Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat adalah sekumpulunan individu yang hidup bersama di suatu tempat atau disuatu
pemukiman yang membentuk sebuah system dalam suatu pemukiman tersebut, sekumpulan
indivisdu yang saling berinteraksi satu sama lain. Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk
mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Kelompok
social adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi satu sama lain,
memiliki harapan dan tujuan yang sama , serta mempunyai kesadaran akan diri sebagai anggota
kelompok yang diakui pihak luar.

Tidak ada satupun individu yang dpat hidup tanpa individu lainnya. Walaupun seberapa
banyak harta yang dimiliki oleh seorang individu, itu sama sekali tidak berharga jika tidak ada
individu lain. Masyarakat dan kelompok social hamper memiliki kesamaan yang terkait dalam
kata sekumpulan hampir juga menerupai kelompok satu sama lain. Masyarat berbeda dengan
kelompok social , masyarakat yaitu sekumpulan individu sedangkan kelompok social yaitu
sekelompok social.

Penting untuk di ketahui bahwa di dalam kelompok social sendiri, ada suatu kondisi dimana
interaksi social terjadi , selain itu dapoat di lihat juga dari beberapa segi diantaranya keagamaan,
suku, regamana Bahasa, stratifikasi sosialnya, meta pencaharian, serta permaslahan-permasalahan
social yang ad di dalamnya.

B. Rmusan Masalah

1. Bagaimana konsep keagamaan, suku, stratifikasi social, mata pencaharian dan


permasalahan social?
2. Bagaimana kondisi social di lihat dari segi keagmaan, etnik, stratifikasi social, budaya,
mata pencaharian dan permaslahan yang terjadi di lingkungan sekiitar?
PEMBAHASAN

A. Konsep Keagamaan Suku, Stratifikasi Social, Mata Pencaharian Dan


Permasalahan Social

1. Konsep keagamaan dalam mayarakat

Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis system social yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayai dan
didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya.
Dalam kamus sosiologi, pengertian agama ada tiga macam, yaitu (1) kepercayaan pada hal-hal
yang spiritual; (2) perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai
tujuan tersendiri; (3) ideology mengenai hal-hal yang bersifat supranatural. Sementara itu, Thomas
F.ODea mengatakan bahwa agama adalah pendayagunaan sarana-sarana supra-empiris untuk
maksud-maksud non-empiris atau supra-empiris.

E..B. Tylor dalam buku perintisnya, primitive culture, yang diterbitkan pada tahun 1871.
Dia mendefinisikan agama sebagai kepercayaan terhadap adanya wujud-wujud spiritual,
definisi dari tylor itu dikritik lebih jauh karena tampaknya definisi itu berimplikasi bahwa sasaran
sikap keagamaan selalu berupa wujud personal, padahal bukti antropologik yang semakin banyak
jumlahnya menunjukan bahwa wujud spiritual pun sering dipahami sebagai kekuatan impersonal.

Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan masyarakat,
karena agama memberikan sebuah sistem nilai yang memiliki derivasi pada norma-norma
masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan pembenaran dalam mengatur pola perilaku
manusia, baik di level individu dan masyarakat. Agama menjadi sebuah pedoman hidup
singkatnya. Dalam memandang nilai, dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, nilai agama
dilihat dari sudut intelektual yang menjadikan nilai agama sebagai norma atau prinsip. Kedua, nilai
agama dirasakan di sudut pandang emosional yang menyebabkan adanya sebuah dorongan rasa
dalam diri yang disebut mistisme. Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahakan secara
empiris oleh individu-individu dalam masyarakat karena adanya keterbatasan kemampuan dan
ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat
merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya.

Peran agama dalam masyarakat sebenarnya adalah sebagai penyeimbang kehidupan


masyarakat di berbagai bidang seperti bidang sosial, ekonomi, pendidikan, politik, ilmu
pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya. Dimana masyarakat menjadikan agama sebagai dasar
atau acuan mereka dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang baik dan tidak menyimpang
dari norma-norma atau peraturan yang ada.

Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk tentang berbagai
aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental rohani yang sehat.
Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan,
tuntunan bagi arti, tujuan, dan kesetabilan hidup umat manusia. Kehidupan yang efektif menuntut
adanya tuntuanan hidup yang mutlak. Harus di sadari, peran agama memanglah sangat penting
bagi kehidupan baik dalam bermasyarakat, bernegara dan lain sebagainya. Oleh karena itu peran
agama berfungsi untuk:

a. Memelihara Fitrah.

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Namun manusia mempunyai hawa nafsu
(naluri atau dorongan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan). Agar manusia dapat
mengendalikan hawa nafsu dan terhindar dari godaan setan (sehingga drinya tetap suci),
maka manusia manusia harus beragama atau bertaqwa pada Allah. Apabila manusia telah
bertaqwa kepada Tuhan berarti dia telah memelihara fitrahnya, dan ini juga berarti bahwa
dia termasuk orang yang akan memperoleh rahmat Allah.

b. Memelihara jiwa.

Agama sangat menghargai harkat dan martabat, atau kemuliaan manusia. Dalam
memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama mengharamkan atau melarang manusia
melakukan penganiayaan, penyiksaan, atau pembunuhan, baik terhadap dirinya sendiri
mpada maupun orang lain.

c. Memelihara akal.
Allah telah memberikan karunia manusia yang tidak diberikan kepada makluk lainnya,
yaitu akal. Melalui akal inilah manusia dapat berkembang menjadi makluk yang
berbudaya (beradab). Karena pentingnya peran akal ini, maka agama memberi petunjuk
kepada manusia untuk mengembangkan dan memeliharanya, yaitu hendaknya
manusia mensyukuri nikmat akal itu, dengan cara memanfaatkannya seoptimal mungkin
untuk berfikir, belajar, atau mencari ilmu, menjauhkakn diri dari perbuatan yang merusak
akal.

d. Memelihara keturunan.

Agama mengajarkakn kepada manusia tentang cara memelihara keturunan atau regenarasi
yang suci. Aturan atau norma agama untuk memelihara keturunan itu adalah pernikahan.
Pernikahan merupakan uapacara agama yang suci yang waib ditempuh oleh sepasang
pria dan wanita sebelum melakukan hubungan biologis sebagai suami istri. Pernikahan itu
bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah (tentram, nyaman), mawaddah (cinta
kasih, mutual respect), dan rahmah ( mendapat curahan karunia Allah).

Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan adanya


kekuatan ghaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh terhadap kehidupan individu dan
masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam. Kepercayaan beragama yang bertolak dari
kekuatan ghaib ini tampak aneh, tidak alamiah dan tidak rasional dalam pandangan individu dan
masyarakat modern yang terlalu dipengaruhi oleh pandangan bahwa sesuatu diyakini kalau
konkret, rasional, alamiah atau terbukti secara empiric dan ilmiah. Mempercayai sesuatu sebagai
yang suci atau sacral juga cirri khas kehidupan beragama, adanya aturan kehidupan yang
dipercayai berasal dari Tuhan juga termasuk kehidupan beragama. Semuanya ini menunjukan
bahwa kehidupan beragama aneh tapi nyata, dan merupakan gejala universal, ditemukan di mana
dan kapan pun dalam kehidupan individu dan masyarakat.

Rasionalisasi beragama dapat melahirkan sikap saling menghargai dan tidak arogan. Bila
dikaitkan dengan konteks kerukunan agama mengandung prinsip: Pertama, bahwa Islam itu
menolak semua bentuk pemaksaan kehendak. Kedua, menafikan hal-hal yang
sangatbertentangan. Ketiga, terbuka dengan bukti baru atau berlawanan yang akan melindungi
umat dari sikap literalis, fanatisme, dan konservatisme yang dapat menimbulkan stagnasi dan
anarkisme. Dan hal inilah yang akan membuat umat cenderung kepada sikap
intelektual.Prinsip ini, menunjukkan bahwa ajaran agama merupakan proses penalaran. Ia tidak
bersifat dogmatis. Sebagai orang beragama harus selalu terbuka terhadap sesuatu yang baru,
bentuk baru, temuan baru dalam ilmu pengetahuan.

Sebagai masyarakat beragama, mereka juga terikat oleh aturan-aturan agama. Olehkarena
itu, sebuah masyarakat yang agamanya kuat dan mempunyai agama yang sama, atausetidaknya
terdapat di dalamnya agama mayoritas, maka norma masyarakat biasanya akansejalan
dengan ajaran agama, atau bahkan merupakan hasil pemahaman mereka dari ajaranagama
tersebut. Kalau ini yang terjadi, maka norma itu akan sangat kuat. Hukuman bagipelanggar tidak
hanya dari masyarakat itu sendiri, melainkan juga dipercaya akan terjadi setelah mati kelak. Dari
sini saja dapat kita lihat bahwa betapa agama turut membentuk sebuahmasyarakat, sehingga
banyak masyarakat yang berbeda-beda satu dengan yang lain, dan begitu pula berubah-ubah
coraknya seiring dengan perjalanan waktu

2. Konsep kesuskuan / Etnik dalam masyarakat

Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup
yang memiliki sistem interaksi yang ada karena kontinunitas dan rasa identitas yang
mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.

Menurut Narral mendefinisikan etnis adalah sejumlah orang atau penduduk yang memiliki
ciri-ciri (a) secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan (b) mempunyai nilai-nilai
budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya (c) membentuk
jaringan komunikasi dan interaksi sendiri (d) menentukan u kelompoknya yang diterima oleh dan
dpat dibedakan dari kelompok lain.

Tampak bahwa etnis berbeda dari ras.Jika pengertian ras lebih didasarkan pada persamaan
ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh seseorang individu, maka pengertian etnis didasarkan kepada
adanya persamaan kebudayaan dalam kelompok masyarakat tersebut.

Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang
besar.Mengenai jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia telah dikemukakan oleh para ahli.Esser,
Berg dan Sutan Takdir Alisyahbana memperkirakan ada 200-250 suku bangsa.MA, Jaspan
mengemukakan ada 366 suku bangsa.Koentjaraningrat memperkirakan ada 195 suku
bangsa.Hildred Geertz menyatakan lebih dari 300 suku bangsa dengan identitas budayanya
sendiri.William G. Skinner memperkirakan ada 35 suku bangsa dalam arti lingkungan hukum adat.

Di Indonesia, istilah kelompok etnis dapat disamaartikan dengan suku bangsa, di samping
ada pula yang menyebutkan dengan golongan etnis. Misal : golongan etnis Tionghoa.

Suku yang berkembang di Indonesia ada yang memiliki tingkat peradaban yang telah maju
dan mampu berbaur dengan suku bangsa lain. Di samping itu juga masih dijumpai suku bangsa
atau masyarakat terasing.Masyarkat terasing merupakan suku bangsa yang terisolasi dan masih
hidup dari berburu, meramu atau berladang padi, umbi-umbian dengan system lading
berpindah.Masyarakat ini terhambat dari perubahan dan kemajuan karena isolasi geografi atau
upaya yang disengaja untuk menolak bentuk perubahan kebudayaan.

Menurut Koentjaraningrat, pengelompokan berbagai kelompok etnis di Indonesia umunnya


dilakukan dengan mengikuti sistem lingkaran hokum adat yang dibuat oleh Van Vollenhoven.
Menurut pembagian tersebut, di Indonesia ada 19 daerah kelompok etnis diantaranya :

1. Aceh 14. Irian


2. Gorontalo 15. Melayu
3. Gayo 16. Timor
4. Toraja 17. Bangka Belitung
5. Nias dan Batu 18. Bali dan Lombok
6. Sulawesi Selatan 19. Kalimantan
7. Minangkabau 20. Jawa Tengah dan Jawa Timur
8. Ternate 21. Minahasa
9. Mentawai 22. Surakarta dan Yogyakarta
10. Ambon dan Maluku
11. Sumatra selatan 23. Sangir-
12. Kepulauan Barat Daya Talaud
13. Enggano 24. Jawa Barat

3. Konsep Stratifikasi Sosial

Kita tentunya pernah mendengar istilah S1, S2 dan S3 yang merupakan salah satu jenjang
pendidikan perguruan tunggi. nah, kali ini sedikit kami bahas mengenai konsep tersebut.
Strata konsep dasarnya adalah lapisan. Stratifikasi sosial adalah pembedaan/pengelompokan
penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial secara bertingkat.

Perwujudan pelapisan sosial dalam masyarakat dikenal dengan istilah kelas-kelas sosial
yang terdiri atas :

1. Kelas sosial tinggi (upper class),


2. Kelas sosial menengah (middle class), dan
3. Kelas sosial rendah (lower class).

Kelas sosial tinggi meliputi para pejabat atau penguasa dan pengusaha kaya. Kelas sosial
menengah meliputi kaum intelektual, seperti dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil,
menengah dan pegawai negeri. Kelas sosial rendah merupakan kelompok terbesar dalam
masyarakat yang meliputi buruh dan pedagang kecil. Pengelompokan semacam itu terdapat dalam
segala bidang kehidupan dimana manusia menjalankan aktivitasnya.

Dasar Stratifikasi Sosial dalam masyarakat

1) Kekayaan

Seseorang yang memiliki kekayaan yang paling banyak akan menempati stratifikasi teratas.
Orang yang memiliki harta benda banyak akan lebih dihargai dan dihormati masyarakat
daripada orang yang miskin. Kriteria umum yang biasa dipakai untuk menempatkan seseorang
pada lapisan ini antara lain adalah bentuk dan perabot rumah yang besar dan mewah, jenis
mobil yang digunakan, simpanan dalam bentuk kepemilikan tanah yang luas, dan nilai
pembayaran pajak yang umumnya besar. Karena itu masyarakat menempatkan orang-orang
tersebut pada lapisan masyarakat atas.

2) Kekuasaan

Kekuasaan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menetukan kehendaknya terhadap


orang lain (yang dikuasai). Kekuasaan didukung oleh lain,struktur seperti kedudukan atau
posisi tertentu seseorang dalam masyarakat, kekayaan yang dimiliki, kepandaian, bahkan
kelicikan. Seseorang yang memiliki kekuasaan akan menempati strata yang tinggi dalam
struktur sosial masyarakat yang bersangkutan.

3) Keturunan

Dalam masyarakat feodal, anggota masyarakat dari keluarga raja atau kaum bangsawan akan
menempati lapisan atas, seperti orang yang bergelar andi di masyarakat Bugis, Raden di
masyarakat Jawa, Tengku di masyarakat Aceh, dan sebagainya. Umumnya mereka disebut
dengan ungkapan orang berdarah biru.

4) Pendidikan

Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang yang memiliki
keahlian atau profesionalitas akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar dibanding orang
yang tidak memiliki keahlian dan berpendidikan rendah ataupun buta huruf. Mereka yang
termasuk golongan ini adalah para peneliti, cendekiawan atau dosen, dokter, hakim, para atlet
dan sebagainya.

4. Konsep mata pencaharian dalam nmasyarakat

Untuk menunjang kehidupan setiap masyarakat pasti memiliki mata pencaharian utama,
sehingga terdapat kelompok suku bangsa atau komunitas wilayah tertentu memiliki mata
pencaharian yang khas dibandingkan dengan wilayah lainnya sebagai identitas warganya. Sistem
mata pencaharian hidup merupakan sumber kegiatan ekonomi masyarakatnya dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari untuk melangsungkan kehidupannya. Setiap manusia wajib memiliki
sistem mata pencaharian demi kesejahteraan hidup di masyarakat serta untuk memiliki kelas atau
kedudukan tinggi jika mata pencahariannya cenderung lebih baik. Namun di satu sisi, suatu
wilayah tertentu masyarakatnya memiliki mata pencaharian yang masih tergolong sederhana
dalam upaya pemenuhan kehidupannya, seperti bertani, berladang, dan beternak atau budidaya.
Selain adanya sistem mata pencaharian pada komunitas masyarakat tertentu juga terdapat hal-hal
turut mendorong atau untuk pemenuhan kebutuhan, yaitu sistem peralatan dan perlengkapan hidup
manusia.

Sistem peralatan dan perlengkapan hidup merupakan media atau sarana untuk mencapai
kesejahteraan hidup dan merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan itu sendiri. Peralatan dan
perlengkapan hidup manusia merupakan hasil dari budaya yang ditemukan sejak lama atau bahkan
turun temurun digunakan oleh suatu masyarakat dan sifatnya ada yang masih tradisional. Peralatan
dan perlengkapan hidup yang masih tradisional bisa digunakan manusia karena sifat turun temurun
untuk melestarikan bentuk, wujud, estetika (keindahan), dan nilai guna barang atau peralatan
tersebut.

Pada suatu daerah tertentu, system mata pencaharian dan system peralatan atau
perlengkapan hidup manusia masih tergolong tradisional dan dilestarikan karena ditemukan oleh
leluhurnya maupun karena bersifat turun temurun yang sejak lama sudah ada.

5. Konsep Permasalahan Sosial dalam masyarakat

Ahli sosiologi Indonesia, Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan
hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial
muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita
yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam.
Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
khusus, seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah mufakat dan lain
sebagainya.

Timbulnya ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang


membahayakan kehidupan kelompok sosial menurut Soerjono Soekanto, sebagaimana penjelasan
diatas, dapat diartikan sebagai masalah sosial. Masalah sosial timbul karena sebab-sebab individu
sendiri (intrinsik) dan dari luar individu (ekstrinsik). Sebab-sebab ekstrinsikberasal dari
lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Masalah sosial sebagai proses sosial mencakup konsepsi tentang disorganisasi sosial dan
konflik nilai. Masalah sosial timbul sebagai akibat dari proses perubahan sehubungan dengan
perkembangan dalam sistem kepribadian manusia serta sistem sosial.dalam proses ini pula terjadi
hambatan-hambatan terhadap realisasi nilai-nilai sosial. Terjadinya masalah sosial sebagai proses
adalah alami dan tidak dapat dielakkan lagi. Pada hakikatnya permasalahan kesejahteraan sosial
timbul dari dapat atau tidak terpenuhinya kebutuhan manusia.

Sedangkan menurut Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang
dimaksud masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas
yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada
sebagian besar anggota masyarakat kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.
Entitas tersebut dapat merupakan pembicaraan umum atau menjadi topik ulasan di media massa,
seperti televisi, internet, radio, dan surat kabar.

Situasi sosial yang tidak diinginkan oleh sejumlah orang karena dikhawatirkan akan
mengganggu sistem sosial dan perilaku orang-orang yang terlibat di dalamnya adalah perilaku
meyimpang dari nilai atau norma-norma (Horton dan Leslie, 1984). Masalah sosial adalah suatu
kondisi sosial yang memengaruhi sejumlah besar orang yang memerlukan perbaikan segera
dengan sekumpulan tindakan-tindakan (Zastrow, 2000). Ada juga yang mengatakan bahwa
Masalah Sosial adalah suatu situasi atau kondisi yang tidak mengenakkan atau situasi
problematic (Pincus & Minahan).
Ditinjau dari paradigma ilmu-ilmu sosial, pengertian masalah sosial masih lazim
digunakan untuk menunjuk suatu masalah yang tumbuh dan/atau berkembang dalam kehidupan
komunitas, dimana masalah itu dianggap kurang atau bahkan tidak sesuai dengan nilai-nilai
dan/atau norma-norma sosial dalam komunitas tersebut. Tumbuh dan berkembangnya suatu
masalah sosial sangat tergantung pada dinamika proses perkembangan komunitas itu sendiri.
Ketika suatu komunitas mengalami proses perkembangan baik karena adanya faktor-faktor dari
luar komunitas, karena adanya faktor-faktor dari dalam komunitas itu sendiri, maupun adanya
proses diferensiasi struktural dan kultural biasanya komunitas tersebut akan selalu mengalami
goncangan, apalagi jika faktor-faktor perubahan itu datangnya sangat cepat.
B. Identifikasi Kondisi Social Masyarakat Di Lingkungan Masing-Masing, Di Lihat
Dari Segi Keagmaan, Etnik, Stratifikasi Social, Budaya, Mata Pencaharian Dan
Permaslahan Yang Terjadi.

Ketika membahas kondisi social masyarakat, maka akan memicu segala aspek diantaranya
perilaku dan kebiasaan masyarakat tersebut. Untuk masyarakat yang bertempat tinggal di depan
kampus baru UHO terkhusus lrng. Perintis sendiri, memiliki kondisi social yang beragam
diantaranya di lihat dari segi :

1. Keagamaan, dimana dalam hal ini, masyarakat di lingkunp lrng. Perintis


tergolong majemuk. Dengan populasi agama islam terbanyak, disusul agama
hindu, dan Kristen. Kondisi keagaaman yang majemuk ini tidak menyurutkan
komunikasi Antara individu satu dengan yang lain.
2. Etnik/suku, dimana kita ketahui, kebanyakan masyarakat yang bermukim di
depan kampus baru adalah mahsiswa yang tersebar dari berbagai daerah,
dengan beragam suku /etnis yang ia punya. Sehingga untuk kondisi social dari
segi ini sendiri cukup jelas bahwa bersifat beragam dimana terdapat suku Muna,
Butin, Bali, Tolaki, Bugis, Jawa yang menempati tempa di lingkup lrng.
Perintis.
3. Stratifikasi social, di lingkup wilayah Lrng. Perintis sendiri tidak terlalu
memandang adanyaa stratifikasi social, sebab sebagian masyaraakat yang
bermukim di dalamnya adalah mahasiswa atau rantauan. Namun demikian, idak
menutupi adanya tingkatan dalam siklus sosialnya, dimana tingkatan terbawah
adalah mahasiswa, di tengah adalah pedagang, dan yang tertinggi adalah
pegawai yang mana dapat di gambarkan sebagai berikut :

Pegawai

Pedagang

Mahasiswa
4. Budaya, sama halnya dengan segi etnik tadi, dimana masyarakat yang
bermukim di lingkup perintis memeiliki susku yang beragam sehingga
memiliki kebiasaan-kebiasaan atau dalam hal ini kebudayaan yang berbeda-
beda.
5. Mata pencaharian, umumnya masyarajkat yang bermukim di lingkup lrng.
Perintis merupakan mahasiswa/mahasiswi rantauan. Namun tidak menuputp
fakta bahwa beberapa darinya merupakan keluarga yang dimana beberapa dari
mereka berprofesi sebagai pegawai, dan pedagang. Untuk itu dari segi ini dapa
di lihat bahwa perbedaan mata pencaharian tersebut menunjukkan adanya
siklus social yang terjadi di lingkup lrng. Perintis.
6. Permasalahan Sosial yang terjadi, di lingkup Lrng. Perintis sendiri umunya
adalah konflik kecil, dimana pada saat-saat tertentu, bebrapa uknom yang dalam
pengaruh alcohol yang kemudian memicu pertikaian yang meski tidak besr
namun tk bisa di anggap remeh. Selain itu permaslahan lainya terletak pada
interaksi social yang jarang terjadi sebab beberapa orang menganut budaya
sosail perkotaan yang mana minim interaksi.

Terkait segala kondisi diatas, menyatakan beberapa hal yang menyakut kondisi social
masyarakat di lingkup lrng. Perintis, butuh lebih dari kesdaran individu itu sendiri untuk kemudian
menyadari bahwa apa yang menjadi permasalah daalam berbaagai segi social perlu untuk
kemudian kebiasaan-kebiasaan yang negative untuk di hilangkan.
KESIMPULAN

Dari beberapa penjabaran diatas, maka saya dapat menarik sebuah kesimpulan
diantaranya :

Bahwa Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
masyarakat, karena agama memberikan sebuah sistem nilai yang memiliki derivasi pada
norma-norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan pembenaran dalam
mengatur pola perilaku manusia, baik di level individu dan masyarakat.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang
besar.Mengenai jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia telah dikemukakan oleh para
ahli.Esser, Berg dan Sutan Takdir Alisyahbana memperkirakan ada 200-250 suku
bangsa.MA, Jaspan mengemukakan ada 366 suku bangsa.
Dasar Stratifikasi Sosial dalam masyarakat diantaranya ; Kekayaan, Kekuasaan, Keturunan
dan Pendidikan.
Untuk menunjang kehidupan setiap masyarakat pasti memiliki mata pencaharian utama,
sehingga terdapat kelompok suku bangsa atau komunitas wilayah tertentu memiliki mata
pencaharian yang khas dibandingkan dengan wilayah lainnya sebagai identitas warganya.
Sistem mata pencaharian hidup merupakan sumber kegiatan ekonomi masyarakatnya
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari untuk melangsungkan kehidupannya. Setiap
manusia wajib memiliki sistem mata pencaharian demi kesejahteraan hidup di masyarakat
serta untuk memiliki kelas atau kedudukan tinggi jika mata pencahariannya cenderung
lebih baik
Terkait segala kondisi masyarakat dimana telah di jabarkan bagaiman identifikasi
masyarakat, menyatakan beberapa hal yang menyakut kondisi social masyarakat di lingkup
lrng. Perintis, butuh lebih dari kesdaran individu itu sendiri untuk kemudian menyadari
bahwa apa yang menjadi permasalah daalam berbaagai segi social perlu untuk kemudian
kebiasaan-kebiasaan yang negative untuk di hilangkan.
DAFTAR PUSTAKA

cerdassosiologi.blogspot.co.id/2016/12/permasalahan-sosial-dalam-masyarakat.html
Di akses 4 November, 2017 (21 : 14).

akhiru.wordpress.com/2013/02/11/sistem-ekonomi-sistem-mata-pencaharian-hidup Di
akses 4 November, 2017 (21 : 14).

nta-valensweety.blogspot.co.id/2013/06/keanekaragaman-agama-ras-dan-etnik.html Di
akses 4 November, 2017 (21 : 14).

sosiotekno.blogspot.co.id/2010/11/konsep-stratifikasi-sosial.html - Di akses 4 November,


2017 (21 : 14).

prof-arkan.blogspot.co.id/2012/04/hubungan-sosial-dalam-masyarakat.html Di akses 4
November, 2017 (21 : 14).
Dibuat Guna Memenuhi Tugas MID Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dosen Pengampu : Pendais Hak. S.Ag., M.si

OLEH :
HARTINI
(A1A4 14 013)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017

Anda mungkin juga menyukai