Pengadaan Barang Dan Jasa Di Pemerintahan
Pengadaan Barang Dan Jasa Di Pemerintahan
Pengertian Umum)
Banyak rekan yang menghubungi saya setelah tulisan tentang sertifikasi pengadaan di blog ini
saya masukkan yang menanyakan tentang proses pengadaan di instansi pemerintah. Juga ada
yang menelepon dan curhat mengenai kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh panitia
lelang di sebuah instansi sehingga perusahaannya dikalahkan dalam pelelangan tersebut.
Rupanya, sebagian besar terjadi karena ketidaktahuan terhadap Keppres No. 80 Tahun 2003 dan
perubahannya, sehingga banyak hal-hal yang kelihatan sepele namun cukup fatal dalam aturan
sehingga sah untuk digugurkan. Ada juga yang rupanya benar-benar dipermainkan oleh panitia
lelang.
Karena itulah saya mencoba untuk menuliskan sedikit informasi mengenai tata cara pengadaan
barang dan jasa dalam lingkup pemerintahan. Dan karena materinya cukup luas dan panjang,
agar mudah dipahami, saya mencoba untuk membagi menjadi beberapa tulisan, agar pembaca
yang sudah paham pada satu tahapan dapat langsung menuju kepada tahapan lainnya.
Dalam tulisan ini saya akan mencoba memasukkan beberapa kejadian-kejadian yang pernah saya
alami maupun pengalaman teman yang lain, agar dapat memperkaya isi tulisan. Juga hal-hal
yang harus diperhatikan oleh rekanan pada saat mengikuti pelelangan sehingga tidak mengalami
masalah.
Pengertian Umum
Seperti yang telah saya tuliskan disini, bahwa proses pengadaan barang ataupun jasa dalam
institusi pemerintah tidak semudah pengadaan di institusi swasta. Seluruh pengadaan barang
yang pembiayaannya melalui APBN/APBD, baik sebagian atau keseluruhan, harus mengacu
kepada aturan yang berlaku (Keppres No. 80 Tahun 2003, Bagian Kedua Pasal 2; bagian ketujuh
pasal 7)
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam proses pengadaan ini, diantaranya:
1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab
atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa
2. Penyedia barang/jasa, adalah badan usaha atau perseorangan yang menyediakan
barang/jasa
3. Barang, adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku,
bahan setengah jadi, barang jadi/peralatan yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna
barang/jasa
4. Khusus jasa, terbagi atas 3 jenis, yaitu Jasa Pemborongan, Jasa Konsultasi dan Jasa
lainnya
Untuk istilah lebih lengkap, silakan membuka Keppres No. 80 Tahun 2003 Pasal 1 dan Perpres
No. 8 Tahun 2006 Pasal 1
Istilah-istilah ini harus dipahami terlebih dahulu, karena dalam pelaksanaan pengadaan, banyak
aturan-aturan yang berbeda untuk setiap jenis pengadaan. Khususnya pada pengadaan barang dan
pengadaan jasa konsultasi.
Swakelola
Nah, apakah seluruh pengadaan atau kegiatan di institusi pemerintah itu harus dilaksanakan
dalam bentuk pelelangan ?
Sesuai dengan aturan, ada 2 (dua) pelaksanaan pengadaan, yaitu dengan menggunakan penyedia
barang/jasa (pihak ketiga) atau dengan cara swakelola (dikelola sendiri oleh institusi itu)
Sebelum kita masuk lebih jauh ke pengadaan, saya akan jelaskan sedikit tentang swakelola.
Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh institusi,
dimana dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan oleh PPK, instansi pemerintah lain atau
kelompok masyarakat/LSM penerima hibah.
pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis SDM pada institusi
yang bersangkutan (misalnya diklat, beasiswa, kunjungan kerja);
pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyakarat;
pekerjaan yang dari segi besaran, sifat, lokasi, atau pembiayaan tidak diminati oleh
penyedia barang/jasa;
pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu,
sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang
besar;
penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau penyuluhan;
pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus, yangbelum
dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa;
pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,
pengujian di laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan
tinggi/lembaga ilmiah pemerintah;
pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang/jasa.
Nah, dari penjelasan diatas maka cukup jelas apa saja yang boleh dilaksanakan secara swakelola.
Di luar dari daftar tersebut, harus dilaksanakan melalui penyedia barang/jasa.
Disini terlihat jelas ketidakpahaman terhadap substansi dari Kepres dan pengertian mengenai
pekerjaan yang sifatnya rahasia tersebut. Yang rahasia adalah pekerjaannya dan bukan
barangnya. Jadi proses pengadaan barangnya tetap harus terbuka dan transparan, tetapi nanti
setelah diadakan, maka penggunaannya masuk dalam kategori rahasia. Contoh pengadaan yang
sifatnya rahasia adalah pengadaan perangkat untuk peluru kendali, instalasi nuklir, atau untuk
intelijen negara
Panitia Pengadaan
Apabila sebuah pengadaan barang/jasa dilakukan dengan menggunakan pihak ketiga, yaitu
melalui penyedia barang dan jasa, maka proses pengadaannya harus melalui panitia atau pejabat
pengadaan.
Panitia pengadaan dibentuk bila nilai pengadaan di atas Rp. 50.000.000 (Lima Puluh Juta
Rupiah), sedangkan dibawah itu cukup dengan pejabat pengadaan.
Jumlah panitia pengadaan minimal 3 orang dan berjumlah ganjil sesuai dengan nilai pengadaan
dan harus berasal dari pegawai negeri, baik dari instansi sendiri maupun instansi lainnya.
Panitia pengadaan harus memahami tentang prosedur pengadaan, jenis pekerjaan yang diadakan
maupun substansi pengadaan, tidak memiliki hubungan keluarga dengan pejabat yang
mengangkat dan menetapkan sebagai panitia dan memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa
pemerintah.
Khusus untuk aturan mengenai kepemilikan sertifikat pengadaan barang/jasa pemerintah, sesuai
dengan Surat Edaran Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas No. 0021/M.PPN/01/2008 Tanggal
31 Januari 2008, maka sertifikat pelatihan/bimbingan teknis pengadaan barang dan jasa, untuk
sementara, sampai tanggal 31 Desember 2008 dapat diberlakukan sebagai sertifikat keahlian
pengadaan barang/jasa.
Dalam klausul mengenai panitia juga ditegaskan, bahwa panitia harus memahami substansi dari
pengadaan. Apabila di institusi itu tidak ada orang yang memahami mengenai substansi, maka
disilakan untuk mengambil orang dari unit/institusi lain. Contoh, sebuah institusi hendak
mengadakan perangkat server dan kelengkapannya, sedangkan di institusi itu tidak ada
seorangpun yang memahami tentang server, maka dapat mengambil panitia dari bagian data atau
institusi yang menangani TI.
PPK, bendaharawan, dan pejabat yang bertugas melakukan verifikasi surat permintaan
pembayaran (SPP) dan/atau pejabat yang bertugas menandatangani surat perintah membayar
(SPM) dilarang duduk sebagai panitia/pejabat pengadaan. Pegawai pada BPKP, Itjen,
Inspektorat Utama, dan unit pengawas lainnya juga dilarang menjadi panitia/pejabat pengadaan
pada institusi lain. Mereka hanya bisa menjadi panitia/pejabat pengadaan pada institusi masing-
masing.
Penyedia Barang/Jasa
Bukan hanya panitia saja yang memiliki persyaratan, tapi penyedia barang/jasa juga memiliki
persyaratan untuk dapat mengikuti kegiatan pengadaan. Persyaratan penyedia barang/jasa adalah:
Khusus untuk tenaga ahli yang ditugaskan dalam pelaksanaan pekerjaan Jasa Konsultasi,
persyaratannya adalah:
memiliki NPWP dan bukti penyelesaian kewajiban pajak (ini yang kadang sulit bagi
tenaga ahli kita);
lulusan perguruan tinggi negeri atau swasta yang telah terakreditasi atau yang lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang ijazahnya telah disahkan oleh Depdiknas;
mempunya pengalaman di bidangnya.
Untuk penilaian mengenai persyaratan penyedia barang/jasa tersebut akan melalui proses
penilaian kualifikasi, baik pra kualifikasi maupun pasca kualifikasi, yang akan dibahas pada
bagian II.
Nah, lumayan singkat khan pelaksanaan penyediaan barang/jasa pemerintah ini. Sebenarnya
semua ini dilaksanakan agar proses pengadaan dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, terbuka
dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.
Kalau dalam pelaksanaannya ada yang jauh dari tujuan tersebut, tak lain dan tak bukan adalah
tindakan dari beberapa oknum.
Atruan tetap aturan yang bagaimanapun pasti ada celah untuk dilanggar. Namun, untuk
mewujudkan bangsa yang baik, seyogyanya aturan dapat ditegakkan secara murni dan
konsekwen.
Bagian I ini saya akhiri disini, agar mudah dalam proses pembacaan, karena pada bagian ke II
saya akan fokus kepada proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
Sebagai info, pada bagian II, saya hanya akan fokus kepada pelaksanaan pengadaan barang/jasa
lainnya dan bukan kepada jasa konsultasi. Karena di lapangan, proses pengadaan yang paling
banyak dilaksanakan adalah barang/jasa lainnya.