Berdasarkan analisis kultur laboratoriun dan sampel lapangan yang luasnya tak jenuh
(jumlah ikatan ganda) ini keton rantai panjang bervariasi secara linier dengan suhu
pertumbuhan alga pada rentang temperatur yang luas (Brasell et al 1986. Prahl dan Wakeham
1987).untuk menggambarkan maka bentuk disederhanakan didefinisikan oleh rasio konsentrasi
dua C37 keton:
K=[C37;]/[C37:2+C37:3]
U 37
(4.11)
Kalibrasi kemudian dibuat dengan suhu pertumbuhan haptophyte berbeda spesies di
laboratorium dengan suhu air laut dimana plankton dikumpulkan. Dari data, sejumlah kurva
kalibrasi yang berbeda berevolusi untuk spesies yang berbeda dan bagian yang berbeda dari
laut dunia sehingga beberapa keraguan muncul mengenai penerapan universal indeks jenuh.
Muller dkk. (1998) melakukan kalibrasi seragam untuk lautan global dari 60 N ke 60 S. Hasil
hubungan:
K= 0.033T+0.044 (4.12)
U 37
Identik dalam batas kesalahan dengan luas digunakan kalibrasi dari Prahl dan Wekeham
(1987) dan Prahl et al. (1988) berdasarkan budaya Emiliania huxleyl (U 37 K=0.033T +
0.043). Muller dkk. (1998) juga menemukan bahwa kolerasi terbaik diperoleh dengan
menggunakan suhu air laut dari kedalaman 0-10 m, menunjukkan bahwa sedimen U 37 Rasio
K mencerminkan campuran lapisan suhu dan produksi alkenon dalam atau dibawah termoklin
tidak cukup tinggi untuk secara signifikan.
Terdapat variasi regional musiman dari produksi primer akan tetapi diabaikan pada U
dalam sedimen. Selanjutnya, hubungan linier yang kuat diperoleh pada Samudra Atlantik
Selatan dan Lautan global menunjukkan bahwa nilai U dari sedimen yang tidak terpengaruh
terukur dengan mengubah komposisi spesies atau dengan tingkat pertumbuhan ganggang dan
ketersediaan hara, selain diharapkan daripercobaan kultur. Upaya telah dilakukan untuk
interkalibrasi analisis alkenon seluruh dunia (Rosell. Mele dkk. 2002). Melanjutkan penelitian
tentang parameter alkenon masih mengungkapkan kalibrasi tambahan untuk lingkungan yang
ekstrim kisaran suhu dimana indeks alkenon bisa diterapkan.
Indeks alkenon saat ini salah satu yang paling sering digunakan sebagai parameter
geokimia molekul organik di geosains. Sebagai contoh dari aplikasi yaitu pada gambar 4.18.
isotop oksigen global yang stratigrafi (SPECMAP; setelah Martinson et al. 1987) dibandingkan
dengan kurva suhu permukaan laut direkonstruksi dari rasio sedimen alkenon (U37 K) untuk
dua lubang dibor dengan Program Ocean Drilling ke sedimen laut dalam di lepas pantai
California (Megelsdorf et al. 2000). Suhu mengikuti variasi nilai nilai 180 cukup baik. Mereka
berdua menggambarkan perubahan berulang dari dingin menjadi hangat dan sebaliknya. Hal
ini juga dicatat bahwa suhu absolut, seperti pada Oseanografi lebih tinggi di lokasi lubang
1017B (50 km sebelah barat dari titik Arguello, utara dari Santa Barbara Channel) daripada di
lokasi Utara California 60 km sebelah barat Crescent City di lembah Sungai Eel (lubang
1019C).
TEX86 Paleothermometry
Baru-baru ini sebuah geokimia proksi suhu yang baru, Indeks TEX86 diperkenalkan
oleh Schouten dkk. (2002). Hal ini didasarkan pada jumlah gugus siklopentana yang di
tetraethers gliserol dialkil (GDGTs, gambar 4.19) dari membran lipid dari kelompok archaea
laut disebut Crenarchaeota, yang mengubah sebagai respon terhadap suhu di media
pertumbuhan seperti yang ditunjukkan oleh sampel atas inti sedimen laut (Schouten et al. 2002)
dan dalam percobaan budaya (Wucher et al. 2004). Hal ini didefinisikan sebagai beriku:
TEX86= (III+IV)/(II+III+IV) (4.13)
Dimana nagka angka Romawi mewakili isi relatif membran lipid yang berbeda. Dengan
meningkatnya suhu, jumlah cincin siklopentana dalam membran lipid Crenarchaeotal
meningkat. Indeks TEX86 menunjukkan kolerasi linier yang signifikan dengan suhu
pertumbuhan inkubasi eksperimen (Persamaan (4.14) dan dengan seadurface rata rata tahunan
Suhu di permukaan sedimen (Persamaan 4.15),
TEX86= 0.015.T+0.10 (r2=0.79) (4.14)
TEX86= 0.015.T+0.29 (r2=0.92) (4.15)