Panduan (Apd)
Panduan (Apd)
Edisi I
Tahun 2016
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahaya (hazard) ada di setiap tempat kerja di rumah sakit sehingga strategi untuk
melindungi pekerja merupakan hal yang sangat penting. Ketika bahaya tidak dapat
dihilangkan atau dikontrol secara memadai, maka Alat Pelindung Diri (APD) dapat
digunakan pada saat melakukan pekerjaan di area berbahaya tersebut.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan yang dipakai oleh seorang pekerja untuk
meminimalkan paparan terhadap bahaya kerja tertentu. Menggunakan APD hanya salah
satu unsur dalam program keselamatan kerja yang dapat diterapkan diantara berbagai
strategi untuk memelihara lingkungan kerja yang aman dan sehat, bebas dari resiko
cedera atau penularan infeksi. APD digunakan untuk mengurangi atau meminimalkan
paparan atau kontak terhadap agen fisik, kimia, ergonomis, atau biologis yang
merugikan. Bahaya tidak dapat dihilangkan dengan APD, tetapi risiko cedera dapat
dikurangi.
Dengan demikian dibutuhkan sebuah program APD yang komprehensif melalui
partisipasi aktif dan komitmen yang kuat mulai dari tahap perencanaan, pengembangan,
dan implementasi dari semua tingkat : manajemen, pengawas/penanggung jawab, dan
pekerja karena keberhasilan program APD tergantung dari kerjasama dan dukungan dari
semua pekerja dan manajemen yang terkait.
B. Masalah
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kejadian cedera yang ditimbulkan dari
kecelakaan akibat kerja, termasuk penularan infeksi / Healthcare Associated Infection
(HAIs) adalah penggunaan alat pelindung diri yang tidak tepat sehingga petugas, pasien
dan pengunjung akan mudah terpapar oleh berbagai hazard (bahaya) yang mengancam
yang selalu ada di lingkungan rumah sakit. Keberhasilan program ini menuntut
kepatuhan dan pengamalan yang benar terhadap prinsip, program, dan kebijakan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
C. Tujuan Umum
Terselenggaranya upaya peningkatan kesehatan karyawan dan perlindungan bagi
petugas, pasien, dan pengunjung dari potensi bahaya resiko cedera dan penularan
infeksi melalui penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
D. Ruang Lingkup
Panduan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini mencakup : prinsip, program, dan
kebijakan kebersihan tangan (hand hygiene) rumah sakit, standar pelayanan kebersihan
tangan (hand hygiene) rumah sakit, fasilitas dan peralatan, dan pembinaan,
pengawasan, pencatatan dan pelaporan.
1
BAB II
PRINSIP, PROGRAM, KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM
2
3. Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien lain
4. Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk pasien yang berbeda
5. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke
area bersih
6. Pakailah goggle untuk melindungi konjungtiva, mukus membran mata, hidung, mulut
selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatanpasien yang berisiko terjadi
cipratan duh tubuh
7. Masker bedah digunakan untuk mencegah transmisi partikel besar dari droplet saat
kontak erat (<3 m) dari pasien saat batuk/bersin. Pakailah selama tindakan yang
menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak diduga infeksi. Kenakan
Respirator partikulat (N95/Kategori N pada efisiensi 95%) saat melakukan
perawatan/masuk ruang isolasi pasien airborne disease.
8. Kenakan baju pelindung (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit, mencegah baju
menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang
memungkinkan terjadinya percikan/ semprotan cairan tubuh pasien
9. Bila cairan tubuh bisa menembus baju pelindung, perlu dilapisi apron tahan cairan
mengantisipasi percikan/semprotan cairan infeksius.
D. Dasar Hukum
1. Undang Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. SK Menkes RI No 270/MENKES/2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan
Lainnya
4. SK Menkes RI No 382/Menkes/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya
5. SK Menkes RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
6. SK Menkes RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
7. SK Menkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
8. SK Direktur RSUD Kabupaten Aceh Besar No.821/066/2016 tentang Pembentukan
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) di RSUD
Kabupaten Aceh Besar
9. Kebijakan Direktur RSUD Kabupaten Aceh Besar No : 820/110/2016 tentang
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
3
BAB III
STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
A. Pengertian
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan yang digunakan sebagai barier untuk
melindungi petugas dan pasien kesehatan dari resiko pajanan terhadap benda/bahan
berbahaya seperti bahan infeksius (darah/cairan tubuh), pajanan termal dan radiasi,
trauma mekanik, kimia dan lain-lain baik akibat percikan, kejatuhan atau tumpahan.
B. Tujuan
1. Melindungi petugas dan pasien dari perpindahan mikroorganisme
2. Mencegah infeksi silang
3. Memberikan jaminan keamanan petugas saat bekerja dalam kondisi resiko
4
h. Penggunaan sarung tangan bersih non steril hanya satu kali pakai untuk satu
perasat pada satu orang pasien.
i. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke
area bersih
j. Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda
dan permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien lain
k. Jangan memakai satu sarung tangan untuk pasien yang berbeda
l. Tidak dibenarkan mencuci sarung tangan non steril untuk pemakaian ulang
m. Sarung tangan rumah tangga digunakan untuk prosedur penanganan
kebersihan lingkungan; penanganan sampah/limbah, pengelolaan linen, dan
pemrosesan peralatan serta kegiatan pemeliharaan sarana prasarana rumah
sakit
n. Setelah selesai penggunaan sarung tangan dibuang ke tempat sampah sesuai
dengan jenis sampah dan kontamisasinya.
o. Bila sarung tangan terkontaminasi darah, ekskreta, atau cairan tubuh pasien
terutama penderita HBV, HCV atau HIV, langsung dibuang sebagai sampah
infeksius (kuning)
p. Bila terpapar bahan sitostatika dan radiasi dibuang ke tempat sampah radiasi
(ungu)
q. Bila digunakan sebagai pengolah bahan makanan dibuang ke tempat sampah
biasa (hitam)
r. Selalu perhatikan tangan pasca melepas sarung tangan adakah tanda-tanda
kebocoran sarung tangan pada tangan.
s. Lakukan prosedur kebersihan tangan segera setelah melepaskan sarung
tangan
t. Jenis dan bahan sarung tangan rumah tangga disesuaikan dengan potensi
hazard yang akan dicegah
u. Sarung tangan rumah tangga dapat dipakai ulang bila tidak ada kebocoran dan
telah melalui proses dekontaminasi dan pembersihan
5
g. Masker bedah dengan pelindung mata hanya tersedia di Kamar Operasi.
h. Masker N95 hanya disediakan di ruangan isolasi khusus penyakit Airborne,
Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Pemulasaran Jenazah
i. Masker digunakan sekali pakai. Setelah dipakai langsung dibuang di tempat
sampah infeksius.
j. Google/visor disediakan di setiap ruangan tindakan : Kamar perasat, Kamar
Operasi, Laboratorium Kateterisasi Jantung, Kamar bersalin, Instalasi Gawat
Darurat, serta Instalasi Binatu, CSSD, Instalasi Pemeliharaan Sarana Medik dan
Non Medik dan Instalasi Pemulasaran Jenasah. Kaca mata las tersedia di IPRS
untuk melindungi retina dari cahaya intensitas tinggi saat pekerjaan las.
k. Pilih alat pelindung wajah sesuai tindakan yang akan dikerjakan. (masker untuk
melindungi mukosa hidung dan mulut, goggle untuk melindungi mukosa mata
dan visor untuk melindungi seluruh wajah)
l. Bila melakukan tindakan pada pasien dengan airborne disease (penyakit
menular lewat udara) gunakan masker N95.
m. Bila merawat pasien yang menular lewat droplet cukup gunakan masker bedah
atau masker biasa.
n. Pasang masker dengan meletakkan bagian yang berwarna terang (putih)
menempel pada wajah.
o. Kencangkan tali pengikat melingkari bagian atas dan bawah telinga sampai ke
belakang kepala
p. Lakukan pengepasan/fitting masker dengan hidung dan wajah
q. Pastikan masker sudah menutup hidung dan mulut.
r. Setelah masker terpasang dengan baik, hindari menyentuh/menekan
permukaan masker bagian luar untuk mencegah pori-pori masker melebar.
s. Jika tidak ada kontaminasi percikan, masker dapat digunakan maksimal 4 jam.
t. Bila sudah selesai melakukan tindakan yang memerlukan masker, masker
dilepaskan
u. Perhatikan pada saat membuka masker dengan cara membuka tali bagian
bawah terlebih dahulu.
v. Setelah kedua tali dilepas, lipat masker sehingga bagian yang terang terletak di
bagian luar lipatan dan segera dibuang ke tempat sampah infeksius, lakukan
kebersihan tangan
w. Dilarang menggantung masker di leher atau dagu
Respirator/masker N95
a. Pilih Jenis dan Ukuran Respirator/Masker N95 yang sesuai
b. Lakukan pengepasan/fitting respirator/masker N95 terhadap wajah dan hidung
c. Lakukan uji kebocoran masker N95
d. Bila terjadi kebocoran atur kembali posisi Masker N95 pada wajah dan
ketegangan tali pengikat. Uji kembali kerapatan respirator/masker N95 atau
ganti dengan masker N95 dengan tipe dan ukuran lainnyayang sesuai.
e. Setelah selesai penggunaan, Masker N95 bekas pakai dibuang ke tempat
sampah Infeksius.
6
f. Semua alat pelindung mata dianggap terkontaminasi jika digunakan untuk
penanganan pasien. Bila kontaminasi tidak jelas, maka goggle dibersihkan
dengan larutan chlorine 0,05%
g. Bila Kontaminasi jelas atau dengan pasien HBV/HCV/HIV, maka goggle
direndam dulu dalam chlorine 0,5% selama 10 menit, kemudian dibilas dengan
air mengalir dicuci dengan deterjen dan di keringkan dengan cara diangin-
anginkan atau mengikuti standar prosedur pemrosesan peralatan
7
m. Setelah selesai dipakai, gaun dikelola menurut cara kerja pemrosesan peralatan
pasien atau pengelolaan linen kotor
n. Semua gaun pelindung pasca operasi atau persalinan dianggap terkontaminasi
cairan tubuh pasien dikelola dengan cara pemrosesan alat atau linen yang telah
ditetapkan.
o. Bila terkontaminasi cairan tubuh penderita HIV, gaun langsung dibuang sebagai
sampah infeksius
4. Pelindung Kaki
a. Pelindung kaki disediakan di semua unit kerja, terutama ruangan tindakan
perasat/operatif.
b. Pelindung kaki terdiri dari : Sepatu sendal khusus berpenutup jari, sepatu boot
dan sepatu safety (heavy duty)
c. Pelindung kaki dipakai sesuai dengan potensial hazard-nya dan hanya dipakai
di dalam area tersebut, tidak boleh dibawa keluar ruangan.
d. Sendal berpenutup jari dipakai di Kamar Operasi, Kamar Bersalin, Ruangan
Hemodialisa, Ruangan Perawatan Intensif (ICU, NICU, CVCU) dan setiap orang
yang masuk ruangan tersebut harus mengganti alas kaki dengan pelindung kaki
yang disediakan.
e. Sepatu Boot Kamar Operasi digunakan untuk tindakan operatif oleh operator
dan asisten dan pada ruangan isolasi ketat terutama perawatan pasien penyakit
infeksi menular dengan virulensi tinggi
f. Sepatu boot rumah tangga digunakan untuk kegiatan pengelolaan linen kotor,
pengelolaan limbah/sampah dan kebersihan lingkungan, dan perawatan gedung
serta sarana prasarana dan sepatu safety bagi pekerjaan lingkungan/
bangunan/ perbengkelan
g. Gunakan pelindung kaki untuk melindungi petugas dari tumpahan/ percikan
darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan
benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan.
h. Pasang pelindung kaki bila terdapat risiko tumpahan/ percikan darah atau cairan
tubuh lainnya atau risiko dari kemungkinan tusukan atau kejatuhan alat
kesehatan/benda tajam.
i. Lepaskan pelindung kaki setelah keluar ruangan, tempatkan pelindung kaki
dalam wadah rendaman berisi larutan disinfektan (klorin 0,5%) untuk
pemrosesan selanjutnya. Lakukan kebersihan tangan
j. Pastikan pelindung kaki didekontaminasi tiap hari setiap selesai pemakaian.
k. Alat pelindung kaki dianggap terkontaminasi jika digunakan untuk penanganan
pasien. Bila kontaminasi tidak jelas, maka dapat dibersihkan dengan larutan
chlorine 0,05%
l. Bila terkontaminasi cairan tubuh pasien harus dibersihkan dengan larutan
chlorin 0,5% bila kontaminasi banyak sekali, maka alas kaki direndam dengan
chlorine 0,5% selama 10 menit kemudian dibilas, lalu dicuci dengan deterjen,
dikeringkan dengan diangin-anginkan.
8
petugas atau ke dalam bahan makanan/minuman, melindungi dari percikan
darah atau cairan tubuh yang menyemprot, atau helmet untuk melindungi
kepala petugas dari benturan akibat kejatuhan/tertimpa bahan/benda
b. Pelindung kepala tersedia dalam bentuk :
1) Topi bedah
2) Topi koki
3) Helmet
c. Topi bedah tersedia di semua unit kerja, terutama ruangan tindakan
perasat/operatif.
d. Topi koki digunakan di Instalasi Gizi untuk petugas pengolah bahan makanan
e. Helmet digunakan di Instalasi Pemeliharaan Sarana Medik dan Non Medik dan
petugas pengelola sampah/limbah
f. Gunakan penutup kepala untuk mencegah nya mikroorganisme yang ada di
rambut dan kulit kepala petugas jatuh mengkontaminasi alat-alat/area steril dan
juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan bahan-
bahan dari pasien atau untuk melindungi kepala petugas dari benturan akibat
kejatuhan/tertimpa bahan/benda
g. Pasang penutup kepala dengan baik, kencangkan tali pengikat dengan kedua
tangan
h. Lepaskan penutup kepala setelah meninggalkan ruangan. Lakukan kebersihan
tangan
i. Pelindung kepala dispossable (topi bedah) digunakan sekali pakai dan setelah
pemakaian dibuang ke tempat sampah infeksius
j. Setelah dipakai maka tergantung tingkat kontaminasi, penanganannya mengacu
kepada SPO pemrosesan peralatan, bila masih bersih dan tidak terkontaminasi
Penggunaan Penutup Kepala.
9
E. Cara Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
1. Memasang APD
2. Melepaskan APD
10
BAB IV
FASILITAS DAN PERALATAN
Unit kerja
Kegiatan Spesifik Kelompok Pengguna Alat Pelindung Diri
terkait
11
Ruangan - Pembantu Perawat/ sarung tangan kerja
Perawatan/Umum Tenaga POS rumah tangga
- Tenaga Cleaning - Masker bedah
Service
- Apron plastik
- Analis laboratorium
12
BAB V
PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN PELAPORAN
13
BAB VI
PENUTUP
Diharapkan dengan adanya standar ini, program pencegahan dan pengendalian infeksi
rumah sakit di RSUD Kabupaten Aceh Besar dapat diselenggarakan dengan baik dan secara
bermakna menekan angka kejadian infeksi rumah sakit/ nosokomial di RSUD Kabupaten
Aceh Besar.
Demikian standar ini dibuat agar dapat dilaksanakan dengan semestinya.
14