Anda di halaman 1dari 2

Dengan usia kemerdekaan yang bias di bilang renta apabila di samakan dengan usia manusia , cukup

pantas bila ada pertanyaan seperti ini Sudahkah rakyat dan bangsa ini benar-benar merdeka dengan
arti sesungguhnya?. Jika penjajahan fisik sudah berakhir, apakah penjajahan ekonomi, politik, hukum
dan budaya juga sudah berakhir di negeri ini? Setiap 17 Agustus bahkan di setiap hari senin upacara
pengibaran bendera dilakukan sebagai simbol kemerdekaan, namun fakta nasib rakyat negeri ini belum
berubah signifikan. Nasib mereka makin menjadi jadi yang kuat selalu berkuasa yang lemah semakin
merana seperti makin lusuhnya bendera sang saka.

Seharusnya dengan rentang waktu setengah abad lebih (72th), sebagai bangsa merdeka idealnya telah
banyak meraih impian anak-anak negeri.Ditambah lagi dengan bakat bakat yang dimiliki oleh anak anak
negri.Namun lagi-lagi fakta berbicara lain, bahwa Indonesia belum merdeka dari keterjajahan politik,
ekonomi, hukum dan budaya.

Akar masalahnya adalah pada sistem kehidupan yang dipakai oleh Indonesia. 72 tahun merdeka dengan
mengadopsi demokrasi-sekuler, dengan bentuk pemerintahan presidensil kadang parlementer,
menjadikan Indonesia menjadi negara merdeka yang tidak berdaulat atas negerinya sendiri. Karena
pada akhirnya demokrasi menjadi topeng imperialisme baru terjadi begitu masif dilakukan bangsa
barat (AS dan sekutunya) terhadap Indonesia.

Para pemimpinnya mabuk dengan doktrin demokrasi, globalisasi dan liberalisasi. Tanpa sadar, dogma-
dogma yang dijadikan topeng penjajahan gaya baru itu menyebabkan lahirnya kebijakan-kebijakan
yang membuat kemerdekaan tak berarti untuk anak negeri.

Kita bisa saksikan berapa kebijakan (regulasi) yang pro-imperialis menjadi sebab rakyat masih dalam
kotak kemiskinan. Indonesia menjadi terjajah kembali oleh negara-negara imperialis dan dibantu oleh
para pengkhianat negeri.

Dari aspek ekonomi, jelas kita masih dijajah. Kebijakan ekonomi merujuk Kapitalisme Barat.
Ketergantungan ekonomi kepada negara-negara kapitalis Barat juga luar biasa. Utang luar negeri yang
terus bertambah dan menjadi beban yang diwariskan dari generasi ke generasi. Aspek politik, juga masih
dijajah. Buktinya, sistem politik yang kita anut, yakni demokrasi, lagi-lagi berasal dari negara kapitalis
penjajah.

Tragisnya, demokrasi menjadi alat bagi penjajah Barat untuk menjamin kepentingan-kepentingannya.
Hukum kita masih didominasi oleh hukum-hukum kolonial. Fakta kemiskinan menjadi penyakit umum
rakyat busung lapar dan gizi buruk terjadi di mana-mana. Negara juga belum berhasil membebaskan
rakyatnya dari kebodohan. Rakyat juga masih belum aman. Pembunuhan, penganiyaan, dan kriminalitas
menjadi menu harian rakyat Indonesia. Bukan hanya tidak aman dari sesama, rakyat juga tidak aman
dari penguasa mereka.

Hubungan rakyat dan penguasa bagaikan hubungan antarmusuh. Tanah rakyat digusur atas nama
pembangunan. Pedagang kaki lima digusur di sana-sini dengan alasan penertiban. Pengusaha tidak
aman dengan banyaknya kutipan liar dan kewajiban suap di sana-sini. Para aktifis Islam juga tidak aman
menyerukan kebenaran Islam mereka bisa dicyduk kapan saja dan dituduh sebagai teroris.
Karena itu, kunci agar kita benar-benar mampu melepaskan diri penjajahan hanyalah kita kembali
kepada Islam. Kita harus menerapkan aturan-aturan Islam dalam seluruh kehidupan kita. Hanya dengan
syariat Islamlah kita dapat lepas dari aturan-aturan penjajahan. Hanya dengan syariat Islam pula kita
bisa meraih tujuan-tujuan bernegara.

Allah berfirman dalam surat An Nur ayat 55 yang artinya : Allah telah menjanjikan kepada orang orang
diantara kamu yang beriman dan mengerjakan kebajikan,bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumu sebagaiman Dia telah menjadikan orang orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar benar
mengubah (keadaan) mereka,setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap)
menyembah-Ku dengan tidak menyukutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Tetapi barang siapa (tetap)
kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang orang yang fasik

Namun semua itu akan terjadi jika kaum Muslimin benar-benar memegang teguh keimanannya dan
mengamalkan agamanya secara konsekuen dalam seluruh kehidupannya.

Syariat Islam satu-satunya solusi yang akan menjamin kesejahteraan rakyat karena kebijakan politik
ekonomi Islam adalah menjamin kebutuhan pokok setiap rakyat. Lebih dari kebutuhan pokok , negara
juga akan memberikan kemudahan kepada rakyat untuk mendapatkan kebutuhan sekunder dan tersier.
Negara juga akan menjamin kebutuhan kebutuhan rakyat

KARENA SEJATINYA ISLAM ITU MENSEJAHTERAKAN !


ALLAHU AKBAR!
ALLAHU AKBAR!
ALLAHU AKBAR!
MERDEKA!

XII IPA

Anda mungkin juga menyukai