Anda di halaman 1dari 60

KARAKTERISTIK KIMIAWI SUSU SAPI PERAH FRIESIAN

HOLSTEIN (FH) YANG DIBERIKAN PAKAN KOMPLIT


BERBASIS LIMBAH BAHAN BAKU LOKAL
BERUPA LIMBAH SAYUR

SKRIPSI

Oleh:

NAFTIKA EDEILWEYS
I 111 08 261

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK


JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

i
KARAKTERISTIK KIMIAWI SUSU SAPI PERAH FRIESIAN
HOLSTEIN (FH) YANG DIBERIKAN PAKAN KOMPLIT
BERBASIS LIMBAH BAHAN BAKU LOKAL
BERUPA LIMBAH SAYUR

SKRIPSI

Oleh:

NAFTIKA EDEILWEYS
I 111 08 261

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK


JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Naftika Edeilweys

Nim : I 111 08 261

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab

Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan

atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan

sepenuhnya.

Makassar, Maret 2013

TTD

Naftika Edeilweys

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Karakteristik Kimiawi Susu Sapi Perah Friesian


Holstein (FH) yang Diberikan Pakan Komplit
Berbasis Limbah Bahan Baku Lokal Berupa
Limbah sayur

Nama : Naftika Edeilweys


No. Pokok : I 111 08 261
Program Studi : ProduksiTernak
Jurusan : ProduksiTernak
Fakultas : Peternakan

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc Dr. Fatma Maruddin, S.Pt, MP
NIP. 19641231 198903 1 026 NIP. 19750813 200212 2 002

Mengetahui :

Dekan FakultasPeternakan Ketua Jurusan Produksi Ternak

Prof.Dr.Ir. Syamsuddin Hasan,M.Sc. Prof.Dr. Ir. H. SudirmanBaco, M.Sc.


NIP. 19520923 197903 1 002 NIP. 19641231 198903 1 025

Tanggal Lulus : Maret 2013

iv
ABSTRAK

Naftika Edeilweys (I11108261). Karakteristik Kimiawi Susu Sapi Perah Friesian


Holstein (FH) yang Diberikan Pakan Komplit Berbasis Limbah Bahan Baku
Lokal Berupa Limbah Sayur. Di bawah bimbingan Ambo Ako sebagai
pembimbing utama dan Fatma Maruddin sebagai pembimbing anggota.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan yang terjadi
pada karakteristik kimiawi susu sapi perah yang sedang laktasi pada pemberian
jenis pakan yang berbeda dengan pemanfaatan limbah sayur. Sapi perah yang
digunakan sebanyak 15 ekor dibagi menjadi 3 perlakuan jenis pakan dimana
masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan, yaitu : P1 (kontrol) = Rumput
gajah 30 kg/ekor/hari + dedak 7 kg/ekor/hari (kebiasaan peternak), P2 = Rumput
gajah 30 kg/ekor/hari + konsentrat 4 kg/ekor/hari, P3 = pakan komplit sebanyak
20 kg/ekor/hari. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah karakteristik
kimiawi air susu dengan melihat kandungan protein, lemak, laktosa, phosfor dan
kalsium. Data kualitas susu dianalisis dengan analisa ragam dengan pola
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
protein, kalsium dan posfor lebih tinggi pada perlakuan P2 dan P3 dibandingkan
dengan perlakuan P1, tetapi tidak berbeda antara perlakuan P2 dan P3. Kadar
lemak pada perlakuan P1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2, tetapi
tidak berbeda antara perlakuan P1 dan P3 juga antara perlakuan P2 dan P3. Kadar
laktosa tidak berbeda antar perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa karakteristik kimiawi susu sapi perah FH yaitu kandungan
protein, kalsium dan posfor mengalami peningkatan dengan pemberian pakan
komplit.

Kata kunci : Friesian Holstein, Karakteristik kimiawi susu, Limbah sayur,


Pakan komplit

v
ABSTRACT

Naftika Edeilweys (I11108261). Chemical characteristics of Friesian Holstein


(FH) dairy cow as affected by the amplication of complete feed such as local raw
vegetable waste, under supervisorship Ambo Ako as main supervisor and Fatma
Maruddin as co supervisor

The purpose of this study was to determine the changes in the chemical
characteristics of milk lactating dairy cows by providing different types of feed
utilization of vegetable waste. Dairy cows are used as many as 15 heads divided
into 3 treatment diets in which each treatment consisted of 5 replicates, ie: P1
(control) = Napiergrass 30 kg/head/day + rice bran 7 kg/head/day (custom
rancher) , P2 = Napiergrass 30 kg/head/day of concentrate + 4 kg/head/day, P3 =
complete feed as much as 20 kg/head/day. The parameters observed in this study
ware chemical characteristics of milk to view the content of protein, fat, lactose,
phosfor and calcium. The data were analyzed by variety of patterns completely
randomized design. The results showed that the content of protein, calcium and
phosphorus were higher in the treatments P2 and P3 compared to the P1
treatment, but did not differ between treatments P2 and P3. The content of fat in
the treatment of P1 is higher than P2 treatment, but did not significantly different
between P1 and P3 treatment and between P2 and P3 treatment. The content of
lactose did not differ between treatments. Based on these results, it can be
concluded that the chemical characteristics of dairy cow in FH ie the content of
protein, calcium and phosphorus have increased by the amplication of complete
feed.

Key words : Chemical characteristics of milk, Complete feed, Friesian


Holstein, Vegetable waste

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan kasih karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik yang berjudul Karakteristik

Kimiawi Susu Sapi Perah Friesian Holstein (FH) yang Diberikan Pakan

Komplit Berbasis Limbah Bahan Baku lokal Berupa Limbah Sayur sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Produksi Ternak,

Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menghadapi berbagai

macam rintangan, namun berkat bimbingan, arahan dan bantuan moril maupun

materil yang tulus dari berbagai pihak maka segala rintangan tersebut dapat

teratasi. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini dengan segalah kerendahan hati

dan penuh hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak

Ambo Ako selaku pembimbing utama dan ibu Fatma Maruddin selaku

pembimbing anggota yang penuh kesabaran, ketulusan dan keiklasan dalam

membimbing serta mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua, ayahanda tercinta Alm. Albert Sonda timbang dan

ibunda tersayang Alm. N.Corina Kidingallo atas segala cinta kasihnya kepada

penulis. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Om Eduard

Tangaran dan Tante Yosefina Kidingallo yang senantiasa mendukung penulis

dalam Doa dan memberikan motivasi kepada penulis. Penulis juga berterima kasih

vii
kepada saudara - saudaraku atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada

penulis.

Ucapan terima kasih dan penghargaan dari dukungan berbagai pihak yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Syamsuddin Hasan selaku Dekan Fakultas Peternakan, Bapak

Asmuddin Nasir selaku Pembantu Dekan I, Bapak Ambo Ako selaku

Pembantu Dekan II, Bapak Muh. Aminawar selaku Pembantu Dekan

III, Bapak Sudirman Baco selaku Ketua Jurusan Produksi Ternak, Bapak

Muhammad Yusuf selaku Sekertaris Jurusan Produksi Ternak.

Terkhususnya Penasehat Akademik penulis Bapak Lellah Rahim

2. Kepada Bapak Ibu dosen yang telah membimbing, memberikan arahan

dan motivasi kepada penulis selama berada di bangku kuliah.

3. Kepada staf Fakultas Peternakan khususnya Bapak Nasir, staf Dosen

Jurusan Produksi Ternak Ibu Faizah yang selalu membantu pnulis

sepanjang tahap penyelesaian studi.

4. Terima kasih kepada sahabat penulis yang selama ini telah membantu,

memberikan semangat dan doa untuk penulis khususnya, Fitriah,

Jumiati, Sri Arwita, Erdayanti, Nurfadilah, Hafsah, A. Citta

Pasamita, Januarti Salombe, Jernih Amalia Rahman, Indah Yunita,

Feby Ratrididni, Lestari Kemala Putri, St. Chadijah, Marlina dan

teman-teman Bakteri 08, serta semua pihak yang telah membantu

selama penyelesaian skripsi ini.

viii
5. Terima kasih pula untuk keluarga besar Bapak Sanusi yang telah

membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di Enrekang.

6. Kepada Kakanda Supardi penulis mengucapkan banyak terima kasih buat

bantuannya selama di lokasi penelitian.

7. Kepada Jaffryesar Tobungan yang senantiasa memberikan motivasi

dan semangat kepada penulis.

8. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah

membantu dan memberikan motivasi yang tak sempat penulis sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini, baik

penulisan maupun isi dari skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun dari teman-teman pembaca. Akhir kata, semoga

karya kecil ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

Makassar, Maret 2013

Penulis

NAFTIKA EDEILWEYS

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

LEMBAR KEASLIAN ............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................... vi

KATA PEGANTAR .................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Sapi Perah Friesian Holstein (FH) ................................ 3


Kebutuhan Makanan Sapi Perah ................................................................. 4
Pakan Komplit............................................................................................. 6
Karaktristik Kimiawi Susu .......................................................................... 11

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ...................................................................................... 14


Materi Penelitian ......................................................................................... 14
Rancangan Penelitian .................................................................................. 14
Prosedur Penelitian...................................................................................... 17
Parameter yang Diukur ............................................................................... 17
Analisis Data ............................................................................................... 21

x
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Kimiawi Susu Sapi Perah FH yang Diberikan Pakan


komplit Berbasis Limbah Bahan Buku Lokal ............................................. 22
Kadar Protein .............................................................................................. 22
Kadar Lemak ............................................................................................... 24
Kadar Laktosa ............................................................................................. 26
Kandungan Kalsium dan fosfor .................................................................. 27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ................................................................................................. 29
Saran ............................................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 30

LAMPIRAN ............................................................................................... 34

RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR TABEL

No. Halaman
Teks
1. Kebutuhan Energi dan Protein untuk Sapi Perah ................................. 5

2. Kandungan Gizi Jerami Jagung ........................................................... 9

3. Kandungan Nutrisi Dedak Padi ........................................................... 10

4. Standar Kualitas Susu .......................................................................... 12

5. Kandungan nutrisi rumput gajah dan dedak padi untuk produksi susu

minimal 10 liter per hari ...................................................................... 15

6. Kandungan nutrisi rumput gajah dan konsentrat untuk produksi susu

minimal 10 liter per hari ...................................................................... 15

7. Kandungan nutrisi bahanpakan komplit setelah difermentasi untuk

produksi susu minimal 10 liter per hari ............................................. 15

8. Kandungan pakan komplit berdasarkan bahan kering ......................... 16

9. Rata-rata nilai karakteristik kimiawi susu sapi perah FH dengan

pemberian jenis pakan yang berbeda ................................................... 22

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
Teks
1. Analisa Ragam Kadar Protein .............................................................. 34

2. Analisa Ragam Kadar Lemak .............................................................. 36

3. Analisa Ragam Kadar Laktosa............................................................. 38

4. Analisa Ragam Kadar Kalsium ............................................................ 39

5. Analisa Ragam Kadar Posfor ............................................................... 42

6. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 44

xiii
PENDAHULUAN

Susu merupakan bahan makanan asal hewani yang memiliki nilai gizi

tinggi dan sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Kebutuhan bahan baku susu di

Indonesia hingga saat ini sebagian berasal dari import dan sebagian lagi dari

peternakan sapi perah rakyat di pedesaan yang dipelihara dengan cara tradisional.

Hal ini dikarenakan produktivitas sapi perah di Indonesia rata-rata masih rendah

baik secara kuantitas maupun kualitas.

Secara kimiawi susu tersusun atas dua komponen utama, yaitu air sekitar

87% dan bahan padat sekitar 13%. Didalam bahan padat susu terdapat berbagai

seyawa kimia, baik yang termasuk golonga seyawa zat gizi makro (makronutrien)

seperti lemak, protein dan karbohidrat, maupun seyawa zat gizi mikro

(mikronutrien) seperti mineral, vitamin dan seyawa lainnya (Legowo, 2002).

Kualitas dan kuantitas susu sangat erat kaitannya dengan kecukupan

nutrien yang bersumber dari hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat sebagai

pakan pelengkap yang berkesinambungan. Namun, hingga saat ini masalah pakan

menunjukkan kendala utama dalam pengolahan usaha sapi perah di daerah tropis.

Pada puncak musim kemarau hijauan sangat langka, nilai gizinya rendah serta

cepat menua sedangkan pada musim hujan ketersediaan pakan sangat melimpah.

Oleh karena itu, penerapan teknologi tentang pengolahan limbah pertanian yang

dapat membantu peternak dalam menyediakan pakan ternaknya sehingga

usahanya dapat berkembang dengan baik. Penerapan teknologi merupakan

alternatif dalam pengolahan bahan pakan. Salah satunya adalah melalui teknologi

pakan komplit (Baba, dkk., 2011). Pakan komplit merupakan ransum lengkap

1
yang telah diformulasi sedemikian rupa sehingga mengandung semua nutrien

sesuai kebutuhan nutrisi ternak dan diberikan sebagai satu-satunya pakan untuk

ternak. Teknologi ini memiliki keunggulan dalam hal efisiensi pemanfaatan

tenaga kerja, kualitas nutrisi lebih lengkap, serta dapat tahan lama dan

meningkatkan pendapatan peternak.

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan

yang terjadi pada karakteristik kimiawi susu sapi perah yang sedang laktasi

dengan pakan komplit berupa limbah sayur. Kegunaannya sebagai informasi

kepada peternak mengenai pemanfaatan pakan komplit untuk memperbaiki

kualitas susu yang dihasilkan sehingga mampu meningkatkan pendapatan

peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Sapi Perah Friesian Holstein (FH)

Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West

Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut

merupakan daerah yang memiliki padang rumput yang bagus. Sapi Friesian

Holstein berwarna hitam dan putih (ada juga yang berwarna merah) (Siregar, 1995

dalam Anita, 2003).

Bangsa sapi perah memiliki sifat-sifat tersendiri dalam menghasilkan susu,

baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Bangsa sapi perah yang ada diantaranya

Fries Holland, Jersey, Guarnsey, Ayrshire dan Shorthorn. Bangsa sapi perah yang

dikembangkan di Indonesia adalah Friesian Holstein (FH). Sudono (1999)

mengemukakan bahwa bangsa sapi FH merupakan penghasil susu tertinggi

dibandingkan bangsa-bangsa sapi yang lain baik di daerah sub-tropis maupun di

daerah tropis.

Ciri-ciri sapi perah FH yang ada adalah (1) warna bulu hitam dengan

bercak-bercak putih, (2) bulu pada ujung ekor dan ujung kaki berwarna putih, (3)

bulu dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih, (4) berambing besar, (5)

tanduk kecil, pendek, menjurus ke depan, (6) pada dahi terdapat tanda segitiga

berwarna putih, (7) kepala besar dan sempit, (8) lambat dewasa kelamin, (9)

temperamen sapi betina tenang dan jinak sedangkan sapi jantan agak liar, (10)

bobot tubuh betina dewasa mencapai 625 kg, sedangkan sapi jantan dewasa 800

3
kg dan (11) produksi susu dapat mencapai 45005000 liter/ekor/laktasi (Anonim,

2012a).

Populasi sapi perah di Indonesia semakin meningkat, karena sudah mulai

dikembangkan di daerah luar pulau Jawa seperti di Sumatra Utara, Sumatra Barat

dan Sulawesi Selatan. Populasi nasional dari tahun 2002-2006 berturut-turut yaitu

358.386, 373.753, 364.062, 361.351, dan 382.313 ekor (Direktorat Jenderal

Peternakan, 2006). Sedangkan pada tahun 2011 populasi sapi perah mencapai

597,1 ribu ekor, dimana populasi terbanyak di Jawa Timur 296,3 ribu ekor

(Direktorat Jenderal Peternakan, 2011). Populasi sapi perah diperkirakan akan

terus meningkat jika berhasil dikembangkan di luar pulau Jawa karena masih

banyak lahan yang cocok dan mendukung untuk peternakan sapi perah.

Kebutuhan Makanan Sapi Perah

Pakan yang kaya nutrien sangat bermanfaat untuk memelihara

keseimbangan fungsi jaringan tubuh dan menghasilkan energi yang tinggi,

sehingga sapi mampu melaksanakan proses metabolisme secara baik (Kelly,

2002). Sapi perah membutuhkan lima nutrien utama yaitu energi, protein, mineral,

vitamin dan air. Nutrien tersebut penting untuk menjaga kesehatan dan

produktivitas. Mineral dan vitamin diperlukan hanya dalam jumlah yang sangat

sedikit sedangkan air, energi dan protein dibutuhkan dalam jumlah banyak (Bath,

dkk., 1985).

Komposisi pakan diketahui mempengaruhi kualitas kimia susu. Beberapa

diantaranya adalah jumlah dan tipe dari pakan berserat (roughage), rasio pakan

konsentrat/hijauan serta komposisi karbohidrat dan lemak pada pakan. Frekuensi

4
dari pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap kualitas susu dengan asumsi

jumlah pakan yang dikonsumsi tidak berubah. Komposisi pakan berpengaruh

besar pada kualitas lemak dengan sedikit pengaruh pada kualitas protein susu

(Widodo, 2003).

Kebutuhan TDN (Total Digestible Nutrient) sapi perah berbeda-beda. Sapi

perah pejantan membutuhkan TDN sebesar 55%, sedangkan sapi perah dara

(umur 6-12 bulan) membutuhkan TDN sebesar 61-66% (Tabel 1). Kebutuhan sapi

perah induk dibedakan berdasarkan masa laktasinya, pada awal laktasi kebutuhan

TDN sangat tinggi yaitu 73%, sedangkan pada bulan laktasi berikutnya kebutuhan

TDN bergantung pada jumlah produksi susunya. Sapi yang memproduksi susu 7-

13 kg/hari membutuhkan TDN sebanyak 63-67% dan sapi yang produksi susunya

13-20 kg/hari membutuhkan TDN sebanyak 67-71%. Sapi perah induk yang

berada pada masa kering mempunyai kebutuhan TDN yang lebih rendah daripada

sapi yang berproduksi, kebutuhannya yaitu 56% (NRC, 2001).

Tabel 1. Kebutuhan energi dan protein untuk sapi perah


Kebutuhan TDN Kebutuhan PK
Sapi Perah
(%) (%)
Pejantan 55 10
Dara (Umur 6-12 Bulan) 61-66 12
Induk
Awal Laktasi 73 19
Masa Kering 56 12
Laktasi (Produksi Susu 7-13 kg/hari) 63-67 12-15
Laktasi (Produksi Susu 13- 20 kg/hr) 67-71 15-16
Keterangan : TDN = Total Digestible Nutrient PK = Protein Kasar
Sumber : NRC (2001)

5
Pakan komplit

pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung nutrien untuk

ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-

satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi

tanpa tambahan substabsi lain kecuali air (Hartadi, dkk., 2005).

Susetyo (2001) mengemukakan bahwa pakan komplit adalah campuran

bahan pakan termasuk hijauan sumber serat kasar dengan proporsi yang seimbang

yang diolah dan dicampur menjadi campuran yang seragam dengan kandungan

nutrien yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Keuntungan dari penggunaan

pakan komplit antara lain memberikan nutrisi yang seimbang bagi ternak, dapat

mengontrol keseimbangan hijauan dan konsentrat, dapat meningkatkan nilai guna

limbah pertanian sebagai sumber serat, meningkatkan konsumsi bahan pakan yang

kurang palatabel serta dapat mencegah seleksi oleh ternak.

Hal serupa dikemukakan Yani (2001) bahwa keuntungan pembuatan

pakan komplit diantaranya meningkatkan efisiensi dalam pemberian pakan,

hijauan dengan palatabilitas rendah setelah dicampur dengan konsentrat dapat

mendorong meningkatnya konsumsi, untuk membatasi konsumsi konsentrat,

mudah dalam pencampuran antara hijauan dan konsentrat, memudahkan ternak

menjadi kenyang dan mengurangi debu pada pakan.

a. Limbah Kubis

Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang

banyak tumbuh di daerah dataran tinggi. Limbah kubis memiliki kandungan

nutrien yang cukup tinggi dengan kadar air yang tinggi pula sebesar 92,44%.

6
Tingginya kadar air menyebabkan limbah kubis cepat busuk. Pengolahan terhadap

limbah kubis sangat diperlukan agar limbah kubis dapat digunakan dalam waktu

yang lama tanpa mengalami pembusukan dan penurunan nilai nutrisinya

(Rahmadi, 2003).

Kandungan nutrien limbah kubis yaitu 15,74% bahan kering (BK), 12,49%

abu, 23,87% protein kasar (PK), 22,62% serat kasar (SK), l,75% lemak kasar

(LK) dan 39,27% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Muktiani, dkk., 2007).

Kelemahan dari limbah kubis adalah kadar air yang tinggi sebesar 92,44% yang

menyebabkan limbah kubis mudah busuk. Kubis mengandung vitamin dan

mineral yang tinggi.

b. Limbah Wortel

Wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman sayur yang ditanam

sepanjang tahun. Ketika musim panen tiba wortel tidak laku jual sehingga petani

menjadikan sebagai pakan ternak dan bahkan membiarkan membusuk di ladang.

Alternatif pemanfaatan wortel menjadi suatu produk olahan lain selain digunakan

menjadi sayur juga bisa digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai pakan

pendukung, tentu saja limbah tersebut akan lebih aman digunakan sebagai pakan

apabila diproses dahulu, misalnya dengan cara pengeringan atau fermentasi.

Kandungan yang ada pada wortel yaitu nilai kandungan gizi wortel per 100 g (3.5

oz), Energi 173 kJ (41 kcal), Karbohidrat 9 g, Gula 5 g, Diet serat 3 g, Lemak 0,2

g, Protein 1 g (Minhaj, 2010).

7
c. Kulit Kopi

Kulit buah kopi merupakan limbah dari pengolahan buah kopi untuk

mendapatkan biji kopi yang selanjutnya digiling menjadi bubuk kopi. Kandungan

zat makanan kulit buah kopi dipengaruhi oleh metode pengolahannya apakah

secara basah atau kering. Untuk sapi perah laktasi penggunaan kulit buah kopi

dapat digunakan hingga level 20% dari ransum tanpa mempengaruhi produksi

susu.

Kulit kopi mempunyai kandungan berat kering 91,77%, protein kasar

11,18%, lemak kasar 2,5%, serat kasar 21,74% dan TDN 57,20%. Kulit kopi

hanya sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia dan sebagian

besar lainnya dibuang atau dibenamkan dalam tanah untuk digunakan sebagai

pupuk organik pada lahan perkebunan (Anonim, 2012c).

d. Jerami Jagung

Jerami jagung adalah bagian batang dan daun jagung yang telah dibiarkan

mengering diladang dan dipanen ketika tongkol jagung dipetik Jerami jagung

seperti ini banyak diperoleh di daerah sentra tanaman jagung yang ditujukan untuk

menghasilkan jagung bibit atau jagung untuk keperluan industri pakan bukan

untuk dikonsumsi sebagai sayur (Umiayasih dan Wira, 2008).

8
Tabel 2. Kandungan gizi jerami jagung

Uraian Kandungan (%)


Abu 8,42
Protein Kasar 3,3
Lemak Kasar 1,06
Serat Kasar 30,5
TDN 30,0
Bahan Kering 60,0
Sumber : Umiayasih dan Wira, 2008

e. Dedak Padi

Dedak padi diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Banyaknya

dedak yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahan. Sebanyak 4% dedak

kasar dan 25% dedak halus dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak padi

cukup disenangi ternak. Pemakaian dedak padi dalam ransum sapi perah

umumnya sampai 15% dari campuran konsentrat. Pemakaian dedak padi dalam

jumlah besar dalam campuran ransum dapat memungkinkan ransum tersebut

mudah mengalami ketengikan selama penyimpanan (Anonim, 2012b).

Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai protein rata-rata dalam

bahan kering adalah 12,4%, lemak 13,6%, dan serat kasar 11,6%. Dedak padi

menyediakan protein yang lebih berkualitas dibandingkan dengan jagung. Dedak

padi kaya akan thiamin dan sangat tinggi dalam niacin (Suryahadi, dkk., 2004)

9
Tabel 3. Kandungan nutrisi dedak padi

Uraian Kandungan (%)


Abu 13,58
Protein 13,71
Lemak 12,07
Serat Kasar 15,39
BETN 43,01
Ca 0,08
TDN 71
DE 2,67
DP 9,5
ME 2,4
Nelc 1,3
Sumber : Suryahadi, dkk., 2004.

f. Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa (Coconut meal) merupakan bahan makanan ternak yang

berasal dari hasil ikutan pabrik minyak kelapa. Kandungan energi bungkil kelapa

cukup tinggi, protein kasar tergolong sedang yaitu 20%. Bungkil kelapa

memiliki komposisi gizi antara lain protein kasar (PK) 20,5 %, EM 1.540 kkal/kg,

serat kasar (SK) 13,79%, lemak kasar (LK) 10,48%, Abu 7,00% (Wahju, 1997).

g. Jagung giling

Jagung giling merupakan butiran kasar yang diperoleh dari proses

penggilingan jagung kering. Komposisi gizi limbah minyak jagung (%BK) adalah

sebagai berikut BK 88,06%, Abu 11,10%, protein kasar 21,89%, lemak 0,33%,

serat kasar 8,9%, Beta-N 53,10%, Kalsium 0,06% dan Posfor 2,18%.

Bungkil jagung dipergunakan sebagai sumber energi untuk ternak (Umiayasih dan

Wira, 2008).

10
h. Konsentrat

Konsentrat adalah pakan yang tinggi kandungan Beta-N dan rendah

kandungan SK yaitu lebih rendah dari 18%. Konsentrat berperan penting untuk

meningkatkan dan mempertahankan produksi susu. negara maju yang memiliki

mutu hijauan yang relatif tinggi berbeda halnya di Indonesia mutu hijauan relatif

rendah. Kondisi ini menyebabkan peran konsentrat menjadi sangat dominan

sebagai sumber energi dan nutrisi dalam (Suryahadi, dkk., 2004).

Jumlah konsentrat untuk setiap jenis ternak berbeda-beda. Hal ini

dipengaruhi oleh bobot badan ternak, kualitas pakan hijauan yang diberikan,

produksi susu yang ingin dicapai dan kualitas konsentrat (Sudono, 1999).

i. Ampas Tahu

Ampas tahu (Tofu waste) adalah sumber protein yang mudah terdegradasi

di dalam rumen (Suryahadi, dkk., 2004). Ampas tahu diperoleh dalam proses

penyaringan untuk mendapatkan susu kedelai yang selanjutnya akan dijadikan

tahu. Kandungan zat makanan ampas tahu (%BK) adalah protin kasar 25,96%,

lamak ksar 11,22%, BETN 42,49%, serat kasar 15,7% dan abu 4,14%. Kadar air

dalam ampas tahu tergolong sangat tinggi yaitu 79,34% (Wiriano, 1985).

Karakteristik kimiawi susu

Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena

mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak,

karbohidrat, mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Susu

yang dihasilkan sapi perah harus memenuhi syarat susu yang baik yaitu

11
mengandung jumlah bakteri maksimum 1.000.000 cfu/ml, tidak mengandung

spora mikroba patogen, bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya,

mempunyai cita rasa yang baik dan tidak dipalsukan (Saleh, 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu

sapi perah yaitu bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, lama laktasi, besar sapi,

estrus atau birahi, umur sapi, calving interval atau selang beranak, masa kering,

frekuensi pemerahan dan tatalaksana pemberian pakan (Sedono, dkk., 2003).

Standar kualitas susu berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) ditampilkan

pada tabel 4.

Tabel 4. Standar kualitas susu

No Karakteristik Syarat
1. Berat Jenis (pada suhu 27,5oC) minimum 1,0280
2. Kadar lemak minimum 3,0%
3. Kadar bahan kering tanpa lemak 8,0%
4. Kadar bahan kering 11,0%
5. Kadar protein minimum 2,7%
Sumber : Anonim, 1992.

Komponen-komponen yang terdapat dalam susu (Anonim, 2012b) :

Air adalah komponen terbesar karena 87 % dari keseluruhan komponen susu

terdiri dari air. Air tersebut sebagian dihasilkan dari air yang diminum oleh

sapi setiap harinya.

Lemak. Kadar lemak normal yang terkandung dalam susu berkisar 3,45% .

Kadar lemak sangat menentukan nilai gizi dari air susu. Bahan makan olahan

dari susu yang banyak mengandung unsur lemak adalah : keju, mentega,

krim, susu kental manis dan susu bubuk. Berat jenis susu berada pada kisaran

0,93 dan lebih ringan dari berat jenis air. Hal ini menyebabkan lemak akan

12
mengapung dan membentuk lapisan di permukaan air susu apabila air susu

didinginkan.

Protein. Kadar protein dalam susu rata-rata sekitar 3,20 % , karena 26,50 %

dari bahan kering susu adalah protein. Protein dalam air susu juga merupakan

penentu kualitas air susu sebagai bahan yang layak untuk dikonsumsi.

Laktosa. Laktosa adalah bentuk karbohidrta yang terdapat dalam susu. Bentuk

ini tidak terdapat dalam bahan makanan yang lain. Kadar laktosa dalam susu

adalah 4,60 %. Laktosa terbentuk dari glukosa dan galaktosa, laktosa itulah

yang membuat rasa susu menjadi sedikit manis.

Vitamin dan enzim. Kadar vitamin dalam susu tergantung dari pakan yang

diberikan pada sapi setiap harinya dan waktu laktasinya. Vitamin diukur

dengan satuan Internasional Unit (IU). Vitamin yang larut dalam susu

termasuk vitamin B komplek, vitamin C, vitamin A, provitamin A, vitamin D,

dan yang terpenting adalah vitamin B1 dan B2, asam nikotinat dan asam

pantotenat. Enzim berfungsi untuk mengolah susu menjadi bahan lain . enzim

yang terkenal antara lain : peroxydase, reductase, katalase dan phospatase.

Adanya pemanasan menyebabkan enzim tidak berfungsi lagi.

13
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012

bertempat di Kelurahan Lawakkang, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.

Uji karakteristik kimiawi susu dilaksanakan di Laboratorium Kimia Makanan

Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi perah sebanyak 15

ekor dengan kisaran umur antara 5-7 tahun yang sedang laktasi bulan ke 4-6 bulan

dengan rata-rata produksi 10 liter/ekor/hari. Bahan yang digunakan limbah sayur

berupa wortel dan kol dan limbah perkebunan berupa kulit kopi, jerami jagung,

dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa, jagung giling dan air.

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ember, sekop,

timbangan pakan, drum plastik, karung, gelas ukur, dan pisau serta peralatan yang

berkaitan dengan analisa karakteristik kimiawi susu.

Rancangan Penelitian

Sapi perah yang digunakan dibagi menjadi 3 perlakuan dengan jenis pakan

yang berbeda dimana masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan, yaitu :

P1 (kontrol) = Rumput gajah 30 kg/ekor/hari + dedak 7 kg/ekor/hari (pakan

yang biasa diberikan peternak).

14
Tabel 5. Kandungan nutrisi rumput gajah dan dedak padi untuk produksi susu
minimal 10 liter per hari

Bahan pakan % BK (%) TDN Abu PK Lemak SK BETN Ca P


Rumput gajah 40 9,99 23,58 5,40 3,8 1,11 14,43 19,83 0,1 0,05
dedak padi 60 53,52 40,74 8,16 7,8 5,18 8,34 30,52 0,05 0,84
100 63,51 64,32 13,56 11,6 6,29 22,77 50,35 0,15 0,89

P2 = Rumput gajah 30 kg/ekor/hari + konsentrat 4 kg/ekor/hari

Tabel 6. Kandungan nutrisi rumput gajah dan konsentrat untuk produksi susu
minimal 10 liter per hari

BK
Bahan pakan % TDN Abu PK Lemak SK BETN Ca P
(%)
Rumput gajah 45 9,99 23,58 5,40 3,91 1,22 14,54 19,94 0,21 0,16
Dedak padi 20 17,84 13,58 2,72 2,60 1,73 2,78 10,17 0,02 0,28
Jagung giling 5 4,34 4,04 0,11 0,54 0,21 0,13 4,01 0,01 0,02
Bungkil kelapa 30 26,58 23,61 2,47 6,39 3,27 4,26 13,62 0,07 0,20
100 58,75 64,81 10,70 13,44 6,43 21,70 47,74 0,31 0,65

P3 = pakan komplit sebanyak 20 kg/ekor/hari

Tabel 7. Kandungan nutrisi bahan pakan komplit setelah difermentasi untuk


produksi susu minimal 10 liter per hari

Bahan Pakan % BK (%) TDN Abu PK Lemak SK BETN Ca P


Limbah kol 2 0,20 1,52 0,24 0,43 0,07 0,26 1,01 0,01 0,01
Limbah wortel 2 0,14 1,83 0,29 0,29 0,29 0,12 1,01 0,01 0,02
Kulit kopi 8 6,82 4,58 0,71 0,57 0,31 2,26 4,15 0 0
jarami jagung 45 9,45 27 4,59 4,46 0,8 12,3 22,82 0,56 0,05
Bungkil kelapa 16 14,18 12,59 1,32 3,41 1,74 2,27 7,26 0,04 0,11
jagung giling 2 1,74 1,62 0,04 0,22 0,09 0,05 1,6 0 0,01
Dedak padi 20 17,84 13,58 2,72 2,6 1,73 2,78 10,17 0,02 0,28
Ampas Tahu 5 0,73 3,9 0,26 1,52 0,02 1,11 1,63 0,01 0,06
100 51,08 66,62 10,16 13,5 5,04 21,2 49,66 0,65 0,53

Formulasi Pakan komplit :

Berdasarkan ketersediaan bahan pakan dan kebutuhan nutrisi sapi perah

untuk produksi susu minimal 10 liter, maka formulasi pakan komplit sebagai

berikut:

15
Tabel 8. Kandungan pakan komplit berdasarkan bahan kering

Komposisi (%)
Bahan Protein Lemak Serat
Air BETN Abu
Kasar Kasar Kasar
Pakan Komplit 73,24 13,57 7,6 30,53 36,55 11,8

Cara membuat silase pakan komplit:

1. Bahan pakan ditimbang menurut susunan ransum yang telah ditentukan.

2. Dipisahkan antara bahan hijauan dan konsentrat. Hijauan (limbah kol, jerami

jagung, limbah wortel) dan konsentrat (kulit kopi, bungkil kelapa, bungkil

jagung, dedak padi dan ampas tahu)

3. Bahan pakan berupa hijauan dipotong-potong 3-5 cm kemudian diaduk rata.

4. Bahan pakan konsentrat dicampur dan diaduk rata.

5. Menyiapkan tempat (wadah) yang bisa ditutup rapat sehingga menjadi tempat

penyimpanan yang kedap udara. Misal : kantong plastik tebal, drum plastik

atau bak semen yang dilengkapi penutup.

6. Campuran bahan pakan hijauan (no.3) disusun berlapis-lapis dengan ketebalan

10-20 cm, setiap lapisan hijauan ditaburi campuran bahan pakan konsentrat.

7. Setiap kali selesai menambahkan lapisan hijauan dilakukan pemadatan dengan

cara ditekan-tekan atau diinjak-injak. Usahakan tidak ada tempat kosong yang

berisi rongga udara karena hal ini akan menyebabkan silase busuk.

8. Setelah semua bahan pakan dimasukkan ke dalam tempat / wadah, kemudian

wadah ditutup rapat dan disimpan di tempat yang teduh dan kering minimal 2

minggu.

9. Silase sudah siap diberikan pada ternak.

16
10. Apabila akan diberikan pada ternak, silase diambil secukupnya kemudian

wadah ditutup kembali dengan rapat. Silase yang sudah dikeluarkan dari

tempat penyimpanan sebaiknya tidak dimasukkan lagi ke dalam wadah karena

akan merusak silase di dalam wadah.

11. Silase yang akan diberikan pada ternak diangin-anginkan terlebih dahulu

untuk menghilangkan baunya.

Prosedur Penelitian

Manajemen pemeliharaan dilakukan dengan sistem pemeliharaan intensif

dimana sapi dikandangkan dan diberikan pakan sesuai dengan perlakuan masing-

masing pada pagi dan sore hari. Sapi dikandangkan secara berkelompok dan

dibagi menjadi 3 kandang yaitu kandang A untuk perlakuan P1(rumput gajah +

dedak), kandang B untuk perlakuan P2 (rumput gajah + konsentrat), kandang C

untuk perlakuan P3 (pakan komplit).

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah karakteristik kimiawi

air susu dengan melihat kandungan protein, kandungan lemak, kandungan laktosa,

phosfor dan kalsium diamati di Laboratorium Kimia Makanan Ternak. Prosedur

kerja dari uji tersebut yaitu:

Kadar Protein dengan Metode Kjeldahl (Anonim, 1992)

Sampel susu sebanyak 5 gr ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu

Kjeldahl sebanyak 100 ml kemudian ditambahkan 1 gr campuran Se dan 10

ml H2SO4 pekat. Labu Kjeldahl digoyangkan sampai semua sampel terbasahi

oleh larutan H2SO4 kemudian dilakukan dekstruksi dalam lemari asam sampai

17
jernih, lalu didinginkan kemudian dituang kedalam labu ukur 100 ml, lalu

dibilas dengan air suling. Setelah dingin, labu Kjeldahl dihimpitkan pada

tanda garis dengan air suling kemudian menyiapkan penampungan yang

terdiri dari 10 ml H3BO3 2% + 4 tetes larutan indikator campurkan dalam

tabung erlemeyer 100 ml kemudian mengambil 5 ml larutan NaOH 30% dan

100 ml air suling. Setelah itu disuling hingga volume penampungan menjadi

50 ml lalu dibilas ujung penyuling dengan air suling kemudian

penampungan bersama isinya dititrasi dengan larutan HCL atau H2SO4 0,02

N. Setelah itu dilakukan perhitungan :

Rumus yang digunakan untuk menentukan kadar protein dalam susu yaitu :

( ) N 0,014 6,37
100%
1

Keterangan : V1 = ml titer sampel

N = normalitas NaOH

Kadar Lemak dengan Metode ekstraksi

Menimbang 1 gr sampel masukan kedalam tabung reaksi berskala 15 ml.

menambahkan chloroform mendekati skala 10 ml tutup rapat dan kocok dan

biarkan sampai bermalam. Himpitkan hingga skala 10 ml dengan chloroform

lalu kocok. Saring kedalam kertas saring kedalam tabung reaksi. Pipet 5 ml

kedalam cawing yang telah diketahui beratnya (a gr). Ovenkan pada suhu 100
o
C selama 4 jam. Keluarkan lalu masukan kedalam eksikator jam.

Kemudian timbang (b gr) (Anonim, 1992).

18
Laktosa dengan Metode Nelson

Memasukkan sampel susu 1 ml bebas bebas lemak ditambahkan 2 ml

Natrium Tungstat, kemudian secara perlahan-lahan sambil dikocok

ditambahkan 2 ml H2SO4, larutan tersebut diencerkan hingga batas dan

dibiarkan selama 5 menit kemudian disaring denga kertas saring whatman

no.42 ke dalam tabung Folin-Wu di pipet 1 ml filtrat, kemudian ditambah 1

ml aquades, 2 ml standar glukosa yang mengandung 0,6 mg laktosa. Rumus

yang digunakan untuk mengetahui kandungan laktosa susu adalah sebagai

berikut :

A
=
A

Cx atau kandungan laktosa di dalam 0,1 ml susu adalah :

A 0.6
= gram/laktosa
A 1000
A K 100
Kandungan laktosa (g/100 ml) adalah : = =
A 1000 0.01

Keterangan : Ax = serapan laktosa di dalam susu


Ast = serapan laktosa standar
Cx = kandungan laktosa di dalam susu (mg/100)
Kst = konsentrasi laktosa standar
Kandungan Phosfor dengan Metode Spektrofotometer

Menyiapkan 1 ml larutan yang telah di buat di dalam penetapan kalsium dan

masukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Menambahkan 3 ml larutan ammonium

molibdat dan 2,5 ml larutan ascorbic acid. Menambahkan aquades hingga

tanda garis labu ukur, kemudian kocok hingga homogen. Diamkan selama 30

menit selanjutnya masukkan kedalam kuvet dan letakkan kedalam

19
spektrofotometer (panjang gelombang 570 nm). Kemudian catat pembacaan

spektrofotometer.

((A 7,18)0,0329)) 500


Perhitungan : % phosfor =
berat sampel (mgr)

Keterangan : A = pembacaan absorbance pada spektrofotometer

Kandungan Kalsium dengan Metode AAF

Abu dalam cawan porselin pada penetapan kadar abu ditambahkan 3-5 ml

HCL pekat. Encerkan dengan air suling hingga volume mendekati bibir

cawan dan biarkan bermalam. Tuang kedalam labu ukur 100 ml. Bilas dengan

air suling hingga tanda garis lalu kocok hingga homogen (siap untuk

penetapan mineral). Masukkan 20 ml larutan kedalam gelas piala 100 ml dan

tambahkan beberapa tetes indikator metal red. Menambahkan tetes demi tetes

larutan NH4OH 1 : 1 hingga warna beruba menjadi orange atau kekunig-

kuningan. Menambahkan larutan HCL 1 : 3 tetes demi tetes hingga kembali

warna merah dan tambahkan 2 tetes berlebih. Panaskan hingga mendidih,

kemudian tambahkan 15 ml larutan ammonium oxalate 4%. Panaskan hingga

terbentuk endapan putih, kalau warna berupah warna menajdi merah dengan

menambahkan tetes demi tetes HCL 1 : 3. Kemudian saring dengan kertas

saring whatman no.42 atau sejenisnya. Bilas dengan air panas hingga bebas

asam dengan uji tetes terakhir dengan larutan AgNO3 atau lakmus (dengan

AgNO3 tidak keruh lagi), biasanya dengan hilangnya warna merah. Kertas

saring bersama isinya dikeringkan dibiarkan bermalam atau di oven).

Memasukkan kertas saring besarta isinya yang sudah kering kedalam

erlemeyer yang berisi 100 ml air suling dan 5 ml H2SO4 pekat. Panaskan

20
hingga suhu 70oC-80oC dan titrasi dengan larutan KmnO4 0,1 N hingga warna

merah bertahan 30 detik.

P V N 20
Perhitungan : %Kalsium = berat sampel (mgr) 100%

Keterangan : P = pengenceran

V = Volume titrasi

N = Normalitas KMnO4

Analisis Data

Data kualitas susu dianalisis dengan analisa ragam menurut pola

Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila berpengaruh nyata maka dilanjutkan

dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dikerjakan secara komputerisasi

dengan bantuan pengolahan data Statistical Package Sicial Science (SPSS) versi

16,0.

Model matematika yang digunakan yaitu:

Yi j = + i + i j

i = 1, 2, 3 (perlakuan)

j = 1, 2, 3, 4, 5 (Ulangan)

Yij = Nilai pengamatan dari masa laktasi ke-j yang memperoleh

perlakuan ke-i

= Rataan umum

i = Pengaruh perlakuan ke-i terhadap kualitas susu

ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan

ke-ij

21
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Kimiawi Susu Sapi Perah FH yang Diberikan Pakan komplit


Berbasis Limbah Bahan Buku Lokal

Susu merupakan cairan yang kompleks, mengandung berbagai komponen

zat makanan dalam bentuk dispersi. Sejak tahun 1850, susu telah diketahui

mengandung lemak, gula, protein dan mineral yang dapat memberikan manfaat

bagi tubuh. Kandungan nutrisi yang diperoleh sapi perah FH dari pakan yang

diberikan pada penelitian ini merupakan parameter yang menentukan pengaruh

pemberian jenis pakan yang berbeda terhadap karaktristik kimiawi susu yang

dihasilkan, adapun hasil laboratorium kualitas susu selama penelitian disajikan

pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata nilai karakteristik kimiawi susu sapi perah FH dengan


pemberian jenis pakan yang berbeda

Perlakuan (%)
No Parameter
P1 P2 P3
1 Protein 1,37a 3,12b 2,86b
a
2 Lemak 4,64 3,42b 4,03ab
3 Laktosa 2,50 2,92 2,88
a
4 Ca 0,09 0,24b 0,29b
5 P 0,05a 0,11b 0,11b
Keterangan : P1 = Rumput gajah 30 kg + dedak 7 kg
P2 = Rumput gajah 30 kg + konsentrat 4 kg
P3 = pakan komplit sebanyak 20 kg

Kadar Protein

Berdasarkan Tabel 9 terlihat terjadi perubahan terhadap karakteristik

kimiawi pada susu sapi perah FH. Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 1)

menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan yang berbeda memberikan pengaruh

sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein susu sapi perah FH.

22
Berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 1) menunjukkan

bahwa kadar protein susu pada perlakuan P2 dan P3 nyata (P<0,01) lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan P1 tetapi perlakuan P2 tidak berbeda nyata

dengan perlakuan P3. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P2 dan P3

terdapat beberapa bahan pakan yang merupakan sumber protein tinggi. Hal ini

sesuai dengan pendapat Muktiani (2007), yang menyatakan bahwa penggunaan

bungkil kelapa dalam ransum sebagai sumber protein sangat baik karena selain

kandungan protein yang tinggi juga dilengkapi dengan beberapa asam amino

esensil yang dibutuhkan ternak. Selain bungkil kelapa ampas tahu juga merupakan

salah satu sumber protein yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Prabowo,

dkk (1993), menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis

lebih tinggi dari pada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini

berasal dari kedelai yang telah dimasak. Ampas tahu merupakan sumber protein

yang mudah terdegradasi di dalam rumen dengan laju degradasi sebesar 9,8% per

jam dan rataan kecepatan produksi N-amonia nettonya sebesar 0,677 mM per jam

(Sutardi, 1983). Oleh sebab itu, pemanfaatan limbah bahan baku lokal melalui

teknologi pakan komplit dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pengganti

hijauan untuk memperbaiki kadar protein susu.

Faktor penyebab terjadinya peningkatan kadar protein dalam susu yaitu

dapat dilihat dari unsur mineral yang digunakan sebagian berfungsi mensintesis

protein seperti N dan S kemudian sebagian lagi merupakan bagian dari enzim

seperti K, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn. Hal ini sesuai dengan pendapat Marince

(2008), bahwa unsur organik N dan unsur mineral S berfungsi mensintesis

23
protein, sedangkan unsur mineral lainnya seperti K, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn

berfungsi sebagai aktivator enzim.

Kadar Lemak

Berdasarkan Tabel 9. terlihat bahwa tiap kelompok perlakuan memiliki

perbedaan dalam jumlah kadar lemak susu yang dihasilkan. Kadar lemak susu

yang diperoleh dari analisa laboratorium terlihat bahwa terjadi peningkatan kadar

lemak susu, dimana pada P1 (kontrol) rata-rata jumlah kadar lemaknya yaitu 4,64.

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pemberian

jenis pakan yang berbeda memberikan pengaruh (P<0,05) terhadap kadar lemak

susu sapi FH.

Berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 2) menunjukkan

bahwa kadar lemak pada perlakuan P1 nyata lebih tinggi dibanding dengan

perlakuan P2 tetapi tidak berbeda dengan perlakuan P3 dan perlakuan P2 tidak

berbeda dengan perlakuan P3. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P1

ternak diberikan pakan hijauan berupa rumput gajah dan dedak. Dimana dedak

yang diberikan dapat digunakan oleh ternak sebagai sumber energi dan

karbohidrat yang dapat memacu terjadinya peningkatan kadar lemak susu. Pakan

hijauan menyebabkan kadar lemak susu tinggi karena lemak susu tergantung dari

kandungan serat kasar dalam pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maheswari

(2004), yang menyatakan bahwa kadar lemak susu dipengaruhi oleh pakan karena

sebagian besar dari komponen susu disintesis dalam ambing dari substrat yang

sederhana yang berasal dari pakan. Pakan hijauan berhubungan erat dengan kadar

lemak air susu, karena kadar lemak air susu dipengaruhi oleh produksi asam asetat

24
dalam ransum sapi yang berasal dari bahan pakan hijauan berserat kasar tinggi.

Asam asetat merupakan prekusor atau sumber pembentuk lemak air susu.

Konsentrat merupakan pakan tambahan yang melengkapi kebutuhan zat pakan

utama yakni protein dan lemak yang belum dapat terpenuhi dari hijauan

(Ramelan, 2001). Kadar lemak susu pada perlakuan P3 (pakan komplit) juga

mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena kandungan serat yang tinggi di

dalam pakan komplit sehingga mampu meningkatkan kadar lemak dalam susu.

Hal ini sesuai dengan pendapat Baba, dkk (2012) yang menyatakan bahwa

penggunaan limbah sayur (kol dan wortel) dalam pembuatan pakan komplit dapat

dijadikan sebagai sumber serat yang dibutuhkan oleh ternak disamping itu

diharapkan dapat mengurangi ketergantungan peternak dari rumput gajah yang

dipakai sebagai sumber serat.

Menurut pendapat Buckle, dkk (1987) dalam Ikawati (2011), bahwa

komposisi susu yang terpenting adalah lemak dan protein. Lemak susu terdiri atas

trigliserida yang tersusun dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam

lemak melalui ikatan-ikatan ester. Asam lemak susu berasal dari aktivitas mikroba

dalam rumen (lambung ruminansia) atau dari sintesis dalam sel sekretori. Asam

lemak disusun rantai hidrokarbon dan golongan karboksil. Salah satu contoh dari

asam lemak susu adalah asam butirat berbentuk asam lemak rantai pendek yang

akan menyebabkan aroma tengik. Menurut Varnam dan Sutherland (1994) dalam

Sumantri, dkk (2005), bahwa lemak susu biasanya membentuk suatu komposisi

yang kompleks. Triasilgliserol adalah komponen yang dominan dengan kadar 8%

dari total lemak susu, ditambah digliserol dan monogliserol serta asam lemak

25
bebas. Selain itu terdapat sejumlah phospholipid dan dalam lemak susu terdapat

sekurang-kurangnya 50 macam asam lemak susu yang berbeda, dimana 6070%

bersifat jenuh, 2530% tidak jenuh dan 4% asam lemak polyunsaturated. Faktor-

faktor yang mempengaruhi kadar lemak susu sapi perah adalah jenis sapi perah,

umur, jenjang laktasi, interval pemerahan, keadaan iklim dan ransum yang

diberikan (Sumantri, dkk., 2005).

Kadar Laktosa

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa

pemberian jenis pakan yang berbeda tidak memberikan pengaruh (P>0,05)

terhadap kadar laktosa susu sapi perah FH. Hal ini disebabkan karena pakan

komplit belum mampu merangsang aktivitas metabolik dan pertumbuhan mikroba

rumen untuk menghasilkan asam propionate dalam Volatile Fatty Acids (VFA)

yang berperan dalam pembentukan laktosa susu. Hal ini sesuai dengan pendapat

Yusuf (2010), yang menyatakan bahwa jika jumlah mikroba rumen meningkat,

maka fermentasi pakan juga lebih optimal sehingga Volatile Fatty Acids (VFA)

yang dihasilkan juga meningkat. VFA terdiri dari asam asetat, asam propionate

dan asam butirat. Salah satu produk VFA adalah asam propionate yang

selanjutnya setelah proses gluko-neogenesis di hati akan terbentuk glukosa yang

akan dibawa darah ke ambing. Glukosa tersebut merupakan prekursor laktosa

susu. Laktosa di dalam susu berfungsi untuk mengikat air. Hal yang sama

dikemukakan oleh Adriani dan Mushawwir (2012), yang menyatakan bahwa

Peningkatan kadar laktosa merupakan menifestasi meningkatnya aktivitas

mikroba dalam mencerna zat makanan sebagai akibatnya peningkatan level

26
mineral dalam rumen yang sangat erat hubungannya dengan kerja enzim

pencernaan sellosa. Ca, P, dan Mg pada level yang normal dalam rumen

meningkatkan aktivitas mikroba dalam mencerna serat, terutama selulosa.

Kandungan kalsium dan Fosfor

Hasil analisis ragam kandungan Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) (lampiran 4

dan 5) menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan yang berbeda memberikan

pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan Ca dan P susu sapi perah FH.

Berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (lampiran 4 dan 5)

menunjukkan bahwa kandungan Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) pada perlakuan P2

dan P3 nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 tetapi

perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3. Hal ini disebabkan karena

asupan nutrisi yang lengkap yang diperoleh oleh ternak sehingga kebutuhan akan

mineral dalam susu tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiono, dkk

(2003) menyatakan bahwa pakan komplit adalah ransum lengkap yang telah

diformulasikan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, baik

untuk pertumbuhan, perawatan jaringan maupun produksi. Oleh sebab itu,

pemanfaatan limbah bahan baku lokal melalui teknologi pakan komplit dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pengganti hijauan.

Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) sangat dibutuhkan oleh ternak terutama pada

awal laktasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pipit (2009), bahwa Kebutuhan

mineral makro sapi perah pejantan lebih rendah dibandingkan kebutuhan sapi

perah betina. Kebutuhan mineral makro paling tinggi yaitu pada saat sapi perah

berada pada awal laktasi, kemudian pada bulan laktasi berikutnya kebutuhan

27
mineral makro bergantung pada jumlah susu yang diproduksi. Kebutuhan mineral

sapi pada masa kering semakin rendah, bahkan kebutuhan Ca dan P lebih rendah

daripada sapi dara.

Mineral berfungsi sebagai pengganti zat-zat mineral yang hilang, untuk

pembentukan jaringan-jaringan pada tulang, urat dan sebagainya serta untuk

berproduksi. Kalsium (Ca) dan fosfor (P) merupakan mineral yang banyak

dibutuhkan tubuh sehingga perlu ditambahkan dalam ransum. Unsur mineral

makro seperti Ca, P, Mg, Na dan K berperan penting dalam aktivitas fisiologis

dan metabolisme tubuh, sedangkan unsur mineral mikro seperti besi (Fe), tembaga

(Cu), seng (Z), mangan (Mn), dan kobalt (Co) diperlukan dalam sistem enzim

(McDowell, 2003).

28
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kimiawi

susu sapi perah FH dapat meningkat dengan pemberian pakan konsentrat dan

pakan komplit dibandingkan dengan yang hanya diberikan rumput gajah dan

dedak. Pakan komplit dengan pemanfaatan limbah sayur dapat dipakai oleh

peternak sebagai pakan alternatif pengganti hijauan.

Saran

Sebaiknya bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan komplit adalah

bahan yang mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Disamping

itu peternak harus terlebih dahulu mengetahui komposisi dari bahan pakan

tersebut sebelum pembuatan pakan komplit sehingga dapat memenuhi kebutuhan

nutrisi ternak.

29
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, L dan Andi Mushawwir. 2012. Kadar glukosa darah, laktosa dan
produksi susu sapi perah pada berbagai tingkat suplementasi mineral
makro . Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang Jawa
Barat.

Anita, 2003. Pengaruh masa laktasi terhadap produksi air susu sapi Fries Holland
(FH) di Kabupaten Enrekang. Skripsi. Jurusan Produksi Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anonim. 1992. Cara Uji Susu Segar. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2782-
1992. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Anonim. 2012a. Budidaya Ternak Sapi Perah. http://ebookgratisan.net/budidaya-


ternak-sapi-perah. Diakses pada tanggal 9 September 2012.

______. 2012b. Susu Sapi Perah. http://livestock-livestock.blogspot.com/. Diakses


tanggal 15 Oktober 2012.

______. 2012c. Kulit Kopi. http://enrekang.com/2011/05/kulit-kopi/. Diakses


tanggal 23 September 2012

Baba, S., A. Muktiani, A. Ako., M.I. Dagong. 2011. Keragaman dan Kebutuhan
Teknologi Peternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang. Med. Pet. Vol.
34 No.2:146-154

Baba, S., A. Muktiani, A. Ako., M.I. Dagong, A. Sanusi. 2012. Produksi pakan
komplitberbahan baku lokal dan murah melalui aplikasi participatory
technology development guna meningkatkan produksi dangke susu di
Kabupaten Enrekang. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Bath, D. L., F. N. Dickinson, H. A Tucker, and R. D. Appleman. 1985. Dairy


Cattle Principles, Practices, Problems, Profit. 5th Edition. Lea and
Febriger, Philadelphia

Budiono, R.S., R.S. Wahyuni, dan R. Bijanti. 2003. Kajian kualitas dan potensi
formula pakan komplitvetunair terhadap pertumbuhan pedet. Proseding
Seminar Nasional Aplikasi Biologi Molekuler Di Bidang Veteriner d
alam Menunjang Pembangunan Nasional, Surabaya, 1 Mei 2003.

30
Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Statistik Peternakan 2006. Direktorat
Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Departemen Pertanian.
Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2011. Statistik Peternakan 2011. Direktorat


Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 2005. Tabel komposisi pakan
untuk indonesia. Gajah Mada University Press, Yokyakarta

Ikawati, A. 2011. Analisis kandungan protein dan lemak susu hasil pemerahan
pagi dan sore pada peternakan sapi perah di wonocolo surabaya.
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Erlangga. Surabaya.

Kelly, J. 2002. Nutrition of the dairy cow. In: A. H. Andrews (editor). The ealth
of Dairy Cattle. Blackwell Science, UK.

Legowo, Dr. Ir. Anang Mohamad, M.Sc. 2002. Sifat Kimiawi, Fisik dan
Mikrobiologis Susu. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang.

Maheswari, R.R.A. 2004. Penanganan dan Pengolahan Hasil Ternak Perah.


Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Malaka, R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar.

McDowell, L. R. 2003. Minerals in Animal and Human Nutrition. 2 Edition.


Elsevier Science B. V, Hungary.

Merince. 2008. Pengaruh penambahan daun ubi jalar terhadap kualitas air susu
sapi perah. Skripsi. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Minhaj. 2010. Manfaat dan Kandungan Wortel. Media Pustaka. Jakarta.

Muktiani, A., B.l.M. Tampoebolon., dan Achmadi. 2007. Fermentabilitas rumen


secara in vitro terhadap sampah sayur yang diolah. J. Pengembangan
Peternakan Tropis. 32 (l): 44-50

NRC. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 8th Edition. National academic
of Science, Washington D. C.

Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1993. Pemanfaatan ampas tahu sebagai
makanan tambahan dalam usaha penggemukan domba potong.
Proceeding Seminar 1983. Lembaga Kimia Nasional-LIPI, Bandung.

31
Prasetyo, A. 2004. Model usaha rumput gajah sebagai pakan sapi perah di
kecamatan getasan, kabupaten semarang. Lokakarya Nasional Tanaman
Pakan Ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Ungaran.

Pipit. 2009. Respon produksi susu sapi friesian holstein terhadap pemberian
suplemen biomineral dienkapsulasi. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor

Rahmadi, D. 2003. Pengaruh lama fermentasi dengan kultur mikroorganisme


campuran terhadap komposisi kimiawi limbah kubis. Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Ramelan. 2001. Efisiensi produksi pada sapi perah dara dan laktasi akibat
penyuntikan PMSG. Tesis. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro.

Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. USU digital
library. Sumatera Utara. Jurnal

Sedono. 2003. Memetik Manfaat Susu Sapi. Milk Productions. Com/


library/articles/feedeffiency.htm. Diakses tanggal 5 September 2012

Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Institut


Pertanian Bogor, Bogor

Sumantri, C., R.R.A Maheswari, A. Aggraeni, K. Diwyanto dan Farajallah. 2005.


Pengaruh genotipe kappa kasein (-kasein) terhadap kualitas susu pada
sapi perah FH di BPTU Baturraden. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Sutardi, T., M.A. Sigit T. Toharmat. 1983. Standarisasi Mutu Protein Bahan
Makanan Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh
Mikroba Rumen. Fapet IPB bekerjasama dengan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.

Susetyo. 2001. Hijauan Pakan Ternak. Direktorat Peternakan Rakyat, Direktorat


Jendral Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta .Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. Volume VIII (4):291- 301.

Suryahadi, T. Toharmat, A. Sudarman dan Amrullah. 2004. Peningkatan produksi


dan kualitas susu sapi perah melalui upaya penyediaan pakan dan
aplikasi teknologi. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Umiayasih, U dan Wina, E. 2008. Pengolahan dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman
Jagung Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Balai Penelitian Ternak.
Bogor

32
Wahyu, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.

Widodo, Ir., M.Sc. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press. Yogyakarta.

Wiriano, H. 1985. Pemanfaatan Ampas Tahu Menjadi Berbagai Jenis Makanan.


Balai Litbang Industri Hasil Pertanian, Bogor.

Yani, A. 2001. Teknologi Hijauan Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.


Jambi

Yusuf, R. 2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat
pemberian pakan yang mengandung tepung katu (Sauropus androgynus
(l.) merr) yang berbeda. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman, Samarinda.

33
34
Lampiran 1.

PROTEIN

Descriptive Statistics

Dependent Variable:protein

perlakua
n Mean Std. Deviation N

U1 1.3720 .18226 5

U2 3.1160 .38598 5

U3 2.8640 .32936 5

Total 2.4507 .84718 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:protein

Type III Sum of


Source Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 8.885a 2 4.443 45.850 .000

Intercept 90.087 1 90.087 929.749 .000

perlakuan 8.885 2 4.443 45.850 .000

Error 1.163 12 .097

Total 100.134 15

Corrected Total 10.048 14

a. R Squared = .884 (Adjusted R Squared = .865)

35
Multiple Comparisons

Dependent Variable:protein

(I) (J) 95% Confidence Interval


perlakua perlakua Mean Difference
n n (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

LSD U1 U2 -1.7440* .19687 .000 -2.1729 -1.3151

U3 -1.4920* .19687 .000 -1.9209 -1.0631

U2 U1 1.7440* .19687 .000 1.3151 2.1729

U3 .2520 .19687 .225 -.1769 .6809

U3 U1 1.4920* .19687 .000 1.0631 1.9209

U2 -.2520 .19687 .225 -.6809 .1769

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = .097.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Protein

Subset
Perlakua
n N 1 2

Duncana U1 5 1.3720

U3 5 2.8640

U2 5 3.1160

Sig. 1.000 .225

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .097.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

36
Lampiran 2.

LEMAK

Descriptive Statistics

Dependent Variable:lemak

perlakua
n Mean Std. Deviation N

U1 4.6260 .27996 5

U2 3.4020 .66560 5

U3 4.0280 .95646 5

Total 4.0187 .82336 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:lemak

Type III Sum of


Source Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3.746a 2 1.873 3.912 .049

Intercept 242.245 1 242.245 506.006 .000

Perlakuan 3.746 2 1.873 3.912 .049

Error 5.745 12 .479

Total 251.736 15

Corrected Total 9.491 14

a. R Squared = .395 (Adjusted R Squared = .294)

37
Multiple Comparisons

Dependent Variable:lemak

(I) (J) 95% Confidence Interval


perlakua perlakua Mean Difference
n n (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

LSD U1 U2 1.2240* .43760 .016 .2705 2.1775

U3 .5980 .43760 .197 -.3555 1.5515

U2 U1 -1.2240* .43760 .016 -2.1775 -.2705

U3 -.6260 .43760 .178 -1.5795 .3275

U3 U1 -.5980 .43760 .197 -1.5515 .3555

U2 .6260 .43760 .178 -.3275 1.5795

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = .479.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lemak

Subset
perlakua
n N 1 2

Duncana U2 5 3.4020

U3 5 4.0280 4.0280

U1 5 4.6260

Sig. .178 .197

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .479.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

38
Lampiran 3.

LAKTOSA

Descriptive Statistics

Dependent Variable:laktosa

perlakua
n Mean Std. Deviation N

U1 2.5020 .49827 5

U2 2.9160 .17883 5

U3 2.8640 .32936 5

Total 2.7607 .38392 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:laktosa

Type III Sum of


Source Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model .509a 2 .254 1.962 .183

Intercept 114.319 1 114.319 882.251 .000

perlakuan .509 2 .254 1.962 .183

Error 1.555 12 .130

Total 116.383 15

Corrected Total 2.063 14

a. R Squared = .246 (Adjusted R Squared = .121)

39
Lampiran 4.

KALSIUM

Descriptive Statistics

Dependent Variable:kalsium

perlakua
n Mean Std. Deviation N

U1 .0880 .02049 5

U2 .2400 .09407 5

U3 .2900 .10100 5

Total .2060 .11605 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:kalsium

Type III Sum of


Source Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model .111a 2 .055 8.527 .005

Intercept .637 1 .637 98.080 .000

perlakuan .111 2 .055 8.527 .005

Error .078 12 .006

Total .825 15

Corrected Total .189 14

a. R Squared = .587 (Adjusted R Squared = .518)

40
Multiple Comparisons

Dependent Variable:kalsium

(I) (J) 95% Confidence Interval


perlakua perlakua Mean Difference
n n (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

LSD U1 U2 -.1520* .05095 .011 -.2630 -.0410

U3 -.2020* .05095 .002 -.3130 -.0910

U2 U1 .1520* .05095 .011 .0410 .2630

U3 -.0500 .05095 .346 -.1610 .0610

U3 U1 .2020* .05095 .002 .0910 .3130

U2 .0500 .05095 .346 -.0610 .1610

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = .006.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Kalsium

Subset
perlakua
n N 1 2

Duncana U1 5 .0880

U2 5 .2400

U3 5 .2900

Sig. 1.000 .346

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .006.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

41
Lampiran 5.

POSPOR

Descriptive Statistics

Dependent Variable:pospor

perlakua
n Mean Std. Deviation N

U1 .0520 .00447 5

U2 .1140 .01140 5

U3 .1100 .01225 5

Total .0920 .03075 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:pospor

Type III Sum of


Source Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model .012a 2 .006 60.200 .000

Intercept .127 1 .127 1.270E3 .000

perlakuan .012 2 .006 60.200 .000

Error .001 12 1.000E-4

Total .140 15

Corrected Total .013 14

a. R Squared = .909 (Adjusted R Squared = .894)

42
Multiple Comparisons

Dependent Variable:pospor

(I) (J) 95% Confidence Interval


perlakua perlakua Mean Difference
n n (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

LSD U1 U2 -.0620* .00632 .000 -.0758 -.0482

U3 -.0580* .00632 .000 -.0718 -.0442

U2 U1 .0620* .00632 .000 .0482 .0758

U3 .0040 .00632 .539 -.0098 .0178

U3 U1 .0580* .00632 .000 .0442 .0718

U2 -.0040 .00632 .539 -.0178 .0098

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 1.00E-004.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Pospor

Subset
perlakua
n N 1 2

Duncana U1 5 .0520

U3 5 .1100

U2 5 .1140

Sig. 1.000 .539

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.00E-004.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

43
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian di Kabupaten Enrekang dan Laboratorium Kimia
Makanan Ternak

Pemotongan Bahan Pakan Komplit

Pembuatan Konsentrat pemotongan Jerami Jagung

44
Pencampuran Bahan Pakan Komplit Memasukkan Bahan ke dalam Wadah

Penambahan Konsentrat Setelah Hijauan Pakan Komplit Siap Digunakan

Pendataan Sampel Uji Kandungan Protein

45
Uji Kandungan Lemak Uji Kandungan Phosfor

Uji Kalsium Susu

46
RIWAYAT HIDUP

NAFTIKA EDEILWEYS, lahir di Makassar pada tanggal

30 Desember 1989 anak tunggal dari pasangan Albert Sonda

Timbang dan Naomi Corina Kiding Allo. Penulis mulai

menginjak bangku pendidikan pada tahun 1996 di SDN. 20

Barandasi dan lulus pada tahun 2002, kemudian penulis melanjtukan pendidikan

di SLTP Negeri 2 Maros Kabupaten Maros dan lulus pada tahun 2005. Setelah itu

penulis melanjutkan pendidikannya ditingkat yang lebih tinggi yaitu di SMK/SPP

Negeri Rappang Jurusan Kesehatan Hewan dan lulus pada tahun 2008. Setelah

selesai ditahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan disalah satu perguruan tinggi

yang ada di Indonesia timur tepatnya di Universitas Hasanuddin dan diterima di

Fakultas Peternakan jurusan Produksi Ternak.

47

Anda mungkin juga menyukai