molekul berputar secara keseluruhan, atau berputar tentang obligasi
tertentu.
Suatu senyawa memiliki rumus molekul dan rumus struktur. Rumus molekul adalah
rumus umum yang dimiliki oleh suatu senyawa yang dalam hal ini kadang kala sama dengan
rumus molekul pada senyawa organik yang lain. Rumus struktur adalah rumus yang dimiliki
oleh suatu senyawa yang membedakannya sengan senyawa organik yang lain.
Dalam ilmu kimia, isomer ialah molekul-molekul dengan rumus kimia yang
sama (dan sering dengan jenis ikatan yang sama), namun memiliki susunan atom yang
berbeda (dapat diibaratkan sebagai sebuah anagram). Kebanyakan isomer memiliki sifat
kimia yang mirip satu sama lain. Juga terdapat istilah isomer nuklir, yaitu inti-inti atom yang
memiliki tingkat eksitasi yang berbeda.
Contoh sederhana dari suatu isomer adalah C3H8O. Terdapat 3 isomer dengan rumus kimia
tersebut, yaitu 2 molekul alkohol dan sebuah molekul eter. Dua molekul alkohol yaitu 1-
propanol (n-propil alkohol, I), dan 2-propanol (isopropil alkohol, II). Pada molekul I, atom
oksigen terikat pada karbon ujung, sedangkan pada molekul II atom oksigen terikat pada
karbon kedua (tengah). Kedua alkohol tersebut memiliki sifat kimia yang mirip. Sedangkan
isomer ketiga, metil etil eter, memiliki perbedaan sifat yang signifikan terhadap dua molekul
sebelumnya. Senyawa ini bukan sebuah alkohol, tetapi sebuah eter, dimana atom oksigen
terikat pada dua atom karbon, bukan satu karbon dan satu hidrogen seperti halnya alkohol.
Eter tidak memiliki gugus hidroksil.
Terdapat dua jenis isomer, yaitu isomer struktural dan stereoisomer. Isomer struktural
adalah isomer yang berbeda dari susunan/urutan atom-atom terikat satu sama lain. Sedangkan
stereoisomer memiliki struktur yang sama, namun beberapa atom atau gugus fungsional
memiliki posisi geometri yang berbeda.
Isomer rantai
Isomer-isomer ini muncul karena adanya kemungkinan dari percabangan rantai karbon.
Sebagai contoh, ada dua buah isomer dari butan, C4H10. Pada salah satunya rantai karbon
berada dalam dalam bentuk rantai panjang, dimana yang satunya berbentuk rantai karbon
bercabang.
Isomer posisi
Pada isomer posisi, kerangka utama karbon tetap tidak berubah. Namun atom-atom yang
penting bertukar posisi pada kerangka tersebut.
Sebagai contoh, ada dua isomer struktur dengan formula molekul C3H7Br. Pada salah satunya
bromin berada diujung dari rantai. Dan yang satunya lagi pada bagian tengah dari rantai.
Isomer grup fungsional
Pada variasi dari struktur isomer ini, isomer mengandung grup fungsional yang berbeda-
yaitu isomer dari dua jenis kelompok molekul yang berbeda.
Sebagai contoh, sebuah formula molekul C3H6O dapat berarti propanal (aldehid) or propanon
(keton).
Vant Hoff menjelaskan keisomeran asam fumarat dan maleat karena batasan rotasi di
ikatan ganda, suatu penjelasan yang berbeda dengan untuk keisomeran optik. Isomer jenis ini
disebut dengan isomer geometri. Dalam bentuk trans subtituennya (dalam kasus asam
fumarat dan maleat, gugus karboksil) terletak di sisi yang berbeda dari ikatan rangkap,
sementara dalam isomer cis-nya subtituennya terletak di sisi yang sama.
Dari dua isomer yang diisoasi, Vant Hoff menamai isomer yang mudah melepaskan air
menjadi anhidrida maleat isomer cis sebab dalam isomer cis kedua gugus karboksi dekat satu
sama lain. Dengan pemanasan sampai 300 C, asam fuarat berubah menjadi anhidrida maleat.
Hal ini cukup logis karena prosesnya harus melibatkan isomerisasi cis-trans yang merupakan
proses dengan galangan energi yang cukup tinggi. Karena beberapa pasangan isomer
geometri telah diketahui, teori isomer geometri memberikan dukunagn yang baik bagi teori
struktural Vant Hoff.

Ikatan ionik diberntuk oleh tarkan elekrostatik antara kation dan anion. Karena medan
listrik suatu ion bersimetri bola, ikatan ion tidak memiliki karakter arah. Sebaliknya, ikatan
kovalen dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom. Karena tumpang tindih sedemikian
sehingga orbital atom dapat mencapai tumpang tindih maksimum, ikatan kovalen pasti
bersifat terarah. Jadi bentuk molekul ditentukan oleh sudut dua ikatan, yang kemudian
ditentukan oleh orbital atom yang terlibat dalam ikatan.
Isomer struktur adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama, tapi memiliki rumus
struktur yang berbeda (Hard, 1990). Susunan atom-atom dalam ruang dari suatu molekul seringkali sangat
menentukan sifat fisika maupun sifat kimia molekul tersebut. Sebagai contoh, sifat-sifat yang ditunjukkan
oleh asam maleat dan asam fumarat yang merupakan isomer geometri cis- dan trans- dari asam butendioat.
Pada umumnya, isomer trans lebih stabil daripada isomer cis dan merupakan bagian terbanyak dalam
sistem kesetimbangan

Perubahan isomer-isomer geometri dari yang satu ke yang lainnya, dapat berlangsung melalui
senyawa antara yang bersifat ion atau radikal bebas. Asam maleat mengalami isomerisasi menjadi asam
fumarat yang lebih stabil dalam asam klorida pada kondisi refluks. Asam fumarat sukar larut dalam air
dibandingkan asam maleat, sehingga mudah mengkristal selama reaksi berlangsung.

Tabel Sifat Fisika Reaktan dan Produk


Kelarutan dalam 100 g air
Senyawa Mr Titik leleh (0C)
Pada 1000C Pada 200C
Asam Maleat 116,03 400 79 130,5
Asam Fumarat 116,03 9,8 0,7 302
(Frieda Nurlita, 2004)
Vant Hoff menjelaskan keisomeran asam fumarat dan maleat karena batasan rotasi di ikatan ganda,
suatu penjelasan yang berbeda dengan untuk keisomeran optik. Isomer jenis ini disebut dengan isomer
geometri. Dalam bentuk trans subtituennya (dalam kasus asam fumarat dan maleat, gugus karboksil)
terletak di sisi yang berbeda dari ikatan rangkap, sementara dalam isomer cis-nya subtituennya terletak di
sisi yang sama.
Dari dua isomer yang diisoasi, vant Hoff menamai isomer yang mudah melepaskan air menjadi
anhidrida maleat isomer cissebab dalam isomer cis kedua gugus karboksil dekat satu sama lain. Dengan
pemanasan sampai 3000C, asam fumarat berubah menjadi anhidrida maleat. Hal ini cukup logis karena
prosesnya harus melibatkan isomerisasi cis-trans yang merupakan proses dengan galangan energi yang
cukup tinggi. Karena beberapa pasangan isomer geometri telah diketahui, teori isomer geometri
memberikan dukungan yang baik bagi teori struktural vant Hoff.
a. Asam Maleat
Asam maleat atau Asam (Z)-butenadioat atau asam toksilat adalah senyawa organik yang
merupakan asam dikarboksilat. Molekul ini terdiri dari gugus etilena yang berikatan dengan dua
gugus asam karboksilat. Asam maleat adalah isomer cis dari asam butenadioat, sedangkan asam
fumarat merupakan isomer transnya. Isomer cis kurang stabil; perbedaan kalor pembakarannya adalah
22,7 kJ/mol. Kristal asam maleat berwarna putih, dan kristal tersebut mudah larut dalam air, titik
lebur asam maleat adalah (130-1390C),

b. Asam Fumarat
Asam fumarat atau asam (E)-butanedioat adalah senyawa organik yang merupakan asam
dikarboksilat. Asam fumarat merupakan isomer trans dari asam butanedioat dengan bentuk kristal
berwarna putih yang memiliki titik leleh 3000C. Kristal asam fumarat tidak mudah larut dalam air

Isomer geometri adalah isomeri yang disebabkan oleh perbedaan letak atau gugus di
dalam ruang. Isomer geometri sering juga disebut dengan isomer cis-trans. Isomeri ini tidak
tidak reddapat pada kompleks dengan strruktur linear, trigonal planar, atau tetrahedral, tetapi
umum terdapat pada kompleks planar segiempat dan oktahedral. Kompleks yang mempunyai
isomer hanya kompleks-komplek yang bereaksi sangat lambat dan kompleks yang inert. Ini
disebabkan karena kompleks-kompleks yang bereaksi sangat cepat atau kompleks-kompleks
yang labil, sering bereaksi lebih lanjut membentuk isomer yang stabil
(Syabatini, 2009 )
Pada beberapa senyawa kompleks koordinasi, ikatan kovalen menimbulkan
kemungkinan terbentuknya senyawa-senyawa isomer, karena ligan terikat dalam ruangan
sekitar ion logam pusat. Yang dimaksud dengan senyawa isomer adalah molekul-molekul
atau ion-ion yang mempunyai susunan atom yang sama sehingga bangun dan sifat-sifatnya
berbeda. Ada dua keisomeran yang lazim dijumpai pada senyawa kompleks koordinasi yaitu
keisomeran cis-trans dan keisomeran optic.
Keisomeran cis-trans terjadi pada beberpa senyawa kompleks yang mempunyai
bilangan koordinasi 4, 5, dan 6. Tetapi untuk bilangan koordinasi 4, keisomeran hanya terjadi
pada bangun bersisi empat ligan-ligan sama jaraknya ke logam pusat. Misalnya, senyawa
kompleks platina (II), [Pb(NH3)2Cl2], mempunyai dua senyawa isomer yang berbeda
kelarutan, warna dan sifat-sifat lainnya
Kompleks kobalt (III) etilendiamin, [Co(en)2Br2]Br. Senyawa kompleks ini
merupakan/mempunyai dua isomer, yaitu dextro (d) dan levo (l),
(Rivai, 1994)
Werner mengemukakan bahwa jika kompleks logam koordinat empat tipe [MA2B2]
memiliki isomer geometri, misalnya isomer cis dan trans, maka dapat disimpulkan bahwa
kompleks itu bujur sangkar. Kompleks ini tidak mungkin berbentuk tetrahedral karena bentuk
tetrahedral tidak memiliki isomer geometri
(Ramlawati, 2005)
Tipe isomer ruang dimana 2 senyawa berbeda dalam hal kedudukan relatif 2 gugus
terikat disekitar ikatan rangkapnya. Sebagai contoh adalah asam fumarat dan asam maleat.
Pada asam fumarat, kedua gugusnya yaitu gugus COOH dan gugus H terletak pada sisi
ikatan rangkap yang sama (disebut bentuk cis) sementara pada asam maleat kedua gugus
tersebut terletak pada sisi ikatan rangkap yang berlawanan (disebut bentuk trans). Isomer
geometris disebut juga isomer Cis-trans. Contoh lainnya adalah senyawa 1,2-dikloroetena.
Titik leleh asam maleat lebih rendah dari pada asam fumarat karena pada asam
maleat. Hal ini menandakan adanya perbedaan sifat fisik antara senyawa berisomer cis dan
trans. Senyawa berisomer Cis memiliki titik leleh lebih kecil karena adanya tolakan antara
dua gugus karboksilat yang bersebelahan mengakibatkan senyawa ini kurang stabil
(Mulyono, 2005)
Campuran kompleks bentuk cis dan trans dapat dibuat dengan cara mencampurkan
komponen-komponen non kompleks (penyusun kompleks). Berdasarkan perbedaan kelarutan
antara bentuk cis dan trans maka kedua jenis isomer tersebut dapat dipisahkan. Sebgaia
contoh kalium dioksalatodiakuokromat (III) dapat dikristalkan secara perlahan dengan
melakukan penguapan larutan yang mengandung campuran bentuk cis dan trans. Dengan
penguapan, kesetimbangan bentuk cis dan trans dapat digeser ke kanan karena kelarutan
isomer trans lebih rendah. Selain itu, pemisahan isomer cis dan trans dapat dilakukan dengan
cara
mengatur kondisi larutan sedemikian rupa sehingga kelarutan kompleks cis dan trans
berbeda. Misalnya kompleks cis-diklorobis (trietilstibin) palladium dapat dikristalkan dalam
larutan benzene meskipun dalam larutan hanya ada sekitar 6 % bentuk cis .
(Tim Dosen Kimia Anorganik, 2010)
Isomer geometri adalah isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak atau gugus
didalam ruang an. Isomer geometri sering juga disebut dengan isomer cis-trans. Isomeri ini
tidak tidak reddapat pada kompleks dengan strruktur linear, trigonal planar, atau tetrahedral,
tetapi umum terdapat pada kompleks planar segiempat dan oktahedral.
Kompleks yang mempunyai isomer hanya kompleks-komplek yang bereaksi sangat
lambat dan kompleks yang inert. Ini disebabkan karena kompleks-kompleks yang bereaksi
sangat cepat atau kompleks-kompleks yang labil, sering bereaksi lebih lanjut membentuk
isomer yang stabil.
Pada beberapa senyawa kompleks koordinasi, ikatan kovalen menimbulkan
kemungkinan terbentuknya senyawa-senyawa isomer, karena ligan terikat dalam ruangan
sekitar ion logam pusat. Yang dimaksud dengan senyawa isomer adalah molekul-molekul
atau ion-ion yang mempunyai susunan atom yang sama sehingga bangun dan sifat-sifatnya
berbeda. Ada dua keisomeran yang lazim dijumpai pada senyawa kompleks koordinasi yaitu
keisomeran cis-trans dan keisomeran optik.
(Tim kimia organic,2014:26)

Pembahasan 1

Pada percobaan keisomeran geometri dilakukan pengubahan asam maleat menjadi


asam fumarat. Mula-mula dilakukan pembuatan asam maleat terlebih dahulu dengan
menggunakan 3 g anhidrida maleat yang ditambahkan dengan 4 ml aquades yang telah
dididihkan. Pada saat pendidihan aquades dalam erlenmeyer, erlenmeyer yang digunakan
ditutup aluminium foil agar air yang menguap tidak habis keluar, sehingga air tidak cepat
habis saat dididihkan. Proses pendidihan aquades berfungsi agar anhidrida maleat dapat cepat
larut. Ketika penambahan anhidrida maleat ke dalam air mendidih dalam erlenmeyer
dilakukan dengan cepat sehingga air yang mendidih tadi tidak banyak menguap. Penggunaan
aquades berfungsi sebagai pelarut sehingga mempermudah terjadi pembukaan ikatan pada
senyawa siklik dari anhidrida maleat dan terbentuknya karbokation.
Setelah penambahan anhidrida maleat pada air mendidih, larutan tersebut tetap
dididihkan sampai larutannya tidak berwarna. Larutan tidak berwarna menandakan bahwa
anhidrida maleat larut semua dalam air. Kemudian erlenmeyer yang berisi larutan tersebut
didinginkan di dalam air agar terbentuk kristal. Pembentukan kristal pada proses ini harus
terbentuk sebagian, artinya sebagian larutan terbentuk kristal dan sebagian lagi masih dalam
keadaan cair (filtrat). Kristal yang terbentuk disaring dengan menggunakan kertas saring agar
kristal dan filtratnya terpisah. Setelah kristal yang tersaring kering, kristal tersebut ditimbang
dan diperoleh 2,2 g untuk kristal asam maleat, kemudian asam maleat kotor sebesar 3,55 g
sehingga menghasilkan % rendemen asam maleat sebesar 61,97%.
Proses pengubahan anhidrida maleat menjadi asam maleat adalah:

Kristal asam maleat yang terbentuk kemudian ditentukan titik lelehnya. Titik leleh
yang didapatkan adalah 95C. Hal ini tidak sesuai dengan titik leleh asam maleat secara
literatur yang leleh pada suhu 130C. Hal ini terjadi karena kemungkinan disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti kurang padatnya penyimpanan kristal sehingga kurang terlihat
apakah sudah mencair atau belum, air yang digunakan langsung dalam keadaan panas,
sehingga kristal langsung meleleh dan tidak secara bertahap, api yang digunakan adalah
spirtus sehingga apinya merah dan sulit untuk diatur.
Filtrat yang diperoleh sebelumnya ditambahkan dengan HCl pekat. Proses ini
merupakan proses perubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Penambahan HCl berfungsi
sebagai katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga
ikatan rangkap pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal,
selanjutnya ikatan rangkap beresonansi kembali. Ion H+ dihasilkan lagi dari reaksi pada tahap
keempat.
Kemudian larutan direfluks dan erlenmeyer yang berisi filtrat ditutup dengan
aluminium foil. Fungsi refluks adalah untuk membantu proses pemanasan pada asam
fumarat, sehingga panas yang dihasilkan dapat berlangsung secara kontinu dan merata.
Sedangkan penutupan erlenmeyer dengan aluminium foil berfungsi agar uap tidak keluar ke
udara. Proses pemanasan dihentikan apabila kristal terbentuk semua dan sempurna dan tidak
ada lagi larutan di dalamnya. Proses ini memakan waktu 20 menit. Kemudian kristal
dikeringkan dan ditimbang. Maka diperoleh berat asam fumarat sebesar 2,9 g dan berat asam
fumarat kotor sebesar 1,35 g sehingga diperoleh % rendemen asam fumarat sebesar 214,81%.
Besarnya rendemen asam fumarat yang melebihi 100% ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti saat penimbangan kristal yang terbentuk masih dalam keadaan basah,
kemudian adanya zat pengotor yang masuk dalam kristal.
Proses pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat adalah:

Kristal asam fumarat kemudian ditentukan titik lelehnya. Titik leleh yang didapatkan
sebesar 99C. Hal ini tidak sesuai dengan titik leleh asam fumarat secara literatur yang leleh
pada suhu 287C. Hal ini terjadi karena kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti kurang padatnya penyimpanan kristal asam fumarat pada pipa kapiler sehingga tidak
terlalu terlihat apakah asam fumarat sudah mencair atau belum, api yang digunakan terlalu
besar sehingga asam fumarat lebih cepat mencair, banyaknya pengotor yang masuk dalam
kristal sehingga kristal yang meleleh tersebut kemungkinan pengotornya.
Pada percobaan mengenai keisomeran geometri ini dilakukan pengubahan asam maleat
menjadi asam fumarat. Sebelum dilakukan pengubahan menjadi asam fumarat, terlebih
dahulu dilakuakan pembuatan asam maleat yang menggunakan anhidrida maleat sebagai
bahan utama. Anhidrida maleat ditambahkan pada aquadest yang telah dididihkan. Dalam hal
ini aquadest berfungsi sebagai pelarut sehingga mempermudah terjadinya pembukaan ikatan
pada senyawa siklik dari anhidrida maleat dan terbentuknya karbokation. Mekanisme
reaksinya sebagai berikut:

Setelah dilakukan perhitungan, rendemen asam maleat yang diperoleh


adalah sekitar 49%. Nilai rendemen tersebut dapat dikatakan sedang (mendekati setengahnya
50% dari 100%) dan hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi proses yang
dilakukan tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat dari kristal asam maleat yang terbentuk
yaitu sekitar 1,74 gram.
Dengan %rendemen yang diperoleh sebesar 49%, hal ini dapat
disebabkan: proses pemanasan yang kurang stabil dan atau proses pengkristalan yang kurang
sempurna. bisa juga terjadi karena kristal tidak semua terkumpul dalam kertas saring,
sehingga saat penimbangan, diperoleh massa kristal yang berbeda dengan massa awal yaitu 3
gram.
Berdasarkan literatur titik leleh asam maleat yaitu 138C. tetapi dalam praktikum,
kami tidak melakukan pengukuran titik leleh asam maleat, hal ini dikarenakan waktu
praktikum yang kurang untuk melakukan pengukuran.
Pada proses sebelumnya sebagian asam maleat mengkristal dalam air, karena
kelarutan asam maleat dalam air adalah sekitar 44,1 g/100 g air pada 25C. Sebagian asam
maleat lainnya larut dalam air, yang kemudian digunakan untuk mengubah menjadi asam
fumarat. Mekanisme reaksi pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat sebagai berikut:

Pada percobaan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat, larutan filtrat
asam maleat dari proses sebelumnya ditambahkan HCl pekat dan direfluks perlahan-lahan.
Dalam hal ini HCl pekat berfungsi sebagai katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah
satu gugus karbonil sehingga ikatan rangkap pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi
rotasi pada ikatan tunggal, selanjutnya ikatan rangkap beresonansi kembali. Ion H+ dihasilkan
lagi dari reaksi pada tahap keempat.
Setelah dilakukan refluks mulai terbentuk endapan kristal asam fumarat dari
larutan panas. Larutan didinginkan pada suhu kamar dan direkristalisasi dengan air. Pada
tahap rekristalisasi digunakan air sebagai pelarut yang sesuai karena asam fumarat termasuk
senyawa yang polar sehingga akan larut dalam pelarut yang polar pula (like dissolve like).
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh rendemen asam fumarat sebesar90%.
Nilai rendemen ini menunjukkan tingkat efisiensi dari percobaan yang dilakukan. Dapat
dikatakan bahwa tingkat efisiensi pembentukan asam fumarat lebihtinggi daripada tingkat
efisiensi pembentukan asam maleat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kristal asam
fumarat yang terbentuk yaitu 1,81 gram. Hal ini juga dapat terjadi karena saat penyaringan
kristal dengan kertas saring, kristal yang terkumpul hampir tidak ada yang tertempel di
corong kimia, sehingga memiliki keakurasian yang tinggi, yaitu 90%.
Dari hasil pengukuran titik leleh diperoleh titik leleh asam fumarat yaitu90C.
Berdasarkan literatur asam fumarat menyublim pada suhu 287C. Dapat dikatakan bahwa
kristal yang meleleh itu kemungkinan adalah pengotor-pengotornya seperti asam maleat sisa.

Pembahasan 2

Anda mungkin juga menyukai