Makala H
Makala H
PENDAHULUAN
1
Oleh karena itu, kelompok kami berinovasi untuk memodifikasi alat peraga Hukum
Newton tentang gerak dengan empat bidang permukaan serta engsel jendela yang
dipasanag pada papan sehingga saat dijadikan bidang miring, alat peraga tidak perlu
menggunakan statif atau lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterkaitan KD pada kurikulum 2013 dengan alat peraga yang
dikembangkan?
2. Bagaimana perbandingan koefisien gesek statis dan kinetis pada ke empat permukaan
bidang?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh alat peraga hukum Newton
tentang gerak yang telah dimodifikasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui keterkaitan KD pada kurikulum 2013 dengan alat peraga yang
dikembangkan.
2. Mengetahui perbandingan koefisien gesek statis dan kinetis pada ke empat
permukaan bidang
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh alat peraga hukum Newton
tentang gerak yang telah dimodifikasi
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
Secara ringkas, Proses pembelajaran memerlukan media yang penggunaannya
diintegrasikan dengan tujuan dan isi atau materi pelajaran yang dimaksudkan untuk
mengoptimalkan pencapaian suatu tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Fungsi media pendidikan atau alat peraga pendidikan dimaksudkan agar komunikasi
antara guru dan siswa dalam hal penyampaian pesan, siswa lebih memahami dan
mengerti tentang konsep abstrak matematika yang diinformasikan kepadanya. Siswa
yang diajar lebih mudah memahami materi pelajaran jika ditunjang dengan alat peraga
pendidikan.
4
Gambar 2.1 alat peraga hukum newton belum modifikasi
5
2.4 Materi Hukum Newton
Hukum I Newton
jika resultan gaya( jumlah seluruh gaya) pada suatu benda sama dengan
nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan
tetap bergerak dengan kecepatan tetap
F=0
Hukum II Newton
Jika resultan gaya (jumlah seluruh gaya) pada suatu benda sama dengan nol,
maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap
bergerak dengan kecepatan tetap.
6
Secara matematis dapat dituliskan sebgai berikut :
Keterangan:
Dalam hukum yang ketiga Newton menjelaskan tentang adanya gaya aksi
reaksi. Menurut Newton,
Jika benda A mengerjakan gaya pada benda B, maka benda B akan mengerjakan
gaya pada benda A, yang besarnya sama dan berlawanan arah tetapi tidak saling
menghilangkan karena bekerja pada benda berbeda
Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah.
Kedua pernyataan Newton inilah yang dikenal dengan hukum III Newton.
Adapun ciri adanya gaya aksi reaksi adalah sebagai berikut:
a. Sama besar
b. Berlawanan arah
c. Terjadi pada dua benda yang saling interaksi (selalu bekerja pada
dua benda yang berbeda
7
Secara matematis hukum III Newton dapat ditulis sebagai berikut :
Faksi = Freaksi
1. Gaya Berat
Gaya berat merupakan gaya yang bekerja pada suatu
benda akibat benda tersebut berada dalam pengaruh medan/
m
percepatan gravitasi. berat suatu benda didefinisikan sebagai hasil
kali massa m dengan percepatan gravitasi g. Secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut :
g
w
w=m.g
Keterangan :
w = berat (N)
m = massa benda (kg)
1. Berta merupakan suatu gaya yang merupakan besar turunan dengan satuan newton
sedangkan massa adalah besaran pokok dengan satuan kilogram
2. Berat suatu benda sangat bergantung pada percepatan gravitasi di tempat benda
tersebut berada, sedangkan massa suatu benda tetap dimanapun benda tersebut
berada
3. Berat merupakan besaran vektor, arah berat sama dengan arah percepatan gravitasi
yaitu selalu tegak lurus ke bawah (menuju tanah) bagaimanapun posisi benda,
sedangkan massa merupakan besaran skalar.
2. Gaya Normal
Gaya Normal merupakan gaya kontak yang bekerja pada dua benda atau
benda terhadap bidang permukaan yang saling bersentuhan.
8
N N
w
w
3. Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang bekerja
antara dua permukaan benda yang saling
bersentuhan. Arah gaya gesek berlawanan arah dengan
kecenderungan arah gerak benda. Berdasarkan keadaan
benda yang dikenainya, gaya gesek dapat dibagi menjadi
dua. Untuk keadaan benda yang diam
dinamakan gaya gesek statis fs dan untuk keadaan benda yang bergerak dinamakan gaya
gesek kinetik fk.
Gaya gesek ini terjadi pada keadaan diam berarti besarnya akan memenuhi
hukum I Newton. Contohnya jika terdapat balok ditarik dengan gaya F, karena tetap
diam berarti fs = F agar F = 0. Gaya gesek statis ini memilki nilai maksimum fs max
yaitu gaya gesek yang terjadi pada saat benda tepat akan bergerak. fs max dipengaruhi
oleh gaya normal dan kekasaran bidang sentuh (s). Gaya gesek statis maksimum
sebanding dengan gaya normal N dan sebanding dengan koefisien gesek statis s. Dari
kesebandingan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
fs max = S N
Dari nilai fs max pada persamaan di atas maka nilai gaya gesek statis akan
memenuhi syarat sebagai berikut:
fs S N
Keterangan :
fS max = gaya gesek statis maksimum (N)
9
S = koefisien gesek statis
Gaya gesek kinetik timbul saat benda bergerak. Besar gaya gesek kinetik sesuai
dengan fs max yaitu sebanding dengan gaya normal N dan sebanding dengan koefisien
gesek kinetik k. Dari hubungan ini dapat dirumuskan seperti berikut :
fk = k . N
Keterangan :
fk = Gaya gesek kinetik (N)
k = koefisien gesek kinetik
N = gaya normal (N)
Tiga hal yang perlu difahami tentang gaya gesekan adalah sebagai berikut:
1) Jika benda diberi sebuah gaya F belum bergerak, nilai gaya gesekan statis fs
sama dengan nilai gaya F tersebut
2) Gaya gesek statis fs memiliki harga maksimum (fs maks), tepat saat benda akan
bergeser atau bergerak dan nilainya sama dengan persamaan fs maks = s . N
3) Jika benda mulai bergeser sepanjang permukaan, nilai gaya gesekan secara
cepat berkurang menjadi gaya gesekan kinetik fk yang nilainya sama dengan
persamaan fk = k N
10
PENERAPAN HUKUM NEWTON
F F= Fcos
Gambar 1.2 (a) Balok pada bidang datar licin ditarik horizontal (b) Balok pada
bidang datar licin ditarik dengan membentuk sudut
Sebuah benda yang terletak di atas bidang datar licin ditarik horizontal dengan gaya F.
Ternyata benda tersebut bergerak dengan percepatan a. Karena benda bergerak pada sumbu X
(horizontal), maka gaya yang bekerja pada benda tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
= atau F = m.a
Bagaimana jika gaya tarik F membentuk sudut (Gambar 1.2 (b))? Komponen
yang menyebabkan benda bergerak di atas bidang datar licin adalah komponen
horizontal F, yaitu Fx. Oleh karena itu, persamaannya dapat ditulis sebagai berikut.
Fx Fcos
Bagaimana jika bidang datar tempat benda berada kasar? Untuk sebuah benda
yang berada di atas bidang kasar, Anda harus memperhitungkan gaya gesek antara
benda dan bidang datar tersebut.
11
Misalkan dua benda ma dan mb bersentuhan dan diletakkan pada bidang datar licin
(perhatikan Gambar 1.3). Jika benda ma didorong
dengan gaya F , maka
mb
ma
besarnya gaya kontak antara benda ma dan
mb adalah Fab dan Fba. Kedua gaya tersebut sama
besar tetapi arahnya berlawanan. Menurut hukum
II Newton permasalahan tersebut dapat Anda tinjau sebagai berikut.
Gaya yang bekerja pada benda pertama adalah Fx = m . a atau F Nab = ma . a. Gaya
yang bekerja pada benda kedua adalah Fx mb .a atau Nba = ma . a. Karena Nab dan Nba
merupakan pasangan aksi reaksi, maka besar keduanya sama. Sehingga Anda juga dapat
menuliskan
persamaan Nab = ma . a. Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut, Andadapatkan
persamaan sebagai berikut.
F mb a = ma a
F = ma a + mb a
F = (ma + mb) a atau a =
+
12
Misalnya dua buah benda ma dan mb dihubungkan dengan
seutas tali melalui sebuah katrol licin (tali dianggap tidak
bermassa). Jika ma > mb, maka ma akan bergerak ke bawah (positif)
dan mb bergerak ke atas (negatif) dengan percepatan sama. Untuk T
T
menentukan besarnya percepatan dan tegangan tali pada benda, T
T
Anda dapat lakukan dengan meninjau gaya-gaya yang bekerja pada
masing-masing benda. a
a
Tinjau benda
mbg
=
m ag
= =
Tinjau benda
=
= = +
Sehingga diperoleh :
ma g ma a = mb g + mb a
ma g mb a = ma g + mb a
(ma mb)g = (ma + mb)a
= +
13
BAB III
RANCANGAN ALAT
B. Modifikasi alat
gambar 1
gambar 2
gambar 3
14
Kami mendapat ide melalui beberapa referensi di atas, berdasarkan hasil diskusi dan
analisis setelah mengamati beberapa referensi tersebut ditemukannya beberapa kekurangan
yang dapat kami modifikasi :
- Pada gambar 1 tidak terdapat busur yang memudahkan pengukuran sudut untuk
bidang miring
- Pada gambar 1, 2 dan 3 hanya mempunyai 1 permukaan, kebanyakan yaitu
permukaan kayu
- Pada gambar 3 memang sudah ada busur pada alatnya, namun tidak terdapat
penyangga karena pada busur terdapat semacam mur dan baut yg berfungsi sebagai
penahan kayu pada busur tapi tidak berfungsi dengan efektif karena daya jepitnya
kurang.
Dari Hasil analisis tersebut, dibuatlah modifikasi alat yang kami ciptakan sebagai berikut
:
- Ditambahkannya 3 permukaan yang berbeda pada papan kayu (kaca, karpet dan
stiker) agar peserta didik dapat mengetahui koefisien gesek pada permukaan yang
berbeda
- Diberikannya penyangga pintu pada 2 sisi papan, agar dapat mengatur ketinggian dan
sudut saat melakukan percobaan koefisien gesek kinetis
- Ditambahkannya busur yang dapat di lepas dan pasang sesuai kebutuhan permukaan
papan
- 1 alat ini dapat digunakan untuk 2 percobaan yaitu koefisien gesek kinetis dan statis
15
C. Rancangan Alat modifikasi
16
gambar Keterangan
Modifikasi engsel
Permukaan stiker
Permukaan karpet
Permukaan kaca
17
gambar Keterangan
Permukaan kayu
D. Cara penggunaan
18
- Dilengkapi dengan busur dan penyangga jendela lebih memudahkan untuk mengatur
sudut papan, caranya dengan menaikan papan sesuai dengan sudut yang di inginkan,
kemudian kunci penyangga jendela sesuai degan sudut yg telah di inginkan tadi.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Data dan analisis
Bidang Datar
Telah dilakukan percobaan untuk menguji fungsi tambahan pada alat dengan mencari
koefisien gesek statis dan kinetis pada tiap bidang, yang hasilnya sebagai berikut
a. Papan kayu
Dari percobaan yang telah dilakukan untuk mencari koefisien gesek statis
dengan m2/m1 didapat nilai seperti di table. Dari data tersebut di peroleh taraf
ketelitian 99,991% .
selain itu, telah di dapatkan pula besar koefisien gesek kinetis pada bidang datar
permukaan kayu yang besarnya sebagai berikut
m1 m2 S t rata-rata t^2 k
262.3 150 60 1.763333333 3.109344 -58.0777
262.3 160 60 1.32 1.7424 -33.0529
262.3 170 60 1.093333333 1.195378 -22.9933
Dari kedua percobaan tersebut dapat dibuktikan bahwa koefisien gesek statis
lebih besar daripada koefeisien gesek kinetis.
20
b. Kaca
Permukaan bidang yang kedua adalah kaca, dimana koefisien gesek statis dapat
diperoleh sebagai berikut :
Dari percobaan yang telah dilakukan untuk mencari koefisien gesek statis dengan
m2/m1 didapat nilai seperti di table. Dari data tersebut di peroleh taraf ketelitian
99,991% .
selain itu, telah di dapatkan pulan besar koefisien gesek kinetis pada bidang datar
permukaan kaca yang besarnya sebagai berikut
m1 m2 s t rata-rata t^2 k
262.3 150 60 1.503333333 2.260011 -42.0573
262.3 160 60 1.063333333 1.130678 -21.2346
262.3 170 60 0.95 0.9025 -17.2009
Dari kedua percobaan tersebut dapat dibuktikan bahwa koefisien gesek statis lebih
besar daripada koefeisien gesek kinetis.
c. Karpet
Permukaan bidang yang ketiga adalah karpet, dimana koefisien gesek statis
dapat diperoleh sebagai berikut :
21
m1 m2 koefisien gesek statis
262.3 80 0.304994281
282.3 80 0.283386468
302.3 90 0.297717499
322.3 100 0.310269935
342.3 100 0.292141396
362.3 100 0.276014353
Jumlah 1873.8
rata-
rata 312.3
Dari percobaan yang telah dilakukan untuk mencari koefisien gesek statis dengan
m2/m1 didapat nilai seperti di table. Dari data tersebut di peroleh taraf ketelitian
99,991%
selain itu, telah di dapatkan pulan besar koefisien gesek kinetis pada bidang datar
permukaan karpet yang besarnya sebagai berikut
m1 m2 s t rata-rata t^2 k
262.3 150 60 1.97 3.8809 -72.6311
262.3 160 60 1.78 3.1684 -60.6031
262.3 170 60 1.643333333 2.700544 -52.7615
Dari kedua percobaan tersebut dapat dibuktikan bahwa koefisien gesek statis lebih
besar daripada koefeisien gesek kinetis.
d. Kertas
Permukaan bidang yang ketiga adalah karpet, dimana koefisien gesek statis
dapat diperoleh sebagai berikut :
22
m1 m2 koefisien gesek statis
262.3 60 0.228745711
282.3 60 0.212539851
302.3 60 0.198478333
322.3 70 0.217188954
342.3 70 0.204498978
362.3 70 0.193210047
Jumlah 1873.8
rata-
rata 312.3
Dari percobaan yang telah dilakukan untuk mencari koefisien gesek statis dengan
m2/m1 didapat nilai seperti di table. Dari data tersebut di peroleh taraf ketelitian
99,991%
selain itu, telah di dapatkan pulan besar koefisien gesek kinetis pada bidang datar
permukaan karpet yang besarnya sebagai berikut
m1 m2 s t rata-rata t^2 k
-
262.3 150 60 1.416666667 2.006944 37.2839
-
262.3 160 60 1.273333333 1.621378 30.7148
-
262.3 170 60 1.196666667 1.432011 27.6733
Dari kedua percobaan tersebut dapat dibuktikan bahwa koefisien gesek statis lebih
besar daripada koefeisien gesek kinetis.
23
3. Untuk sudut yang dipakai dalam percobaan dapat diatur sesuai keinginan dengan cara
mengatur engsel jendela
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Alat Hukum Newton tentang gerak yang kami buat efektif digunakan untuk
menghitung koefisien gesek statis dan kinetis pada keempat bidang
2. Alat Hukum Newton tentang gerak kurang efisiensi waktu karena membutuhkan
waktu cukup lama untuk bongkar pasang alat
3. Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa koefisien
gesek statis lebih besar daripada koefeisien gesek kinetis.
4. Kelebihan dan kekurangan alat Hukum Newton Tentang Gerak adalah :
Kelebihan :
1. Dalam 1 alat mempunyai 4 bidang yang berbeda yaitu kaca, karpet,
skotlet dan kayu yang dapat dibolak balik dengan mudah
2. Untuk bidang miring menggunakan engsel jendela untuk menyangga
papan, jadi tidak perlu menggunakan balok untuk menyangga
3. Untuk sudut yang dipakai dalam percobaan dapat diatur sesuai keinginan
dengan cara mengatur engsel jendela
Kekurangan
1. Alat harus di bongkar dan dipasang ketika melakukan percobaan sehingga
butuh waktu yang lama
2. Dibutuhkan ketelitian dari praktikan ketika menggunakan alat Hukum
Newton Tentang Gerak
B. Saran
Sebaiknya alat yang telah kami buat dapat dimanfaatkan dan diterapkan dengan
sebaik-baiknya dan tidak hanya menjadi pajangan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Rachmandani, Setya. 2009. Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Handayani,Sri. Damari, Ari. 2009. Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sumarno, Joko. 2009. Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
https://panjiamboro.wordpress.com/2013/05/17/pengertian-tujuan-dan-manfaat-alat-peraga/
diakses pada 7 juni 2017 jam 21:05 wib
26