Anda di halaman 1dari 9

A.

Definisi Konjungtivitis

Konjungtiva adalah membrane mukosa (selaput lendir) yang melapisi


kelopak dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai
limbus, di mana konjungtiva berbatasan dengan lapisan superficial kornea.

Konjungtiva yang melapisi kelopak, yaitu konjuntiva palpebrae, sangat


vaskuler (banyak mengandung pembuluh darah), dan lewat konjungtiva ini dapat
dilihat kelenjar sebasea pada tepi kelopak. Lonjungtiva palpebrae lebih tebal
daripada konjungtiva bulbi yang menutupibagian depan bola mata sampai tepi
kornea. Sclera dapat dilihat lewat konjungtiva bulbi.

Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva atau disebut sebagai


mata merah atau pink eye sangat sering terjadi.

1
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga
sering disebut mata merah.

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan
pengobatan.

Konjungtivitis, atau inflamasi konjungtiva, disebabkan oleh infeksi bakteri


atau virus, alergi, atau reaksi zat kimiawi. Konjungtivitis bacterial atau viral sangat
menular tetapi menjadi self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi) setelah
2 minggu. Konjungtivitis kronis bias mengakibatkan perubahan degeneratif pada
kelopak mata. Di belahan bumi barat, konjungtivitis mungkin merupakan ganguan
mata yang paling umum.

B. Etiologi
a. Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.
Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung
dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.
b. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus
sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan
pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata
yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
c. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas, dan
disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk sari). Pasien

2
akan mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan. Terbentuk papilla
yang dapat dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat. Konjungtivitis alergi dapat
terjadi bersama dengan reaksi alergi yang lain. Misalnya astma dan hay
fever.
d. Konjungtivitis Gonore
Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata pada neonatus
(bayi baru lahir) disebabkan oleh infeksi tidak langsung selama keluar
melewati jalan lahir pada ibu yang menderita gonore, konjungtivitis yang berat
disebut oftalmia neonatorum.
e. Trachoma
Trachoma merupakan konjungtivitis folikular kronik yang
disebabkan Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi dari trachoma adalah 7
hari ( 5 14 hari ). Trachoma dapat mengenai segala umur terutama dewasa
muda dan anak-anak, yang akut atau sub akut. Cara penularannya melalui
kontak langsung dengan sekret atau alat-alat pribadi.
C. Manifestasi Klinis
a. Tanda

Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:

Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.


produksi air mata berlebihan (epifora).
kelopak mata bagian atas nampak menggelantung
(pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan
konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya
sebagai reaksi nonspesifik peradangan.
pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan
sekitarnya.
terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin
(komponen protein).

3
dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga
bernanah).

b. Gejala

Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan


mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan
kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus
atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena
alergi. Gejala lainnya adalah:

mata berair
mata terasa nyeri
mata terasa gatal
pandangan kabur
peka terhadap cahaya
terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada
pagi hari.

D. Patofisiologi

Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi


menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat
menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga
terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis.Pelebaran pembuluh darah
disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan
sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret
mukopurulent.Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat
kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi
kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan
hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran
cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama
kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat.

4
Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan
terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang
pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan
menjadi kabur dan rasa pusing.

Pathway

Mikroorganisme(bakteri,
virus,jamur)

Masuk kedalam mata

Kelopak mata terinfeksi

Tdk bisa menutup dan


membuka dgn smprna

Mata kering (iritasi)

Konjungtivitis Mikroorganisme,
allergen, iritatif
peradangan
lakrimas
i
Keljr air mata terinfeksi
Dilatasi pembuluh
darah Pengeluaran
cairan meningkat
Fungsi sekresi terganggu
nyeri Sclera merah edem
a
hipersekresi

Granulasi disertai TIO meningkat


sensai benda asing
Resiko infeksi
Kanal schlemm trsmbt
Gangguan rasa
nyaman
Iskemia syaraf optik

Gangguan persepsi
sensori 5
Ulkus kornea

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar.
Pada anak-anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi sakit tenggorokan
dan demam.
Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan
konjungtival jika konjungtivitis disebabkan virus.
Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis
disebabkan bakteri.
Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial
yang menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang tepat.
F. Penatalaksanaan
Moxifloxacin

Farmakokinetik

Creamer., D. W. dkk. UK Guidelines for the management of Stevens-Johnson


syndrome/TEN 2016.

a. Absorbsi
moksifloksasin diserap dengan cepat dan hampir sepenuhnya.
b. Distribusi
Moxifloxacin didistribusikan ke seluruh tubuh dalam konsentrasi yang
tinggi dan berpenetrasi ke dalam jaringan paru-paru dengan baik.

6
Konsentrasi dalam jaringan paru-paru biasanya lebih tinggi 2-5 kali dari
konsentrasi dalam plasma, dan berkisar antara 2,4 sampai 11,3 g/g
selama 24 jam setelah pemberian tunggal dosis oral 500 mg.
c. Metabolisme
moksifloksasina (moxifloxacin) bekerja dengan cara menghambat dua tipe
enzim II topoisomerase yaitu DNA Gyrase dan topoisomerase IV.
topoisomerase IV memerlukan DNA terpisah yang telah direplikasi
sebelum pembelahan sel bakteri. Dengan DNA yang tidak dipisahkan,
proses terhenti dan bakteri tidak bisa membagi. Sedangkan DNA gyrase
bertanggungjawab untuk supercoil DNA sehingga akan cocok di dalam sel
yang baru terbentuk. kombinasi dari dua mekanisme di atas akan
membunuh bakteri sehingga moksifloksasina (moxifloxacin) digolongkan
sebagai bakterisida.
d. Ekresi

Setelah menyelesaikan tahap kedua biotransformasi moksifloksasin


dikeluarkan dari tubuh melalui usus dan ginjal dalam bentuk tidak
berubah, dan sebagai senyawa sulfo tidak aktif dan glucuronides.
Diekskresikan dalam urin, dan kotoran, dalam bentuk yang tidak
dimodifikasi, dan metabolit tidak aktif. Ketika dosis tunggal 400 tentang
mg 19% diekskresikan tidak berubah dalam urin, tentang 25% dengan
kotoran. T1/2 adalah sekitar 12 tidak. Total izin rata setelah mengambil
dosis 400 mg adalah dari 179 ml / menit untuk 246 ml / menit.

e. Indikasi
moksifloksasina (moxifloxacin) digunakan untuk infeksi :

maksilaris sinusitis akut,


eksaserbasi bakteri akut bronkitis kronik,
pneumonia komunitas,
kulit dan struktur kulit yang kompleks, dan
infeksi intraabdominal.
f. Kontraindikasi

7
moksifloksasina (moxifloxacin) harus dihindari pada pasien
dengan hipersensitivitas terhadap moksifloksasina (moxifloxacin)
atau antibiotik golongan kuinolon lainnya.
moksifloksasina (moxifloxacin) juga kontra indikasi pada wanita
hamil dan menyusui, anak dan remaja,
pasien dengan riwayat kelainan tendon akibat terapi kuinolon,
pasien dengan perpanjangan QT kongenital maupun dapatan,
gangguan elektrolit khususnya hipokalemia, bradikardia, gagal
jantung dengan pengurangan fraksi ejeksi ventrikel kiri, riwayat
aritmia asimtomatik.
g. Efek Samping
intoksikasi saluran cerna, perpanjangan pada pasien hipoglikemia,
super infeksi candida, mual, muntah, nyeri saluran cerna dan perut,
diare, peningkatan transaminase sementara, sakit kepala, pening.
Efek samping yang jarang namun serius yang dapat terjadi sebagai
akibat dari terapi moksifloksasina (moxifloxacin) termasuk
neuropati perifer ireversibel , tendonitis , hepatitis , efek kejiwaan
( halusinasi , depresi ) , torsades de pointes , sindrom Stevens-
Johnson dan clostridium difficile serta reaksi fotosensitifitas /
fototoksisitas .

h. Interaksi Obat
moksifloksasina (moxifloxacin) memiliki potensi untuk interaksi
obat yang serius dengan obat anti inflamasi non steroid (NSAID).
Kombinasi kortikosteroid dan moksifloksasina (moxifloxacin)
meningkatkan potensi terjadinya tendonitis dan kecacatan.
Antasida yang mengandung aluminium atau magnesium menghambat
penyerapan moksifloksasina (moxifloxacin) .
Obat yang memperpanjang interval QT ( misalnya , pimozide )
kemungkinan memiliki efek aditif pada perpanjangan QT dan
menyebabkan peningkatan risiko aritmia ventrikel .
i. Dosis

8
400 mg orally or IV every 24 hours

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Masalah Kesehatan Mata Anda. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Creamer., D. W. dkk. UK Guidelines for the management of Stevens-Johnson


syndrome/TEN 2016.

Anda mungkin juga menyukai