1
KATA PENGANTAR
Pertumbuhan penduduk secara pesat terutama di perkotaan umumnya berasal akibat dari
urbanisasi, tidak selalu dapat diimbangi oleh kemampuan pelayanan kota. Hal ini
mengakibatkan meluasnya lingkungan hunian atau permukiman kumuh di perkotaan.
Berdasarkan hasil pemutakhiran data kegiatan identifikasi permukiman kumuh yang telah
dilakukan pada tahun 2013-2014 oleh Direktorat Pengembangan Permukiman bersama
dengan Pemerintah Daerah, didapatkan jumlah luasan kawasan permukiman kumuh di
Indonesia sebesar 38.431 Ha (termasuk Provinsi DKI Jakarta).
Untuk itu, perlu diupayakan suatu penanganan yang lebih mendasar pada akar ataupun pokok
permasalahan timbulnya kekumuhan khususnya di perkotaan. Salah satunya adalah perlunya
penanganan yang terkoordinasi antar sektor melalui integrasi program dan kegiatan
penanganan permukiman kumuh melalui suatu sistem kegiatan kota dengan pelaksanaan
berbasis kawasan. Penanganan harus dilakukan secara berkelanjutan, dan pada akhirnya
dapat mewujudkan lingkungan hunian untuk perumahan dan permukiman yang layak huni,
sehat, aman, serasi dan teratur.
Berkaitan dengan hal di atas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
melaksanakan Kegiatan Penanganan Permukiman Kumuh dengan target tahun 2019 menjadi
zero slum atau bebas kumuh di perkotaan. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, diperlukan
perencanaan yang dirangkum dalam bentuk kegiatan penanganan permukiman kumuh.
Perencanaan ini dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan melibatkan
masyarakat. Dengan disusunnya Buku Panduan Pelaksanaan Penyusunan Rencana Kawasan
Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP Kumuh Perkotaan) akan digunakan sebagai acuan bagi
seluruh pihak dalam pelaksanaan kegiatan penanganan permukiman kumuh yang efektif,
efisien, terintegrasi dan sesuai dengan tata ruang.
Besar harapan, buku petunjuk panduan ini dapat bermanfaat bagi Kabupaten/Kota dan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dalam penanganan perumahan dan permukiman
kumuh perkotaan.
2
DAFTAR SINGKATAN
3
SDGs : Sustainable Development Goals
SKS : Survey Kampung Sendiri
SPAM : Sistem Pengelolaan Air Minum
SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja
SPPIP : Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
TPS3R : Tempat Pengolahan Sampah 3R
4
DAFTAR ISI
5
3.3 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN RKP KUMUH
PERKOTAAN .............................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 78
ANNEX ............................................................................................................................. 79
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 82
6
BAGIAN 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil pemutakhiran data kegiatan identifikasi permukiman kumuh yang telah
dilakukan pada tahun 2013-2014 oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman
bersama dengan Pemerintah Daerah, didapatkan jumlah luasan kawasan permukiman kumuh
di Indonesia sebesar 38.431 Ha (termasuk Provinsi DKI Jakarta). Luasan tersebut menjadi
baseline data yang telah disepakati antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
ditangani menjadi 0% luasan permukiman kumuh hingga tahun 2019. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan keterlibatan dan keterpaduan penanganan dari berbagai pemangku
kepentingan termasuk peran serta masyarakat.
7
pembinaan memiliki tugas menyusun: (i) menyusun Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP), (ii) menyusun Rencana
Kawasan Permukiman (RKP) sebagai pelaksanaan tahapan perencanaan dalam
penyelenggaraan permukiman dan (iii) menetapkan kawasan perumahan/permukiman kumuh
berdasarkan indikator dan kriteria sesuai karakteristik di wilayahnya masing-masing.
Berdasarkan kebijakan dan kondisi empiris di lapangan, diperlukan suatu rencana tindak
(action plan) penanganan permukiman kumuh pada kawasan dengan tipologi perkotaan.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman,
Direktorat Jenderal Cipta Karya akan memberikan fasilitas berupa pendampingan dalam
penyusunan Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKPKP) di Kabupaten/Kota
sebagai bentuk pembinaan kepada Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan rencana
penanganan permukiman kumuh di Kabupaten/Kota-nya masing-masing dengan harapan
sebagai berikut:
8
1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN
1.2.1 Maksud
Panduan Pelaksanaan Penyusunan Rencana Kawasan Kumuh Perkotaan (RKPKP)
disusun dengan maksud untuk memberikan panduan teknis bagi pemangku
kepentingan dalam penyusunan RKP Kumuh Perkotaan.
1.2.2 Tujuan
Panduan Pelaksanaan Penyusunan RKP Kumuh Perkotaan ini bertujuan:
memberikan pemahaman dasar mengenai RKP Kumuh Perkotaan;
memberikan acuan teknis mengenai penyelenggaraan penyusunan RKP Kumuh
Perkotaan; dan
memberikan acuan teknis baku mutu dari produk RKP Kumuh Perkotaan yang
dihasilkan.
1.2.3 Sasaran
Panduan Pelaksanaan Penyusunan RKP Kumuh Perkotaan memiliki sasaran:
tersedianya landasan memahami konsepsi penyusunan RKP Kumuh
Perkotaan;
tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan penyusunan RKP Kumuh
Perkotaan;
tercapainya standar baku mutu dari produk RKP Kumuh Perkotaan yang
dihasilkan.
9
Tim Pokjanis kabupaten/kota sebagai acuan dalam merumuskan RKP Kumuh
Perkotaan, baik dalam proses penyusunan maupun keluaran dari kegiatan
penyusunan RKP Kumuh Perkotaan.
Tim Ahli Pendamping sebagai acuan dalam memberikan pendampingan pada
anggota Pokjanis dan mengarahkan pada proses pelaksanaan kegiatan yang
seharusnya.
10
BAGIAN 2 PENDAHULUAN
11
RKP Kumuh Perkotaan merupakan dokumen rencana aksi penanganan permukiman kumuh
kota yang disusun oleh Pokjanis Kabupaten/Kota yang berisi rumusan strategi untuk
mewujudkan permukiman yang bebas kumuh, serta kebutuhan program dan investasi
penanganan permukiman kumuh. Dalam mewujudkan permukiman yang bebas kumuh
dokumen rencana aksi tersebut mencakup pula rencana pengembangan lingkungan hunian
yang layak dan terjangkau bagi penduduk di perkotaan untuk jangka waktu 5 tahun ke depan
atau hingga tercapainya target kota tanpa kumuh hingga tahun 2019.
RKP Kumuh Perkotaan merupakan dokumen perencanaan kegiatan penanganan dengan
lingkup/skala kawasan pada permukiman kumuh kawasan perkotaan yang bersifat
menyeluruh (komprehensif) dan terpadu, tidak hanya berupa rencana kegiatan penanganan
bersifat fisik namun mencakup juga kegiatan-kegiatan yang bersifat non-fisik (peningkatan
kapasitas/pemberdayaan, sosial dan ekonomi).
Rencana aksi penanganan permukiman kumuh kota terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu : (i)
strategi peningkatan kualitas perumahan dan permukiman melalui kegiatan pemugaran,
peremajaan kawasan permukiman kumuh dan/atau pemukiman kembali; dan (ii) strategi
pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh baru,
melalui pemberdayaan, pengawasan dan pengendalian.
Perumusan 2 (dua) strategi tersebut di atas harus mempertimbangkan permasalahan
ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan, kualitas bangunan, serta sarana dan
prasarana (jalan lingkungan, drainase, sanitasi dan air minum).
Mengapa Diperlukan RKP Kumuh Perkotaan?
RKP Kumuh Perkotaan diperlukan agar Pemerintah Daerah mampu menyusun dokumen
perencanaan yang komprehensif sebagai acuan dalam pencapaian penanganan permukiman
yang bebas kumuh. Dengan adanya Dokumen RKP Kumuh Perkotaan dapat diciptakan
keterpaduan program dan pembiayaan berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan
kewenangannya.
RKP Kumuh Perkotaan diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh dengan mengintegrasikan skala lingkungan sampai
dengan skala kawasan dan kawasan perkotaan. Sedangkan untuk pengelolaan sarana dan
prasarana yang terbangun dengan memampukan dan menumbuhkan kepedulian masyarakat
untuk memelihara dan menjaga lingkungan huniannya.
12
Keterpadauan program
Keberlanjutan
Pendekatan perencanaan yang komprehensif dalam penyusunan RKP Kumuh Perkotaan
adalah melakukan perencanaan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh meliputi
aspek sosial, ekonomi, fisik lingkungan.
Pendekatan pembangunan yang terintegrasi dalam penyusunan RKP Kumuh Perkotaan
adalah melakukan perencanaan pembangunan tersistem dari skala lingkungan, kawasan dan
kota.
Pendekatan keterpaduan program dalam penyusunan RKP Kumuh Perkotaan adalah
melakukan penyusunan rencana investasi pembangunan yang melibatkan semua sumber
pembiayaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan swasta.
Pendekatan keberlanjutan dalam penyusunan RKP Kumuh Perkotaan adalah melakukan
penyusunan rencana pengelolaan paskapembangunan dengan memastikan fungsi dan kualitas
lingkungan untuk kepentingan kualitas hidup masyarakat yang bermukim.
13
Gambar 1 Kedudukan RKP Kumuh Perkotaan dalam Rencana Pembangunan Daerah
14
2.3 IDENTIFIKASI DAN INDIKATOR PERMUKIMAN KUMUH
2.3.1 Identifikasi Permasalahan Kekumuhan
Identifikasi permasalahan kekumuhan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan
permasalahan kekumuhan pada obyek kajian yang difokuskan pada aspek kualitas fisik
bangunan dan infrastruktur keciptakaryaan pada suatu lokasi. Identifikasi permasalahan
kekumuhan dilakukan berdasarkan pertimbangan pengertian perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, persyaratan teknis sesuai ketentuan yang berlaku, serta standar
pelayanan minimal yang dipersyaratkan secara nasional. Atas dasar itu, maka identifikasi
permasalahan kekumuhan dilakukan pada beberapa indikator sebagai berikut.
1. Kondisi bangunan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Sebagian besar bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan bangunan,
dalam hal dimensi, orientasi, dan bentuk tapak maupun bangunan;
b. Lokasi memiliki kepadatan bangunan yang tinggi, yaitu tingginya jumlah
bangunan per hektar sesuai klasifikasi kota yang bersangkutan;
c. Sebagian besar bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis,
khususnya persyaratan teknis untuk hunian sederhana (sistem struktur,
pengamanan petir, penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan bahan bangunan).
2. Kondisi jalan lingkungan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan tidak memadai terhadap luas area,
artinya sebagian besar lokasi belum terlayani jalan lingkungan; serta
b. Sebagian besar kualitas jalan lingkungan yang ada kondisinya buruk, artinya
kerataan permukaan jalan yang tidak memadai bagi kendaraan untuk dapat
dilalui oleh kendaraan dengan cepat, aman dan nyaman.
3. Kondisi Drainase lingkungan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Sebagian besar jaringan drainase pada lokasi yang ada tidak mampu
mengatasi genangan minimal, yaitu genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm
selama 2 jam dan tidak lebih dari 2 kali setahun;
b. Cakupan pelayanan jaringan drainase yang ada tidak memadai terhadap luas
area, artinya sebagian besar lokasi belum terlayani jaringan drainase.
4. Kondisi penyediaan air minum dengan kriteria sebagai berikut :
a. Sebagian besar luas area memiliki sistem penyediaan air minum yang tidak
memenuhi persyaratan teknis, baik jaringan perpipaan yang terdiri dari unit air
baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan maupun
jaringan bukan perpipaan yang terdiri dari sumur dangkal, sumur pompa
tangan, bak penampung air hujan, terminal air, mobil tanki air, instalasi air
15
kemasan, atau bangunan perlindungan mata air; serta
b. Cakupan pelayanan penyediaan air minum yang ada tidak memadai
terhadap populasi, artinya sebagian besar populasi belum terpenuhi akses air
minum yang aman sebesar 60 liter/orang/hari.
5. Kondisi pengelolaan air limbah dengan kriteria sebagai berikut :
a. Sebagian besar luas area memiliki sistem pengelolaan air limbah yang tidak
memenuhi persyaratan teknis, baik sistem pengelolaan air limbah setempat
secara individual atau komunal, maupun sistem pengelolaan air limbah
terpusat; serta
b. Cakupan pelayanan pengolahan air limbah yang ada tidak memadai
terhadap populasi, artinya sistem pengolahan air limbah yang ada belum
mampu menampung timbulan limbah sebesar 5-40 liter/orang/hari.
6. Kondisi pengelolaan persampahan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Sebagian besar luas area memiliki sistem pengelolaan persampahan yang tidak
memenuhi persyaratan teknis, baik dalam hal pewadahan, pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan; serta
b. Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan yang ada tidak memadai
terhadap populasi, artinya sistem pengelolaan persampahan yang ada
belum mampu menampung timbulan sampah sebesar 0,3 kg/orang/hari.
7. Kondisi pengamanan kebakaran, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Sebagian besar luas area memiliki pasokan air untuk pemadaman yang tidak
memadai, baik dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam) maupun
buatan (tanki air, kolam renang, reservoir air, mobil tanki air dan hidran); serta
b. Sebagian besar luas area memiliki jalan lingkungan yang tidak memadai untuk
mobil pemadam kebakaran, yaitu jalan lingkungan dengan lebar jalan minimum
3,5 meter dan bebas dari hambatan apapun.
18
BAGIAN 3
KEGIATAN PENYUSUNAN RKP KUMUH
Persiapan
19
LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN
Merumuskan konsep dan strategi - Konsep dan strategi penanganan dan konsep
penanganan merupakan rencana pembangunan kawasan permukiman kumuh.
konseptual penataan kawasan
- Menyusun formulasi dan skenario
permukiman kumuh yang memuat tujuan
penanganan kumuh berdasarkan tingkat
penanangan kawasan permukiman
prioritas dan kerangka waktu (time frame)
kumuh (output dan outcome), tahapan
nya.
penanganan kawasan secara spasial,
langkah-langkah strategis yang dilakukan
beserta bentuk program-program
penanganan kawasan yang akan
dilakukan
Kolokium
Kolokium merupakan kegiatan monitoring - Kesamaan hasil dari produk RKP Kumuh
dan pengendalian yang dilakukan oleh Perkotaan yang dihasilkan oleh tiap
Satker Pengembangan Kawasan kabupaten/kota.
Permukiman dan Penataan Bangunan
- Tahapan konsultasi dan sinergitas kebijakan
(PKPPB)provinsi dan penyelenggara di
lintas sektor/ lintas level pemerintahan dalam
tingkat pusat terhadap proses
penanganan kumuh perkotaan.
penyusunan RKP Kumuh
22
LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN
dokumen-dokumen sistematis sebagai hasil
akhir.
- Publikasi kepada masyarakat terhadap
kebijakan dan strategi pemerintah dalam
penanganan kumuh.
23
LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN
strategi keterpaduan sektor ke-Cipta Karya-
an.
- Daftar rencana komponen pemenuhan
kebutuhan infrastruktur.
- Tata cara pengendalian tahapan pelaksanaan
dan pembiayaan tiap tahun.
- Peta Perencanaan Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh skala 1:5000 dan 1:1000
untuk jangka waktu tahun 2015-2019.
- Penyusunan detail desain teknis dalam
tahapan prioritas penanganan untuk
komponen infrastruktur yang dibutuhkan
(skala 1:100; 1:50) dan draft dokumen RKS.
BENTUK
UNSUR PERAN TUGAS DAN WEWENANG
KETERLIBATAN
Tingkat Pusat
26
BENTUK
UNSUR PERAN TUGAS DAN WEWENANG
KETERLIBATAN
- Memberikan arahan teknis
kepada Pokja RKP Kumuh
Perkotaan
- Memberikan rekomendasi
hasil penilaian kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota
27
BENTUK
UNSUR PERAN TUGAS DAN WEWENANG
KETERLIBATAN
Tingkat Provinsi
Tingkat Kabupaten/Kota
30
3.2 KELUARAN YANG DIHASILKAN
Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan RKP Kumuh Perkotaan meliputi 5 (lima)
dokumen, yaitu:
1. Dokumen Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan;
2. Dokumen Rencana Aksi Masyarakat;
3. Dokumen Penyelenggaraan Kegiatan (Proceeding Kegiatan);
4. Dokumen Rencana Detail Desain (DED);
5. Dokumen Proses:
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Antara
c. Laporan Draft Akhir
d. Laporan Akhir
dengan rincian muatan tiap dokumen sebagai berikut:
1. Dokumen Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKPKP)
31
perencanaan 1:1.000).
- Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan,
rencana aksi program dalam skala :
a) 1:100, 1: 50 (Untuk DED kawasan prioritas)
b) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas)
c) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama)
32
- Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan.
33
Gambar 2 Tahapan Penyusunan RKP Kumuh Perkotaan
34
3.3 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN RKP KUMUH
PERKOTAAN
1. TAHAP PERSIAPAN
1.1. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan
Permukiman, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum pada awal pelaksanaan penyusunan RKP
Kumuh Perkotaan.
35
Pelaksana Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, DJCK
Peserta - Pokjanis
- TA Pendamping
- Koordinator Kota pemberdayaan masyarakat.
- Tim Teknis/Satker di lingkungan CK Provinsi
- Narasumber
- KMP
- Korpus
36
Semua pemangku kepentingankota/kabupaten yang melakukan kegiatan penyusunan RKP
Kumuh Perkotaan, meliputi:
Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis)
Tim Teknis Provinsi
Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman
Provinsi
Satuan Kerja Provinsi di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tenaga Ahli Pendamping
Bila diperlukan dapat mengundang narasumber dari Pusat yaitu Koordinator Pusat dan/atau
Atau narasumber yang berasal dari akademisi, pemerhati permukiman atau tokoh penggerak
permukiman di tingkat lokal.
Durasi minimal 1 (satu) hari pada bulan ke-1 (satu) setelah SPMK Tim Tenaga
Ahli, (setelah dilakukan kegiatan sosialisasi)
*) waktu pelaksanaan ditentukan kemudian oleh masing-masing Satker
Provinsi.
37
Tempat pelaksanaan ditentukan oleh masing-masing Satker Provinsi.
38
- Pokjanis
- TA Pendamping
39
Bupati/Walikota.
- Peta deliniasi kawasan permukiman kumuh skala 1:5.000
- Berita acara/kesepakatan
Pelaksana - Pokjanis
- TA Pendampingan
40
- Tokoh/Unsur Masyarakat
Pada BKM/KSM eksisting yang telah siap untuk melaksanakan kegiatan penyusnan RKP KP,
maka perlu dibentuk Tim Inti Perencanaan Partisipatif. Tim ini terdiri dari perwakilan
komponen yang ada di masyarakat dan orang-orang tertentu yang dianggap mau dan mampu
mengorganisir anggota masyarakat lainnya. Tim ini akan bertugas untuk menjadi pelaku
utama penyelenggaraan penyusunan RKP KP di tingkat masyarakat.
Pada Kabupaten/Kota yang lokasi sasarannya tidak sedang mendapatkan fasilitasi
pendampingan P2KP, Pokjanis diharapkan segera berkoordinasi dengan pemangku
kepentingan lainnya terkait dengan penyediaan tenaga Fasilitator Pendamping
Masyarakat.Kondisi ini karena peran Fasilitator Pendamping Masyarakat sangat penting dalam
pendampingan penyelenggaran penyusuan RKP KP di tingkat masyarakat agar kualitas RKP KP
yang dihasilkan tetap baik dan sesuai kaidah yang ditentukan.
Pelaksana - Pokjanis
- TA Pendamping
42
update kondisi terkini kawasan permukiman kumuh.
- Untuk mendapatkan daftar kawasan priorias penanganan
Pelaksana - Pokjanis.
- TA Pendamping.
43
Gambar 3 Contoh peta sebaran kumuh
44
Gambar 4 Contoh peta delineasi kawasan kumuh
45
Gambar 5 Contoh peta tematik permasalahan permukiman
46
2.3. Survey Kampung Sendiri
Survei Kampung Sendiri (SKS) adalah tahapan atau upaya masyarakat di lokasi tersebut untuk
memetakan lingkungan permukimannya secara mandiri, sehingga apa yang kurang terpenuhi
di lingkungannya dapat terlihat jelas. Dalam SKS dilakukan pengumpulan data dan informasi
mengenai kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik infrastruktur permukiman sampai dengan
permasalahan yang dihadapi.
Data dan Informasi yang akan digali melalui Survey Kampung Sendiri (SKS) ini adalah:
a. Kondisi Wilayah
47
Survey / pengumpulan data primer:
o Data permasalahan kekumuhan (fisik infrastruktur permukiman) (by name by
address):
Data kondisi bangunan
Data kondisi jalan lingkungan
Data kondisi drainase lingkungan
Data kondisi penyediaan air minum
Data Kondisi pengelolaan air limbah
Data kondisi pengelolaan persampahan
Data kondisi pengamanan kebakaran
Data dan kondisi sarana dan prasarana permukiman lainnya.
o Data Nonfisik
Data kepadatan penduduk
Data potensi sosial ekonomi
o Data identifikasi legalitas lahan
Pembuatan peta tematik permukiman, yang berisi:
Tata letak tapak, status tanah dan status penguasaan, peta kondisi rumah dan
perumahan, peta jaringan dan profil kondisi prasarana dan sarana permukiman yang
ada, peta sebaran banjir, kondisi dan permasalahan sarana dan prasarana;
b. Kondisi Demografi, dilakukan dengan: pengumpulan data dan pemutakhiran data
kependudukan pengumpulan data sosial masyakarat seperti tingkat pendidikan, strata
ekonomi, sejarah permukiman, dan sebagainya.
48
3. TAHAP KAJIAN DAN PERUMUSAN I
PELAKSANA - Pokjanis
- TA Pendamping
Pemutakhiran profil kawasan kumuh kota dilakukan untuk menyusun Profil permukiman
kumuh pada kawasan perkotaan dalam bentuk :
Pemutakhiran hasil verifikasi kebutuhan Data dan Peta yang perlu dilengkapi dalam
melakukan menyusun Profil Permukiman Kumuh yang dimaksud.
Pemutakhiran data dan peta hasil kegiatan survey kampung sendiri.
Pemutakhiran dengan menggabungkan hasil kedua overview kebijakan dan program
penanganan permukiman kumuh perkotaan pada skala lingkungan dan skala kawasan
terkait.
50
Kelengkapan peta (SHP) yang dibutuhkan dalam penyusunan peta profil sebagai berikut:
13 Peta tata guna lahan pada area rencana penanganan kawasan 1 : 5000
kumuh kota
51
Penilaian Kampung Sendiri. Kegiatan ini berupa menyusun daftar permasalahan dan pemetaan
kondisi permukiman serta menyusun akar masalah permukiman untuk mendapatkan
pendekatan dan metode penanganan yang tepat.
TUJUAN Merumuskan konsep dan strategi penanganan dan serta indikasi program-
program penanganan kawasan permukiman kumuh
52
METODE Analisis SWOT, Diskusi
Pelaksana - Pokjanis
- TA Pendamping
- Perwakilan masyarakat
- Narasumber (Perguruan tinggi, pemerhati permukiman, dll.)
53
3.4. Penyusunan Prioritas Kebutuhan
Dengan memperhatikan arahan dan hasil kegiatan 3.3. Penyusunan Konsep dan Strategi
Penanganan Kumuh, masyarakat menyusun prioritas masalah serta prioritas alternatif
pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan penanganan permukiman kumuh di
lingkungannya.
Hasil penyusunan priortias kebutuhan masyarakat ini akan menjadi salah satu bahan masukan
bagi Pokjanis dalam kegiatan 3.5. Penyusunan Program dan Kegiatan.
54
METODE Analisis konsep dan strategi, FGD
Pelaksana - Pokjanis
- TA Pendamping
- Perwakilan masyarakat
55
- Narasumber (Akademisi, pemerhati permukiman, dll.)
56
- Rumusan potensi kerjasama pembangunan permukiman.
57
- Melakukan penyusunan memorandum rencana pembangunan sektor
CK terkait penanganan permukiman kumuh tahun 2016 2019.
- Melakukan penyusunan indikasi penyusunan DED kawasan priroritas.
58
LANGKAH - Mengkompilasi dan menganalisis seluruh dokumen hasil-hasil kegiatan
di masyarakat mulai dari tahap identidikasi hingga perumusan.
- Membuat draft dokumen CAP.
59
METODE FGD
Pelaksana - Pokjanis
PELAKSANA - Pokjanis
- TA Pendamping
61
5. TAHAP KOLOKIUM
5.1. Kolokium
Kolokium merupakan upaya pendampingan dari pusat untuk memastikan kualitas proses dan
substansi yang telah dan dalam proses penyusunan sesuai dengan metodologi pelaksanaan.
Tim Tenaga Ahli bersama dengan Tim Teknis Pemeritah Kabupaten/Kota akan memberikan
pelaporan kemajuan pencapaian kegiatan maupun hasil kesepakatan di daerah dalam
penyusunan pekerjaan ini. Kolokium akan dilaksanakan dengan waktu dan tempat yang akan
ditentukan selanjutnya.
Pada bulan kelima penyelenggaraan kegiatan, akan diselenggarakan Kolokium yang wajib
diikuti oleh Tenaga Ahli Pendamping dan Pokjanis. Dalam rangkaian kegiatan RKP Kumuh,
kegiatan ini menjadi bagian proses monitoring dan evaluasi oleh Satker Pengembangan
Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan (PKPPB) Provinsi dan penyelenggara di tingkat
pusat terhadap proses penyusunan RKP Kumuh.
TUJUAN Memonitor pencapaian dari kegiatan penyusunan RKP Kumuh yang dilakukan
di setiap kabupaten/kota
LANGKAH LANGKAH - Menyiapkan materi paparan dan pembahasan capaian RKP KP meliputi
bahan tayangan dan materi visualisasi yang telah disusun, serta
dikoordinasikan bersama Tim Teknis Provinsi.
- Mengikuti kegiatan kolokium dengan memaparkan hasil-hasil penyusunan
RKP KP kepada para pemangku kepentingan terkait
- Merumuskan langkah perbaikan berdasarkan masukan terhadap
62
pencapaian kegiatan RKP KP dari pelaksanaan kolokium
OUTPUT - Kesamaan hasil dari produk RKP KP yang dihasilkan oleh tiap
kabupaten/kota
- Hasil evaluasi terhadap proses yang telah dilakukan
BENTUK Workshop
DURASI Minimal 1 (satu) hari pada akhir bulan ke-5 setelah SPMK .
63
- Melakukan diskusi untuk mendapatkan masukan-masukan
terhadap muatan RKP Kumuh Perkotaan
- Melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap capaian
kegiatan RKP Kumuh Perkotaan berdasarkan masukan dari
konsultasi.
PENYELENGGARA - Pokjanis
64
6. TAHAP FINALISASI PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN
65
- Meningkatkan kesadaran, pemahaman dan komitmen bersama tentang tugas dan
wewenang masing-masing pemangku kepentingan dalam upaya melakukan pengurangan
dan/atau penghapusan luasan kawasan permukiman kumuh perkotaan.
- Perkuatan pemerintah kabupaten/kota melalui pelibatan aktif dalam proses penanganan
permukiman kumuh guna mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
- Peningkatan kapasitas bagi komunitas permukiman kumuh (kelompok masyarakat
KSM/BKM) untuk lebih berperan dan memampukan diri dalam menangani permukiman
kumuh di lingkungannya melalui penyusunan rencana aksi yang partisipatif (community
action plan/CAP).
- Keberlanjutan penanganan kawasan kumuh perkotaan yang dapat diselenggarakan sendiri
oleh kelompok swadaya masyarakat bersama dengan pemerintah kabupaten/kota
setempat baik dalam skala lingkungan/kawasan dan skala kota.
Sasaran
- Tersedianya Dokumen RKP Kumuh Perkotaan sebagai acuan pelaksanaan penanganan
kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders) pelaksanaan
penyelenggaran penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang menyeluruh,
tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system).
66
- Tersedianya strategi penanganan kumuh secara spasial dan tipologi kawasan, indikasi
program dan kegiatan penanganan kawasan kumuh perkotaan oleh seluruh pelaku, dan
nota kesepakatan bersama bagi seluruh pelaku dalam pengendalian pembangunan
bersama selama jangka waktu berjalan (2015-2019).
- Tersedianya Rencana Kegiatan Aksi Komunitas/CAP (community action plan) sebagai
bentuk perkuatan kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota dan kelompok masyarakat
(komunitas masyarakat/BKM/KSM) untuk dapat lebih aktif terlibat dalam menangani
permukiman kumuh di lingkungannya. Dokumen CAP masing-masing permukiman kumuh
disusun dan dicetak terpisah namun satu kesatuan sebagian bagian RKP Kumuh Perkotaan
Kabupaten/Kota.
- Tersedianya Dokumen Rencana Aksi (Action Plan), Peta Perencanaan skala 1:1000 dan
1:5000, Dokumentasi Visual dan Visualisasi 3 dimensi Dokumen Perencanaan, serta adopsi
rencana penanganan kumuh kegiatan tahun pertama (2015) sebagai bagian dari RKP
secara keseluruhan.
67
- Rencana aksi program penanganan permukiman pada kawasan
prioritas selama 5 tahun.
- Memorandum Program Sektor CK.
- Rencana Penanganan Tahun 1.
- Kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada
tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara
lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala
perencanaan 1:1.000);
- Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan,
rencana aksi program dalam skala :
a) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas)
b) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama)
68
- Potensi dan permasalahan permukiman di lingkungannya.
- Konsep dan Strategi penanganan kumuh di lingkungannya.
- Rencana aksi program penanganan kumuh selama 5 tahun.
- Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan,
rencana aksi program di lingkungannya dalam skala 1 : 1000.
69
GLOSSARY
Analisis SWOT
Metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
perencanaan pembangunan/ proyek
Infrastruktur Perkotaan
Prasarana, sarana, dan utilitas umum yang berupa penyediaan air minum kota,pengelolaan air
limbah, sistem persampahan, sistem drainase kota, tatabangunan dan lingkungan, penyediaan
dan pemanfaatan prasarana sarana jaringan jalan, jaringan jalan pejalan kaki, serta jalur
evakuasibencana.
Indikator
Penetapan kriteria untuk mengukur dan menjamin terpenuhinya pencapaian program atau
kegiatan.
Kawasan Permukiman
Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasanperkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Kawasan Perkotaan
Wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunanfungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kebijakan
Arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/ Daerah untuk mencapai tujuan.
71
Kegiatan
Bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansisebagai bagian dari
pencapaian sasaran terukur, dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya
baik sumber daya manusia, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan untuk
menghasilkan keluaran dalam bentuk barang ataupun jasa.
Kriteria
Ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan dalam pemilihan kawasan, dimana
ukuran tersebut didasarkan pada tinjauan akademis dan menjadi kesepakatan semua pihak
yang terkait.
Kolokium
Pertemuan keahlian di antara para penyusun RKP Kumuh Perkotaan untuk dapat saling belajar
satu sama lain sehingga dapat semakin memperkaya hasil yang dicapai.
Konsultasi Publik
Suatu mekanisme pembahasan dengan melibatkan masyarakat luas agarsemua pemangku
kepentingan di suatu kota/kabupaten dapat diberdayakandan dikembangkan kemampuannya
untuk memberikan peran aktif dandinamis dalam proses pengambilan keputusan dan
perumusan RKP KP yang secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh
kepadakehidupan mereka.
Konsep Penanganan
Kerangka imajiner yang menggambarkan upaya penanganan kawasan berdasarkan potensi
dan persoalan eksisting.
Perumahan
Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal ataulingkungan hunian
yang dilengkapi prasarana, sarana, dan utilitas lingkungan.
Permukiman
Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasanperkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempattinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukungperikehidupan dan penghidupan (terkait dengan adanya
jalinan ekonomi,sosial, politik, dan budaya)
Penataan Ruang
Suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, danpengendalian
pemanfaatan ruang.
Perencanaan Pembangunan
Suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur
pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan da npengalokasian sumber daya yang
ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah
dalam jangka waktu tertentu.
Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karenaketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang tidak memenuhisyarat.
Pemangku Kepentingan
Pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
73
Perencanaan
Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif adalah suatu proses untuk menghasilkan rencana yang dilakukan
oleh semua pihak yang terkait dengan bidang yang direncanakan secara bersama sama
(partisipatif) dan terbuka yang dimulai dari penjajagan kebutuhan/permasalahan dan potensi
sampai dengan penentuan program/kegiatan. Dalam hal ini obyek utama perencanaan adalah
penanganan permukiman kumuh.
Program
Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan sertamemperoleh alokasi anggaran,
atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
74
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Rencana penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana permukimankota/kabupaten
yang disusun dengan keterpaduan penanganan fisik danbukan fisik untuk mendukung
perwujudan wilayah perkotaan yang bersifat multisektor, multi tahun, dan multi sumber
pembiayaan.
75
ruangwilayah kabupaten/kota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota.
Strategi
Langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visidan misi.
Strategi setidaknya memenuhi beberapa hal sebagai berikut
Mampu merespon semua target yang ada
76
Mengadopsi harapan dan kepentingan dari semua kelompok pemangkukepentingan yang
relevan
Tidak menimbulkan konflik
Keputusan-keputusan yang diambil terkait dengan strategi salingmemperkuat satu sama
lain
Memiliki keterkaitan dengan lingkungannya
Dapat direalisasikan
Berjalan sesuai dengan hasil maupun dampak lainnya sebagaimana yangdiinginkan
Sosialisasi
Kegiatan atau upaya untuk menyebarluaskan wawasan RKP Kumuh Perkotaan sebagai alat
untuk mengarahkan pembangunan permukiman dan infrastrukturpermukiman perkotaan
berbasis kawasan yang lebih terpadu.
77
DAFTAR PUSTAKA
78
ANNEX
AUBSTANSI
BAGIAN I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan dan Sasaran
3. Ruang Lingkup
4. Kedudukan RKP Kumuh Perkotaan dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan
5. Rangkuman proses penyusunan RKP Kumuh Perkotaan
6. Sistematika penyusunan dokumen
BAGIAN II
KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN
Pada bagian ini penyusunan Dokumen RKP Kumuh Perkotaan mencerminkan karakter dan
kekhasan penanganan kawasan kumuh di masing-masing kabupaten/kota yang telah di-
overview. Rumusan bagian ini lebih menggambarkan dan memaparkan secara jelas rumusan
kebijakan penanganan kumuh perkotaan sebagai berikut:
1. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan
2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan
3. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan
BAGIAN III
79
PROFIL PERMUKIMAN KUMUH
Penajaman dari kondisi lebih mutakhir dari profil permukiman kumuh yang akan dilakukan
penanganan. Penajaman Profil Permumiman Kumuh ini mencakup:
1. Sebaran dan Gambaran Umum Kawasan-kawasan Kumuh Kota
2. Profil Kawasan Kumuh Perkotaan
3. Profil Kawasan Kumuh Priroritas Penanganan
BAGIAN IV
KONSEP DAN STRATEGI PENANGAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN
Bagian ini menjelaskan alur dan arah penyusunan Dokumen RKP Kumuh Perkotaan sebagai
suatu strategi pencapaian pada akhirnya berupa Kota bebas kumuh. Bagian ini mencakup:
1. Konsep Strategis Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh Perkotaan
2. Stategi Penanganan dan skenario pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian Kota
Bebas Kumuh.
3. Kriteria dan Indikator Penentuan Kawasan Pembangunan Tahap1
4. Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1
BAGIAN IV
PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGANAN KUMUH PERKOTAAN
Bagian ini menjelaskanturunan dari konsep dan strategi penanganan kumuh kota serta hasil
penyusunan dokumen-dokumen Memorandum Program sebagai berikut:
1. Kebutuhan Penanganan Permukiman Kumuh Kota
2. Program dan Kegiatan Penanganan Kumuh Komprehensif dalam Pembangunan
Lingkungan Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam Pencegahan Tumbuhnya Kumuh
Baru.
3. Program Penanganan dan Kegiatan Pembangunan Kapasitas (capacity building).
4. Program Penanganan dan Kegiatan Pembangunan Lingkungan Permukiman.
80
5. Program Penanganan dan Kegiatan Pembangunan Sosial dan
6. Program Penanganan dan Kegiatan Pembangunan Ekonomi.
BAGIAN VI
RENCANA AKSI PENANGANAN KUMUH PERKOTAAN 2015-2019;
Merupakan bagian yang akan memuat Dokumen Rencana Aksi Penanganan Kumuh Perkotaan
2015-2019 (Memorandum Program) berupa Rencana Program dan Rencana Investasi pada
lingkup penanganan skala lingkungan, kawasan dan kota secara bersama oleh seluruh
stakeholders.Bagian ini mencakup:
1. Rencana Aksi Penanganan kumuh Perkotaan 2015-2019.
2. Memorandum Program Sektor CK.
3. Rencana Aksi Komunitas.
BAGIAN V
RENCANA DETAIL DESAIN KAWASAN PENANGANAN PRIORITAS
1. Rencana Pembangunanan Penanganan Permukiman Tahap I.
2. Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) Kawasan Penanganan Prioritas
81
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
INDIKATOR DAN KRITERIA PERMUKIMAN KUMUH
83
3. Kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan
tidak membahayakan penghuni;
4. Tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
5. Kualitas bangunan; dan
6. Kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
Persyaratan dalam penetapan lokasi di atas memberikan landasan yang wajib dipatuhi, bahwa
lokasi perumahan dan permukiman kumuh sebaiknya:
1. Memperhatikan RTRW Nasional, RTRW Propinsi serta RTRW Kabupaten/Kota, yang berarti
sesuai dengan arahan lokasi permukiman yang telah ditetapkan dalam RTRW terkait;
2. Sesuai dengan rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah ditetapkan dalam
rencana detail tata ruang wilayah, maupun menurut Peraturan Menteri PU No. 06/2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
3. Memiliki prasarana dan sarana dasar serta utilitas umum yang baik kondisi dan kualitasnya,
atau minimal memenuhi Permen PU No. 14/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum
(SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
4. Memenuhi kesesuaian koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien lantai bangunan (KLB)
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh setiap daerah, atau berpedoman pada SNI 03
1733 2004 tentang Tata cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan;
5. Memenuhi kualitas bangunan yang baik sesuai dengan SNI yang terkait;
6. Memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dapat berkesinambungan.
Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului proses
pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.
Proses pendataan meliputi proses :
a. Identifikasi lokasi; dan
b. Penilaian lokasi
Gambar Skema Penetapan Lokasi
84
IDENTIFIKASI PENILAIAN LEGALISASI
LOKASI LOKASI DAFTAR LOKASI
PROSEDUR PENDATAAN
85
Secara umum pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Tabel Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
No Tipologi Batasan
1 Perumahan kumuh dan Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh berada di atas air, baik daerah pasang surut, rawa,
di atas air sungai ataupun laut
2 Perumahan kumuh dan Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh berada tepi badan air (sungai, pantai, danau, waduk
di tepi air dan sebagainya), namun berada diluar Garis Sempadan
Badan Air
3 Perumahan kumuh dan Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh berada didaerah dataran rendah dengan kemiringan
di dataran rendah lereng < 10%
4 Perumahan kumuh dan Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh berada didaerah dataran tinggi dengan kemiringan
di perbukitan lereng > 10% dan < 40%
5 Perumahan kumuh dan Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh terletak didaerah rawan bencana alam, khususnya
di daerah rawan bencana bencana alam tanah longsor, gempa bumi dan banjir
Sumber : Rapermen PU tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kualitas Terhadap Permukiman
Kumuh Perkotaan
D. Penilaian Lokasi
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi yang telah dilakukan terhadap
aspek berikut:
1. Kondisi Kekumuhan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas klasifikasi :
a. Kumuh kategori ringan;
b. Kumuh kategori sedang; dan
c. Kumuh kategori berat;
2. Legalitas Lahan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi :
a. Status lahan legal; dan
86
b. Status lahan tidak legal
3. Pertimbangan Lain
Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas :
a. Pertimbangan lain kategori rendah;
b. Pertimbangan lain kategori sedang; dan
c. Pertimbangan lain kategori tinggi.
D. Identifikasi Lokasi
1. Identifikasi Satuan Perumahan dan Permukiman
Identifikasi satuan perumahan dan permukiman merupakan tahap identifikasi untuk
menentukan batasan atau lingkup entitas perumahan dan permukiman dari setiap
lokasi dalam suatu wilayah kabupaten/kota. Penentuan satuan perumahan dan
permukiman untuk perumahan dan permukiman dilakukan dengan pendekatan
administratif.
2. Identifikasi Kondisi Kekumuhan
Identifikasi kondisi kekumuhan merupakan upaya untuk menentukan tingkat
kekumuhan pada suatu perumahan dan permukiman dengan menemukenali
permasalahan kondisi bangunan gedung beserta sarana dan prasarana pendukungnya.
Identifikasi kondisi kekumuhan dilakukan berdasarkan kriteria perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.
3. Identifikasi Legalitas Lahan
Identifikasi legalitas lahan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan status
legalitas lahan pada setiap lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagai
dasar yang menentukan bentuk penanganan.
Identifikasi legalitas lahan meliputi aspek :
a. Kejelasan Status Penguasaan Lahan
Kejelasan status penguasaan lahan berupa :
- Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak atas tanah atau
bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau
- Kepemilikan pihak lain (termasuk milik adat/ulayat), dengan bukti izin
pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah
dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau
pemilik tanah dengan pengguna tanah.
87
b. Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang
Kesesuaian dengan rencana tata ruang merupakan kesesuaian terhadap
peruntukan lahan dalam rencana tata ruang, dengan bukti Surat Keterangan
Rencana Kabupaten/Kota (SKRK).
88
Tabel Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan
No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
A. Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)
Tidak memenuhi 76% - 100% 5
1. Kondisi Bangunan a. Ketidakteraturan ketentuan tata bangunan bangunan pada lokasi
Gedung Bangunan dalam RDTR, meliputi tidak memiliki
pengaturan bentuk, keteraturan
besaran, perletakan, dan 51% - 75% bangunan 3
tampilan bangunan pada pada lokasi tidak
suatu zona; dan/atau memiliki keteraturan
Tidak memenuhi 25% - 50% bangunan 1
ketentuan tata bangunan pada lokasi tidak
dan tata kualitas memiliki keteraturan
lingkungan dalam RTBL,
meliputi pengaturan blok
bangunan, kapling,
bangunan, ketinggian dan
elevasi lantai, konsep
identitas lingkungan,
konsep orientasi
lingkungan, dan wajah
jalan.
KDB melebihi ketentuan 76% - 100%
b. Tingkat Kepadatan RDTR, dan/atau RTBL bangunan memiliki 5
Bangunan KLB melebihi ketentuan kepadatan tidak
dalam RDTR, dan/atau sesuai ketentuan
RTBL; dan/atau 51% - 75% bangunan 3
Kepadatan bangunan memiliki kepadatan
yang tinggi pada lokasi, tidak sesuai
yaitu : ketentuan
o Untuk kota 25% - 50% bangunan 1
metropolitan dan memiliki kepadatan
kota besar 250 tidak sesuai
unit/Ha ketentuan
o Untuk kota sedang
dan kota kecil 200
unit/Ha
Kondisi bangunan pada 76% - 100% 5
c. Ketidaksesuaian lokasi tidak memenuhi bangunan pada lokasi
dengan Persyaratan persyaratan : tidak memenuhi
Teknis Bangunan Pengendalian dampak persyaratan teknis
lingkungan 51% - 75% bangunan 3
Pembangunan bangunan pada lokasi tidak
gedung di atas dan/atau memenuhi
di bawah tanah, air persyaratan teknis
89
No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
dan/atau 25% - 50% bangunan 1
prasarana/sarana umum pada lokasi tidak
Keselamatan bangunan memenuhi
gedung persyaratan teknis
Kenyamanan bangunan
gedung
Kemudahan bangunan
gedung
Sebagian lokasi perumahan 76% - 100% area 5
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan atau permukiman tidak tidak terlayani oleh
Lingkungan Jalan Lingkungan terlayani dengan jalan jaringan jalan
lingkungan yang sesuai lingkungan
dengan ketentuan teknis 51% - 75% area tidak 3
terlayani oleh
jaringan jalan
lingkungan
25% - 50% area tidak 1
terlayani oleh
jaringan jalan
lingkungan
Sebagian atau seluruh jalan 76% - 100% area 5
b. Kualitas Permukaan lingkungan terjadi kerusakan memiliki kualitas
JalanLingkungan permukaan jalan pada lokasi permukaan jalan
perumahan atau yang buruk
permukiman 51% - 75% area 3
memiliki kualitas
permukaan jalan
yang buruk
25% - 50% area 1
memiliki kualitas
permukaan jalan
yang buruk
Masyarakat pada lokasi 76% - 100% populasi 5
3. Kondisi a. Ketidaktersediaan perumahan dan tidak dapat
Penyediaan Air Akses Aman Air permukiman tidak dapat mengakses air
Minum Minum mengakses air minum yang minum yang aman
memiliki kualitas tidak 51% - 75% populasi 3
berwarna, tidak berbau, dan tidak dapat
tidak berasa mengakses air
minum yang aman
25% - 50% populasi 1
tidak dapat
mengakses air
minum yang aman
Kebutuhan air minum 76% - 100% populasi 5
b. Tidak Terpenuhinya masyarakat pada lokasi tidak terpenuhi
90
No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
Kebutuhan Air perumahan atau kebutuhan air
Minum permukiman tidak mencapai minum minimalnya
minimal sebanyak 60 3
51% - 75% populasi
liter/orang/hari
tidak terpenuhi
kebutuhan air
minum minimalnya
25% - 50% populasi 1
tidak terpenuhi
kebutuhan air
minum minimalnya
Jaringan drainase lingkungan 76% - 100% area 5
4. Kondisi Drainase a. Ketidakmampuan tidak mampu mengalirkan terjadi genangan >
Lingkungan Mengalirkan limpasan air sehingga 30cm, > 2 jam dan >
Limpasan Air menimbulkan genangan 2 x setahun
dengan tinggi lebih dari 30 51% - 75% area 3
cm selama lebih dari 2 kali terjadi genangan >
setahun 30cm, > 2 jam dan >
2 x setahun
25% - 50%area 1
terjadi genangan >
30cm, > 2 jam dan >
2 x setahun
Tidak tersedianya saluran 76% - 100% area 5
b. Ketidaktersediaan drainase lingkungan pada tidak tersedia
Drainase lingkungan perumahan atau drainase lingkungan
permukiman, yaitu saluran 51% - 75% area tidak 3
tersier dan/atau saluran tersedia drainase
lokal lingkungan
25% - 50% area tidak 1
tersedia drainase
lingkungan
c. Ketidakterhubunga Saluran drainase lingkungan 76% - 100% drainase 5
n dengan Sistem tidak terhubung dengan lingkungan tidak
Drainase Perkotaan saluran pada hirarki di terhubung dengan
atasnya sehingga hirarki di atasnya
menyebabkan air tidak 51% - 75% drainase 3
dapat mengalir dan lingkungan tidak
menimbulkan genangan terhubung dengan
hirarki di atasnya
25% - 50% drainase 1
lingkungan tidak
terhubung dengan
hirarki di atasnya
d. Tidak Tidak dilaksanakannya 76% - 100% area 5
Terpeliharanya pemeliharaan saluran memiliki drainase
Drainase drainase lingkungan pada lingkungan yang
91
No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
lokasi perumahan atau kotor dan berbau
permukiman,baik : 51% - 75% area 3
Pemeliharaan rutin ; memiliki drainase
dan/atau lingkungan yang
Pemeliharaan berkala kotor dan berbau
25% - 50% area 1
memiliki drainase
lingkungan yang
kotor dan berbau
e. Kualitas Konstruksi Kualitas konstruksi drainase 76% - 100% area 5
Drainase buruk, karena berupa galian memiliki kualitas
tanah tanpa material pelapis konstruksi drainase
atau penutup maupun lingkungan buruk
karena telah terjadi 51% - 75% area 3
kerusakan memiliki kualitas
konstruksi drainase
lingkungan buruk
25% - 50% area 1
memiliki kualitas
konstruksi drainase
lingkungan buruk
a. Sistem Pengelolaan Pengelolaan air limbah pada 76% - 100% area 5
5. Kondisi Air Limbah Tidak lokasi perumahan atau memiliki sistem air
Pengelolaan Sesuai Standar permukiman tidak memiliki limbah yang tidak
Air Limbah Teknis sistem yang memadai, yaitu sesuai standar teknis
kakus/kloset yang tidak 51% - 75% area 3
terhubung dengan tangki memiliki sistem air
septik baik secara limbah yang tidak
individual/domestik, sesuai standar teknis
komunal maupun terpusat. 25% - 50% area 1
memiliki sistem air
limbah yang tidak
sesuai standar teknis
Kondisi prasarana dan 76% - 100% area 5
b. Prasarana dan sarana pengelolaan air memiliki sarpras air
Sarana Pengelolaan limbah pada lokasi limbah tidak sesuai
Air Limbah Tidak perumahan atau persyaratan teknis
Sesuai Dengan permukiman dimana : 51% - 75% area 3
Persyaratan Teknis Kloset leher angsa memiliki sarpras air
tidak terhubung limbah tidak sesuai
dengan tangki persyaratan teknis
septik; 25% - 50% area 1
Tidak tersedianya memiliki sarpras air
sistem pengolahan limbah tidak sesuai
limbah setempat persyaratan teknis
atau terpusat
92
No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
Prasarana dan Sarana 76% - 100% area 5
6. Kondisi a. Prasarana dan Persampahan pada lokasi memiliki sarpras
Pengelolaan Sarana Persampahan perumahan atau pengelolaan
Persampahan Tidak Sesuai Dengan permukiman tidak sesuai persampahan yang
Persyaratan Teknis dengan persyaratan teknis, tidak memenuhi
yaitu : persyaratan teknis
Tempat sampah 51% - 75% area 3
dengan pemilahan memiliki sarpras
sampah pada skala pengelolaan
domestik atau persampahan yang
rumah tangga; tidak memenuhi
Tempat persyaratan teknis
pengumpulan 25% - 50% area 1
sampah (TPS) atau memiliki sarpras
TPS 3R (reduce, pengelolaan
reuse, recycle) persampahan yang
pada skala tidak memenuhi
lingkungan; persyaratan teknis
Gerobak sampah
dan/atau truk
sampah pada skala
lingkungan; dan
Tempat
pengolahan
sampah terpadu
(TPST) pada skala
lingkungan
Pengelolaan persampahan 76% - 100% area 5
b. Sistem Pengelolaan pada lingkungan perumahan memiliki sistem
Persampahan yang atau permukiman tidak persampahan tidak
Tidak Sesuai Standar memenuhi persyaratan sesuai standar
Teknis sebagai berikut : 51% - 75% area 3
Pewadahan dan memiliki sistem
pemilahan persampahan tidak
domestik; 1
sesuai standar
Pengumpulan 25% - 50% area
lingkungan; memiliki sistem
Pengangkutan persampahan tidak
lingkungan; sesuai standar
Pengolahan
lingkungan
c. Tidak Terpeliharanya Tidak dilakukannya 76% - 100% area 5
Sarana dan pemeliharaan sarana dan memiliki sarpras
Prasarana prasarana pengelolaan persampahan yang
Pengelolaan persampahan pada lokasi tidak terpelihara
Persampahan perumahan atau 51% - 75% area 3
permukiman, baik : memiliki sarpras
93
No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
Pemeliharaan persampahan yang
rutin; dan/atau tidak terpelihara
Pemeliharaan 25% - 50% area 1
berkala memiliki sarpras
persampahan yang
tidak terpelihara
Tidak tersedianya prasarana 76% - 100% area tidak 5
7. Kondisi a. Ketidaktersediaan proteksi kebakaran pada memiliki prasarana
ProteksiKebakaran Prasarana Proteksi lokasi, yaitu : proteksi kebakaran
Kebakaran Pasokan air; 51% - 75% area tidak 3
Jalan lingkungan; memiliki prasarana
Sarana proteksi kebakaran
komunikasi; 25% - 50% area tidak 1
Data sistem memiliki prasarana
proteksi kebakaran proteksi kebakaran
lingkungan; dan
Bangunan pos
kebakaran
Tidak tersedianya sarana 76% - 100% area tidak 5
proteksi kebakaran pada memiliki sarana
b. Ketidaktersediaan lokasi, yaitu : proteksi kebakaran
Sarana Proteksi Alat Pemadam Api
Kebakaran Ringan (APAR); 51% - 75% area tidak 3
Mobil pompa; memiliki sarana
Mobil tangga proteksi kebakaran
sesuai kebutuhan; 25% - 50% area tidak 1
dan memiliki sarana
Peralatan proteksi kebakaran
pendukung lainnya
B. Idenfikasi Pertimbangan Lain
Pertimbangan letak lokasi Lokasi terletak pada 5
8. Pertimbangan Lain 1. Nilai Strategis perumahan atau fungsi strategis
Lokasi permukiman pada: kabupaten/kota
Fungsi strategis Lokasi tidak terletak 1
kabupaten/kota; pada fungsi strategis
atau kabupaten/kota
Bukan fungsi
strategis
kabupaten/kota
Pertimbangan kepadatan Untuk Metropolitan dan
2. Kependudukan penduduk pada lokasi Kota Besar : 5
perumahan atau Kepadatan penduduk
permukiman dengan pada lokasi sebesar
klasifikasi : >400 jiwa/Ha
Rendah yaitu Untuk Kota Sedang dan
kepadatan penduduk Kota Kecil :
94
No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
di bawah 150 Kepadatan penduduk
jiwa/ha; pada lokasi sebesar
Sedang yaitu >200 jiwa/Ha
kepadatan penduduk
antara 151 200 Kepadatan penduduk 3
jiwa/ha pada lokasi sebesar
Tinggi yaitu kepadatan 151 -200 jiwa/Ha
penduduk antara 201
400 jiwa/ha Kepadatan penduduk 1
Sangat padat yaitu pada lokasi sebesar
kepadatan penduduk <151 jiwa/Ha
diatas 400 jiwa/ha
Pertimbangan potensi yang Lokasi memiliki 5
3. Kondisi Sosial, dimiliki lokasi perumahan potensi sosial,
ekonomi dan atau permukiman berupa : ekonomi dan budaya
budaya Potensi sosial yaitu untuk dikembangkan
tingkat partisipasi atau dipelihara
masyarakat dalam Lokasi tidak memiliki 1
mendukung potensi sosial,
pembangunan; ekonomi dan budaya
Potensi ekonomi yaitu untuk dikembangkan
adanya kegiatan atau dipelihara
ekonomi tertentu yang
bersifat strategis bagi
masyarakat setempat;
Potensi budaya yaitu
adanya kegiatan atau
warisan budaya
tertentu yang dimiliki
masyarakat setempat
C. Idenfikasi Legalitas Lahan
Kejelasan terhadap status Keseluruhan lokasi (+)
9. Legalitas Lahan 1. Kejelasan status penguasaan lahan berupa : memiliki kejelasan
penguasaan Lahan Kepemilikan sendiri, status penguasaan
dengan bukti dokumen lahan, baik milik
sertifikat hak atas sendiri atau milik
tanah atau bentuk pihak lain
dokumen keterangan Sebagian atau (-)
status tanah lainnya keseluruhan lokasi
yang sah; atau tidak memiliki
Kepemilikan pihak lain kejelasan status
(termasuk milik penguasaan lahan,
adat/ulayat) dengan baik milik sendiri
bukti ijin pemanfaatan atau milik pihak lain
tanah dari pemegang
hak atas tanah atau
pemilik tanah dalam
95
No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
bentuk perjanjian
tertulis antara
pemegang hak atas
tanah atau pemilik
tanah dengan pihak
lain
Kesesuaian terhadap Keseluruhan lokasi (+)
2. Kesesuaian RTR peruntukan lahan dalam berada pada Zona
rencana tata ruang (RTR), peruntukan
dengan bukti Izin perumahan/permuki
Mendirikan bangunan atau man sesuai RTR
Surat Keterangan Rencana Sebagian atau (-)
Kabupaten/Kota (SKRK) keseluruhan lokasi
berada bukan pada
peruntukan
perumahan/permuki
man sesuai RTR
Sumber : Rancangan Peraturan Menteri PU tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kualitas Terhadap Permukiman Kumuh
Perkotaan
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut diatas,
selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam
berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel Formula Penilaian Dalam Penentuan Skala Prioritas PenangananKawasan Permukiman
Kumuh
96
Berbagai Kemungkinan Klasifikasi
Nilai Keterangan
A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6
Skala Prioritas Penanganan 1 1 4 4 7 7 2 2 5 5 8 8 3 3 6 6 9 9
Sumber : Rancangan Peraturan Menteri PU tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kualitas TerhadapPermukiman Kumuh
Perkotaan, 2014
97
14. C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan
tidak legal;
15. C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan
legal;
16. C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan
tidak legal;
17. C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan
legal;
18. C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan
tidak legal;
Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala prioritas penanganan,
sebagai berikut:
Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2.
Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 danB.
Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2.
Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4.
Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4.
Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4.
Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6.
Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6.
Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6.
Penerapan
Pemugaran perumahan kumuh dan permukiman kumuh diterapkan berdasarkan tingkat
perbaikan dan/atau pembangunan kembali yang dibutuhkan.Kebutuhan perbaikan dan/atau
pembangunan kembali perumahan kumuh dan permukiman kumuh ditetapkan oleh
pemerintah daerah bersama-sama masyarakat.Pemugaran perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dapat dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau oleh
masyarakat secara swadaya tergantung dari berat/ringannya perbaikan yang harus dilakukan
serta berdasarkan pertimbangan lain.
Kegiatan pemugaran yang dilakukan pemerintah daerah diselenggarakan oleh dinas/instansi
yang berwenang seperti Dinas Perumahan, Dinas Pekerjaan Umum dan dinas terkait lainnya.
Pelaksanaan kegiatan pemugaran dengan swadaya masyarakat, wajib difasilitasi oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
Karakteristik Penanganan
Pada bentuk penanganan ini umumnya yang tidak terlihat terlalu banyak perubahan
mendasar, selain dari peningkatan bentuk pelayanan dan kondisi fisik prasarana, sarana dan
bangunan tempat tinggal.
100
(Pemeliharaan dan memelihara komponen-komponen permukiman yang masih
Pengendalian) berfungsi dengan baik dan mencegah dari proses kerusakan.
Sebagai fungsi pengendalian, maka preservasi dapat dilakukan
dengan penegasan melalui aturan-aturan pemanfaatan ruang dan
bangunan (KDB, KLB, GSB, GSJ, IMB, dan lain-lain). Sifat
penanganan ini cenderung lebih ke arah pencegahan timbulnya
permukiman kumuh, sehingga seringkali upaya ini dilakukan
bersamaan dengan restorasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
Peran Perilaku
Didasari pada sifat penanganannya yang tidak terlalu banyak membutuhkan perubahan
infrastruktur secara mendasar, maka peran pelaku di luar masyarakat dalam hal ini
pemerintah daerah dalam program relatif lebih besar dibandingkan dengan peran pelaku
masyarakat.
II. Peremajaan
Pengertian
Peremajaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan untuk mewujudkan kondisi
rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik guna melindungi
keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Peremajaan dengan cara
pembangunan kembali perumahan dan permukiman melalui penataan secara menyeluruh
meliputi rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan permukiman.
Pelaksanaan peremajaan harus dilakukan dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal
bagi masyarakat terdampak dengan memenuhi norma dan standar teknis yang berlaku.
Peremajaan dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat dan diterapkan terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh yang berdiri di atas lahan yang dalam RTRW diperuntukkan
bagi permukiman.
Penerapan
Peremajaan diterapkan pada permukiman kumuh yang secara struktur ruang, ekonomi dan
perilaku tidak dapat dipertahankan lagi, sehingga tidak dapat ditangani hanya dengan
perbaikan dan peningkatan fisik.
Kondisi buruk secara struktur dapat mendorong terciptanya pemanfaatan ruang yang tidak
efisien dan optimal sesuai dengan fungsi yang ditetapkan.
101
Permukiman kumuh yang mendapatkan penanganan ini umumnya ditandai dengan :
Tidak adanya kejelasan baik pola/struktur prasarana lingkungan
Tidak ada kejelasan kesesuaian pola pemanfaatan ruang
Struktur ekonomi memiliki kondisi yang sangat buruk karena tidak ditunjang dengan
kemampuan pengembangan ekonomi kawasan permukiman
Tidak dapat beradaptasi dengan kawasan sekitar
Secara keseluruhan kondisi kawasan tidak mencerminkan pemanfaatan fungsi yang maksimal
sesuai dengan potensi lahannya.
Karakteristik Penanganan
Bentuk penanganan ini umumnya dilakukan dengan perubahan yang mendasar. Untuk itu
penanganan ini mempunyai konsekuensi merubah pola pemanfaatan ruang, baik secara
komposisi, komponen, besaran maupun fungsinya.
Hal ini mengarahkan pada pola-pola pengadaan baru yang lebih menonjol dari pada
peningkatan dan perbaikan kualitas.
Jenis-jenis Penanganan
Peran Pelaku
Didasari pada sifat penanganannya, maka peran masyarakat sangat besar dalam mengambil
keputusan, terutama dalam penentuan jenis komponen program; sedangkan peran
Pemerintah, pemerintah daerah, dan pelaku lain (swasta) akan lebih banyak dalam dalam
mendukung program.
103
Penerapan
Penanganan ini diterapkan pada permukiman :
Secara lokasi berada pada lahan ilegal
Tidak memiliki potensi pemanfaatan yang lebih baik dari fungsi yang ditetapkan
Secara lingkungan memberikan dampak negatif yang lebih besar apabila tetap
dipertahankan
Termasuk dalam penanganan ini adalah permukiman yang secara teknologi tidak mampu
mendukung penyelesaian masalah. Beberapa kondisi yang memenuhi persyaratan
penanganan ini, antara lain :
Lokasi yang berada diatas tanah negara dengan peruntukan non permukiman
(bantaran sungai, lahan penghijauan, dan lain-lain)
Permukiman kumuh yang berada pada lokasi dimana secara fisik lingkungan sangat
berbahaya sebagai tempat bermukim dan tidak dapat ditanggulangi secara teknis (di
atas lahan rawan bencana alam/geologi)
Yakni perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang terletak di:
bantaran sungai;
sepanjang rel kereta api;
dibawah SUTET; dan
tidak sesuai peruntukannya dengan rencana tata ruang.
Pemukiman kembali dilakukan dengan memindahkan masyarakat terdampak ke lokasi yang
sesuai dengan rencana tata ruang bagi peruntukan permukiman. Lokasi yang akan ditentukan
sebagai tempat untuk pemukiman kembali ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat.
Kegiatan pemukiman kembali dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan,
permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan
keamanan penghuni dan masyarakat. Pelaksanaan pemukiman kembali adalah memindahkan
masyarakat yang tinggal di perumahan tidak layak huni, tidak mungkin dibangun kembali
dan/atau rawan bencana, ke lokasi perumahan lain yang layak huni;
Pelaksanaan pemukiman kembali wajib diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah
provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
Karakteristik Penanganan
Bentuk penanganan ini umumnya dilakukan dengan cara:
104
Perubahan total dikaitkan dengan pengembalian fungsinya kepada fungsi awal
Dilakukan dengan pemindahan permukiman pada areal yang baru (lokasi lain)
Tidak diarahkan pada pendukungan untuk pengadaan atau peningkatan fasilitas dan
prasarana pendukungnya.
Peran Pelaku
Didasari pada sifat penanganannya, maka peran masyarakat sangat besar dalam proses
pengambilan keputusan, terutama dalam proses penentuan kebijakan seperti pengalokasian
baru, ganti rugi, dan lain-lain, walaupun pada posisi ilegal.
Peran pelaku pemerintah adalah :
Menentukan alternatif penyelesaian masalah pemukiman kembali
Pengadaan terhadap konsekuensi
Kompensasi penanganan (lokasi tujuan pemindahan)
Peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh harus dilakukan sesuai
dengan hasil penilaian berbagai aspek kekumuhan (tingkat kekumuhan, pertimbangan lain dan
legalitas lahan.). Peningkatan kualitas kawasan permukimankumuh untuk berbagai aspek
kekumuhan akan berbeda-beda pendekatan penanganannya, dimana secara hirarki
peningkatan kualitas kawasan permukimankumuh paling rendah adalah pemugaran dan
paling tinggi adalah permukiman kembali.
Ketentuan penanganan fisik diatur sesuai dengan faktor permasalahan kekumuhan setiap
lokasi yang teridentifikasi. Beberapa faktor permasalahan kekumuhan suatu lokasi yaitu :
1. Aspek bangunan dan lingkungan;
2. Aspek jalan lingkungan;
3. Aspek drainase lingkungan;
4. Sistem penyediaan air minum;
5. Sistem pengelolaan air limbah;
6. Sistem pengelolaan persampahan.
106
Pola Penanganan Terhadap Aspek Bangunan Gedung Dan Infrastruktur
Pola penanganan terhadap aspek bangunan gedung dan infrastruktur pendukungnya
berdasarkan tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
107
Tabel Pola Penanganan Bangunan dan Infrastruktur Pendukung pada Permukiman Kumuh Menurut Tipologinya
Tipologi
N Bangunan dan Pengelolaan Pengelolaan
Permukima Jalan Lingkungan Drainase Penyediaan Air Minum Kebakaran
o Lingkungan Air Limbah Persampahan
n Kumuh
1. Perumahan Penanganan Jalan Sistem SPAM Bukan Perpipaan Sarana Pemilahan : Prasaran
Kumuh dan fisik lingkungan I drainase lokal Individual pembuangan Skala individu dan a
permukiman bangunan dan II di atas air dilengkapi Saringan Rumah awal skala komunal proteksi
kumuh dan Konstruksi dengan pintu Tangga (SARUT) MCK Umum Pengumpulan kebakara
diatas air lingkungan tanpa air Destilator Surya Kloset Menggunakan sarana n
secara perkerasan Bahan material Atap Kaca (DSAK) Rumah sejenis untuk perairan lingkung
panggung, (kayu, saluran adalah Reverse Osmosis Tangga Pengangkutan : an
memanfaatk bambu/perkera perkuatan (RO) sarana sejenis untuk Sarana
an ruang san kaku kayu Komunal Unit perairan proteksi
secara efektif (beton) sesuai Reverse Osmosis pengelolaan Pengolahan : kebakara
dengan dengan (RO) setempat(SPAL TPS 3 R (skala n
sistem karakteristik Penampungan Air -S) kawasan) diatas air lingkung
komunal lokal Hujan(PAH) Unit an
Pondasi Pelayanan pengolahan :
cerucuk Terminal Air Biofilter
IPAS Ketentuan
penempatan
SPAM Perpipaan unit
Unit Air Baku : pengolahan
Menggunakan diatas air
sumber air baku Unit
permukaan pengangkuta
setempat n : Lumpur
Intake Bebas, tinja dari
intek dengan biofilter
bendung, saluran diangkut
resapan dengan
Unit Produksi : sarana
o Air Baku pengangkuta
Permukaan : n
Instalasi (truk/motor
Pengolahan Air tinjan) ke
(IPA) IPLT
Konvensional, IPA IPLT skala
saringan pasir kota
108
Tipologi
N Bangunan dan Pengelolaan Pengelolaan
Permukima Jalan Lingkungan Drainase Penyediaan Air Minum Kebakaran
o Lingkungan Air Limbah Persampahan
n Kumuh
lambat Unit
Unit Distribusi : pengelolaan
Sistem jaringan pipa terpusat (SPAL-
menempel pada T)
jalan-jalan beton Sistem
diatas air perpipaan
Unit Pelayanan : yang
Sambungan rumah terhubung
dan hidran umum dengan IPAL
dan IPLT
perkotaan
atau Sistem
perpipaan
yang
terhubung
dengan IPAL
perkotaan/IP
AL komunal,
sementara
untuk
lumpur tinja
dari
bangunan
pelengkap
diangkut
dengan truk
tinja ke IPLT
Ketentuan
pengembang
an jaringan
perpipaan
diatas air
2. Perumahan Penanganan Jalan Sistem SPAM Bukan Perpipaan Sarana Pemilahan : Prasaran
kumuh dan fisik lingkungan I drainase lokal Individual pembuangan Skala individu dan a
permukiman bangunan dan II di tepi air dilengkapi Saringan Rumah awal skala komunal proteksi
kumuh di dan dengan turap di dengan Tangga (SARUT) MCK Umum Pengumpulan kebakara
tepi air lingkungan sisi yang Jika Destilator Surya Kloset Menggunakan n
dengan bersebelahan permukaa Atap Kaca (DSAK) Rumah gerobak/motor/saran lingkung
109
Tipologi
N Bangunan dan Pengelolaan Pengelolaan
Permukima Jalan Lingkungan Drainase Penyediaan Air Minum Kebakaran
o Lingkungan Air Limbah Persampahan
n Kumuh
konsep dengan air n daratan Reverse Osmosis Tangga a sejenis untuk an
waterfront Konstruksi lebih (RO) perairan Sarana
city, tanpa tinggi dari Komunal Unit Pengangkutan : proteksi
menjadikan perkerasan air, maka Reverse Osmosis pengelolaan Armroll kebakara
bagian (kayu, bambu)/ dilengkapi (RO) setempat(SPAL Truck/Compactor n
kawasan perkerasan dengan Pelayanan -S) Truck/Trailer Truck lingkung
perairan kaku (beton) pintu air Terminal Air Unit Pengolahan an
sebagai sesuai dengan Jika IPAS pengolahan : TPS 3 R (skala
halaman karakteristik permukaa Biofilter kawasan)
depan lokal n daratan Ketentuan
Pondasi lebih penempatan
cerucuk rendah unit
dari air, SPAM Perpipaan pengolahan
maka Unit Air Baku : didalam
dilengkapi Menggunakan tanah
pula oleh sumber air baku Unit
pompa air permukaan pengangkuta
Bahan material setempat n : Lumpur
saluran adalah Intake Bebas, tinja dari
perkuatan intek dengan biofilter
kayu bendung, saluran diangkut
resapan dengan
Unit Produksi : sarana
o Air Baku pengangkuta
Permukaan : n
Instalasi (truk/motor
Pengolahan Air tinjan) ke
(IPA) IPLT
Konvensional, IPA IPLT skala
saringan pasir kota
lambat
Unit Distribusi : Unit
Sistem jaringan pipa pengelolaan
dalam tanah terpusat (SPAL-
Unit Pelayanan : T)
Sambungan rumah Sistem
dan hidran umum perpipaan
yang
terhubung
110
Tipologi
N Bangunan dan Pengelolaan Pengelolaan
Permukima Jalan Lingkungan Drainase Penyediaan Air Minum Kebakaran
o Lingkungan Air Limbah Persampahan
n Kumuh
dengan IPAL
dan IPLT
perkotaan
atau Sistem
perpipaan
yang
terhubung
dengan IPAL
perkotaan/IP
AL komunal,
sementara
untuk
lumpur tinja
dari
bangunan
pelengkap
diangkut
dengan truk
tinja ke IPLT
Ketentuan
pengembang
an jaringan
perpipaan
didalam
tanah/diatas
air
3. Perumahan Penanganan Jalan Sistem SPAM Bukan Perpipaan Sarana Pemilahan : Prasaran
kumuh dan fisik lingkungan I drainase lokal Individual pembuangan Skala individu dan a
permukiman bangunan dan II dapat Penampungan Air awal skala komunal proteksi
kumuh di dan Perkerasan dilengkapi Hujan (PAH) MCK Umum Pengumpulan kebakara
dataran lingkungan lentur (aspal) dengan pompa Saringan Rumah Kloset Menggunakan n
rendah dengan tetap dan perkerasan dan rumah Tangga (SARUT) Rumah gerobak/motor lingkung
menggunaka kaku (beton) pompa Destilator Surya Tangga Pengangkutan : an
n langgam sesuai dengan Bahan material Atap Kaca (DSAK) Armroll Sarana
arsitektur karakteristik saluran adalah Sumur Dangkal Unit Truck/Compactor proteksi
lokal lokal Pada Komunal pengelolaan Truck/Trailer Truck kebakara
Pondasi di atas tekstur Sumur Dangkal setempat(SPAL Pengolahan n
tanah tanah Sumur Dalam -S) TPS 3 R (skala lingkung
111
Tipologi
N Bangunan dan Pengelolaan Pengelolaan
Permukima Jalan Lingkungan Drainase Penyediaan Air Minum Kebakaran
o Lingkungan Air Limbah Persampahan
n Kumuh
keras Penampungan Air Unit kawasan) an
adalah Hujan (PAH) pengolahan :
saluran Pelayanan Biofilter
tanah Terminal Air Ketentuan
Pada IPAS penempatan
tekstur unit
tanah SPAM Perpipaan pengolahan
yang Unit Air Baku : didalam
sangat Menggunakan tanah
jelek sumber air baku Unit
(gambut) permukaan pengangkuta
adalah terdekat, air n : Lumpur
saluran hujan, air tanah tinja dari
perkuatan dangkal dan cubluk/tangk
kayu dalam i
Intake Bebas, septik/biofilt
intek dengan er diangkut
bendung, saluran dengan
resapan, sumur sarana
dangkal, sumur pengangkuta
dalam n
Unit Produksi : (truk/motor
o Air Baku tinjan) ke
Permukaan : IPLT
Instalasi IPLT skala
Pengolahan Air kota
(IPA)
Konvensional, IPA Unit
saringan pasir pengelolaan
lambat terpusat (SPAL-
o Air baku air hujan T)
: IPA Sistem
Konvensional, IPA perpipaan
saringan pasir yang
lambat terhubung
o Air baku air tanah dengan IPAL
: sumur dangkal dan IPLT
dan sumur dalam perkotaan
Unit Distribusi : atau Sistem
112
Tipologi
N Bangunan dan Pengelolaan Pengelolaan
Permukima Jalan Lingkungan Drainase Penyediaan Air Minum Kebakaran
o Lingkungan Air Limbah Persampahan
n Kumuh
Sistem jaringan pipa perpipaan
dalam tanah yang
Unit Pelayanan : terhubung
Sambungan rumah dengan IPAL
dan hidran umum perkotaan/IP
AL komunal,
sementara
untuk
lumpur tinja
dari
bangunan
pelengkap
diangkut
dengan truk
tinja ke IPLT
Ketentuan
pengembang
an jaringan
perpipaan
didalam
tanah/diatas
air
4. Perumahan Penanganan Jalan Sistem SPAM Bukan Perpipaan Sarana Pemilahan : Prasaran
kdan fisik lingkungan I drainase lokal Individual pembuangan Skala individu dan a
permukiman bangunan dan II mengikuti dapat Penampungan Air awal skala komunal proteksi
kumuh di dan kontur bukit dilengkapi Hujan (PAH) MCK Umum Pengumpulan kebakara
perbukitan lingkungan Perkerasan dengan Saringan Rumah Kloset Menggunakan n
dengan lentur (aspal) bangunan Tangga (SARUT) Rumah gerobak/motor lingkung
mengikuti dan perkerasan terjunan Destilator Surya Tangga Pengangkutan : an
pola kontur kaku (beton) Bahan material Atap Kaca (DSAK) Armroll Sarana
yang ada sesuai dengan saluran adalah Sumur Dangkal Unit Truck/Compactor proteksi
karakteristik Pada Komunal pengelolaan Truck/Trailer Truck kebakara
lokal tekstur Penampungan Air setempat(SPAL Pengolahan n
Pondasi di atas tanah Hujan (PAH) -S) TPS 3 R (skala lingkung
tanah keras Perlindungan Cubluk kawasan) an
adalah mata air Tangki
saluran Pelayanan septik
tanah Terminal Air Biofilter
113
Tipologi
N Bangunan dan Pengelolaan Pengelolaan
Permukima Jalan Lingkungan Drainase Penyediaan Air Minum Kebakaran
o Lingkungan Air Limbah Persampahan
n Kumuh
Pada IPAS Ketentuan
tekstur penempatan
tanah SPAM Perpipaan unit
yang Unit Air Baku : pengolahan
sangat Menggunakan didalam
jelek sumber air baku tanah
(gambut) permukaan pada Unit
adalah daerah hulu (air pengangkuta
saluran pegunungan) n : Lumpur
perkuatan mata air tinja dari
kayu intek dengan cubluk/tangk
Pada bendung, saluran i
daerah resapan septik/biofilt
curam Unit Produksi : er diangkut
adalah o Air Baku dengan
saluran Permukaan : sarana
pasangan Instalasi pengangkuta
batu atau Pengolahan Air n
beton (IPA) (truk/motor
Konvensional, IPA tinjan) ke
saringan pasir IPLT
lambat IPLT skala
o Air baku mata air kota
: IPA
Konvensional Unit
Unit Distribusi : pengelolaan
Sistem jaringan pipa terpusat (SPAL-
dalam tanah T)
Unit Pelayanan : Sistem
Sambungan rumah perpipaan
dan hidran umum yang
terhubung
dengan IPAL
dan IPLT
perkotaan
atau Sistem
perpipaan
yang
terhubung
114
Tipologi
N Bangunan dan Pengelolaan Pengelolaan
Permukima Jalan Lingkungan Drainase Penyediaan Air Minum Kebakaran
o Lingkungan Air Limbah Persampahan
n Kumuh
dengan IPAL
perkotaan/IP
AL komunal,
sementara
untuk
lumpur tinja
dari
bangunan
pelengkap
diangkut
dengan truk
tinja ke IPLT
Ketentuan
pengembang
an jaringan
perpipaan
didalam
tanah
5. Perumahan Penanganan Jalan Sistem SPAM Bukan Perpipaan Sarana Pemilahan : Prasaran
kdan fisik lingkungan I drainase lokal Individual pembuangan Skala individu dan a
permukiman bangunan dan II dengan Penampungan Air awal skala komunal proteksi
kumuh di dan terhubung bangunan Hujan (PAH) MCK Umum Pengumpulan kebakara
daerah lingkungan langsung pelengkap Saringan Rumah Kloset Menggunakan n
rawan dengan dengan jalan tertentu sesuai Tangga (SARUT) Rumah gerobak/motor lingkung
bencana memperhatik lokal Sekunder kerawanan Destilator Surya Tangga Pengangkutan : an
an daya ataupun bencana Atap Kaca (DSAK) Armroll Sarana
dukung lahan Kolektor Banjir ; Reverse Osmosis Unit Truck/Compactor proteksi
dan perlu sekunder berupa (RO) pengelolaan Truck/Trailer Truck kebakara
adanya (sebagai akses gorong- Komunal setempat(SPAL Pengolahan n
rekayasa evakuasi) gorong Reverse Osmosis -S) TPS 3 R (skala lingkung
teknologi Perkerasan dilengkapi (RO) Cubluk kawasan) an
bangunan lentur (aspal) dengan Penampungan Air Tangki
dan perkerasan bronjong Hujan (PAH) septik
kaku (beton) dan pintu Pelayanan Biofilter
sesuai dengan air Terminal Air Ketentuan
karakteristik Tsunami ; IPAS penempatan
lokal berupa unit
Dilengkapi gorong- SPAM Perpipaan pengolahan :
115
Tipologi
N Bangunan dan Pengelolaan Pengelolaan
Permukima Jalan Lingkungan Drainase Penyediaan Air Minum Kebakaran
o Lingkungan Air Limbah Persampahan
n Kumuh
dengan gorong Unit Air Baku : Rawan
bangunan dilengkapi Menggunakan banjir dan
pelengkap dengan sumber air baku tsunami:
tertentu sesuai bronjong permukaan didalam
dengan Longsor ; permukaan tanah
kerawanan berupa terdekat, air Rawan
bencana bangunan hujan longsor :
o Banjir; terjunan intek bebas, di atas
dilengkapi Bahan material intake dengan tanah
dengan saluran adalah bendung, saluran Unit
bronjong Pada resapan pengangkuta
o Tsunami; tekstur Unit Produksi : n : Lumpur
dilengkapi tanah o Air Baku tinja dari
dengan keras Permukaan : cubluk/tangk
bronjong adalah Instalasi i
dan saluran Pengolahan Air septik/biofilt
bangunan tanah (IPA) er diangkut
pemecah Pada Konvensional, IPA dengan
ombak tekstur saringan pasir sarana
o Longsor; tanah lambat pengangkuta
dilengkapi yang o Air baku mata air n
dengan sangat : IPA (truk/motor
bangunan jelek Konvensional tinjan) ke
penahan (gambut) Unit Distribusi : IPLT
longsor adalah o Banjir dan IPLT skala
saluran tsunami: sistem kota
perkuatan jaringan pipa
kayu dalam tanah Unit
Pada o Longsor: sistem pengelolaan
daerah jaringan pipa di terpusat (SPAL-
curam atas tanah dan T)
adalah menempel pada Sistem
saluran tiang-tiang perpipaan
pasangan penyangga yang
batu atau Unit Pelayanan : terhubung
beton Sambungan rumah dengan IPAL
dan hidran umum dan IPLT
perkotaan
atau Sistem
116
Tipologi
N Bangunan dan Pengelolaan Pengelolaan
Permukima Jalan Lingkungan Drainase Penyediaan Air Minum Kebakaran
o Lingkungan Air Limbah Persampahan
n Kumuh
perpipaan
yang
terhubung
dengan IPAL
perkotaan/IP
AL komunal,
sementara
untuk
lumpur tinja
dari
bangunan
pelengkap
diangkut
dengan truk
tinja ke IPLT
Ketentuan
pengembang
an jaringan
perpipaan
didalam
tanah
Sumber : Rapermen PU tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kualitas Terhadap Permukiman Kumuh Perkotaan
117
LAMPIRAN II
Provinsi : |____|____|
Kabupaten/Kota : |____|____|
Kecamatan : |____|____|
Keluarhan/Desa : |____|____|
118
No. Parameter Data umum Kelurahan
4 Data Kependudukan
No. 0 5 Tahun 6 12 13 17 18 25 26 40 40 55 > 55 Tahun 05
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
7 Tingakt Kesehatan
Penduduk Jumlah Penderita Penyakit Kronis (Jiwa)
No. Kawasan Kumuh Diare ISPA Demam
Muntaber Malari TBS Lainnya
Berdarah
8 Peta Dasar Kelurahan yang dilengkapi dengan Delineasi Lokasi Permukiman Kumuh
119
Form B DATA PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
I. Data umum Kawasan Permukiman Kumuh
120
3 Jumlah penduduk miskin __________ Jiwa
4 Jumlah rumah tangga/keluarga miskin __________ RTM
5 Jumlah keluarga yang menempati rumah sendiri __________ KK
6 Jumlah keluarga yang tidak menempati rumah sendiri __________ KK
122
Lampiran III
Kabupaten Kota :
A. Overview Kebijakan
Sumber
Strategi
Produk Komponen dana
No Kebijakan Tujuan dan Kegiatan
Hukum Program dan
Rencana
Waktu
1
2
3
4
5
Dst.
123
Catatan
*) - Overview yang dilakukan mencakup program/kegiatan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan keterlibatan swasta
- Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh meliputi
Program/Kegiatan yang telah/sedang berjalan dan yang masih dalam tahap rencana
**) Skala Penanganan yang dimaksud adalah menyesuaikan dengan fungsi dan pengelolaan
infrastruktur tersebut.
124