PENDAHULUAN
Aliran gas pembawa melalui kolom dapat terjadi karena adanya perbedaan
pada ujung masuk dan ujung keluar dari kolom tersebut. Gas pada umumya
dapat mengalami kompresi, oleh karena itu dapat menyebabkan variasi dalam
pengukuran kecepatan aliran dan besarnya volume yang melalui flowmeter
dengan gelembung sabun, umumnya untuk mengecek kecepatan aliran gas
pembawa.
3. Injector
Seperti pada jenis kromatografi yang lain, pada sampel harus disuntikkan
dalam waktu yang singkat dengan volume yang sekecil mungkin. Injector
yang berada dalam oven harus dipanaskan terlebih dahulu agar sampel yang
berupa cairan dapat segera menguap. Selain itu desain injector harus
sedemikian rupa sehingga sampel yang telah menguap dapat terbawa ke
kolom oleh gas pembawa.
Bila proses injeksi sampel tidak dilakukan dengan cepat, sampel tersebut
dapat tersebar sebelum pemisahan dalam kolom terjadi. Banyaknya sampel
yang digunakan ditentukan oleh tiga factor, yakni jumlah yang tersedia,
kapasitas kolom, dan kepekaan detector. Kromatografi yang umum digunakan
di laboratorium biasanya mampu untuk mengadakan pemisahan sampel
cairan antara 0.1-10 ml dan sampel yang berupa gas antara 1-10 ml. Kolom
kapiler hanya memerlukan jumlah sampel yang sangat kecil, yaitu 10-3-10-2
ml.
4. Kolom
Terdapat dua tipe kolom, yaitu kolom packing dan kolom kapiler. Tipe
pertama, tube lebih pendek dan diameter lebih besar serta memiliki fase
stasioner yang berikatan dengan bagian dalam permukaan kolom. Tipe kedua,
tube lebih panjang dan tipis yang berisi material padat. Kolom biasanya
dibuat dari baja tahan karat dengan panjang 1-4 meter dengan diameter
internal hingga 40 mm. Kolom digulung dehingga dapat disesuaikan dengan
oven yang terkontrol secara termostatik. Kolom dipadatkan dengan tanah
diatome, yang merupakan batu yang sangat berpori. Tanah ini dilapisi dengan
cairan bertitik didih tinggi, biasanya polimer lilin.
Temperature kolom dapat bervariasi antara 50 0C-290 0C. Temperature
kolom dapat lebih rendah dibanding injector pada oven, sehingga beberapa
komponen campuran dapat berkondensasi pada awal kolom. Dalam beberapa
kasus, kolom memulai pada temperature rendah dan terus menerus menjadi
panas dibawah pengawasan komputer saat analisa berlangsung.
Ada tiga hal yang dapat berlangsung pada molekul tertentu dalam
campuran yang diinjeksikan pada kolom, yaitu :
Molekul dapat berkondensasi pada fase diam
Molekul dapat larut dalam cairan pada permukaan fase stasioner
Molekul dapat tetap pada fase gas
Senyawa yang memiliki titik didih lebih tinggi disbanding suhu kolom
cenderung akan berkondensasi pada bagian awal kolom. Pada beberapa
bagian dari senyawa tersebut akan menguap kembali dengan jalan yang sama
seperti air yang menguap saat udara panas, meski suhu < 100 0C. Peluang
untuk berkondensasi lebih sedikit selama berada dalam kolom. Beberapa
senyawa akan lebih mudah larut dalam cairan dibanding yang lainnya.
Senyawa yang lebih mudah larut akan menghabiskan waktunya untuk diserap
pada fase stasioner sedangkan senyawa yang sukar larut akan menghabiskan
waktunya lebih banyak dalam fase gas.
Pada kolom kapiler, kolom isian berupa pipa yang berisi zat padat yang
dilapisi dengan cairan non volatile. Temperature kolom berpengaruh terhadap
proses pemisahan komponen-komponen senyawa dalam senyawa yang akan
dianalisa. Pada temperature tinggi pemasahan menjjadi tak efektif setiap
temperature naik 30 0C, karena dapat menyebebkan berkurangnya daya larut
komponen sampai 50 % sehingga waktu retensinya akan menjadi
setengahnya. Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan oleh senyawa
tertentu untuk bergerak melalui kolom menuju ke detector. Waktu retensi
diukur berdasarkan waktu dari aat sampel diinjeksikan hingga display
menunjukkan titik puncak maksimum untuk setiap senyawa.
Setiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk senyawa
tertentu, waktu rtensi sangat bervariasi dan bergantung pada beberapa factor
sebagai berikut :
Titik didih senyawa.
Senyawa yang memiliki titik didih yang lebih tinggi dari suhu kolom akan
menghabiskan waktu untuk berkondensasi pada awal kolom sehingga
waktu retensinya semakin lama. Hal ini dikarenakan waktu retensi
berbanding lurus dengan titik didih.
Kelarutan dalam fase cair.
Senyawa yang lebih mudah larut dalam fase cair akan memiliki waktu
lebih singkat untuk dibawa oleh gas pembawa. Makin besar kelarutan
makin cepat waktu ertensinya.
Suhu kolom.
Suhu tinggi menyebabkan molekul bergerak lebih cepat pada fase gas.
Suhu kolom yang tinggi akan mempersingkat waktu eretnsi.
5. Detector
Komponen zat yang terdapat dalam sampel yang dapat dipisahkan oleh
kolom harus dapat dideteksi dan digambarkan dalam bentuk kromatogram,
karena komponen berada dalam konsentrasi yang sangat rendah dan
memerlukan kepekaan yang sangat tinggi. Agar komponen yang jumlahnya
sangat kecil tersebut dapat ditunjukkan dalam bentuk kromatogram, maka
masih dibutuhkan signal processor.
1.2.4 Polaritas
Dalam ilmu kromatografi polaritas memegang peran penting. Polaritas
dapat diartikan sebagai adanya pemisahan dua kutub muatan positif dan negative
dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari atom-
atom yang menyusunnya. Dengan demikian, molekul tersebut dapat tertarik oleh
molekul lain yang juga memiliki polaritas sama. Tingkat pemisahan dari muatan
menentukan derajat polaritasnya, begitu juga daya tariknya.
Sifat polaritas khususnya digambarkan sebagai petunjuk sifat zat pelarut,
adsorben, dan senyawa-senyawa yang dipisahkan (solute). Air termasuk zat
pelarut, konfigurasi elektron dan geometri molekulnya dapat menghsilkan dipole
permanen yang kuat.besarnya polaritas dari zat pelarut sebanding dengan
besarnya konstanta dielektriknya.
Table 1.2 Konstanta dielektrik beberapa pelarut
Adsorban dapat bersifat polar atau nonpolar, silica gel dan alumina adalah
adsorban yang paling banyak digunakan dalam kromatografi. Keduanya bersifat
polar dan mengadsorbsi solute yang bersifat lebih polar disbanding solute yang
bersifat non polar.
Klik control > file > save method > klik Over View > klik .
Tunggu sampai ready.
3.2 Pembahasan
Pada praktikum Gas Chromatography (GC) yang pertama bertujuan untuk
memahami analis dengan menggunakan alat gas chromatography, mengoprasikannya,
dan mengetahui pengaruh suhu oven terhadap retention time.
Pada percobaan ini gas pembawa yang digunakan adalah nitrogen. Gas pembawa
mengalir dengan cepat, oleh sebab itu proses pemisahan hanya dibutuhkan waktu yang
singkat. Namun tidak semua senyawa yang dapat dipisahkan dengan menggunakan
metode kromatografi gas. Senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dengan
menggunakan metode ini adalah senyawa yang memenuhi dua syarat yaitu mudah
menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu pengujian yaitu tidak mengalami
penguraian atau pembentukan menjadi senyawa lain.
Pada praktikum ini larutan yang digunakan adalah etanol 20%, etanol 40%, etanol
60%, etanol 80%, dan etanol 100%. Saat menginjeksi sampel perlu diperhatikan
kecepatan injeksi yang harus konstan, dengan volume yang sedikit dan waktu yang
singkat. Ini dilakukan agar sampel yang berupa cairan akan langsung menguap dalam
injektor yang memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan titik didih dari sampel,
sehingga sampel yang menguap dapat dapat berkontak langsung dengan gas pembawa
untuk menuju kolom.
Dalam kolom, sampel akan mengalami pemisahan dimana pemisahan ini terjadi
berdasarkan perbedaan kepolarannya. Kolom yang digunakan pada alat Gas
Chromatography (GC) ini adalah kolom kapiler yang didalamnya terdapat fase diam
(biasanya berupa silicat0 yang berkaitan kuat dengan bagian dalamnya, dan bersifat
polar. Hal ini menyebabkan senyawa dalam sampel yang kepolaranya lebih besar akan
bertahan didalam kolom untuk sementara waktu sedangkan yang kepolarannya kecil
akan lebih dulu bergerak melewati kolom menuju detector. Semakin panjang kolom
kapiler maka pemisahan yang terjadi akan semakin baik dan akurat. Dan dalam
pengoprasian alat, perlu diperhatikan temperaturnya dimana temperaturnya harus lebih
rendah daripada temperatur pada injektor dan detector.
Temperatur kolom lebih kecil dari temperatur injektor dan temperatur injektor lebih
kecil dibanding temperatur detector. Perbedaaan temperatur ini dimaksudkan untuk
mencegah kondensasi pada kolom. Proses kondensasi terjadi pada kolom
mengakibatkan tersumbatnya kolom oleh kondensat (bentuk cairan) sehingga dapat
menyebabkan kolom aus dan cepat rusak.
Dalam hasil pembacaan pada kromatogram oleh detector akan diperoleh beberapa
data, diantaranya ialah retention time, height (tinggi puncak), luas puncak beserta
presentase areanya dari senyawa- senyawa yang terkandung dalam sampel, sehingga
dari data-data tersebut, senyawa dalam sampel akan dapat didentifikasikan (analisa
kuantitatif). Untuk menentukan senyawa dalam sampel dilakukan dengan melihat pada
luas areanya dalam hal ini diamati perbandingan kromatogram, yaitu pada data sampel
etanol 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Pada larutan etanol ini merupakan larutan
etanol murni, hal ini dapat dilihat pada kromatogram dimana terdapat 1 puncak area,
tetapi pada data didapatkan perbedaan data untuk luas area yang berbeda dari masing-
masing konsentrasi. Luas area untuk etanol 20% adalah 721331,6, etanol 40% adalah
1099367,4, etanol 60% adalah 2195658,0, etanol 80% adalah 2645385,1 dan etanol
100% adalah 3437447,3. Sedangkan retention time untuk etanol 20% adalah 1,29
menit, etanol 40% adalah 1,30 menit, etanol 60% adalah 1,37 menit, etanol 80%
adalah 1,38 menit dan etanol 100% adalah 1,36 menit.
Pada pratikum gas chromatography (GC) yang kedua bertujuan untuk memahami
analisa dengan menggunakan alat gas chromatography, pengoprasiannya, dan
memahami pengaruh suhu oven terhadap retention time.
Pada pratikum inil arutan yang digunakan adalah bensin, solar, pertalite, pertamax,
dan kerosin dengan temperature yang difariasikan. Saat menginjeksikan sampel perlu
diperhatikan kecepatan injeksi yang harus konstan dengan volume yang sedikit dan
waktu yang singkat. Ini dilakukan agar sampel yang berupa cairan akan langsung
menguap dalam injector yang memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada sampel,
sehingga sampel yang manguap dapat berkontak langsung dengan gas pembawa untuk
menuju kolom.
Dalam kolom sampel akan mengalami pemisahan dimana pemisahan ini terjadi
berdasarkan perbedaan kepolarannya. Kolom yang digunakan pada alat GC ini adalah
kolom kapiler yang didalamnya terdapat fase diam (biasanya silica) yang berikatan
kuat dengan bagian dalamnya, dan bersifat polar. Hal ini menyebabkan senyawa
dalam sampel yang kepolarannya lebih besar akan tertahan didalam kolom untuk
sementara waktu sedangkan yang kapolaranya lebih kecil melewati kolom menuju
detector. Semakin panjang kolom kapiler maka pemisahan yang terjadi semakin baik,
sehingga hasil analisa yang diperoleh akan baik dan akurat. Dalam pengoprasian alat
perlu diperhatikan temperature dimana temperature untuk mencegah kondensasi pada
kolom. Proses kondensasi pada kolom menyebabkan tersumbatnya kolom oleh
kondensat (berbentuk cairan) sehingga dapat menyebabkan kolom aus dan cepat rusak.
Analisa 3 suhu dibandingkan 1 suhu membutuhkan waktu retensi lebih lama. Lebih
lamanya waktu retansi akan menghasilkan lebih banyak peak. Sedangkan jika hanya
satu suhu waktunya lebih singkat dan peak yang dihasilkan sedikit.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan:
1. Analisa dengan menggunakan kromatografi gas digunakan untuk memisahkan
sampel menjadi komponen-komponennya.
2. Dapat disimpulkan bahwa saat menginjeksikan sampel ke injektor yang perlu
diperhatikan adalah kecepatan injeksinya yang harus konstan, dengan waktu
yang singkat dan volume yang sedikit mungkin karena akan mempengaruhi
hasil pemisahan dan waktu retensinya.
3. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu oven maka retention timenya
semakin cepat.
4.2 Saran
1. Untuk mendapatkan hasil pemisahan yang maksimal, sebaiknya kecepatan injeksi
dijaga konstan.
2. Untuk mendapatkan hasil pemisahan yang maksimal, sebaiknya menggunakan
metode temperature programing.
DAFTAR PUSTAKA