Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan
tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh
seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian
memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau
sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan
percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari
proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses
panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi
hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk
bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai
memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong
perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin
sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Kepemimpinan lahir dari proses internal. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi
semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer. Kepemimpinan dalam
organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau
berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya
dengan mengoptimalkan sember daya yang ada, meminimalisir dan mengelola konflik
untuk mencapai tujuan bersama.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan


Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC
(planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey dalam Nursalam, 2009).
Swanburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan berhubungan
dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf
(staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas
upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari sub unit departemen.
2. Fungsi Manajemen Keperawatan
Fungsi manajemen keperawatan menurut Marquis dan Huston (2010) sebagai
berikut:
1.) Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, kebijaksanaan,
prosedur, dan peraturan ; termasuk perencanaan jangka pendek dan jangka
panjang ; menentukan tindakan fiskal ; dan mengelola perubahan terencana.
2.) Pengorganisasian : meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta
melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan kekuatan serta
otoritas dengan tepat .
3.) Ketenagaan : meliputi merekrut, mewawancarai, mengontrak, dan orientasi dari
staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, sosialisasi staf dan pembentukan tim.
4.) Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya
manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian,
komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi dan.
5.) Pengawasan/pengendalian meliputi penilaian kerja, tanggung gugat fiskal,
pengawasan mutu, pengawasan dan etika, dan pengawasan profesional dan
kolegial.
3. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan
tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Menurut Panji Anogara ; seorang pemimpin
adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan
percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan adalah hubungan antara pemimpin dan pengikut dimana
pemimpin mempengaruhi pengikut atau pihak lain atau bawahannya untuk
bekerjasama sukarela dalam mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan
tugasnya untuk mencapai hal-hal yang diinginkan oleh pemimpin (Ali, 2010)
Gardner dikutip dari Marquis dan Huston (2010) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses persuasif dan peneladanan oleh individu (atau tim
kepemimpinan) yang mempengaruhi suatu kelompok untuk mengikuti arahan
pimpinan atau diberikan oleh pimpinan kepada bawahannya. Merton dikutip dari
Swanburg (2000) menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi masyarakat
dimana seseorang anggota mempengaruhi yang lainnya. Ia menyatakan bahwa lebih
baik bila seseorang dengan posisi sedang berkuasa mengkombinasikan antara
kekuasaan dan kepemimpinan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan.
Merton menguraikan kepemimpinan yang efektif akan memenuhi empat keadaan
yaitu :
1.) Seseorang akan mengerti apabila menerima suatu komunikasi
2.) Orang ini mempunyai pedoman apa yang harus dilakukan yang diminta dalam
komunikasi tersebut
3.) Orang ini percaya bahwa perilaku yang diminta adalah sesuai dengan kehendak
perorangan dengan nilai yang baik
4.) Orang ini percaya bahwa hal itu sesuai dengan tujuan organisasi.

McGregor dikutip dari Swanburg (2000) menyatakan ada empat variabel besar
untuk memahami kepemimpinan :
1.) karakter pimpinan
2.) Sikap, kebutuhan dan karakteristik lainnya dari bawahan
3.) Karakter dari organisasi, seperti tujuan, strukur organisasi, keadaan organisasi
yang akan dibentuk
4.) Keadaan sosial, ekonomi, dan politik lingkungan.
McGregor menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang
sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang terjadi
pada manajemen, serikat kerja atau kekuatan dari luar.

4. Ciri-ciri Pemimpin dan Kepemimpinan yang Baik


a. Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki
kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan
bertindak secara generalis.
b. Kemampuan tumbuh dan berkembang
Sikap yang intuitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang
mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan
yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan
hal-hal baru.
c. Kemampuan analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada
kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional,
melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir
yang diperlukan adalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada
pemecahan masalah.
d. Daya ingat yang kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang
berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu
bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
e. Kapasitas integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki
pandangan holistik mengenai orgainasi.
f. Ketrampilan berkomunikasi secara efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi
antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian
informasi dan fungsi pengawasan.
g. Keterampilan mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan
meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
h. Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula
tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil
pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi
juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar
osrganisasi tersebut.
i. Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak
dan penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang
pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya
bertindak secara objektif.
j. Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional,

5. Teori Kepemimpinan
1.) Teori Sifat (The Great Man Theory)
Memiliki karakteristik atau sifat individu tertentu yang membuat mereka
memimpin lebih baik daripada lainnya. (Marquis dan Huston, 2010)
Swanburg (2000) menyatakan ciri-ciri pemimpin menurut teori sifat adalah:
a. Intelegensi adalah sifat bawaan berkaitan dengan kecerdasan, termasuk
pengetahuan, menentukan sesuatu dan kelancaran berbicara. Menyadari
bahwa pengetahuan dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah
satu faktor terpenting dalam keefektifan pemimpin. Pemimpin kompeten
mempunyai kekuatan istimewa apabila dipakai untuk mengilhami bawahan
untuk mengatasi penampilannya.
b. Kepribadian adalah sifat bawaan dalam kepribadian seperti mudah
menyesuaikan diri, mempunyai keyakinan diri, kreatif, dan bisa menyatukan
diri adalah merupakan sifat pemimpin yang efektif. Pemimpin adalah
seseorang yang efektif dan mengetahui bagaimana memotivasi para pegawai
untuk mencapai tujuan dari organisasi
c. Kemampuan adalah seorang pemimpin mempunyai cukup kepopuleran,
wibawa dan keterampilan diri untuk dipakai sebagai simbol dalam
menyampaikan segala sesuatu, dan bisa pula menanamkan kesatuan dengan
secara mendalam diantara anggota-anggota dari suatu sistem organisasi.
2.) Teori Perilaku (Behavior Theory)
Kepemimpinan dapat dipelajari berdasarkan polapola kelakuan para pemimpin.
Seorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan kegiatan yang
identik dengan seorang pemimpin yang lainnya dalam suatu situasi yang sama
(Winardi, 2000). Nursalam (2009) menyatakan bahwa teori perilaku lebih
menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer
menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah
perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai.

6. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan untuk
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan
gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering
diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan merupakan pola menyeluruh
dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun tidak tampak oleh
bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari
falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang mendasari perilaku seseorang (Rivai,
2003). Gaya kepemimpinan adalah adanya pendekatan yang dapat digunakan untuk
memahami suksesnya kepemimpinan dimana lebih memusatkan perhatian apa yang
dilakukan oleh pemimpin tersebut (Winardi, 2000). Berdasarkan uraian di atas
peneliti menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah sekumpulan pola perilaku
yang dimiliki oleh Seorang Pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain.

Gillies (1994) mengatakan gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan


kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu : otoriter, demokratis, partisipatif dan
bebas tindak atau LaissezFaire.
- Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya seorang pemimpin yang berorientasi
pada tugas, menggunakan jabatan kekuasaan posisi dan kekuasaan dalam
memimpin, mempertahankan tanggung jawab untuk semua perencanaan tujuan
dan pembuatan keputusan serta memotivasi bawahan dengan menggunakan
penghargaan (reward) dan kesalahan (punishment) (Gillies, 1994)
- Gaya kepemimpinan demokratis merupakan kepemimpinan yang menghargai
sifat dan kemampuan setiap staf. Membuat rencana dan pengontrolan dalam
penerapannya informasi diberikan seluas - luasnya dan terbuka (Nursalam,
2007). Gaya kepemimpinan ini menggunakan kekuatan pribadi dan kekuatan
jabata untuk menarik gagasan dari para pegawai dan memotivasi anggota
kelompok untuk menentukan tujuan sendiri, mengembangkan rencana dan
mengontrol praktek mereka sendiri (Gillies, 1994)
- Gaya kepemimpinan partisipatif merupakan gabungan antara otoriter dan
demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan
kemudian mengusulkan tindakan tersebut kepada bawahannya. Staf diminta
saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya,
dan keputusan akhir ada pada kelompok (Nursalam, 2007)
- kemudian mengusulkan tindakan tersebut kepada bawahannya. Staf diminta
saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya,
dan keputusan akhir ada pada menilai pekerjaan mereka yang menurut mereka
tepat (Gellies, 1994)

Berbagai jenis kepemimpinan yang tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan.


Semua gaya kepemimpinan dapat dipilih untuk digunakan tergantung dari situasi
dan kondisi yang ada (Suyanto, 2009). Implementasi gaya kepemimpinan lebih
didasarkan pada situasi kondisi serta kemampuan dari seluruh anggota yang ada
dalam organisasi. Pemilihan tipe kepemimpinan yang terbaik untuk sebuah situasi
yang ada sangat dipengaruhi oleh berbagai banyak faktor, antara lain kesulitan atau
kompleksitas tugas yang diberikan, banyaknya waktu yang tersedia untuk
penyelesaian tugas, ukuran kelompok kerja, pola komunikasi dalam kelompok,
latarbelakang pendidikan dan pengalaman, dan kebutuhan akan kebebasan,
informasi dan prestasi

7. Tugas Dan Peran Pemimpin


Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah :
- Pemimpin bekerja dengan orang lain.
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah
satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi
sebaik orang diluar organisasi.
- Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
(akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan
tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin
bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
- Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas.
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun
tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan
pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian
pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan
masalah secara efektif.
- Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual.
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual.
Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus
dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan
pekerjaan lain.

- Manajer adalah seorang mediator.


Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin
harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
- Pemimpin adalah politisi dan diplomat.
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai
seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau
organisasinya.
- Pemimpin membuat keputusan yang sulit.
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :


a. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai
pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor
konsultasi.
b. Fungsi peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
c. Peran pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan
gangguan, sumber alokasi dan negosiator.

8. Manajemen Konflik
Deutsch dikutip dari Monica (1998) mendefinisikan konflik sebagai suatu
perselisihan atau perjuangan yang timbul akibat terjadinya ancaman keseimbangan
antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang. Konflik terjadi akibat adanya
pertentangan pada situasi keseimbangan yang terjadi pada diri individu ataupun pada
tatanan yang lebih luas, seperti antarindividu, antar-kelompok, atau antar
masyarakat (Arwani, 2006). Marquis & Huston (2010) mendefinisikan konflik
sebagai perselisihan internal atau eksternal akibat adanya perbedaan gagasan, nilai,
atau perasaan antara dua orang atau lebih
Walton dalam Winardi (2001) mengatakan konflik timbul apabila terdapat
ketidaksesuaian paham pada sebuah situasi sosial mengenai persoalan-persoalan
substansi dan atau antagonisme emosional. Konflik-konflik substansi biasanya
berpusat pada ketidakcocokan dengan tujuan-tujuan dan alat-alat. Konflik-konflik
emosional mencakup perasaan marah, ketidaksenangan, perasaan takut, penolakan,
dan benturan-benturan kepribadian.

9. Kategori Konflik
Marquis & Huston (2010) mengatakan ada tiga kategori konflik yang utama :
intrapersonal, interpersonal, dan interkelompok.
1.) Konflik intrapersonal : konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini
merupakan masalah internal untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dan
konflik yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari
kompetensi peran (Nursalam, 2009). Bagi manajer, konflik intrapersonal dapat
disebabkan oleh berbagai area tanggung jawab yang terkait dengan peran
manajemen (Marquis & Huston, 2010).
2.) Konflik interpersonal : konflik terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai,
tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara
konstan berinteraksi dengan orang lain, sehingga ditemukan perbedaan
perbedaan (Nursalam, 2009). Ruang lingkup ini sangat tidak terbatas, konflik bisa
terjadi antara atasan dengan bawahan secara individu dalam suatu perusahaan
(Bachtiar, 2004).
3.) Konflik interkelompok : konflik yang terjadi antara dua atau lebih dari kelompok
orang, departemen, atau organisasi. Sumber konflik ini adalah hambatan dalam
mencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta keterbatasan
prasarana (Marquis & Huston, 2010). Konflik interkelompok menyebabkan tugas
koordinasi dan integrasi kegiatan- kegiatan tugas menjadi sulit (Winardi, 2007)
10. Penyebab Konflik
Konflik dapat terjadi karena manusia mempunyai sifat yang terbagi dalam kuadran
yaitu :
1.) Dominasi (dominance), sifat yang paling mendasar dalam diri manusia yang dapat
menimbulkan konflik. Dominasi muncul karena manusia ingin mempertahankan
kehidupan pribadi dan sosialnya dimata orang lain atau ingin menguasai orang
lain agar menuruti keinginannya yang tujuannya untuk mencapai kepuasan diri.
2.) Kepengaruhan (persuasiveness), hal ini terjadi jika seseorang berusaha
mempengaruhi orang lain agar mau menuruti apa yang dipengaruhkan kepadanya,
jika pengaruh tersebut membawa dampak negatif pada dirinya maka akan terjadi
konflik.
3) Keteguhan hati (steadiness), merupakan cerminan sikap egois dalam diri manusia,
yang bila bersentuhan dengan kepentingan dan harga diri manusia lain bisa
menimbulkan konflik dan
4) kepatuhan (compliance), diartikan sebagai kepatuhan seseorang terhadap nilai-
nilai dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungannya. Jika ada karyawan yang
tidak patuh sedangkan karyawan yang lain sudah patuh akan memacu timbulnya
konflik (Bachtiar, 2004)

11. Strategi Penyelesaian Konflik


Seorang pemimpin bertugas mengenali manajemen konflik atau strategi penyelesaian
masalah yang paling tepat untuk setiap situasi. Pilihan strategi yang tepat tergantung
pada banyak variabel, misalnya situasi itu sendiri, kekuatan atau status pihak yang
terlibat dan kedewasaan orang yang terlibat dalam konflik (Marquis & Huston, 2010).
a. Kompromi atau negosiasi : suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua
yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian
strategi ini sering diartikan sebagai loselose situation kedua unsur yang terlibat
menyepakati hal yang telah dibuat (Nursalam, 2009). Strategi ini dapat dilakukan
ketika tujuan-tujuannya penting, ketika pihak lawan dengan persamaan kekuasaan
sepakat untuk mencapai tujuan bersama. Strategi ini dapat dilakukan dengan
tujuannya untuk mencapai penyelesaian sementara untuk isu-isu yang kompleks,
untuk mencapai solusi yang bijaksana, dan sebagai cadangan ketika gaya
kolaborasi dan kompetisi tidak berhasil (Rivai, 2003).
b. Kompetisi : strategi ini dapat diartikan sebagai winlose penyelesaian konflik.
Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang
Universitas Sumatera Utara menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat
negatif dari strategi ini adalah kemarahan putus asa dan keinginan untuk
memperbaiki di masa mendatang (Nursalam, 2009). Strategi ini sering digunakan
apabila keputusankeputusan cepat dan desisif diperlukan sekali misalnya dalam
situasi darurat dan persoalan-persoalan penting (Rivai, 2003).
c. Akomodasi : strategi ini digunakan untuk memfasilitasi dan memberikan wadah
untuk menampung keinginan pihak yang terlibat konflik. Dengan cara ini
dimungkinkan terjadi peningkatan kerjasama dan pengumpulan datadata yang
akurat dan signifikan untuk pengambilan suatu kesepakatan bersama (Arwani &
Supriyanto, 2006). Strategi ini bertujuan untuk memelihara kerjasama,
membangun penghargaan sosial bagi isu-isu berikutnya, meminimalkan kerugian,
keharmonisan dan stabilitas dipandang lebih penting, dan memberi kesempatan
kepada bawahan berkembang dengan belajar dari kesalahan (Rivai, 2003)
d. Smoothing : strategi ini sering digunakan manajer agar seseorang
mengakomodasikan atau bekerjasama dengan pihak lain. Smoothing terjadi ketika
satu pihak dalam konflik berupaya untuk memuji pihak lain atau berfokus pada
hal yang disetujui bersama, bukan pada perbedaan. Pendekatan ini tepat
digunakan pada perselisihan yang kecil (Marquis & Huston, 2010).
e. Menghindar : semua pihak yang terlibat dalam konflik menyadari masalah yang
dihadapi tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah
(Nursalam, 2009). Strategi ini biasanya dipilih jika isu tidak gawat Universitas
Sumatera Utara atau bila kerusakan yang potensial tidak akan terjadi dan lebih
banyak menguntungkan (Swanburg, 2000).
f. Kolaborasi : strategi ini merupakan strategi winwin solution, dalam kolaborasi
kedua belah pihak menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai
suatu tujuan, karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah
ditetapkan dan masingmasing pihak yang terlibat meyakininya (Nursalam,
2009).
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Beberapa definisi kepemimpinan menggambarkan asumsi bahwa
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang, baik individu maupun kelompok.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip
belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan dan membawa energi positif.
Tujuan manajemen dapat tercapai bila organisasi memiliki memiliki pemimpin handal
yang mempunyai pengetahuan dan jiwa pemimpin.
Sejalan dengan pandangan bahwa pemimpin adalah inti dari manajemen, maka
dibutuhkan pemimpin yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan
mempengaruhi pendirian/pendapat orang lain dalam susunan aktivitas dan
hubungannya dalam kelompok atau organisasi serta keahlian untuk mengelola
konflik.
Untuk mengembangkan alternatif solusi agar dapat mencapai satu kesepakatan
dalam pemecahan konflik ,diperlukkan komitmen yang sungguh sungguh . Ada
beberapa stragtegi yang dapat digunakan, antara lain : akomodasi, kompetisi,
kompromi atau negosiasi dan kolaborasi. Diharapkan seorang pemimpin dapat
memahami dan menggunakan keahliannya secara khusus untuk mengelola dan
mengatur konflik.
DAFTAR PUSTAKA

- James K. Van Fleet, 1973, 22 Manajemen Kepemimpinan, Jakarta : Mitra Usaha

- Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen, Jakarta : PT. Cendekia Informatika

- W. Brown steven, 1998, Manajemen Kepemipinan, Jakarta : Profesional Books

- http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-kepemimpinan_6811.html
MAKALAH
MENEJEMEN KEPERAWATAN

OLEH:
KELOMPOK 4

1. Muhammad Zaini
2. Nursahabudin Santosa Efendi
3. Nurul Fitriani
4. Satria Putra Kelana
5. Syamramadhan
6. Tutik Setiawati
7. Vivin Atri Ruslina
8. Windi Sintia Debi
9. Yusvia Fadzrianti Sandifa

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S KEPERAWATAN
2015-2016

Anda mungkin juga menyukai