TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Glibenklamid
Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3-
sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro-N-[2-[4{{{(sikloheksilamino)
karbonil}amino}sulfonil}fenil]etil]-2-metoksibenzamida dan sebagai 1-[[p-[2-(5-kloro-o-
anisamido)etil]fenil]sulfonil]-3-sikloheksilurea. Sinonim glibenklamid adalah gliburid.
O O O
S
O N N
H H
Cl
N
H
CH3
Glibenklamid merupakan serbuk hablur, putih atau hampir putih; tidak berbau atau hampir
tidak berbau. Glibenklamid tidak larut dalam air dan dalam eter; larut dalam 330 bagian
alkohol, dalam 36 bagian kloroform, dan dalam 250 bagian metanol. Glibenklamid
memilki titik lebur 172o 174o C.
2
3
S
O NH OC2H5
Cl
CH3
N
H
CH3
Senyawa urai ini merupakan salah satu cemaran senyawa organik yang keberadaannya
perlu diuji untuk menjamin keamanan glibenklamid. Dalam produk ruah glibenklamid,
senyawa sejenis ini tidak boleh lebih dari kandungan yang telah ditetapkan dalam
Farmakope.
Cara pemisahan dengan adsorpsi pada lapisan tipis adsorben yang sekarang dikenal dengan
kromatografi lapis tipis sebenarnya telah dipakai sejak tahun 1938 oleh Ismailov dengan
Shraiber. Sampai tahun 1956, cara ini masih belum dianggap mantap. Meskipun demikian
pada tahun 1961 penggunaannya telah meluas dan diakui merupakan cara pemisahan yang
baik, khususnya untuk kegunaan analisis kualitatif
Pada koromatografi lapis tipis, zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang
dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam yang merupakan zat yang inert, secara
merata. Kromatografi lapis tipis umumnya menggunakan lempeng kaca, tetapi sekarang
banyak pula digunakan lempeng kromatografi lapis tipis siap pakai yang terbuat dari
logam. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan
pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada absorpsi, partisi atau kombinasi kedua
efek, tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan dan pelarut yang digunakan.
Fase diam yang digunakan pada kromatografi lapis tipis sedikit agak porous agar fase
gerak setelah keduanya bersentuhan dapat bergerak karena gaya kapiler dari stasioner.
Pemilihan eluen juga harus dicoba mulai dari deretan pelarut yang non polar menuju ke
pelarut yang polar. Campuran eluen yang terdiri dari dua atau tiga pelarut dengan polaritas
yang berbeda memberikan pemisahan yang lebih baik dari pelarut tunggal. Kromatografi
dilakukan pada suhu dan suasana konstan. Ruangan bejana pengelusi harus jenuh dengan
uap eluen. Penjenuhan bejana dilakukan dengan cara melapisi kertas saring pada sisi-sisi
dalam ruang elusi (di dalam bejana).
Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan harga Rf yang identik
dan ukuran yang hampir sama, dengan menotolkan zat uji dan baku pembanding pada
lempeng yang sama. Rf adalah perbandingan jarak rambat (diukur sampai titik yang
memberikan intensitas maksimum pada bercak) suatu senyawa tertentu terhadap jarak
rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan. Harga Rf berubah sesuai kondisi percobaan,
karena itu identifikasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan baku pembanding yang
sama dengan sampel pada kromatogram yang sama (Depkes RI, 1995).
jarakyangditempuhbecak
Rf =
jarakyangditempuhsistempengembang
HRf = Rf x 100
5
Letak bercak yang diperoleh dari kromatogram pada umumnya dapat dideteksi dengan cara
sebagai berikut :
- Pengamatan langsung
Jika zat tampak dengan cahaya biasa atau dengan sinar ultraviolet.
- pengamatan dengan pereaksi kimia
Dilihat dengan cahaya biasa atau dengan sinar uv, stlh kromatogram disemprot atau
dibacam dengan pereaksi kimia
- Secara mikrobiologi
- Dengan menempatkan pita atau potonngan pelat pada
- Secara radioaktif
- Dengan cara sublimasi
atau cairan yang melapisi permukaan dalam kolom kapiler, sedangkan fase geraknya dapat
berupa gas atau cair yang dipaksakan mengalir melalui kolom dengan tekanan tinggi.
Senyawa dalam sampel mengalami antaraksi berulang-ulang (partisi) di antara fase gerak
dan fase diam dan secara berangsur-angsur dipisahkan membentuk pita dalam fase gerak.
Komponen campuran yang ditahan paling lemah terbilas lebih dulu dan yang ditahan
paling kuat terbilas paling akhir.
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau
sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi keran jenis tertentu
pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Ukuran keseluruhan kolom cukup
beragam, tetapi bisanya panjangnya sekurang-kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya
dan mungkin saja sampai 100 kalinya. Nisbah panjang terhadap lebar sebagian besar
ditentukan oleh mudah sukarnya pemisahan, nisbah lebih besar untuk pemisahan yang
lebih sukar. Ukuran kolom dan banyaknya penjerap yang dipakai ditentukan oleh bobot
campuran linarut yang akan dipisahkan.
Ukuran partikel penjerap untuk kolom biasanya lebih besar daripada untuk KLT. Kemasan
kolom biasanya 63-250 um untuk kolom yang dijalankan dengan gaya tarik bumi. Silika
gel (SiO2) merupakan penjerap yang paling banyak dipakai dan dapat dianggap sebagai
penjerap yang paling serbaguna. Pemilihan pelarut pengelusi merupakan hal yang penting.
Kromatogram kolom memerlukan waktu lama dan bahan yang cukup banyak, dan perlu
dipastikan (sebelum dimulai) pelarut atau campuran pelarut yang dapat menghasilkan
pemisahan yang diinginkan. Ada tiga pendekatan untuk pemilihan pelaru dalam
kromatografi kolom. Pendekatan pertama ialah penelusuran pustaka. Pendekatan kedua
ialah mencoba menerapkan data KLT pada pemisahan dengan kolom. Pendekatan ketiga
ialah pemakaian elusi landaian umum mulai dari pelarut yang tidak menggerakan linarut
sampai pelarut yang lebih polar yang menggerakkan linarut.
Senyawa organik menyerap energi radiasi pada panjang gelombang tertentu bergantung
pada struktur senyawa tersebut. Oleh karena itu teknik spektrofotometri inframerah dapat
digunakan untuk membantu menentukan struktur suatu senyawa.
Spektroskopi adalah suatu teknik pengukuran dari jumlah radiasi yang terabsorpsi oleh
suatu senyawa pada berbagai panjang gelombang. Semua molekul tersusun dari atom yang
terikat dengan ikatan kimia. Atom di dalam molekul mengalami gerakan vibrasi, yaitu
vibrasi rentang (stretching) dan vibrasi lentur (bending). Jika vibrasi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan momen dipol yang bersangkutan maka molekul
tersebut dapat menyerap energi radiasi inframerah. Frekuensi vibrasi tersebut bergantung
pada massa atom yang membentuk ikatan dan jenis ikatan. Panjang gelombang sinar
inframerah berada pada rentang 0,75 m 830 m. Dalam praktek, daerah sinar
inframerah yang digunakan, yaitu antara 2,5 m 15 m. Dalam spektrofotometri
inframerah bilangan gelombang dalam cm-1 lebih umum dipakai daripada panjang
gelombang.
Dalam suatu molekul yang kompleks terdapat bermacam-macam gerakan vibrasi dari
ikatan antara atom penyusun sehingga muncul sejumlah puncak serapan yang sebagian
diantaranya ditunjukkan oleh gugus fungsi tertentu. Daerah di atas 1500 cm-1 menunjukkan
puncak yang karakteristik untuk gugus fungsi tertentu dan disebut daerah gugus fungsi.
Daerah di bawah 1500 cm-1 disebut daerah sidik jari, terdapat beberapa puncak yang
karakteristik untuk setiap senyawa. Daerah sidik jari sangat berguna untuk
mengidentifikasi suatu senyawa menggunakan senyawa pembanding.
Spektroskopi RMI didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti-inti tertentu
dalam molekul organik, apabila molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat. Inti
8
atom unsur dapat dikelompokkan sebagai mempunyai spin atau tidak mempunyai spin.
Suatu inti yang mempunyai spin akan menimbulkan medan magnet kecil, yang
diperkirakan oleh suatu momen magnetik nuklir, suatu vektor.
Suatu transisi inti hidrogen dari keadaan spin yang satu ke keadaan spin yang lain
memerlukan energi sebesar 2 Bo. Energi ini dapat diberikan oleh radiasi elektromagnetik
sedemikian rupa sehingga komponen vektor magnet radiasi tersebut mengisolasi pada
suatu bidang datar yang tegak lurus pada bidang medan magnet yang digunakan. Bila
frekuensi mengisolasi komponen vektor magnet radiasi elektromagnet sama dengan
frekuensi presisi momen magnet inti, keduanya dikatakan berada dalam keadaan resonansi
atau beresonansi, dan energi dapat dipindahkan dari radiasi elektromagnet ke inti hidrogen.
Bila terjadi resonansi, proton diubah dari keadaan spin yang satu ke keadaan spin yang
lain. Supaya terjadi transisi proton dari keadaan spin yang satu ke keadaan spin yang
lainnya, sampel dapat ditempatkan di daerah medan magnet yang kekuatannya tetap, Bo,
dan frekuensi mengisolasi komponen vektor magnet radiasi elektromagnet, v, diubah-ubah
sampai dicapai resonansi. Cara lain, menggunakan frekuensi radiasi elektromagnet yang
tetap dan medan magnet diubah-ubah sampai dicapai keadaan resonansi.