Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN ACEH BESAR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN ACEH BESAR
TAHUN 2016
PANDUAN

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN ACEH BESAR

Edisi I
Tahun 2016

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian


atau seluruh buku ini dengan cara dan bentuk apapun tanpa
seizin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Besar.

2016 Sekretariat Akreditasi RSUD Kabupaten Aceh Besar


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia
yang telah diberikan, sehingga buku Panduan Alat Pelindung Diri (APD) pada Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Aceh Besar ini selesai disusun.
Buku ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi terhadap pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Aceh Besar.
Buku panduan ini disusun atas kerjasama dan masukan berbagai pihak, oleh sebab itu pada
kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang ikut berkontribusi atas tersusunnya buku Panduan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Besar.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Banda Aceh, September 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Keadaan dan Permasalahan ............................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 1
D. Ruang Lingkup .................................................................................... 1

BAB II PRINSIP, PROGRAM, KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM...................... 2


A. Prinsip Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) .................................... 2
B. Program Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ................................. 2
C. Kebijakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ............................... 2
D. Dasar Hukum ...................................................................................... 3

BAB III STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI (APD) ............................................... 4


A. Pengertian ........................................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................................. 4
C. Jenis Alat Pelindung Diri ...................................................................... 4
D. Ketentuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) .............................. 4
E. Cara Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) .................................... 10

BAB IV FASILITAS DAN PERALATAN ................................................................. 11


BAB IV PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN PELAPORAN ........ 13
A. Pembinaan dan Pengawasan .............................................................. 13
B. Pencatatan dan Pelaporan .................................................................. 13

BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahaya (hazard) ada di setiap tempat kerja di rumah sakit sehingga strategi untuk
melindungi pekerja merupakan hal yang sangat penting. Ketika bahaya tidak dapat
dihilangkan atau dikontrol secara memadai, maka Alat Pelindung Diri (APD) dapat
digunakan pada saat melakukan pekerjaan di area berbahaya tersebut.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan yang dipakai oleh seorang pekerja untuk
meminimalkan paparan terhadap bahaya kerja tertentu. Menggunakan APD hanya salah
satu unsur dalam program keselamatan kerja yang dapat diterapkan diantara berbagai
strategi untuk memelihara lingkungan kerja yang aman dan sehat, bebas dari resiko
cedera atau penularan infeksi. APD digunakan untuk mengurangi atau meminimalkan
paparan atau kontak terhadap agen fisik, kimia, ergonomis, atau biologis yang
merugikan. Bahaya tidak dapat dihilangkan dengan APD, tetapi risiko cedera dapat
dikurangi.
Dengan demikian dibutuhkan sebuah program APD yang komprehensif melalui
partisipasi aktif dan komitmen yang kuat mulai dari tahap perencanaan, pengembangan,
dan implementasi dari semua tingkat : manajemen, pengawas/penanggung jawab, dan
pekerja karena keberhasilan program APD tergantung dari kerjasama dan dukungan dari
semua pekerja dan manajemen yang terkait.

B. Masalah
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kejadian cedera yang ditimbulkan dari
kecelakaan akibat kerja, termasuk penularan infeksi / Healthcare Associated Infection
(HAIs) adalah penggunaan alat pelindung diri yang tidak tepat sehingga petugas, pasien
dan pengunjung akan mudah terpapar oleh berbagai hazard (bahaya) yang mengancam
yang selalu ada di lingkungan rumah sakit. Keberhasilan program ini menuntut
kepatuhan dan pengamalan yang benar terhadap prinsip, program, dan kebijakan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

C. Tujuan Umum
Terselenggaranya upaya peningkatan kesehatan karyawan dan perlindungan bagi
petugas, pasien, dan pengunjung dari potensi bahaya resiko cedera dan penularan
infeksi melalui penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

D. Ruang Lingkup
Panduan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini mencakup : prinsip, program, dan
kebijakan kebersihan tangan (hand hygiene) rumah sakit, standar pelayanan kebersihan
tangan (hand hygiene) rumah sakit, fasilitas dan peralatan, dan pembinaan,
pengawasan, pencatatan dan pelaporan.

1
BAB II
PRINSIP, PROGRAM, KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM

A. Prinsip Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1. Perlindungan pekerja
2. Kepatuhan terhadap standar prosedur operasional (SPO)
3. Kelayakan teknis APD yang tersedia/digunakan

B. Program Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1. Perencanaan dan pengembangan APD
a. Pimpinan unit kerja terkait mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat
ditimbulkan akibat pekerjaan / pelayanan di rumah sakit
b. Pimpinan unit kerja terkait melakukan pemilihan dan penentuan jenis APD
sesuai dengan potensi bahaya yang terdapat di masing-masing unit kerja
c. Pimpinan unit kerja terkait mengusulkan pengadaan APD sesuai dengan
kebutuhan unit kerjanya
d. Usulan APD harus mendapat rekomendasi dari Komite PPIRS dan Tim
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
2. Pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan jenis dan jumlah kebutuhan
a. Pengadaan APD sesuai dengan jenis dan jumlah kebutuhan
b. Monitoring dan Evaluasi penggunaan APD
3. Pemeliharaan APD
a. Kepala unit kerja memastikan bahwa petugas melakukan pemeliharaan rutin
dan pemeriksaan APD mereka.
b. Mengidentifikasi masalah potensial atau cacat pada APD baik selama
pemeriksaan pra-penggunaan atau saat pemakaian.
4. Pelatihan
a. Pelatihan cara penggunaan, perawatan dan pemeliharaan serta cara
pembuangan atau pemusnahan APD.
b. program pendidikan berkelanjutan.
5. Pengunaan
a. Fit testing
b. Survei penggunaan APD yang benar.
6. Audit Program
a. Tim PPIRS mengunjungi ruangan memastikan ketersediaan APD dan
kepatuhan dalam penggunaan APD
b. Dilakukan satu kali dalam satu tahun

C. Kebijakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1. Gunakan APD sesuai ukuran dan potensial hazard
2. Gunakan APD yang sesuai, bila ada kemungkinan terkontaminasi dengan cairan
tubuh gunakan sarung tangan sekali pakai

2
3. Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien lain
4. Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk pasien yang berbeda
5. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke
area bersih
6. Pakailah goggle untuk melindungi konjungtiva, mukus membran mata, hidung, mulut
selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatanpasien yang berisiko terjadi
cipratan duh tubuh
7. Masker bedah digunakan untuk mencegah transmisi partikel besar dari droplet saat
kontak erat (<3 m) dari pasien saat batuk/bersin. Pakailah selama tindakan yang
menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak diduga infeksi. Kenakan
Respirator partikulat (N95/Kategori N pada efisiensi 95%) saat melakukan
perawatan/masuk ruang isolasi pasien airborne disease.
8. Kenakan baju pelindung (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit, mencegah baju
menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang
memungkinkan terjadinya percikan/ semprotan cairan tubuh pasien
9. Bila cairan tubuh bisa menembus baju pelindung, perlu dilapisi apron tahan cairan
mengantisipasi percikan/semprotan cairan infeksius.

D. Dasar Hukum
1. Undang Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. SK Menkes RI No 270/MENKES/2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan
Lainnya
4. SK Menkes RI No 382/Menkes/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya
5. SK Menkes RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
6. SK Menkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
7. SK Menkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
8. SK Direktur RSUD Kabupaten Aceh Besar No.821/066/2016 tentang Pembentukan
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) di RSUD
Kabupaten Aceh Besar
9. Kebijakan Direktur RSUD Kabupaten Aceh Besar No : 820/110/2016 tentang
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)

3
BAB III
STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

A. Pengertian
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan yang digunakan sebagai barier untuk
melindungi petugas dan pasien kesehatan dari resiko pajanan terhadap benda/bahan
berbahaya seperti bahan infeksius (darah/cairan tubuh), pajanan termal dan radiasi,
trauma mekanik, kimia dan lain-lain baik akibat percikan, kejatuhan atau tumpahan.

B. Tujuan
1. Melindungi petugas dan pasien dari perpindahan mikroorganisme
2. Mencegah infeksi silang
3. Memberikan jaminan keamanan petugas saat bekerja dalam kondisi resiko

C. Jenis Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri yang terdiri dari :
1. Sarung tangan/Handscoen/Gloves
2. Pelindung Wajah (Masker, Google, Visor)
3. Apron/Gaun Pelindung
4. Pelindung Kaki
5. Pelindung kepala

D. Ketentuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1. Sarung Tangan
a. Sarung tangan tersedia disemua unit kerja di RSUD Kabupaten Aceh Besar.
b. Pakai sarung tangan bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi dan bahan terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang tidak utuh,
kulit utuh yang potensial terkontaminasi.
c. Cara memakai sarung tangan memakai prinsip skin to skin, glove to glove
sesuai dengan SPO penggunaan sarung tangan
d. Jenis Sarung Tangan :
1) Sarung tangan steril
2) Sarung tangan bersih non steril
3) Sarung tangan rumah tangga
e. Sarung tangan steril digunakan untuk tindakan bedah atau perasat yang
memerlukan teknik steril
f. Sarung tangan bersih non steril untuk prosedur diagnostik dan tindakan lainnya
dengan teknik bersih sebagai Alat Pelindung Diri (APD) terhadap transmisi
kontak di ruangan perawatan, dan unit lain seperti di Instalasi Gizi dalam
pengolahan bahan makanan
g. Pakai sarung tangan sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan

4
h. Penggunaan sarung tangan bersih non steril hanya satu kali pakai untuk satu
perasat pada satu orang pasien.
i. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke
area bersih
j. Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda
dan permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien lain
k. Jangan memakai satu sarung tangan untuk pasien yang berbeda
l. Tidak dibenarkan mencuci sarung tangan non steril untuk pemakaian ulang
m. Sarung tangan rumah tangga digunakan untuk prosedur penanganan
kebersihan lingkungan; penanganan sampah/limbah, pengelolaan linen, dan
pemrosesan peralatan serta kegiatan pemeliharaan sarana prasarana rumah
sakit
n. Setelah selesai penggunaan sarung tangan dibuang ke tempat sampah sesuai
dengan jenis sampah dan kontamisasinya.
o. Bila sarung tangan terkontaminasi darah, ekskreta, atau cairan tubuh pasien
terutama penderita HBV, HCV atau HIV, langsung dibuang sebagai sampah
infeksius (kuning)
p. Bila terpapar bahan sitostatika dan radiasi dibuang ke tempat sampah radiasi
(ungu)
q. Bila digunakan sebagai pengolah bahan makanan dibuang ke tempat sampah
biasa (hitam)
r. Selalu perhatikan tangan pasca melepas sarung tangan adakah tanda-tanda
kebocoran sarung tangan pada tangan.
s. Lakukan prosedur kebersihan tangan segera setelah melepaskan sarung
tangan
t. Jenis dan bahan sarung tangan rumah tangga disesuaikan dengan potensi
hazard yang akan dicegah
u. Sarung tangan rumah tangga dapat dipakai ulang bila tidak ada kebocoran dan
telah melalui proses dekontaminasi dan pembersihan

2. Penggunaan Pelindung Wajah (Masker, Goggle, Visor)


a. Pakai Pelindung wajah untuk melindungi konjungtiva, mukus membran mata,
hidung, mulut selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan pasien
yang berisiko terjadi cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi.
b. Pilih masker sesuai tindakan yang akan dikerjakan, masker bedah/masker biasa
dapat dipakai untuk mencegah transmisi melalui droplet saat kontak erat (<3 m)
dari pasien saat batuk/bersin, masker N95 dipakai untuk mencegah transmisi
melalui Airborne (udara) seperti : TBC, cacar air/varicella.
c. Pakai masker selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada
pasien tidak diduga infeksi.
d. Masker digunakan untuk melindungi mulut dan hidung petugas dari aerosolisasi
bahan/gas berbahaya, droplet dan airborne serta bau
e. Masker tersedia dalam bentuk : masker bedah/masker biasa, masker bedah
dengan pelindung mata dan masker N95.
f. Masker bedah/masker biasa tersedia di semua unit kerja

5
g. Masker bedah dengan pelindung mata hanya tersedia di Kamar Operasi.
h. Masker N95 hanya disediakan di ruangan isolasi khusus penyakit Airborne,
Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Pemulasaran Jenazah
i. Masker digunakan sekali pakai. Setelah dipakai langsung dibuang di tempat
sampah infeksius.
j. Google/visor disediakan di setiap ruangan tindakan : Kamar perasat, Kamar
Operasi, Laboratorium Kateterisasi Jantung, Kamar bersalin, Instalasi Gawat
Darurat, serta Instalasi Binatu, CSSD, Instalasi Pemeliharaan Sarana Medik dan
Non Medik dan Instalasi Pemulasaran Jenasah. Kaca mata las tersedia di IPRS
untuk melindungi retina dari cahaya intensitas tinggi saat pekerjaan las.
k. Pilih alat pelindung wajah sesuai tindakan yang akan dikerjakan. (masker untuk
melindungi mukosa hidung dan mulut, goggle untuk melindungi mukosa mata
dan visor untuk melindungi seluruh wajah)
l. Bila melakukan tindakan pada pasien dengan airborne disease (penyakit
menular lewat udara) gunakan masker N95.
m. Bila merawat pasien yang menular lewat droplet cukup gunakan masker bedah
atau masker biasa.
n. Pasang masker dengan meletakkan bagian yang berwarna terang (putih)
menempel pada wajah.
o. Kencangkan tali pengikat melingkari bagian atas dan bawah telinga sampai ke
belakang kepala
p. Lakukan pengepasan/fitting masker dengan hidung dan wajah
q. Pastikan masker sudah menutup hidung dan mulut.
r. Setelah masker terpasang dengan baik, hindari menyentuh/menekan
permukaan masker bagian luar untuk mencegah pori-pori masker melebar.
s. Jika tidak ada kontaminasi percikan, masker dapat digunakan maksimal 4 jam.
t. Bila sudah selesai melakukan tindakan yang memerlukan masker, masker
dilepaskan
u. Perhatikan pada saat membuka masker dengan cara membuka tali bagian
bawah terlebih dahulu.
v. Setelah kedua tali dilepas, lipat masker sehingga bagian yang terang terletak di
bagian luar lipatan dan segera dibuang ke tempat sampah infeksius, lakukan
kebersihan tangan
w. Dilarang menggantung masker di leher atau dagu

Respirator/masker N95
a. Pilih Jenis dan Ukuran Respirator/Masker N95 yang sesuai
b. Lakukan pengepasan/fitting respirator/masker N95 terhadap wajah dan hidung
c. Lakukan uji kebocoran masker N95
d. Bila terjadi kebocoran atur kembali posisi Masker N95 pada wajah dan
ketegangan tali pengikat. Uji kembali kerapatan respirator/masker N95 atau
ganti dengan masker N95 dengan tipe dan ukuran lainnyayang sesuai.
e. Setelah selesai penggunaan, Masker N95 bekas pakai dibuang ke tempat
sampah Infeksius.

6
f. Semua alat pelindung mata dianggap terkontaminasi jika digunakan untuk
penanganan pasien. Bila kontaminasi tidak jelas, maka goggle dibersihkan
dengan larutan chlorine 0,05%
g. Bila Kontaminasi jelas atau dengan pasien HBV/HCV/HIV, maka goggle
direndam dulu dalam chlorine 0,5% selama 10 menit, kemudian dibilas dengan
air mengalir dicuci dengan deterjen dan di keringkan dengan cara diangin-
anginkan atau mengikuti standar prosedur pemrosesan peralatan

3. Apron/ gaun pelindung


a. Gaun pelindung tersedia dalam bentuk :
1) Apron/Gaun Bersih non Steril
2) Schort steril/Gaun operasi
3) Apron radiologi
4) Celemek kedap air
b. Gaun pelindung tersedia di ruangan-ruangan : Kamar Operasi, Laboratorium
Kateterisasi Jantung, Kamar bersalin, Instalasi Gawat Darurat, High Care Unit,
Unit-Unit/Instalasi Pelayanan Intensif, Ruang rawat inap, dan Rawat Jalan,
Instalasi radiologi, Instalasi Binatu, Instalasi Gizi dan Instalasi Pemulasaran
Jenasah
c. Gaun pelindung dipakai sesuai jenis kegiatan dan potensial hazard paparannya
d. Pilih jenis gaun yang sesuai dengan tindakan yang akan dikerjakan dan
perkiraan jumlah paparan cairan yang mungkin akan dihadapi. Bila gaun tidak
tembus cairan, perlu dilapisi apron/celemek kedap cairan untuk mengantisipasi
semprotan/cipratan cairan infeksius.
e. Gunakan gaun (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit, mencegah baju
menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang
memungkinkan terjadinya percikan/ semprotan cairan tubuh pasien.
f. Lepaskan gaun segera setelah selesai melakukan tindakan dan cucilah tangan
untuk mencegah transmisi mikroba ke pasien lain ataupun ke lingkungan.
g. Gunakan apron/gaun saat merawat pasien infeksi, lepaskan gaun saat akan
keluar ruang pasien.
h. Gunakan gaun sebagai penutup/pelindung pakaian atau seragam dari percikan
atau menempelnya mikroorganisme yang terdapat dari percikan darah, cairan
tubuh, sekresi atau ekskresi pada saat merawat atau mengelola peralatan
pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/airborne.
i. Bila menggunakan gaun panjang (long gown), di mulai dengan menyarungkan
kedua tangan, dilanjutkan dengan mengikatkan tali pengikat pada belakang
leher dan pada pinggang. Kemudian sarung tangan dipasang hingga ujung
pergelangan tangan gaun dilapisi oleh pangkal sarung tangan.
j. Sebelum meninggalkan area pasien, lepaskan gaun dengan terlebih dahulu
melepaskan bagian lengan yang paling terkontaminasi dan menggulung gaun
dengan tetap menjaga area gaun bagian dalam pada sisi luar gulungan.
k. Pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial
terkontaminasi. Lakukan kebersihan tangan
l. Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun untuk pasien yang sama.

7
m. Setelah selesai dipakai, gaun dikelola menurut cara kerja pemrosesan peralatan
pasien atau pengelolaan linen kotor
n. Semua gaun pelindung pasca operasi atau persalinan dianggap terkontaminasi
cairan tubuh pasien dikelola dengan cara pemrosesan alat atau linen yang telah
ditetapkan.
o. Bila terkontaminasi cairan tubuh penderita HIV, gaun langsung dibuang sebagai
sampah infeksius

4. Pelindung Kaki
a. Pelindung kaki disediakan di semua unit kerja, terutama ruangan tindakan
perasat/operatif.
b. Pelindung kaki terdiri dari : Sepatu sendal khusus berpenutup jari, sepatu boot
dan sepatu safety (heavy duty)
c. Pelindung kaki dipakai sesuai dengan potensial hazard-nya dan hanya dipakai
di dalam area tersebut, tidak boleh dibawa keluar ruangan.
d. Sendal berpenutup jari dipakai di Kamar Operasi, Kamar Bersalin, Ruangan
Hemodialisa, Ruangan Perawatan Intensif (ICU, NICU, CVCU) dan setiap orang
yang masuk ruangan tersebut harus mengganti alas kaki dengan pelindung kaki
yang disediakan.
e. Sepatu Boot Kamar Operasi digunakan untuk tindakan operatif oleh operator
dan asisten dan pada ruangan isolasi ketat terutama perawatan pasien penyakit
infeksi menular dengan virulensi tinggi
f. Sepatu boot rumah tangga digunakan untuk kegiatan pengelolaan linen kotor,
pengelolaan limbah/sampah dan kebersihan lingkungan, dan perawatan gedung
serta sarana prasarana dan sepatu safety bagi pekerjaan lingkungan/
bangunan/ perbengkelan
g. Gunakan pelindung kaki untuk melindungi petugas dari tumpahan/ percikan
darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan
benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan.
h. Pasang pelindung kaki bila terdapat risiko tumpahan/ percikan darah atau cairan
tubuh lainnya atau risiko dari kemungkinan tusukan atau kejatuhan alat
kesehatan/benda tajam.
i. Lepaskan pelindung kaki setelah keluar ruangan, tempatkan pelindung kaki
dalam wadah rendaman berisi larutan disinfektan (klorin 0,5%) untuk
pemrosesan selanjutnya. Lakukan kebersihan tangan
j. Pastikan pelindung kaki didekontaminasi tiap hari setiap selesai pemakaian.
k. Alat pelindung kaki dianggap terkontaminasi jika digunakan untuk penanganan
pasien. Bila kontaminasi tidak jelas, maka dapat dibersihkan dengan larutan
chlorine 0,05%
l. Bila terkontaminasi cairan tubuh pasien harus dibersihkan dengan larutan
chlorin 0,5% bila kontaminasi banyak sekali, maka alas kaki direndam dengan
chlorine 0,5% selama 10 menit kemudian dibilas, lalu dicuci dengan deterjen,
dikeringkan dengan diangin-anginkan.

5. Pelindung kepala (Topi/Helmet)


a. Pelindung kepala digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala petugas
agar tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan dan melindungi kepala

8
petugas atau ke dalam bahan makanan/minuman, melindungi dari percikan
darah atau cairan tubuh yang menyemprot, atau helmet untuk melindungi
kepala petugas dari benturan akibat kejatuhan/tertimpa bahan/benda
b. Pelindung kepala tersedia dalam bentuk :
1) Topi bedah
2) Topi koki
3) Helmet
c. Topi bedah tersedia di semua unit kerja, terutama ruangan tindakan
perasat/operatif.
d. Topi koki digunakan di Instalasi Gizi untuk petugas pengolah bahan makanan
e. Helmet digunakan di Instalasi Pemeliharaan Sarana Medik dan Non Medik dan
petugas pengelola sampah/limbah
f. Gunakan penutup kepala untuk mencegah nya mikroorganisme yang ada di
rambut dan kulit kepala petugas jatuh mengkontaminasi alat-alat/area steril dan
juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan bahan-
bahan dari pasien atau untuk melindungi kepala petugas dari benturan akibat
kejatuhan/tertimpa bahan/benda
g. Pasang penutup kepala dengan baik, kencangkan tali pengikat dengan kedua
tangan
h. Lepaskan penutup kepala setelah meninggalkan ruangan. Lakukan kebersihan
tangan
i. Pelindung kepala dispossable (topi bedah) digunakan sekali pakai dan setelah
pemakaian dibuang ke tempat sampah infeksius
j. Setelah dipakai maka tergantung tingkat kontaminasi, penanganannya mengacu
kepada SPO pemrosesan peralatan, bila masih bersih dan tidak terkontaminasi
Penggunaan Penutup Kepala.

6. Pakaian kerja khusus


a. Pakaian kerja khusus disediakan pada zona clean dan semi clean, terutama di
ruangan tindakan/operatif, ruangan perawatan khusus, perawatan intensif dan
high care unit.
b. Pakaian kerja khusus tidak boleh dibawa keluar dari unit kerja.
c. Bila memang dibutuhkan sewaktu-waktu untuk keluar ruangan maka Pakaian
kerja khusus harus dilapisi dengan gaun pelindung khusus untuk keluar
ruangan.
d. Gaun Pelindung untuk masuk dan keluar ruangan dibedakan menurut warnanya
: Kuning atau Biru untuk Gaun Keluar, Hijau atau Putih untuk gaun ke
dalam/masuk ruangan
e. Pengelolaan Pakaian kerja khusus ini setelah pemakaian merujuk kepada
prosedur pengelolaan linen.

9
E. Cara Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
1. Memasang APD

2. Melepaskan APD

10
BAB IV
FASILITAS DAN PERALATAN

Unit kerja
Kegiatan Spesifik Kelompok Pengguna Alat Pelindung Diri
terkait

Isolasi Ketat/ - Perawat - Tutup Kepala Ruangan


Airborne disease Isolasi
- Dokter - Sarung Tangan
Ketat/Airborne
- Tenaga POS - Gaun Panjang disease
- Pendamping Pasien dan - Masker biasa, N95,
tenaga kesehatan lain Respirator
- Cleaning Service - Pelindung wajah
- Sepatu Pelindung

Kewaspadaan - Perawat - Sarung Tangan


Transmisi Droplet
- Dokter - Apron plastik
- Tenaga POS - Masker biasa
- Pendamping Pasien dan
tenaga kesehatan lain
- Cleaning Service

Kewaspadaan - Perawat - Sarung Tangan


Transmisi kontak
- Dokter - Apron plastik
- Tenaga POS - Visor/ Google (bila
ada kemungkinan
- Pendamping Pasien dan
percikan)
tenaga kesehatan lain
- Sepatu Pelindung
- Cleaning Service

Isolasi Protektif - Perawat - Sarung Tangan


- Dokter - Apron plastik/Gaun
- Tenaga POS - Masker biasa
- Pendamping Pasien dan
tenaga kesehatan lain
- Cleaning Service

Teknik Aseptik - Perawat - Sarung tangan Kamar Operasi


Steril
- Dokter Laboratorium
- Gaun steril kateterisasi
- Analis Laboratorium
jantung
- Topi bedah
- Dokter Gigi
Semua unit
- Masker
kerja yang
- Google/visor melaksanakan
- Sepatu pelindung tindakan
aseptic

Pembersihan dan - Perawat - Sarung tangan Semua unit


Disinfeksi Rutin bersih non steril/

11
Ruangan - Pembantu Perawat/ sarung tangan kerja
Perawatan/Umum Tenaga POS rumah tangga
- Tenaga Cleaning - Masker bedah
Service
- Apron plastik
- Analis laboratorium

Pengelolaan Linen - Perawat - Sarung tangan Unit kerja


bersih non steril/ Perawatan
- Logistik
sarung tangan Pasien
rumah tangga
Insrtalasi binat
- Masker bedah
- Apron plastik
- Topi/ visor
- Google/visor
- Sepatu boot

Sterilisasi - Karyawan CSSD - Sarung tangan CSSD


Masker bedah
- Baju khusus
- Apron plastik
- Topi/ visor
- google
- Sepatu boot

Penanganan - Seluruh Tenaga - Sarung tangan Semua Unit


Sampah dan Kesehatan Masker bedah Kerja
bahan infeksius
- Tenaga Cleaning - Apron plastik Cleaning sef
Service (disesuaikan
kebutuhan/ potensi
- Tenaga Logistik
paparan)
- Visor/google
(disesuaikan
potensi paparan)
- Sepatu boot

Pekerjaan Tenaga IPS RS - Sarung tangan IPS Medik dan


renovasi/ kerja/ rumah tangga Non Medik
perbaikan/
- Masker/ respirator
konstruksi/
(sesuai potensi
Mekanikal
hazard)
Elektrikal
- Visor/ Google/ Kaca
mata las
- Safety Shoes
- Helmet

Pemadaman Api/ Semua petugas - Helmet Semua unit


Kebakaran kerja

12
BAB V
PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Pembinaan dan Pengawasan


Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang. Pembinaan dan
pengawasan tertinggi dilakukan oleh Dewan Direksi RSUD Kabupaten Aceh Besar
melalui Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS). Pembinaan
dapat dilaksanakan antara lain melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis dan
temu konsultasi dan lain-lain.
Pengawasan dilaksanakan dua macam, yakni pengawasan internal, yang dilakukan oleh
atasan langsung unit kerja/bagian/instalasi di lingkungan RSUD Kabupaten Aceh Besar,
dan pengawasan ekstemal, yang dilakukan oleh Komite dan Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing.

B. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan dan kelengkapan
sarana/prasarana dilaksanakan secara tertulis oleh masing-masing unit kerja Rumah
sakit dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) yang
dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan kepada Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)untuk selanjutnya dirumuskan tindak lanjut
dan rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Aceh Besar dan unit terkait.
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan PPI adalah menghimpun dan
menyediakan data dan informasi, pendokumentasian dan menyusun perencanaan
kebutuhan APD dan kepatuhan dalam penerapannya.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan adalah mencatat dan melaporkan tentang :
1. Standar kebutuhan Alat Pelidung Diri (APD)
2. Angka ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)
3. Angka kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
4. Jumlah pemakaian Alat Pelindung Diri sekali pakai
Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh masing-masing unit kerja dan Komite
PPIRS RSUD Kabupaten Aceh Besar. Pencatatan dan pendokumentasian dilakukan
setiap waktu, sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan dan atau insidentil
pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak terjadwal). Pelaporan terdiri dari : pelaporan
berkala (bulanan, triwulan, semester, dan tahunan) dilakukan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan dan pelaporan insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu.

13
BAB VI
PENUTUP

Diharapkan dengan adanya standar ini, program pencegahan dan pengendalian infeksi
rumah sakit di RSUD Kabupaten Aceh Besar dapat diselenggarakan dengan baik dan secara
bermakna menekan angka kejadian infeksi rumah sakit/ nosokomial di RSUD Kabupaten
Aceh Besar.
Demikian standar ini dibuat agar dapat dilaksanakan dengan semestinya.

14

Anda mungkin juga menyukai