Anda di halaman 1dari 25

KIMIA FISIKA

PERAN LARUTAN ELEKTROLIT DALAM INDUSTRI


KIMIA
INFUS ELEKTROLIT

DISUSUN OLEH :

PUTRI AYU CAHYANING. P (15521249)


DEVIANA HAYUNINGTIAS (15521253)
RIZKA OKTIVANI PUTRI (15521256)

KELAS :A

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
T.A. 2015/2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kimia fisika yang berjudul Infus Elektrolit..
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 1 Juni 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Infus adalah proses mengekstraksi unsur-unsur substansi terlarutkan (khususnya


obat) atau terapi dengan cara memasukkan cairan ke dalam tubuh.
Infus adalah tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan
pada pasien untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian makanan.
Infus adalah teknik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang
kaku, seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit.
Infus adalah memasukkan cairan (cairan obat atau makanan) dalam jumlah yang
banyak dan waktu yang lama ke dalam vena dengan menggunakan perangkat infus
(infus set) secara tetesan.
Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-
zat makanan dari tubuh.
Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan
cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena.
Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang
banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang
aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta
asam basa. Tindakan ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan
suplai cairan ke dalam kompartemen intravaskuler.
Terapi intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung
jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi
intravena didasarkan pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa
pasien, usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi
intravena dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka perawat harus
mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang dibutuhkan serta
mengatur dan mempertahankan sistem.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut
1. Pengertian terapi cairan/infus
2. Tujuan pemberian terapi cairan/infus
3. Mengetahui macam-macam cairan infus
4. Mengetahui komposisi cairan infus, indikasi, dan kapan penggunaan
5. Mengetahui cara pemakaian infus

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian terapi cairan/infus
2. Untuk mengetahui tujuan pemberian terapi cairan/infus
3. Untuk mengetahui macam-macam cairan infus
4. Untuk mengetahui komposisi cairan infus, indikasi, dan kapan penggunaan
5. Untuk mengetahui cara pemakaian infus

1.4 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah pembaca dapat
mengetahui pengertian terapi cairan/infus, tujuan pemberian terapi dan macam-
macamnya. Selain itu, diharapkan pembaca dapat mengetahui komposisi cairan infus,
indikasi, kapan penggunaan dan bagaimana cara pemakaiannya.
BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN TERAPI CAIRAN/INFUS


Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke
vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium),
nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat. (Wahyuningsih, 2005 : 68)
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda,
2010)
Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan
menggunakan infus set. (Protap RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu, 2009)
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak
dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang
dirperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang
diperlukan untuk metabolisme dan memberikan medikasi. (Wahyuningsih, 2005 : 68)

2.2 TUJUAN PEMBERIAN TERAPI CAIRAN/INFUS


Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)
a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa
c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP)
f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan
(Setyorini, 2006 : 5)
2.3 MACAM-MACAM CAIRAN INFUS
Saat ini jenis cairan untuk terapi parenteral sudah tersedia banyak sekali
dipasaran. Kondisi orang sakit membutuhkan cairan yang berbeda sesuai dengan
penyakitnya. Cairan sebagai terapi seharusnyalah tepat sehingga dicapai efek yang
optimal.Pemberian cairan yang salah bisa memperberat penyakit pasien.Rancangan
cairan disesuaikan dengan kondisi patologis (Darmawan, 2007). Sementara itu Leksana
(2010) membagi jenis cairan yang sering digunakan dalam pemberian terapi
intravena berdasarkan kelompoknya adalah sebagai berikut:

Cairan Kristaloid
Cairan dengan berat molekul rendah ( < 8000 Dalton ) dengan atau tanpa glukosa,
mempunyai tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang
ekstraseluler, dan mengandung elektrolit: Ringer lactate, Ringers solution, NaCl 0,9%,
Tidak mengandung elektrolit: Dekstrosa 5%. Cairan ini rata-rata memiliki tingkat
osmolaritas yang lebih rendah dengan osmolaritas plasma. Contoh cairan tersebut
adalah
1. Normal Saline
2. Ringer Laktat (RL)
3. Dekstrosa
4. Ringer Asetat (RA)

Cairan Koloid
Cairan dengan berat molekul tinggi ( > 8000 Dalton ), merupakan larutan yang
terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit menembus membran kapiler,
digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil,
onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih
mahal.
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga
cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh
darah, bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Oleh
karena itu penggunaannya membutuhkan volume yang sama dengan jumlah volume
plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan meningkatkan tekanan osmose
plasma.Contohnya adalah
1. Albumin
2. HES (Hydroxyetyl Starches)
3. Dextran
4. Gelatin

Cairan Khusus
Cairan ini dipergunakan untuk indikasi khusus atau koreksi. Adapun macam-
macamnya adalah sebagai berikut :
1. MANNITOL
2. ASERING
3. KA-EN 1B
4. KA-EN 3A & KA-EN 3B
5. KA-EN MG3
6. KA-EN 4A
7. KA-EN 4B
8. Otsu-NS
9. MARTOS-10
10. AMINOVEL-600
11. PAN-AMIN G
12. TUTOFUSIN OPS

2.4 KOMPOSISI CAIRAN INFUS, INDIKASI, DAN KAPAN PENGGUNAAN

Cairan Kristaloid
1. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
a. Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya
molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang
bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b. Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
c. Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang
terbakar.Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl,
ringer laktat, atau dekstrosa.
d. Gagal Ginjal Akut
Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis
tubuh.Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin
serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.Pemberian normal saline dan
glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.
Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan
pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema
paru.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-
paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Ringer Laktat (RL)


Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa =
28-30 mEq/l.
Kemasan : 500, 1000 ml.
Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi
elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan
ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan
tekanan osmotik.Klorida merupakan anion utama di plasma darah.Kalium merupakan
kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot.Elektrolit-
elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok
hipovolemik termasuk syok perdarahan.
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia
dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi
akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-
paru.
Peringatan dan Perhatian : Not for use in the treatment of lactic acidosis. Hati-hati
pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function
& pre-eklamsia.

3. Dekstrosa
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi
selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang
(kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan
iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.

4. Ringer Asetat (RA)


Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak
diteliti.Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama
dimetabolisme di hati, sementara asetat dimetabolisme terutama di otot.Sebagai cairan
kristaloid isotonik yang memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL
efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada
kondisi yang disertai asidosis.Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali
dibanding laktat.Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan
pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare.
Indikasi : Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya
diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis
laktat. Hal ini dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan
pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama
diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada
diare, DBD, luka bakar/syok hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi;
loading cairan saat induksi anestesi regional; priming solution pada tindakan pintas
kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan
oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA
secara cepat (dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap
parameter-parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang umum terjadi
setelah anestesi umum/spinal.
Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek
pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta
keseimbangan asam basa pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan
epidural sebelum seksio sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik
dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas, karena dapat memperbaiki asidosis laktat
neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang
mengalami eklampsia atau pre-eklampsia).
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik
akut, sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan
hipotonik karena kekhawatiran terhadap edema otak.Namun, Hahn dan Drobin (2003)
memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena
itu dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak.
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik
dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan
perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan
tekanan darah sistolik-diastolik).
Cairan Koloid
1. Albumin
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang
dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang
dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam
jaringan pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan
resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :
a. Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,
hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass,
hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka
bakar.
b. Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien
dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat
memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara
bersamaan.
c. Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran,
operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi
renal berlebih.
d. Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis.
Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media
pertumbuhan yang baik bagi bakteri.Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan
penggunaan albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal
impairment dan kematian.Adanya bakteri dalam darah dapat menyebabkan
terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS), yaitu sindroma kerusakan organ-
organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.
Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.
Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.
2. HES (Hydroxyetyl Starches)
Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan
amilopektin.
Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan
permeabilitas pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan
setelah operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat
(>20 ml/kg). Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure
(ARF).Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan.
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian
menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :
Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap
bisa digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan
permeabilitas.
Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin
menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis
refraktori.
HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada
kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.
Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada
sepsis karena :
Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES),
yang manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin
pada pasien sepsis dengan hipovolemia.
HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF,
pruritus, dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik
reperfusi (contoh: transplantasi ginjal).
Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin
pada pasien dengan sepsis.
Efek samping : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika
digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.
Contoh : HAES steril, Expafusin.

3. Dextran
Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri
Leuconostoc mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :
a. Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard,
iskemia cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.
b. Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas
darah, dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa
dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin
dan HES.
Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,
hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau
anuria yang parah.
Efek samping : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering
dilaporkan dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran
pada tubulus renal. Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang
signifikan.
Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.

4. Gelatin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,
Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin
memiliki efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.
Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus
dihindari pada keadaan hiperkalsemia.
Efek samping : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000
pasien, dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila
dibandingkan dengan starches.
Contoh : haemacel, gelofusine.

Cairan Khusus
1. MANNITOL
D-Manitol. C6H14O6
Indikasi :
Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, meningkatkan
diuresis pada pencegahan dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal,
menurunkan tekanan intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai
larutan irigasi genitouriner pada operasi prostat atau operasi transuretral.

2. ASERING

Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml
RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral

3. KA-EN 1B
Indikasi:
a. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
b. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
c. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
Komposisi :

Tiap 1000 ml isi mengandung


sodium klorida 2,25 g
anhidrosa dekstros 37,5 g.
Elektrolit (meq/L) :
a. Na+ 38,5
b. Cl- 38,5
c. Glukosa 37,5 g/L.
d. kcal/L : 150

4. KA-EN 3A & KA-EN 3B


Indikasi: Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada
keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
Kompisisi :
KA-EN 3A

Tiap liter isi mengandung


- sodium klorida 2,34 g
- potassium klorida 0,75 g, sodium laktat 2,24 g
- anhydrous dekstros 27 g.
- Elektrolit (mEq/L) : a. Na+ 60
b. K+ 10
c. Cl- 50
d. laktat- 20
e. glukosa : 27 g/L.
f. kcal/L : 108
KA-EN 3B

Tiap liter isi mengandung


- sodium klorida 1,75g,
- ptasium klorida 1,5g,
- sodium laktat 2,24g,
- anhydrous dekstros 27g.
- Elektrolit (mEq/L) : a. Na+ 50,
b. K+ 20,
c. Cl- 50,
d. laktat- 20,
e. glukosa 27 g/L.
f. kcal/L. 108

5. KA-EN MG3
Indikasi :
a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
c. Mensuplai kalium 20 mEq/L
d. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
Komposisi :

Tiap liter isi mengandung bahan :


sodium klorida 1,75g,
potassium klorida 1,5g,
sodium laktat 2,24g,
anhydrous dekstros 100g.
Elektrolit (mEq/L) : a. Na+ 50,
b. K+ 20,
c. Cl- 50,
d. laktat- 20,
e. glukosa 100 g/L;
f. kcal/L: 400

6. KA-EN 4A
Indikasi :
a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
b. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L

7. KA-EN 4B
Indikasi:
a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
b. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L

8. Otsu-NS
Indikasi:
a. Untuk resusitasi
b. Kehilangan Na > Cl, misal diare
c. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
Komposisi : Mengandung elektrolit mEq/L
Na+ = 154
Cl- = 154

9. Otsu-RL
Indikasi:
a. Resusitasi
b. Suplai ion bikarbonat
c. Asidosis metabolik
Komposisi : Mengandung elektrolit mEq/L
Na+ = 130
Cl- = 108.7
K+ = 4
Ca++ = 2.7
Laktat = 28
10. MARTOS-10
Indikasi:
a. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
b. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat,
stres berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
komposisi : Mengandung 400 kcal/L

11. AMIPAREN
Indikasi:
a. Stres metabolik berat
b. Luka bakar
c. Infeksi berat
d. Kwasiokor
e. Pasca operasi
f. Total Parenteral Nutrition
g. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

Komposisi :
Setiap liter Amiparen isi mengandung
L-leucine 14g,
L-isoleucine 8g,
L-valine 8g,
lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g),
L-threonine 5,7g,
L-tryptophan 2g,
L-methionine 3,9g,
L-phenylalanine 7g,
L-cysteine 1g,
L-tyrosine 0,5g,
L-arginine 10,5g,
L-histidine 5g,
L-alanine 8g,
L-proline 5g,
L-serine 3g,
aminoacetic acid 5,9g,
L-aspartic acid 30 w/w%,
total nitrogen 15,7g,
sodium kurang lebih 2 mEq,
acetate kira-kira 1220 mEq.
Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.

12. AMINOVEL-600
Indikasi:
a. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
b. Penderita GI yang dipuasakan
c. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
d. Stres metabolik sedang
e. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

Komposisi :
Tiap liter Aminovel 600 berisi
amino acid (L-form) 50g,
D-sorbitol 100g,
ascorbic acid 400mg,
inositol 500mg,
nicotinamide 60mg,
pyridoxine HCl 40mg,
riboflavin sodium phosphate 2,5mg,
Elektrolit :
a. Sodium 35 mEq,
b. potassium 25 mEq,
c. magnesium 5 mEq,
d. acetate 35 mEq,
e. maleate 22 mEq,
f. chloride 38 mEq.
Setiap 50g asam amino berisi :
a. L-isoleucine 3,2gram,
b. L-leucine 2,4g,
c. L-lysine (calculated as base) 2g,
d. L-methionine 3g,
e. L-phenylalanine 4g,
f. L-threonine 2g,
g. L-tryptophan 1g,
h. L-valine 3,2g,
i. L-arginine (calculated as base) 6,2g,
j. L-histidine (calculated as base) 1g,
k. L-alanine 6g,
l. glycine 14g,
m. L-proline 2g

13. PAN-AMIN G
Indikasi:
a. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
b. Nutrisi dini pasca operasi
c. Tifoid
Komposisi :
Tiap liter infuse mengandung
L-arginine HCl 2,7g,
L-histidine HCl H2O 1,3g,
L-isoleucine 1,8g,
L-leucine 4,1g,
L-lysine HCl 6,2g,
L-methionine 2,4g,
L-phenyilalanine 2,9g,
L-threonine 1,8g,
L-tryptophane 0,6g,
L-valine 2g,
glycine 3,4g,
D-sorbitol 50g
air.

14. TUTOFUSIN OPS


Per liter :
Natrium 100 mEq,
Kalium 18 mEq,
Kalsium 4 mEq,
Magnesium 6 mEg,
Klorida 90 mEq,
Asetat 38 mEq,
Sorbitol 50 gram.
Indikasi :
a. Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi.
b. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi, intra operasi dan
pasca operasi
c. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi isotonik dan
kehilangan cairan intraselular
d. Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial

Kontraindikasi :
Insufisiensi ginjal
intoleransi Fruktosa & Sorbitol
kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate
keracunan Metil alkohol
Hati-hati pada :
Penyakit ginjal atau jantung
retensi cairan
hipernatremia
2.5 CARA PEMAKAIAN INFUS
Dalam pemakaian infus perlu dipersiapkan terlebih dahulu bahan-bahan dan
alat-alatnya, meliputi : Standar infuse, Set infuse, Cairan sesuai program medic, Jarum
infuse dengan ukuran yang sesuai, Pengalas Torniket, Kapas alcohol, Plester, Gunting,
Kasa steril, Betadine, Sarung tangan.
Setelah itu dilanjutkan dengan tahap pemasangan infus, yang terdiri dari :
a. Cuci tangan Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke
bagian karet atau akses selang ke botol infuse.
b. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi selang dan udara
selang keluar.
c. Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan
penginfusan.
d. Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12
cmdi atas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan
gerakan sirkular ( bila sadar ).
e. Gunakan sarung tangan steril.
f. Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
g. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian
bawah vena da posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas.
h. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik
keluar bagian dalam ( jarum ) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena.
i. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan
bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak
keluar.
j. Kemudian bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang
infuse.
k. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikan.
l. Lakukan fiksasi dengan kasa steril Tuliskan tanggal dan waktu
pemasangan infus serta catat ukuran jarum Lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Pemasangan infus merupakan teknik yang mencakup penusukan vena melalui
transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang
disambungkan.
Pemberian infus melalui vena.

b. Tujuan : Untuk mengembalikan kembali cairan tubuh yang hilang dan Sebagai
pengganti nutrisi.

c. Indikasi : kecepatan aliran infus harus di pantau tiap jam


Kontraindikasi : Pada pasien dehidrasi berat.

3.2. Daftar Pustaka


Barbara kozier, 2010. Buku Ajar Fundamentak Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Masrifatul. 2011. Praktik Kebutuhan Dasar Manusia.
Surabaya.Health Book.

Anda mungkin juga menyukai