Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INTERVENSI KRISIS

KETIDAKBERDAYAAN

NAMA KELOMPOK VIII


1. SARTIKA
2. PUJI LESTARI
3. SUANI
4. ETIK L.
5. YETTY
6. NURUL HIDAYANI
7. RUSMIATI
8. SEPTIAN WISNU P.

SEKOLAH TINGGI PROGRAM KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUTO
UNGARAN
2016
KETIDAKBERDAYAAN

A. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah kondisi ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya
kontrol personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu yang mempengaruhi pandangan
tujuan dan gaya hidup (Carpenito, 2009).
Ketidakberdayaan jiwa yaitu sekumpulan sifat negative pada diri manusia seperti putus
asa, tidak bergairah, pesimis, terasing dari pergaulan yang baik dan lain-lain.
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan
mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Menurut Muhammad bin Hasan bin Aqil Musa Syarif, 2008. Ketidakberdayaan atau
disfungsionalitas adalah ketidakmampuan melakukan suatu tindakan, dan keberadaan orang tsb
akhirnya menjadi beban bagi orang lain.
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis ketidakberdayaan,
yaitu :
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan,
gaya hidup, dan hubungan. Secara klinis, diagnosis keperawatan ketidakberdayaan
mungkin lebih bermanfaat jika digunakan untuk menggambarkan individu yang
mengalami ketidakberdayaan dasar dibandingkan ketidakberdayaan situasional.
B. Penyebab ketidakberdayaan :
1. Tawadlu yang palsu
Yakni sikap inkisar atau patah semangat dalam kepribadian. Ia tidak mau
melakukan sesuatu dengan alasan tidak mampu, padahal ada orang lain yg lebih rendah
kemampuannya, namun iamampu melaksanakan pekerjaan itu. Dengan alasan tawadlu'
ia tinggalkan hal-hal penting yg harus ia kerjakan.
2. Terlalu sensitive
Sensitifitas memang perlu, namun apabila sentiment pribadi telah menguasai diri
seseorang, maka ini akan berbahaya, karena ia akan menfasirkan setiap pembicaraan
orang lain dg berbagai macam penafsiran yg mungkin tidak diniatkan oleh pembicara
itu sendiri, akhirnya ia mudah tersinggung dsb.
3. Malas
Kemalasan adalah penyakit besar yg melanda setiap orang , itulah sebabnya maka
kita dianjurkan untuk berlindung kepada Allah dari sifat malas dan lemah.
4. Kebosanan/ Futur
Kebosanan bisa timbul karena sifat seseorang pembosan, karena tidak mantap
pada suatu hal, karena selera dalam bekerja yg hanya mau mengerjakan sesuatu hanya
dg dasar like and dislike, tidak melihat sisi hukumnya, atau future juga bisa muncul
karena kegagalan dalam :
a) Inqibadh (sempit dada)
kurang sabar dan kurang ulet.
b) Putus asa.
Putus asa adalah kematian dini, seseorang akan menjadi tak berdaya dan patah
semangat untuk mencari solusi atas problematika yg dihadapi, kadang-kadang hal ini
terwujud dengan ketidaksiapan mereka menerima amanah-amanah tertentu, karena
mereka menganggap apa yg dilakukan tdak akan bermanfaat.
5. Takut
6. Ketidak jelasan (ghumud)
7. Ragu-ragu.
C. Tanda dan gejala
a) Mayor (harus ada )
Memperlihatkan atau menutupi (marah, apatis) ekspresi ketidakpuasan atas
ketidakmampuan mengontrol situasi (misal : pekerjaan, penyakit, prognosis, perawatan
tingkat penyembuhan ) yang mengganggu pandangan, tujuan dan gaya hidup.
b) Minor ( mungkin ada )
a. Apatis dan pasif
b. Ansietas dan depresi
c. Marah dan perilaku kekerasan
d. Perilaku buruk dan kebergantungan yang tidak memuaskan orang lain
e. Gelisahan dan cenderung menarik diri
D. Akibat ketidakberdayaan
1. Gangguan emosional yang intesitasnya akan jauh lebih besar dari pada yang
ditunjukkan oleh orang-orang yang mengalami peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan
yang sama,tetapi yang sedikit banyak mampu mengontrolnya.
2. Ketidakberdayanya juga menyebabkan berkurangnya motivasi.
3. Ketidakberdayaan dapat mengakibatkan defisit kognitif.

E. Batasan Karakteristik Klien Dengan Ketidakberdayaan


Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang dialami klien
dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain :
1. Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan
bersikap pasif.
2. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan
ititabilitas, ketidaksuk aan, marah dan rasa bersalah. Klien tidak melakukan praktik
perawatan diri ketika ditantang. Klien tidak ikut memantau kemajuan pengobatan. Klien
menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas
atau tugas sebelumnya. Klien menujukkan ekspresi keraguan tentang performa peran.
3. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi
dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan dan menyatakan
tidak memiliki kendali (terhadap per awatan diri, situasi, dan hasil). Pada klien NAPZA
biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi ketidakberdayaan berat karena tidak
memiliki kendali atas situasi yang memepngaruhinya untuk menggunakan NAPZA atau
ketidakmampuan mempertahankan situasi bebas NAPZA.
F. Cara mengobati Ketidakberdayaan.
Ketidakberdayaan secara umum :
1. Membaca Buku, khususnya buku biografi.
Dengan biografi kita bisa mengetahui himmah (semangat) orang lain dan
mengenal keunikan mereka, agar kita bisa mencontohnya.
2. Mengunjungi orang-orang saleh yg memiliki semangat tinggi.
Seseorang yg melihat orang lain yg memiliki kelebihan, biasanya ia akan
terpengaruh, ini adalah watak manuisa secara umum. Itulah perlunya bersilatrrahmi dan
berkumpul dengan orang-orang saleh.
3. Memahami misi manusia dalam kehidupan ini.
Manusia diciptakan untuk beribadah, menundukkan didinya kepada Allah dan
menundukkan diri mahluk yg lain kepada Allah. Ia ada di dunia ini karena adanya tugas
dari Allah, manusia ada bukan tanpa tujuan. Selama tujuan belum terwujud maka ia
harus berusaha semaksimal mungkin dan tidal kenal lelah.
4. Keteguhan hati dalam mengikis ketidakberdayaan.
Seseorasng yg tidak antusias memerangi ketidakberdayaan maka ia akan menjadi
pasif dan tidak dapat hidup maju, meskipun hal ini perlu banyak latihan, namun
sadarlah bahwa manusia memiliki potensi besar yg diberikan oleh Allah swt.
5. Memiliki cita-cita yg tinggi dan bersemangat untuk menggapainya.
G. Proses Terjadinya Masalah
Kebanyakan individu secara subyektif mengalami perasaan ketidakberdayaan dalam
berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi. Individu sering menunjukkan respon apatis,
marah atau depresi terhadap kehilangan kontrol (Carpenito-Moyet, 2007). Pada
ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa
hal tersebut di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan
berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan. Perawat harus hati-hati untuk mendiagnosis
ketidakberdayaan yang berasal dari perspektif pasien bukan dari asumsi. Perbedaan budaya dan
individu terlihat pada kebutuhan pribadi, untuk merasa mempunyai kendali terhadap situasi
(misalnya untuk diberitahukan bahwa orang tersebut mempunyai penyakit yang fatal (Wilkinson,
2007).
a) Faktor predisposisi :
a. Biologis
1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua menderita gangguan
jiwa)
2) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan Pengalaman
penggunaan zat terlarang
3) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chekup, tanggal terakhir
periksa)
4) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel,kanker terminal atau AIDS
b. Psikologis
1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
2) Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan
komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat mengekspresikan perasaan
terkait dengan penyakitnya atau kondisi dirinya
3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau
AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya yang sekarang
6) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama tahap
perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam mengembangkan hobi
dan aktivitas sehari-hari
7) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai saksi
8) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,mudah cemas, rasa
takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
9) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
c. Sosial budaya
1) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai kecenderungan yang sama
untuk mengalami ketidakberdayaan tergantung dari peran yang dijalankan dalam
kehidupannya
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya:
pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang terdekat yang
berlangsung lebih dari 6 bulan)
5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol (misalnya
kontrol lokus internal)
b) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi ketidakberdyaan
dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal.Kondisi internal dimana pasien kurang dapat
menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan
masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait dengan
perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir,
dan waktu terjasdinya dapat bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan, dengan jumlah
stressor lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi
ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh klien.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi timbulnya ketidakberdayaan
adalah sebagai berikut:
a. Biologis
1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program pengobatan
yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang, sulit dan kompeks)
(proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3) Terdapat gangguan sistem endokrin
4) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
5) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
6) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan gender
7) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan Keseimbangan
b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas sosial yang
berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari akibat tremor,nyeri, kehilangan pekerjaan.
4) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan melakukan
tanggungjawab peran.
5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang lain.
c. Sosial budaya
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau kehidupannya
yang sekarang.
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada dalam lingkungan
perawatan kesehatan).
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya:
pensiun, defisit memori, deficit motorik, status finansial atau orang terdekat yang
berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan ketidakmampuan
berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat.
Faktor penilaian terhadap stressor (Wilkinson, 2007)
a. Kognitif
1) Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi.
2) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustrasi terhadap kemampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
3) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
4) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kendali atau pengaruh
terhadap situasi, perawatan diri atau hasil.
5) Mengungkapkan ketidakpuasan karena ketergantungan dengan orang lain.
6) Kurang dapat berkonsentrasi.
b. Afektif
1) Merasa tertekan atau depresi terhadap penurunan fisik yang terjadi dengan
mengabaikan kepatuhan klien terhadap program pengobatan
2) Marah
3) Iritabilitas, ketidaksukaan
4) Perasaan bersalah
5) Takut terhadap pengasingan oleh pemberian perawatan
6) Perasaan cemas atau ansietas
c. Fisiologis
1) Perubahan tekanan darah
2) Perubahan denyut jantung dan frekuensi pernapasan
3) Muka tegang
4) Dada berdebar-debar dan keluar keringat dingin
5) Gangguan tidur, terutama kalau disertai dengan ansietas
d. Perilaku
1) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas
2) Tidak ada pertahanan pada praktik perawatan diri ketika ditantang
3) Tidak memantau kemajuan pengobatan
4) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau mengambil keputusan pada saat
diberikan kesempatan
5) Kepasifan hingga apatis
6) Perilaku menyerang
7) Menarik diri
8) Perilaku mencari perhatian
9) Gelisah atau tidak bisa tenang
e. Sosial
1) Enggan untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya
2) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
3) Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain
c) Faktor sumber koping
a. Personal ability
1) Keterampilan pemecahan masalah: kemampuan mencari sumber informasi,
kemampuan mengidentifikasi masalah yang berhubungan ketidakberdayaan,
kekuatan dan factor pendukung serta keberhasilan yang pernah dicapai.
Kemampuan mempertimbangkan alternative aktivitas yang realistik. Kemampuan
melaksanakan rencana kegiatan dan memantau kemajuan dari kondisi
pengobatannya
2) Kesehatan secara umum: mempunyai keterbatasan mobilitas yang dapat
dikendalikan oleh pasien
d) Faktor mekanisme koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis
2) Mempunyai penilaian yang yang nyaman dengan perubahan fisik dan peran yang
dialami akibat penyakitnya
3) Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan keterbatasan yang
terjadi akibat perubahan status kesehatannya
4) Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi terkait perubahan status
kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal
5) Di tengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan peran dalam
kehidupan sehari-hari, pasien amsih tetap produktif menghasilkan sesuatu
6) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami
7) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan kondisi
kesehatan
b. Destruktif
1) Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan aktivitas harian
(pasif)
2) Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan yang dialami dan
marah-marah dengan situasi tersebut
3) Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan perubahan kondisi
kesehatannya dan menjadi merasa tertekan atau depresi
4) Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang lain, kurang minat
dalam interaksi sosial sehingga mengalami menarik diri dan isolasi social
5) Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan yang dapat berakhir pada penyerangan terhadap
orang lain
6) Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya (represi/supresi)
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
KETIDAKBERDAYAAN / KETIDAKMAMPUAN

I. PENGKAJIAN

Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah


mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau memengaruhi situasi seperti :

a. Menagatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.


b. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
c. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan.
d. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
e. Apatis, pasif.
f. Ekspresi muka murung.
g. Bicara dengan lambat.
h. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
i. Tidur berlebihan.
j. Menghindari orang lain.

II. DIAGNOSA

Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnose


keperawatan dapat dirumuskan :

a. Gangguan harga diri: harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberadayaan.


b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota badan
akibat amputasi.
III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Gangguan harga diri: harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberadayaan.

Tujuan umum :

Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan
situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri.

Tujuan khusus :

Pasien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat.

Intervensi :

1. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien apa adanya dan bersifat empati.
2. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri
(misalnya rasa marah, frustasi dan simpati).
3. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya sportif.
4. Beri waktu untuk pasien beresponsi
5. Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosi.
6. Tunjukkan respon emosional dan menerima pasien.
7. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, klarifikasi.
8. Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
9. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada
dalam kemampuannya untuk mengontrol.
10. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya yang
berhubungan dengan ketidakmampuan.
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan pasien mampu


mengontrol tingkat ansietasnya serta mampu mengkomunikasikan perasaan dengan tepat dengan
kriteria hasil :

TTV normal
Pasien tampak rileks

Intervensi:

1. Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.


2. Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya.
3. Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien.
4. Bina hubungan saling percaya dengan oasien dan keluarga pasien.
5. Kolaborasi : beri obat untuk mengurangi ansietas.

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota badan
akibat amputasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan pasien dapat


menerima keadaan tubuhnya yang sekarang dengan kriteria hasil :

Pasien tampak percaya diri.


Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.

Intervensi :

1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan
dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
2. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
3. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
4. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
5. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
6. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah kepada pembentukan
tubuh yang ideal.
7. Lakukan interaksi secara bertahap.
8. Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam keluarga dan social.
9. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau mempunyai
peran penting baginya.
10. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.9. Jakarta: EGC.
Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Ed.3.
Jakarta: EGC.
Angreni. 2010. Askep Gangguan Alam Perasaan Depresi. Diambil dari
http://anggreniniluhputu.blogspot.com/2010/12/askep-gangguan-alam-perasaan-depresi.html
pada 02 Desember 2012
Wahyu, Purwaningsih, Ina Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Press.

Anda mungkin juga menyukai