A. Latar Belakang
Pasar (Market) selalu dipenuhi oleh persaingan dan tantangan. Tantangan yang paling utama adalah bagaimana
melihat Market secara lebih kreatif, melihat peluang yang ada, melihat ceruk pasar yang belum tergarap, melakukan inovasi
tentang bagaimana membidik pasar secara tepat, bagaimana memposisikan produk agar sesuai dengan segmen pasar yang
dipilih, dan differensiasi produk dibandingkan dengan pesaing sehingga mengena ke target market yang dibidik, tentunya
ini merupakan hal yang tidak mudah tetapi mutlak harus dilakukan agar dapat tetap eksis dan survive di kondisi market serta
kompetisi yang semakin ketat ini.
Karena itu, perlu targeting yang tepat untuk membidik pasar secara tepat. Pada hakekatnya, targeting adalah
menentukan segmen-segmen pasar yang potensial baik itu bagi perusahaan pada umumnya dan produk pada khususnya,
sehingga dari kasus di atas tidak sembarang segmen yang dapat dibidik tetapi harus disesuaikan dengan potensi sumber
daya yang dimiliki, misalnya, dana, asset dan SDM yang dimiliki.
Selain targeting, juga perlu melakukan positioning, menurut Kotler Positioning diartikan sebagai tindakan
merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (dibandingkan dengan para kompetitor) di
dalam benak pelanggan yang menjadi targetnya yang tujuannya adalah menempatkan Brand dalam pikiran konsumen untuk
memaksimalkan potensi manfaat perusahaan, sehingga dengan menentukan positioning brand yang baik membantu strategi
marketing dalam hal mengklarifikasi esensi merek , tujuan, yang hasil akhirnya adalah penciptaan proporsi nilai yang
berfokus pada pelanggan.
Ketiga hal yang di atas STP (Segmentasi, Targeting dan Positioning), menurut
Kottler, merupakan hal fundamental pembangunan strategi pemasaran, tetapi lebih dari itu
dalam menciptakan suatu Marketing Stategy perlu diperluas dan dikaji lagi apakah strategi
yang dibuat sudah menangkap nilai/Value yang diinginkan oleh pelanggan sehingga
strategi yang dijalankan benar-benar sesuai dengan harapan pelanggan yang menjadi target
market produk.
Berkaitan dengan menangkap nilai atau value terhadap pelanggan, sejak akhir tahun 2004 sebenarnya telah
dikenalkan suatu konsep baru dalam strategi marketing yang melengkapi konsep STP di atas yang diperkenalkan W. Chan
Kim dan Renee Mauborgne dalam Harvard Business Review yang disebut Blue Ocean Strategy atau Strategi Samudera
Biru, Apakah sebenarnya yang disebut dengan Strategi samudera biru, apa hubungannya dengan STP bagaimanakah
penerapannya? Sebagai landasan berfikirnya dituliskan Competing in overcrowded industries is no way to sustain high
performance. The real opportunity is to create blue oceans of uncontested market space, sehingga perlu dilakukan
pendekatan baru dalam menyikapi ketatnya kompetisi dalam situasi global dan nasional yang sermakin ketat ini yaitu :
(1). Bagaimana menciptakan ruang pasar tanpa pesaing? Dan, (2) bagaimana membuat kompetisi menjadi tidak relevan?
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Blue Ocean Strategy?
2. Bagaimana merumuskan Blue Ocean Strategy?
3. Bagaimana penerapan Blue Ocean Strategy?
4. Apa saja contoh-contoh penerapan Blue Ocean Strategy?
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan cara seperti di atas, blue ocean mendorong pelakunya untuk memasuki
sebuah arena pasar baru yang potensial, dan yang selama ini dilupakan oleh para pesaing.
Hal ini tentu berbeda dengan red ocean, di mana semua kompetitor memberikan tawaran fitur
produk yang seragam, sama, dan semua saling memperebutkan pasar yang juga sama.
Alhasil, yang acap terjadi adalah pertarungan yang sengit, lantaran arena persaingan
diperebutkan oleh para pemain yang menawarkan keseragaman produk dan pendekatan.
C. Inovasi Nilai
Menciptakan Blue Ocean pada dasarnya adalah menekan biaya sambil
meningkatkan nilai. Ini dilandasi oleh perspektif bahwa nilai pembeli berasal dari utilitas
(kegunaan) dan harga yang ditawarkan perusahaan kepada pembeli, dan karena nilai bagi
perusahaan merupakan dampak dari harga pembeli dan struktur biaya, maka inovasi nilai
tercapai ketika keseluruhan sistem kegiatan utilitas, harga dan biaya perusahaan terpadu
dengan tepat.
Inovasi nilai memberikan penekanan setara pada nilai dan inovasi. Disebut inovasi
nilai karena berfokus menjadikan kompetisi tidak relevan dengan menciptakan lompatan nilai
bagi pembeli dan perusahaan. Dengan demikian, kita sekaligus membuka ruang pasar yang
baru dan tanpa pesaing.
Gambar: Skema Prinsip BOS
D. Kanvas Strategi
Untuk dapat menciptakan/menemukan suatu inovasi nilai dalam bisnis kita kita
harus menangkap dan membandingkan dengan kompetitor di industri kita mengenai titik
persaingan dalam industri, elemen-elemen yang belum ditawarkan dan yang sudah
ditawarkan dalam industri sehingga akhirnya tercipta inovasi nilai (Value Inovation), dan
untuk dapat memetakan hal-hal tersebut di atas maka digunakan kanvas strategi
(Strategy Canvass).
Kanvas strategi adalah kerangka aksi sekaligus diagnosis untuk membuat samudera
biru yang baik yang fungsinya adalah untuk merangkum situasi terkini dalam ruang pasar
yang sudah dikenal.
Lalu timbul pertanyaan bagaimanakah menciptakan Inovasi nilai dalam strategi
kita? Inovasi nilai diciptakan dalam wilayah di mana tindakan perusahaan secara positif
mempengaruhi struktur biaya dan tawaran nilai bagi pembeli. Penghematan biaya dilakukan
dengan :
2. Fokus pada gambaran besar dan bukan pada angka. Proses strategic plan justru sering
membuat perusahaan terjebak dalam Red Ocean: bagaimama meningkatkan pangsa pasar,
menangkap segmen baru atau memangkas biaya dengan melibatkan sejumlah anggaran
berikut tujuan-tujuannya. Proses ini berujung pada persiapan satu berkas dokumen yang
disusun dari setumpuk data yang diberikan oleh masing-masing entitas yang bahkan saling
bertabrakan kepentingannya. Dalam proses ini sebagian besar waktu dihabiskan untuk
mengisi angka-angka ketimbang berpikir out of the box dan mencipatakan Blue
Ocean. Pendekatan alternatif menggunakan kanvas strategi dengan sejumlah gambaran-
gambaran visual akan membantu memfokuskan tujuan dan sasaran dalam
menciptakan Blue Ocean.
3. Menjangkau melampui permintaan yang ada. Hal umum yang terjadi dalam competitive
strategy: fokus pada konsumen yang ada dan memertajam segmentasi demi mengakomodasi
perbedaan di pihak pembeli. Semakin ketat kompetisinya, semakin besar kustomisasi pada
penawaran produk. Ketika perusahaan-perusahaan bersaing untuk memenuhi preferensi
konsumen melalui segmentasi yang lebih tajam, maka hanya akan tercipta pasar yang sangat kecil
saja. Ketimbang berkonsentrasi pada konsumen, Blue Ocean Strategy mempertimbangkan untuk
melihat yang non konsumen dan kemudian mempertimbangkan hal-hal yang dihargau pembeli
secara umum. Ini lebih memungkinkan perusahaan untuk mencapai melampaui permintaan
yang ada dan membuka pasar konsumen baru yag sebelumnya belum ada.
2. iPod
Contoh blue ocean strategy yang juga legendaris adalah drama kemenangan produk
iPod dari Apple yang merebut habis pasar musik digital. Produk iPod ini sungguh inovatif,
dan sama sekali berbeda dengan produk sebelumnya, seperti walkman atau CD music player
yang dikuasai oleh Sony. Digitalisasi musik adalah fitur kunci dari iPod, selain kemudahan
penggunaannya. Dengan segera iPod menguasai pasar baru musik digital, dan jauh
meninggalkan Sony yang terpuruk dalam debu keterpurukan dan luka kekalahan.
3. Mbah Surip
Contoh lain blue ocean strategy yang tak kalah dramatis tentu saja adalah kisah
mendiang mbah Surip dengan lagu Tak Gendong-nya. Ketika arena musik tanah air
didominasi oleh musik pop yang mendayu-dayu, ia hadir menawarkan produk dengan fitur
yang secara radikal berbeda dengan yang selama ini ada di pasaran: sepotong lagu reggae
yang jenaka dalam balutan gaya bohemian. Plus selarik tagline yang amat brilian: I love you
full. Dengan segera ia menjelma menjadi ikon baru, menciptakan new market space, dan
dalam arena ini ia dengan mudah menaklukkan pasar.
Kisah Yamaha Mio, iPod, dan mbah Surip adalah sepenggal kisah tentang bagaimana
konsep blue ocean strategy dibentangkan dalam kenyataan. Semua kisah ini selalu diawali
dengan kejelian melihat potensi pasar yang selama ini diabaikan oleh para kompetitor. Dan
kemudian semuanya segera disertai dengan tawaran produk dengan fitur yang unik, inovatif
dan berbeda (different) dengan yang selama ini ada di pasar.
Melalui cara itulah, para pelaku blue ocean strategy kemudian bisa menciptakan
ruang pasar baru, menjangkau new market demand dan sekaligus membuat kompetisi
menjadi tidak relevan. Atau mungkin lebih tepatnya: mereka kemudian bisa meninggalkan
para pesaingnya dalam kekalahan. Mio melesat jauh meninggalkan Honda Beat. iPod
membuat produk audio Sony tergeletak dalam ambang kehancuran. Dan nama mbah Surip
tiba-tiba melambung dibanding artis lain.
Pertanyaan yang menggelitik kemudian adalah, sejauhmana produk blue ocean mudah
atau sulit ditiru? Sebagaimana diketahui, menciptakan blue ocean bukanlah pencapaian yang
statis melainkan suatu proses yang dinamis. Ketika suatu perusahaan telah menciptakan blue
ocean dan akibat-akibatnya yang kuat terhadap suatu kinerja sudah diketahui pesaing, maka
cepat atau lambat akan muncul pengekor. Agaknya sudah menjadi hukum alam pada saat
suatu perusahaan yang sukses dan meluaskan blue ocean-nya, maka serta merta akan makin
banyak perusahaan lain yang ingin ikut terjun. Seringkali suatu strategi blue ocean akan
berjalan tanpa tantangan berarti selama 10 hingga 15 tahun. Rintangan bagi para peniru
adalah bahwa strategi blue ocean merupakan sebuah pendekatan sistemik yang tidak hanya
menuntut berjalannya setiap elemen strategis secara benar, tetapi juga menuntut keterpaduan
elemen-elemen itu dalam suatu sistem integral supaya dapat menghasilkan inovasi nilai.
Inilah sebabnya kita jarang melihat adanya peniruan strategi yang terjadi secara cepat,
dimana meniru sistem semacam itu bukanlah hal yang mudah. Beberapa faktor yang
menyulitkan untuk meniru strategi blue ocean.
Pertama, inovasi nilai seringkali dianggap tidak masuk akal bagi logika konvensional
perusahaan pada umumnya. Sebagai contoh ketika pertama kali CNN memperkenalkan siaran
berita 24 jam dalam 7 hari penuh, sempat dicemooh oleh para pesaingnya sebagai berita mie
ayam, apalagi tanpa dibumbui oleh penyiar kondang. Situasi ini justru menguntungkan
karena menunda terjadinya peniruan secara cepat.
Kedua, strategi blue ocean dapat menimbulkan konflik dengan citra merek
perusahaan lain. Ketiga, terdapat kaidah hukum monopoli alamiah, yaitu pasar biasanya tidak
bisa mendukung atau menerima pemain kedua atau tiruan. Keempat, adanya hak paten atau
legal aspek yang menghalangi peniruan.
Kelima, volume penjualan tinggi akan menghasilkan keunggulan biaya yang cepat
bagi inovator nilai, dan dapat menciutkan nyali pengekor untuk memasuki pasar.
Keenam, eksternalitas jaringan blue ocean menghambat perusahaan lain untuk
melakukan peniruan. Ketujuh, suatu peniruan kerap akan menuntut perubahan kebijakan,
operasional, dan kultural yang signifikan.
Kedelapan, perusahaan yang melakukan inovasi nilai akan meraih popularitas tersebar
dari mulut ke mulut dan membentuk pelanggan loyal yang cenderung menciutkan nyali para
pengekor. Sebagai contoh, penyanyi legendaris Iwan Fals dan grup musik Slank di Indonesia,
yang menjadi ikon dunia hiburan di tanah air yang sulit digantikan, yang dikenal dengan
fanatisme penggemarnya. Berbeda dengan polularitas Aa Gim, yang dihancurkan sendiri oleh
inkonsistensi nilai yang ditebarkannya, sehingga upaya apapaun untuk mendongkrak nilai
inovatif menjadi sulit, meskipun ia menempuh langkah inovatif untuk rujuk dengan mantan
istrinya. Namun bagaimanapun strategi blue ocean relatif lambat atau cepat, pasti akan diikuti
oleh para peniru. Apabila kita terobsesi untuk mempertahankan pangsa pasar secara defensif,
boleh jadi ada kemungkinan kita terperosok kedalam persaingan dan berlomba untuk
memenangi kompetisi baru. Jika reaksi ini yang ditempuh, dihawatirkan bentuk dasar kurva
nilai kita akan berimpit dengan dasar kurva nilai para pesaing. Maka untuk menghindari
jebakan tersebut, kita perlu memonitor kurva-kurva nilai dalam kanvas strategi.
Memonitor kurva nilai akan memberi sinyal kepada kita, kapan kita harus melakukan
inovasi nilai dan kapan tidak. Kegiatan memonitor ini memberi peringatan dini kepada kita
untuk menciptakan blue ocean lain ketika kurva nilai kita mulai berimpit dengan kurva nilai
para pesaing. Memonitor kurva nilai, juga mencegah kita untuk menunda menciptakan blue
ocean baru, ketika masih terdapat arus laba yang besar dari produk kita saat ini. Ketika kurva
nilai perusahaan memiliki fokus, divergensi, dan moto yang masih memikat, maka kita perlu
menahan diri dari godaan untuk kembali melakukan inovasi nilai. Dalam hal ini, justru kita
harus fokus untuk memperlebar, memperluas, dan memperdalam arus profitabilitas melalui
perbaikan operasional dan perluasan geografis demi mencapai cakupan pasar dan economies-
of-scale secara optimal
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Blue Ocean Strategy adalah sebuah siasat untuk menaklukan pesaing melalui tawaran
fitur produk yang inovatif, dan selama ini diabaikan oleh para pesaing.
Saat kita berhasil menciptakan ruang pasar baru maka persaingan menjadi tidak lagi
relevan yang jika dikaitkan dengan Segmentasi dan targeting maka kita berhasil membidik
pasar dari segmen baru yang belum tergarap oleh siapapun. Pada kondisi ini kita memonopoli
pasar tersebut
Kebalikan dari Blue Ocean adalah Red Ocean di mana kondisi pasar terjadi kompetisi
yang sangat ketat dan terjadi price war.
Sebagai landasan untuk Create Blue Ocean adalah Company harus melakukan Value
Inovation karena tidak selamanya value yang telah kita terapkan akan selalu langgeng, hal ini
disebabkan karena adanya competitor yang dapat meniru nilai yang kita bangun.
Value Inovation (Inovasi Nilai) diciptakan melalui penghematan biaya dan
Menciptakan Elemen-elemen yang belum ditawarkan oleh industri dengan menggunakan alat
Kanvas Strategi