SKRIPSI
Oleh:
NAFTIKA EDEILWEYS
I 111 08 261
i
KARAKTERISTIK KIMIAWI SUSU SAPI PERAH FRIESIAN
HOLSTEIN (FH) YANG DIBERIKAN PAKAN KOMPLIT
BERBASIS LIMBAH BAHAN BAKU LOKAL
BERUPA LIMBAH SAYUR
SKRIPSI
Oleh:
NAFTIKA EDEILWEYS
I 111 08 261
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
sepenuhnya.
TTD
Naftika Edeilweys
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc Dr. Fatma Maruddin, S.Pt, MP
NIP. 19641231 198903 1 026 NIP. 19750813 200212 2 002
Mengetahui :
iv
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan yang terjadi
pada karakteristik kimiawi susu sapi perah yang sedang laktasi pada pemberian
jenis pakan yang berbeda dengan pemanfaatan limbah sayur. Sapi perah yang
digunakan sebanyak 15 ekor dibagi menjadi 3 perlakuan jenis pakan dimana
masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan, yaitu : P1 (kontrol) = Rumput
gajah 30 kg/ekor/hari + dedak 7 kg/ekor/hari (kebiasaan peternak), P2 = Rumput
gajah 30 kg/ekor/hari + konsentrat 4 kg/ekor/hari, P3 = pakan komplit sebanyak
20 kg/ekor/hari. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah karakteristik
kimiawi air susu dengan melihat kandungan protein, lemak, laktosa, phosfor dan
kalsium. Data kualitas susu dianalisis dengan analisa ragam dengan pola
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
protein, kalsium dan posfor lebih tinggi pada perlakuan P2 dan P3 dibandingkan
dengan perlakuan P1, tetapi tidak berbeda antara perlakuan P2 dan P3. Kadar
lemak pada perlakuan P1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2, tetapi
tidak berbeda antara perlakuan P1 dan P3 juga antara perlakuan P2 dan P3. Kadar
laktosa tidak berbeda antar perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa karakteristik kimiawi susu sapi perah FH yaitu kandungan
protein, kalsium dan posfor mengalami peningkatan dengan pemberian pakan
komplit.
v
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the changes in the chemical
characteristics of milk lactating dairy cows by providing different types of feed
utilization of vegetable waste. Dairy cows are used as many as 15 heads divided
into 3 treatment diets in which each treatment consisted of 5 replicates, ie: P1
(control) = Napiergrass 30 kg/head/day + rice bran 7 kg/head/day (custom
rancher) , P2 = Napiergrass 30 kg/head/day of concentrate + 4 kg/head/day, P3 =
complete feed as much as 20 kg/head/day. The parameters observed in this study
ware chemical characteristics of milk to view the content of protein, fat, lactose,
phosfor and calcium. The data were analyzed by variety of patterns completely
randomized design. The results showed that the content of protein, calcium and
phosphorus were higher in the treatments P2 and P3 compared to the P1
treatment, but did not differ between treatments P2 and P3. The content of fat in
the treatment of P1 is higher than P2 treatment, but did not significantly different
between P1 and P3 treatment and between P2 and P3 treatment. The content of
lactose did not differ between treatments. Based on these results, it can be
concluded that the chemical characteristics of dairy cow in FH ie the content of
protein, calcium and phosphorus have increased by the amplication of complete
feed.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Kimiawi Susu Sapi Perah Friesian Holstein (FH) yang Diberikan Pakan
Komplit Berbasis Limbah Bahan Baku lokal Berupa Limbah Sayur sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Produksi Ternak,
macam rintangan, namun berkat bimbingan, arahan dan bantuan moril maupun
materil yang tulus dari berbagai pihak maka segala rintangan tersebut dapat
teratasi. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini dengan segalah kerendahan hati
dan penuh hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak
Ambo Ako selaku pembimbing utama dan ibu Fatma Maruddin selaku
kepada kedua orang tua, ayahanda tercinta Alm. Albert Sonda timbang dan
ibunda tersayang Alm. N.Corina Kidingallo atas segala cinta kasihnya kepada
penulis. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Om Eduard
dalam Doa dan memberikan motivasi kepada penulis. Penulis juga berterima kasih
vii
kepada saudara - saudaraku atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada
penulis.
Ucapan terima kasih dan penghargaan dari dukungan berbagai pihak yang
setinggi-tingginya kepada :
III, Bapak Sudirman Baco selaku Ketua Jurusan Produksi Ternak, Bapak
4. Terima kasih kepada sahabat penulis yang selama ini telah membantu,
viii
5. Terima kasih pula untuk keluarga besar Bapak Sanusi yang telah
8. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah
satu persatu.
penulisan maupun isi dari skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari teman-teman pembaca. Akhir kata, semoga
Penulis
NAFTIKA EDEILWEYS
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
x
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesimpulan ................................................................................................. 29
Saran ............................................................................................................ 29
LAMPIRAN ............................................................................................... 34
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Kebutuhan Energi dan Protein untuk Sapi Perah ................................. 5
5. Kandungan nutrisi rumput gajah dan dedak padi untuk produksi susu
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Analisa Ragam Kadar Protein .............................................................. 34
xiii
PENDAHULUAN
Susu merupakan bahan makanan asal hewani yang memiliki nilai gizi
tinggi dan sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Kebutuhan bahan baku susu di
Indonesia hingga saat ini sebagian berasal dari import dan sebagian lagi dari
peternakan sapi perah rakyat di pedesaan yang dipelihara dengan cara tradisional.
Hal ini dikarenakan produktivitas sapi perah di Indonesia rata-rata masih rendah
Secara kimiawi susu tersusun atas dua komponen utama, yaitu air sekitar
87% dan bahan padat sekitar 13%. Didalam bahan padat susu terdapat berbagai
seyawa kimia, baik yang termasuk golonga seyawa zat gizi makro (makronutrien)
seperti lemak, protein dan karbohidrat, maupun seyawa zat gizi mikro
nutrien yang bersumber dari hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat sebagai
pakan pelengkap yang berkesinambungan. Namun, hingga saat ini masalah pakan
menunjukkan kendala utama dalam pengolahan usaha sapi perah di daerah tropis.
Pada puncak musim kemarau hijauan sangat langka, nilai gizinya rendah serta
cepat menua sedangkan pada musim hujan ketersediaan pakan sangat melimpah.
Oleh karena itu, penerapan teknologi tentang pengolahan limbah pertanian yang
alternatif dalam pengolahan bahan pakan. Salah satunya adalah melalui teknologi
pakan komplit (Baba, dkk., 2011). Pakan komplit merupakan ransum lengkap
1
yang telah diformulasi sedemikian rupa sehingga mengandung semua nutrien
sesuai kebutuhan nutrisi ternak dan diberikan sebagai satu-satunya pakan untuk
tenaga kerja, kualitas nutrisi lebih lengkap, serta dapat tahan lama dan
yang terjadi pada karakteristik kimiawi susu sapi perah yang sedang laktasi
2
TINJAUAN PUSTAKA
Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West
Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut
merupakan daerah yang memiliki padang rumput yang bagus. Sapi Friesian
Holstein berwarna hitam dan putih (ada juga yang berwarna merah) (Siregar, 1995
baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Bangsa sapi perah yang ada diantaranya
Fries Holland, Jersey, Guarnsey, Ayrshire dan Shorthorn. Bangsa sapi perah yang
daerah tropis.
Ciri-ciri sapi perah FH yang ada adalah (1) warna bulu hitam dengan
bercak-bercak putih, (2) bulu pada ujung ekor dan ujung kaki berwarna putih, (3)
bulu dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih, (4) berambing besar, (5)
tanduk kecil, pendek, menjurus ke depan, (6) pada dahi terdapat tanda segitiga
berwarna putih, (7) kepala besar dan sempit, (8) lambat dewasa kelamin, (9)
temperamen sapi betina tenang dan jinak sedangkan sapi jantan agak liar, (10)
bobot tubuh betina dewasa mencapai 625 kg, sedangkan sapi jantan dewasa 800
3
kg dan (11) produksi susu dapat mencapai 45005000 liter/ekor/laktasi (Anonim,
2012a).
dikembangkan di daerah luar pulau Jawa seperti di Sumatra Utara, Sumatra Barat
dan Sulawesi Selatan. Populasi nasional dari tahun 2002-2006 berturut-turut yaitu
Peternakan, 2006). Sedangkan pada tahun 2011 populasi sapi perah mencapai
597,1 ribu ekor, dimana populasi terbanyak di Jawa Timur 296,3 ribu ekor
terus meningkat jika berhasil dikembangkan di luar pulau Jawa karena masih
banyak lahan yang cocok dan mendukung untuk peternakan sapi perah.
2002). Sapi perah membutuhkan lima nutrien utama yaitu energi, protein, mineral,
vitamin dan air. Nutrien tersebut penting untuk menjaga kesehatan dan
produktivitas. Mineral dan vitamin diperlukan hanya dalam jumlah yang sangat
sedikit sedangkan air, energi dan protein dibutuhkan dalam jumlah banyak (Bath,
dkk., 1985).
diantaranya adalah jumlah dan tipe dari pakan berserat (roughage), rasio pakan
4
dari pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap kualitas susu dengan asumsi
besar pada kualitas lemak dengan sedikit pengaruh pada kualitas protein susu
(Widodo, 2003).
perah pejantan membutuhkan TDN sebesar 55%, sedangkan sapi perah dara
(umur 6-12 bulan) membutuhkan TDN sebesar 61-66% (Tabel 1). Kebutuhan sapi
perah induk dibedakan berdasarkan masa laktasinya, pada awal laktasi kebutuhan
TDN sangat tinggi yaitu 73%, sedangkan pada bulan laktasi berikutnya kebutuhan
TDN bergantung pada jumlah produksi susunya. Sapi yang memproduksi susu 7-
13 kg/hari membutuhkan TDN sebanyak 63-67% dan sapi yang produksi susunya
13-20 kg/hari membutuhkan TDN sebanyak 67-71%. Sapi perah induk yang
berada pada masa kering mempunyai kebutuhan TDN yang lebih rendah daripada
5
Pakan komplit
ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-
satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi
bahan pakan termasuk hijauan sumber serat kasar dengan proporsi yang seimbang
yang diolah dan dicampur menjadi campuran yang seragam dengan kandungan
pakan komplit antara lain memberikan nutrisi yang seimbang bagi ternak, dapat
limbah pertanian sebagai sumber serat, meningkatkan konsumsi bahan pakan yang
a. Limbah Kubis
Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang
nutrien yang cukup tinggi dengan kadar air yang tinggi pula sebesar 92,44%.
6
Tingginya kadar air menyebabkan limbah kubis cepat busuk. Pengolahan terhadap
limbah kubis sangat diperlukan agar limbah kubis dapat digunakan dalam waktu
(Rahmadi, 2003).
Kandungan nutrien limbah kubis yaitu 15,74% bahan kering (BK), 12,49%
abu, 23,87% protein kasar (PK), 22,62% serat kasar (SK), l,75% lemak kasar
(LK) dan 39,27% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Muktiani, dkk., 2007).
Kelemahan dari limbah kubis adalah kadar air yang tinggi sebesar 92,44% yang
b. Limbah Wortel
sepanjang tahun. Ketika musim panen tiba wortel tidak laku jual sehingga petani
Alternatif pemanfaatan wortel menjadi suatu produk olahan lain selain digunakan
menjadi sayur juga bisa digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai pakan
pendukung, tentu saja limbah tersebut akan lebih aman digunakan sebagai pakan
Kandungan yang ada pada wortel yaitu nilai kandungan gizi wortel per 100 g (3.5
oz), Energi 173 kJ (41 kcal), Karbohidrat 9 g, Gula 5 g, Diet serat 3 g, Lemak 0,2
7
c. Kulit Kopi
Kulit buah kopi merupakan limbah dari pengolahan buah kopi untuk
mendapatkan biji kopi yang selanjutnya digiling menjadi bubuk kopi. Kandungan
zat makanan kulit buah kopi dipengaruhi oleh metode pengolahannya apakah
secara basah atau kering. Untuk sapi perah laktasi penggunaan kulit buah kopi
dapat digunakan hingga level 20% dari ransum tanpa mempengaruhi produksi
susu.
11,18%, lemak kasar 2,5%, serat kasar 21,74% dan TDN 57,20%. Kulit kopi
hanya sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia dan sebagian
besar lainnya dibuang atau dibenamkan dalam tanah untuk digunakan sebagai
d. Jerami Jagung
Jerami jagung adalah bagian batang dan daun jagung yang telah dibiarkan
mengering diladang dan dipanen ketika tongkol jagung dipetik Jerami jagung
seperti ini banyak diperoleh di daerah sentra tanaman jagung yang ditujukan untuk
menghasilkan jagung bibit atau jagung untuk keperluan industri pakan bukan
8
Tabel 2. Kandungan gizi jerami jagung
e. Dedak Padi
kasar dan 25% dedak halus dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak padi
cukup disenangi ternak. Pemakaian dedak padi dalam ransum sapi perah
umumnya sampai 15% dari campuran konsentrat. Pemakaian dedak padi dalam
bahan kering adalah 12,4%, lemak 13,6%, dan serat kasar 11,6%. Dedak padi
padi kaya akan thiamin dan sangat tinggi dalam niacin (Suryahadi, dkk., 2004)
9
Tabel 3. Kandungan nutrisi dedak padi
f. Bungkil Kelapa
berasal dari hasil ikutan pabrik minyak kelapa. Kandungan energi bungkil kelapa
cukup tinggi, protein kasar tergolong sedang yaitu 20%. Bungkil kelapa
memiliki komposisi gizi antara lain protein kasar (PK) 20,5 %, EM 1.540 kkal/kg,
serat kasar (SK) 13,79%, lemak kasar (LK) 10,48%, Abu 7,00% (Wahju, 1997).
g. Jagung giling
penggilingan jagung kering. Komposisi gizi limbah minyak jagung (%BK) adalah
sebagai berikut BK 88,06%, Abu 11,10%, protein kasar 21,89%, lemak 0,33%,
serat kasar 8,9%, Beta-N 53,10%, Kalsium 0,06% dan Posfor 2,18%.
Bungkil jagung dipergunakan sebagai sumber energi untuk ternak (Umiayasih dan
Wira, 2008).
10
h. Konsentrat
kandungan SK yaitu lebih rendah dari 18%. Konsentrat berperan penting untuk
mutu hijauan yang relatif tinggi berbeda halnya di Indonesia mutu hijauan relatif
dipengaruhi oleh bobot badan ternak, kualitas pakan hijauan yang diberikan,
produksi susu yang ingin dicapai dan kualitas konsentrat (Sudono, 1999).
i. Ampas Tahu
Ampas tahu (Tofu waste) adalah sumber protein yang mudah terdegradasi
di dalam rumen (Suryahadi, dkk., 2004). Ampas tahu diperoleh dalam proses
tahu. Kandungan zat makanan ampas tahu (%BK) adalah protin kasar 25,96%,
lamak ksar 11,22%, BETN 42,49%, serat kasar 15,7% dan abu 4,14%. Kadar air
dalam ampas tahu tergolong sangat tinggi yaitu 79,34% (Wiriano, 1985).
mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Susu
yang dihasilkan sapi perah harus memenuhi syarat susu yang baik yaitu
11
mengandung jumlah bakteri maksimum 1.000.000 cfu/ml, tidak mengandung
spora mikroba patogen, bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya,
mempunyai cita rasa yang baik dan tidak dipalsukan (Saleh, 2004).
sapi perah yaitu bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, lama laktasi, besar sapi,
estrus atau birahi, umur sapi, calving interval atau selang beranak, masa kering,
pada tabel 4.
No Karakteristik Syarat
1. Berat Jenis (pada suhu 27,5oC) minimum 1,0280
2. Kadar lemak minimum 3,0%
3. Kadar bahan kering tanpa lemak 8,0%
4. Kadar bahan kering 11,0%
5. Kadar protein minimum 2,7%
Sumber : Anonim, 1992.
terdiri dari air. Air tersebut sebagian dihasilkan dari air yang diminum oleh
Lemak. Kadar lemak normal yang terkandung dalam susu berkisar 3,45% .
Kadar lemak sangat menentukan nilai gizi dari air susu. Bahan makan olahan
dari susu yang banyak mengandung unsur lemak adalah : keju, mentega,
krim, susu kental manis dan susu bubuk. Berat jenis susu berada pada kisaran
0,93 dan lebih ringan dari berat jenis air. Hal ini menyebabkan lemak akan
12
mengapung dan membentuk lapisan di permukaan air susu apabila air susu
didinginkan.
Protein. Kadar protein dalam susu rata-rata sekitar 3,20 % , karena 26,50 %
dari bahan kering susu adalah protein. Protein dalam air susu juga merupakan
penentu kualitas air susu sebagai bahan yang layak untuk dikonsumsi.
Laktosa. Laktosa adalah bentuk karbohidrta yang terdapat dalam susu. Bentuk
ini tidak terdapat dalam bahan makanan yang lain. Kadar laktosa dalam susu
adalah 4,60 %. Laktosa terbentuk dari glukosa dan galaktosa, laktosa itulah
Vitamin dan enzim. Kadar vitamin dalam susu tergantung dari pakan yang
diberikan pada sapi setiap harinya dan waktu laktasinya. Vitamin diukur
dengan satuan Internasional Unit (IU). Vitamin yang larut dalam susu
dan yang terpenting adalah vitamin B1 dan B2, asam nikotinat dan asam
pantotenat. Enzim berfungsi untuk mengolah susu menjadi bahan lain . enzim
13
METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi perah sebanyak 15
ekor dengan kisaran umur antara 5-7 tahun yang sedang laktasi bulan ke 4-6 bulan
berupa wortel dan kol dan limbah perkebunan berupa kulit kopi, jerami jagung,
dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa, jagung giling dan air.
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ember, sekop,
timbangan pakan, drum plastik, karung, gelas ukur, dan pisau serta peralatan yang
Rancangan Penelitian
Sapi perah yang digunakan dibagi menjadi 3 perlakuan dengan jenis pakan
14
Tabel 5. Kandungan nutrisi rumput gajah dan dedak padi untuk produksi susu
minimal 10 liter per hari
Tabel 6. Kandungan nutrisi rumput gajah dan konsentrat untuk produksi susu
minimal 10 liter per hari
BK
Bahan pakan % TDN Abu PK Lemak SK BETN Ca P
(%)
Rumput gajah 45 9,99 23,58 5,40 3,91 1,22 14,54 19,94 0,21 0,16
Dedak padi 20 17,84 13,58 2,72 2,60 1,73 2,78 10,17 0,02 0,28
Jagung giling 5 4,34 4,04 0,11 0,54 0,21 0,13 4,01 0,01 0,02
Bungkil kelapa 30 26,58 23,61 2,47 6,39 3,27 4,26 13,62 0,07 0,20
100 58,75 64,81 10,70 13,44 6,43 21,70 47,74 0,31 0,65
untuk produksi susu minimal 10 liter, maka formulasi pakan komplit sebagai
berikut:
15
Tabel 8. Kandungan pakan komplit berdasarkan bahan kering
Komposisi (%)
Bahan Protein Lemak Serat
Air BETN Abu
Kasar Kasar Kasar
Pakan Komplit 73,24 13,57 7,6 30,53 36,55 11,8
2. Dipisahkan antara bahan hijauan dan konsentrat. Hijauan (limbah kol, jerami
jagung, limbah wortel) dan konsentrat (kulit kopi, bungkil kelapa, bungkil
5. Menyiapkan tempat (wadah) yang bisa ditutup rapat sehingga menjadi tempat
penyimpanan yang kedap udara. Misal : kantong plastik tebal, drum plastik
10-20 cm, setiap lapisan hijauan ditaburi campuran bahan pakan konsentrat.
cara ditekan-tekan atau diinjak-injak. Usahakan tidak ada tempat kosong yang
berisi rongga udara karena hal ini akan menyebabkan silase busuk.
wadah ditutup rapat dan disimpan di tempat yang teduh dan kering minimal 2
minggu.
16
10. Apabila akan diberikan pada ternak, silase diambil secukupnya kemudian
wadah ditutup kembali dengan rapat. Silase yang sudah dikeluarkan dari
11. Silase yang akan diberikan pada ternak diangin-anginkan terlebih dahulu
Prosedur Penelitian
dimana sapi dikandangkan dan diberikan pakan sesuai dengan perlakuan masing-
masing pada pagi dan sore hari. Sapi dikandangkan secara berkelompok dan
air susu dengan melihat kandungan protein, kandungan lemak, kandungan laktosa,
oleh larutan H2SO4 kemudian dilakukan dekstruksi dalam lemari asam sampai
17
jernih, lalu didinginkan kemudian dituang kedalam labu ukur 100 ml, lalu
dibilas dengan air suling. Setelah dingin, labu Kjeldahl dihimpitkan pada
100 ml air suling. Setelah itu disuling hingga volume penampungan menjadi
penampungan bersama isinya dititrasi dengan larutan HCL atau H2SO4 0,02
Rumus yang digunakan untuk menentukan kadar protein dalam susu yaitu :
( ) N 0,014 6,37
100%
1
N = normalitas NaOH
lalu kocok. Saring kedalam kertas saring kedalam tabung reaksi. Pipet 5 ml
kedalam cawing yang telah diketahui beratnya (a gr). Ovenkan pada suhu 100
o
C selama 4 jam. Keluarkan lalu masukan kedalam eksikator jam.
18
Laktosa dengan Metode Nelson
berikut :
A
=
A
A 0.6
= gram/laktosa
A 1000
A K 100
Kandungan laktosa (g/100 ml) adalah : = =
A 1000 0.01
tanda garis labu ukur, kemudian kocok hingga homogen. Diamkan selama 30
19
spektrofotometer (panjang gelombang 570 nm). Kemudian catat pembacaan
spektrofotometer.
Abu dalam cawan porselin pada penetapan kadar abu ditambahkan 3-5 ml
HCL pekat. Encerkan dengan air suling hingga volume mendekati bibir
cawan dan biarkan bermalam. Tuang kedalam labu ukur 100 ml. Bilas dengan
air suling hingga tanda garis lalu kocok hingga homogen (siap untuk
tambahkan beberapa tetes indikator metal red. Menambahkan tetes demi tetes
terbentuk endapan putih, kalau warna berupah warna menajdi merah dengan
saring whatman no.42 atau sejenisnya. Bilas dengan air panas hingga bebas
asam dengan uji tetes terakhir dengan larutan AgNO3 atau lakmus (dengan
AgNO3 tidak keruh lagi), biasanya dengan hilangnya warna merah. Kertas
erlemeyer yang berisi 100 ml air suling dan 5 ml H2SO4 pekat. Panaskan
20
hingga suhu 70oC-80oC dan titrasi dengan larutan KmnO4 0,1 N hingga warna
P V N 20
Perhitungan : %Kalsium = berat sampel (mgr) 100%
Keterangan : P = pengenceran
V = Volume titrasi
N = Normalitas KMnO4
Analisis Data
dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dikerjakan secara komputerisasi
dengan bantuan pengolahan data Statistical Package Sicial Science (SPSS) versi
16,0.
Yi j = + i + i j
i = 1, 2, 3 (perlakuan)
j = 1, 2, 3, 4, 5 (Ulangan)
perlakuan ke-i
= Rataan umum
ke-ij
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
zat makanan dalam bentuk dispersi. Sejak tahun 1850, susu telah diketahui
mengandung lemak, gula, protein dan mineral yang dapat memberikan manfaat
bagi tubuh. Kandungan nutrisi yang diperoleh sapi perah FH dari pakan yang
pemberian jenis pakan yang berbeda terhadap karaktristik kimiawi susu yang
pada Tabel 9.
Perlakuan (%)
No Parameter
P1 P2 P3
1 Protein 1,37a 3,12b 2,86b
a
2 Lemak 4,64 3,42b 4,03ab
3 Laktosa 2,50 2,92 2,88
a
4 Ca 0,09 0,24b 0,29b
5 P 0,05a 0,11b 0,11b
Keterangan : P1 = Rumput gajah 30 kg + dedak 7 kg
P2 = Rumput gajah 30 kg + konsentrat 4 kg
P3 = pakan komplit sebanyak 20 kg
Kadar Protein
kimiawi pada susu sapi perah FH. Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 1)
sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein susu sapi perah FH.
22
Berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 1) menunjukkan
bahwa kadar protein susu pada perlakuan P2 dan P3 nyata (P<0,01) lebih tinggi
dengan perlakuan P3. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P2 dan P3
terdapat beberapa bahan pakan yang merupakan sumber protein tinggi. Hal ini
bungkil kelapa dalam ransum sebagai sumber protein sangat baik karena selain
kandungan protein yang tinggi juga dilengkapi dengan beberapa asam amino
esensil yang dibutuhkan ternak. Selain bungkil kelapa ampas tahu juga merupakan
salah satu sumber protein yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Prabowo,
dkk (1993), menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis
lebih tinggi dari pada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini
berasal dari kedelai yang telah dimasak. Ampas tahu merupakan sumber protein
yang mudah terdegradasi di dalam rumen dengan laju degradasi sebesar 9,8% per
jam dan rataan kecepatan produksi N-amonia nettonya sebesar 0,677 mM per jam
(Sutardi, 1983). Oleh sebab itu, pemanfaatan limbah bahan baku lokal melalui
dapat dilihat dari unsur mineral yang digunakan sebagian berfungsi mensintesis
protein seperti N dan S kemudian sebagian lagi merupakan bagian dari enzim
seperti K, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn. Hal ini sesuai dengan pendapat Marince
23
protein, sedangkan unsur mineral lainnya seperti K, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn
Kadar Lemak
perbedaan dalam jumlah kadar lemak susu yang dihasilkan. Kadar lemak susu
yang diperoleh dari analisa laboratorium terlihat bahwa terjadi peningkatan kadar
lemak susu, dimana pada P1 (kontrol) rata-rata jumlah kadar lemaknya yaitu 4,64.
jenis pakan yang berbeda memberikan pengaruh (P<0,05) terhadap kadar lemak
bahwa kadar lemak pada perlakuan P1 nyata lebih tinggi dibanding dengan
berbeda dengan perlakuan P3. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P1
ternak diberikan pakan hijauan berupa rumput gajah dan dedak. Dimana dedak
yang diberikan dapat digunakan oleh ternak sebagai sumber energi dan
karbohidrat yang dapat memacu terjadinya peningkatan kadar lemak susu. Pakan
hijauan menyebabkan kadar lemak susu tinggi karena lemak susu tergantung dari
kandungan serat kasar dalam pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maheswari
(2004), yang menyatakan bahwa kadar lemak susu dipengaruhi oleh pakan karena
sebagian besar dari komponen susu disintesis dalam ambing dari substrat yang
sederhana yang berasal dari pakan. Pakan hijauan berhubungan erat dengan kadar
lemak air susu, karena kadar lemak air susu dipengaruhi oleh produksi asam asetat
24
dalam ransum sapi yang berasal dari bahan pakan hijauan berserat kasar tinggi.
Asam asetat merupakan prekusor atau sumber pembentuk lemak air susu.
utama yakni protein dan lemak yang belum dapat terpenuhi dari hijauan
(Ramelan, 2001). Kadar lemak susu pada perlakuan P3 (pakan komplit) juga
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena kandungan serat yang tinggi di
dalam pakan komplit sehingga mampu meningkatkan kadar lemak dalam susu.
Hal ini sesuai dengan pendapat Baba, dkk (2012) yang menyatakan bahwa
penggunaan limbah sayur (kol dan wortel) dalam pembuatan pakan komplit dapat
dijadikan sebagai sumber serat yang dibutuhkan oleh ternak disamping itu
komposisi susu yang terpenting adalah lemak dan protein. Lemak susu terdiri atas
trigliserida yang tersusun dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam
lemak melalui ikatan-ikatan ester. Asam lemak susu berasal dari aktivitas mikroba
dalam rumen (lambung ruminansia) atau dari sintesis dalam sel sekretori. Asam
lemak disusun rantai hidrokarbon dan golongan karboksil. Salah satu contoh dari
asam lemak susu adalah asam butirat berbentuk asam lemak rantai pendek yang
akan menyebabkan aroma tengik. Menurut Varnam dan Sutherland (1994) dalam
Sumantri, dkk (2005), bahwa lemak susu biasanya membentuk suatu komposisi
dari total lemak susu, ditambah digliserol dan monogliserol serta asam lemak
25
bebas. Selain itu terdapat sejumlah phospholipid dan dalam lemak susu terdapat
bersifat jenuh, 2530% tidak jenuh dan 4% asam lemak polyunsaturated. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kadar lemak susu sapi perah adalah jenis sapi perah,
umur, jenjang laktasi, interval pemerahan, keadaan iklim dan ransum yang
Kadar Laktosa
terhadap kadar laktosa susu sapi perah FH. Hal ini disebabkan karena pakan
rumen untuk menghasilkan asam propionate dalam Volatile Fatty Acids (VFA)
yang berperan dalam pembentukan laktosa susu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Yusuf (2010), yang menyatakan bahwa jika jumlah mikroba rumen meningkat,
maka fermentasi pakan juga lebih optimal sehingga Volatile Fatty Acids (VFA)
yang dihasilkan juga meningkat. VFA terdiri dari asam asetat, asam propionate
dan asam butirat. Salah satu produk VFA adalah asam propionate yang
susu. Laktosa di dalam susu berfungsi untuk mengikat air. Hal yang sama
26
mineral dalam rumen yang sangat erat hubungannya dengan kerja enzim
pencernaan sellosa. Ca, P, dan Mg pada level yang normal dalam rumen
Hasil analisis ragam kandungan Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) (lampiran 4
pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan Ca dan P susu sapi perah FH.
menunjukkan bahwa kandungan Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) pada perlakuan P2
perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3. Hal ini disebabkan karena
asupan nutrisi yang lengkap yang diperoleh oleh ternak sehingga kebutuhan akan
mineral dalam susu tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiono, dkk
(2003) menyatakan bahwa pakan komplit adalah ransum lengkap yang telah
pemanfaatan limbah bahan baku lokal melalui teknologi pakan komplit dapat
Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) sangat dibutuhkan oleh ternak terutama pada
awal laktasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pipit (2009), bahwa Kebutuhan
mineral makro sapi perah pejantan lebih rendah dibandingkan kebutuhan sapi
perah betina. Kebutuhan mineral makro paling tinggi yaitu pada saat sapi perah
berada pada awal laktasi, kemudian pada bulan laktasi berikutnya kebutuhan
27
mineral makro bergantung pada jumlah susu yang diproduksi. Kebutuhan mineral
sapi pada masa kering semakin rendah, bahkan kebutuhan Ca dan P lebih rendah
berproduksi. Kalsium (Ca) dan fosfor (P) merupakan mineral yang banyak
makro seperti Ca, P, Mg, Na dan K berperan penting dalam aktivitas fisiologis
dan metabolisme tubuh, sedangkan unsur mineral mikro seperti besi (Fe), tembaga
(Cu), seng (Z), mangan (Mn), dan kobalt (Co) diperlukan dalam sistem enzim
(McDowell, 2003).
28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
susu sapi perah FH dapat meningkat dengan pemberian pakan konsentrat dan
pakan komplit dibandingkan dengan yang hanya diberikan rumput gajah dan
dedak. Pakan komplit dengan pemanfaatan limbah sayur dapat dipakai oleh
Saran
bahan yang mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Disamping
itu peternak harus terlebih dahulu mengetahui komposisi dari bahan pakan
nutrisi ternak.
29
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, L dan Andi Mushawwir. 2012. Kadar glukosa darah, laktosa dan
produksi susu sapi perah pada berbagai tingkat suplementasi mineral
makro . Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang Jawa
Barat.
Anita, 2003. Pengaruh masa laktasi terhadap produksi air susu sapi Fries Holland
(FH) di Kabupaten Enrekang. Skripsi. Jurusan Produksi Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Anonim. 1992. Cara Uji Susu Segar. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2782-
1992. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Baba, S., A. Muktiani, A. Ako., M.I. Dagong. 2011. Keragaman dan Kebutuhan
Teknologi Peternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang. Med. Pet. Vol.
34 No.2:146-154
Baba, S., A. Muktiani, A. Ako., M.I. Dagong, A. Sanusi. 2012. Produksi pakan
komplitberbahan baku lokal dan murah melalui aplikasi participatory
technology development guna meningkatkan produksi dangke susu di
Kabupaten Enrekang. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Budiono, R.S., R.S. Wahyuni, dan R. Bijanti. 2003. Kajian kualitas dan potensi
formula pakan komplitvetunair terhadap pertumbuhan pedet. Proseding
Seminar Nasional Aplikasi Biologi Molekuler Di Bidang Veteriner d
alam Menunjang Pembangunan Nasional, Surabaya, 1 Mei 2003.
30
Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Statistik Peternakan 2006. Direktorat
Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 2005. Tabel komposisi pakan
untuk indonesia. Gajah Mada University Press, Yokyakarta
Ikawati, A. 2011. Analisis kandungan protein dan lemak susu hasil pemerahan
pagi dan sore pada peternakan sapi perah di wonocolo surabaya.
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Erlangga. Surabaya.
Kelly, J. 2002. Nutrition of the dairy cow. In: A. H. Andrews (editor). The ealth
of Dairy Cattle. Blackwell Science, UK.
Legowo, Dr. Ir. Anang Mohamad, M.Sc. 2002. Sifat Kimiawi, Fisik dan
Mikrobiologis Susu. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang.
Merince. 2008. Pengaruh penambahan daun ubi jalar terhadap kualitas air susu
sapi perah. Skripsi. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
NRC. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 8th Edition. National academic
of Science, Washington D. C.
Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1993. Pemanfaatan ampas tahu sebagai
makanan tambahan dalam usaha penggemukan domba potong.
Proceeding Seminar 1983. Lembaga Kimia Nasional-LIPI, Bandung.
31
Prasetyo, A. 2004. Model usaha rumput gajah sebagai pakan sapi perah di
kecamatan getasan, kabupaten semarang. Lokakarya Nasional Tanaman
Pakan Ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Ungaran.
Pipit. 2009. Respon produksi susu sapi friesian holstein terhadap pemberian
suplemen biomineral dienkapsulasi. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor
Ramelan. 2001. Efisiensi produksi pada sapi perah dara dan laktasi akibat
penyuntikan PMSG. Tesis. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro.
Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. USU digital
library. Sumatera Utara. Jurnal
Sutardi, T., M.A. Sigit T. Toharmat. 1983. Standarisasi Mutu Protein Bahan
Makanan Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh
Mikroba Rumen. Fapet IPB bekerjasama dengan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.
Umiayasih, U dan Wina, E. 2008. Pengolahan dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman
Jagung Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Balai Penelitian Ternak.
Bogor
32
Wahyu, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.
Widodo, Ir., M.Sc. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press. Yogyakarta.
Yusuf, R. 2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat
pemberian pakan yang mengandung tepung katu (Sauropus androgynus
(l.) merr) yang berbeda. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman, Samarinda.
33
34
Lampiran 1.
PROTEIN
Descriptive Statistics
Dependent Variable:protein
perlakua
n Mean Std. Deviation N
U1 1.3720 .18226 5
U2 3.1160 .38598 5
U3 2.8640 .32936 5
Dependent Variable:protein
Total 100.134 15
35
Multiple Comparisons
Dependent Variable:protein
Protein
Subset
Perlakua
n N 1 2
Duncana U1 5 1.3720
U3 5 2.8640
U2 5 3.1160
36
Lampiran 2.
LEMAK
Descriptive Statistics
Dependent Variable:lemak
perlakua
n Mean Std. Deviation N
U1 4.6260 .27996 5
U2 3.4020 .66560 5
U3 4.0280 .95646 5
Dependent Variable:lemak
Total 251.736 15
37
Multiple Comparisons
Dependent Variable:lemak
Lemak
Subset
perlakua
n N 1 2
Duncana U2 5 3.4020
U3 5 4.0280 4.0280
U1 5 4.6260
38
Lampiran 3.
LAKTOSA
Descriptive Statistics
Dependent Variable:laktosa
perlakua
n Mean Std. Deviation N
U1 2.5020 .49827 5
U2 2.9160 .17883 5
U3 2.8640 .32936 5
Dependent Variable:laktosa
Total 116.383 15
39
Lampiran 4.
KALSIUM
Descriptive Statistics
Dependent Variable:kalsium
perlakua
n Mean Std. Deviation N
U1 .0880 .02049 5
U2 .2400 .09407 5
U3 .2900 .10100 5
Dependent Variable:kalsium
Total .825 15
40
Multiple Comparisons
Dependent Variable:kalsium
Kalsium
Subset
perlakua
n N 1 2
Duncana U1 5 .0880
U2 5 .2400
U3 5 .2900
41
Lampiran 5.
POSPOR
Descriptive Statistics
Dependent Variable:pospor
perlakua
n Mean Std. Deviation N
U1 .0520 .00447 5
U2 .1140 .01140 5
U3 .1100 .01225 5
Dependent Variable:pospor
Total .140 15
42
Multiple Comparisons
Dependent Variable:pospor
Pospor
Subset
perlakua
n N 1 2
Duncana U1 5 .0520
U3 5 .1100
U2 5 .1140
43
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian di Kabupaten Enrekang dan Laboratorium Kimia
Makanan Ternak
44
Pencampuran Bahan Pakan Komplit Memasukkan Bahan ke dalam Wadah
45
Uji Kandungan Lemak Uji Kandungan Phosfor
46
RIWAYAT HIDUP
Barandasi dan lulus pada tahun 2002, kemudian penulis melanjtukan pendidikan
di SLTP Negeri 2 Maros Kabupaten Maros dan lulus pada tahun 2005. Setelah itu
Negeri Rappang Jurusan Kesehatan Hewan dan lulus pada tahun 2008. Setelah
selesai ditahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan disalah satu perguruan tinggi
47