KETIDAKBERDAYAAN
A. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah kondisi ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya
kontrol personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu yang mempengaruhi pandangan
tujuan dan gaya hidup (Carpenito, 2009).
Ketidakberdayaan jiwa yaitu sekumpulan sifat negative pada diri manusia seperti putus
asa, tidak bergairah, pesimis, terasing dari pergaulan yang baik dan lain-lain.
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan
mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Menurut Muhammad bin Hasan bin Aqil Musa Syarif, 2008. Ketidakberdayaan atau
disfungsionalitas adalah ketidakmampuan melakukan suatu tindakan, dan keberadaan orang tsb
akhirnya menjadi beban bagi orang lain.
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis ketidakberdayaan,
yaitu :
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan,
gaya hidup, dan hubungan. Secara klinis, diagnosis keperawatan ketidakberdayaan
mungkin lebih bermanfaat jika digunakan untuk menggambarkan individu yang
mengalami ketidakberdayaan dasar dibandingkan ketidakberdayaan situasional.
B. Penyebab ketidakberdayaan :
1. Tawadlu yang palsu
Yakni sikap inkisar atau patah semangat dalam kepribadian. Ia tidak mau
melakukan sesuatu dengan alasan tidak mampu, padahal ada orang lain yg lebih rendah
kemampuannya, namun iamampu melaksanakan pekerjaan itu. Dengan alasan tawadlu'
ia tinggalkan hal-hal penting yg harus ia kerjakan.
2. Terlalu sensitive
Sensitifitas memang perlu, namun apabila sentiment pribadi telah menguasai diri
seseorang, maka ini akan berbahaya, karena ia akan menfasirkan setiap pembicaraan
orang lain dg berbagai macam penafsiran yg mungkin tidak diniatkan oleh pembicara
itu sendiri, akhirnya ia mudah tersinggung dsb.
3. Malas
Kemalasan adalah penyakit besar yg melanda setiap orang , itulah sebabnya maka
kita dianjurkan untuk berlindung kepada Allah dari sifat malas dan lemah.
4. Kebosanan/ Futur
Kebosanan bisa timbul karena sifat seseorang pembosan, karena tidak mantap
pada suatu hal, karena selera dalam bekerja yg hanya mau mengerjakan sesuatu hanya
dg dasar like and dislike, tidak melihat sisi hukumnya, atau future juga bisa muncul
karena kegagalan dalam :
a) Inqibadh (sempit dada)
kurang sabar dan kurang ulet.
b) Putus asa.
Putus asa adalah kematian dini, seseorang akan menjadi tak berdaya dan patah
semangat untuk mencari solusi atas problematika yg dihadapi, kadang-kadang hal ini
terwujud dengan ketidaksiapan mereka menerima amanah-amanah tertentu, karena
mereka menganggap apa yg dilakukan tdak akan bermanfaat.
5. Takut
6. Ketidak jelasan (ghumud)
7. Ragu-ragu.
C. Tanda dan gejala
a) Mayor (harus ada )
Memperlihatkan atau menutupi (marah, apatis) ekspresi ketidakpuasan atas
ketidakmampuan mengontrol situasi (misal : pekerjaan, penyakit, prognosis, perawatan
tingkat penyembuhan ) yang mengganggu pandangan, tujuan dan gaya hidup.
b) Minor ( mungkin ada )
a. Apatis dan pasif
b. Ansietas dan depresi
c. Marah dan perilaku kekerasan
d. Perilaku buruk dan kebergantungan yang tidak memuaskan orang lain
e. Gelisahan dan cenderung menarik diri
D. Akibat ketidakberdayaan
1. Gangguan emosional yang intesitasnya akan jauh lebih besar dari pada yang
ditunjukkan oleh orang-orang yang mengalami peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan
yang sama,tetapi yang sedikit banyak mampu mengontrolnya.
2. Ketidakberdayanya juga menyebabkan berkurangnya motivasi.
3. Ketidakberdayaan dapat mengakibatkan defisit kognitif.
I. PENGKAJIAN
II. DIAGNOSA
Tujuan umum :
Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan
situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri.
Tujuan khusus :
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien apa adanya dan bersifat empati.
2. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri
(misalnya rasa marah, frustasi dan simpati).
3. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya sportif.
4. Beri waktu untuk pasien beresponsi
5. Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosi.
6. Tunjukkan respon emosional dan menerima pasien.
7. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, klarifikasi.
8. Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
9. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada
dalam kemampuannya untuk mengontrol.
10. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya yang
berhubungan dengan ketidakmampuan.
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
TTV normal
Pasien tampak rileks
Intervensi:
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota badan
akibat amputasi.
Intervensi :
1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan
dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
2. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
3. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
4. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
5. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
6. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah kepada pembentukan
tubuh yang ideal.
7. Lakukan interaksi secara bertahap.
8. Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam keluarga dan social.
9. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau mempunyai
peran penting baginya.
10. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.9. Jakarta: EGC.
Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Ed.3.
Jakarta: EGC.
Angreni. 2010. Askep Gangguan Alam Perasaan Depresi. Diambil dari
http://anggreniniluhputu.blogspot.com/2010/12/askep-gangguan-alam-perasaan-depresi.html
pada 02 Desember 2012
Wahyu, Purwaningsih, Ina Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Press.