Anda di halaman 1dari 16

Matematika dalam Suku Jawa

Ditujukan untuk melengkapi tugas Teori Bilangan

Nama: Rudi Arip Kurniawan


NPM: 172151053
Kelas: 2017/D
Daftar Isi

BAB 1 ....................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3

BAB 2 ....................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5

BAB 3 ..................................................................................................................................... 15

PENUTUP.............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 16


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sebagai Negara yang besar dan dengan sumber daya manusia yang melimpah dan

kekayaan adat yang beragam dari ujung sabang sampai merauke padtilah terdapat

banyak hal-hal unik yang dapat kita temukan dari masing- masing daerahnya baik itu

dari cara hidupya, adat istiadatnya maupun dari cara mereka berkomunikasi dan

berhitung dengan ciri khas dan memamng hanya ada di daerah tersebut.

Salah satunya adalah daerah Jawa Tengah tempat saya tinggal. Banyak sekali

kepercayaan yang memang masih terjaga di kehidupan orang- orang jawa tengah

tentang larangan-larangan, anjuran- anjuran yang berdasarkan hitungan PRIMBON

atau Ramalan Hitungan Jawa.

Berikut akan saya paparkan sedikit yang saya ketahui mengenai sedikit budaya yang

ada di daerah saya ini dan semoga menambah pengetahuan yang berharga bagi para

pembaca dan menambah rasa percaya diri terhadap ramalan jawa.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Saya telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini

sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain :
a. Apa pengertian Primbon

b. Apa saja istilah-istilah matematika dalam kehidupan Suku Jawa

c. Apa saja hal yang terkandung dalam ramalan jawa mengenai aturan-aturan hidup
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PRIMBON

Apasih yang anda ketahui tentang Primbon? Primbon menurut orang jawa adalah

sebuah sistem perhitungan ramalan terhadap segala persoalan kehidupan manusia,

mengenai perilaku, watak, tata letak, arah, hari, dan lain-lain. Primbon merupakan

warisan budaya leluhur, adat kebiasaan turun-temurun yang senantiasa dilestarikan

oleh masyarakat kita agar selalu terjaga adat istiadatnya. Primbon dipercaya bisa

digunakan untuk menata keharmonisan manusia dengan alam untuk memperoleh

keselamatan, kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuksesan dalam segala aktivitas

kehidupan manusia dalam kehidupannnya sehari-hari. Kepercayaan Suku Jawa

terhadap ramalan masihlah pekat, masih banyak para orang terdahulu yang memang

dituakan disana dan dipercaya untuk menanyakan waktu yang baik untuk kegiatan

yang akan dilakukan oleh orang tersebut, baik itu, penyelenggaran pernikahan,

membeli barang baru, bahkan menanam palawija. Kepercayaan ini masih berlanjut

dan terus terwarisi dari tahun ke tahun pada setiap generasinya, ada beberapa hal

yang memang di larang keras, dan anjuran lain untuk melakukan suatu hal lain yang

nantinya akan mendatangkan keberuntungan baginya.


2.2 ISTILAH-ISTILAH MATEMATIKA DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Sebelum memasuki aturan-aturan dalam ramalan jawa, alangkah baiknya kita

mengenal istilah- istilah matematika, dari mulai penanggalan jawa, penyebutan

waktu-waktu khusus dan sebagainya. Berikut adalah istilah- istilah yang masih sering

digunakan dalam hitungan Suku Jawa:

1. Jam 06.00 : byar

2. Jam 09.00 : gumatel

3. Jam 10.00 : pecad sawed, wisan gawe

4. Jam 11.30 : tengange

5. Jam 12.00 : bedhug dhuhur

6. Jam 12.30 : lingsir kulon

7. Jam 15.00 : ngasar

8. Jam 17.00 : tunggang gunung

9. Jam 17.30 : tibra layu

10. Jam 18.00 : maghrib surup

11. Jam 18.30 : bakda maghrib

12. Jam 19.00 : ngisak

13. Jam 20.00 : bakda ngisak

14. Jam 22.00 : sirep bocah

15. Jam 23.00 : sirep wong

16. Jam 24.00 : bedhug bengi

17. Jam 01.00 : lingsir wengi

18. Jam 02.00 : titiyoni


19. Jam 03.00 : jago kluruk sepisan

20. Jam 04.00 : bedhug telu ( subuh )

21. Jam 04.30 : jago kluruk peng pindho

22. Jam 05.00 : jago kluruk peng telu

23. Jam 05.30 : saput lemah

2.3 PENANGGALAN WAKTU JAWA

Kalender Jawa atau Penanggalan Jawa adalah sistem penanggalan atau kalender yang

digunakan oleh Kesultanan Mataram dan berbagai kerajaan pecahannya dan yang

mendapat pengaruhnya. Penanggalan ini memiliki keistimewaan karena memadukan

sistem penanggalan Islam, sistem Penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian

yang merupakan bagian budaya Barat.

Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari: siklus mingguan yang terdiri dari

tujuh hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima

hari pasaran. Pada tahun 1625 Masehi (1547 Saka), Sultan Agung dari Mataram

berusaha keras menanamkan agama Islam di Jawa. Salah satu upayanya adalah

mengeluarkan dekret yang mengganti penanggalan Saka yang berbasis perputaran

matahari dengan sistem kalender kamariah atau lunar (berbasis perputaran bulan).

Uniknya, angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan, tidak menggunakan

perhitungan dari tahun Hijriyah (saat itu 1035 H).

Nama-nama bulan dalam penanggalan jawa :

Warana Sura, artinya rijal dengan jumlah 30 hari


Wadana Sapar, artinya wiwit dengan jumlah 29 hari

Wijangga Mulud, artinya kanda dengan jumlah 30 hari

Wiyana Bakda Mulud, artinya ambuka dengan jumlah 29 hari

Widada Jumadi Awal, artinya wiwara dengan jumlah 30 hari

Widarpa Jumadi Akhir, artinya rahsa dengan jumlah 29 hari

Wilapa Rejep, artiya purwa dengan jumlah 30 hari

Wahana Ruwah, artinya dumadi dengan jumlah 29 hari

Wanana Pasa, artinya madya dengan jumlah 30 hari

Wurana Sawal, artinya wujud dengan jumlah 29 hari

Wujana Sela, artinya wusana dengan jumlah 30 hari

Wujala Besar, artinya kosong dengan jumlah 29 hari/ 30 hari pada kabisat

Berikut perilaku-perilaku yang dapat dinilai dari hari kelahiran:

Radite Minggu, melambangkan meneng (diam)

Soma Senen, melambangkan maju

Hanggara Selasa, melambangkan mundur

Budha Rabu, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)

Respati Kamis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan)

Sukra Jumat, melambangkan munggah (naik ke atas)

Tumpak Sabtu, melambangkan temurun (bergerak turun)

Dan hari pasaran yang terdapat pada penanggalan jawa:

Kliwon Asih, melambangkan jumeneng (berdiri)


Legi Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah kebelakang)

Pahing Pahit, melambangkan madep (menghadap)

Pon Petak, melambangkan sare (tidur)

Wage Cemeng, melambangkan lenggah (duduk)

Penampakan bulan dalam penanggalan jawa :

Tanggal 1 bulan Jawa, bulan kelihatan sangat kecil-hanya seperti garis, ini

dimaknakan dengan seorang bayi yang baru lahir, yang lama-kelamaan

menjadi lebih besar dan lebih terang.

Tanggal 14 bulan Jawa dinamakan purnama sidhi, bulan penuh

melambangkan dewasa yang telah bersuami istri.

Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan purnama, bulan masih penuh tetapi sudah

ada tanda ukuran dan cahayanya sedikit berkurang.

Tanggal 20 bulan Jawa dinamakan panglong, orang sudah mulai kehilangan

daya ingatannya.

Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan sumurup, orang sudah mulai diurus

hidupnya oleh orang lain kembali seperti bayi layaknya.

Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan manjing, di mana hidup manusia kembali

ketempat asalnya menjadi rijal lagi.

Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat di mana rijal

akan mulai dilahirkan kembali kekehidupan dunia yang baru.


Dibawah ini hitungan digunakan untuk memulai menanam semua jenis tanaman,

mulai dari menanam yang berupa dari Akarnya, Batang Pohonnya, Dahunnya

atau dari Buahnya. Hitungan diambil dari naptuning Dina (hari kelahiran) dan

naptuning Pasaran (hari pasarannya) ditambah berapa jumlahnya dikurangi 4 dan

dibagi 4; hasil sisanya berapa. Berikut hasilnya sebagai berikut:

1 Hitungan untuk Akar, mulai menanam semua yang berasal dari akar seperti

pala pendhem (umbi-umbian).

2 Hitungan untuk Batang/Pohon, mulai menanam semua yang berasal dari

batang/pohonnya seperti Tebu dan sejenisnya.

3 Hitungan untuk Daun, mulai menanam semua yang berasal dari Daun

seperti tanaman Tembakau, Sayur-sayuran dan sejenisnya.

4 Hitungan untuk Buah, mulai menanam semua yang berasal dari Buah seperti

pala kirna dan sejenisnya.

Walaupun sudah menggunakan perhitungan seperti tersebut diatas, tapi waktu

menanam juga harus diselaraskan dengan waktu terbitnya matahari, tanaman apa

yang harus ditanam diwaktu matahari terbit itu akan menghasilkan tanaman

tumbuh dengan baik dan sempurna.

Manusia hidup di dunia ini mempunyai peruntungan yang berbeda-beda oleh

karena itu sering orang mendatangi para peramal untuk membaca kehidupan

mereka dari berbagai sudut pandang . Diakui atau tidak orang sering

menyepelekan hal-hal yang berbau ramal meramal bahkan cenderung

mengecilkan , namun demikian suatu waktu dengan sembunyi sembunyi mereka


mencari juga hal ini sebagai bahan referensi. Seperti halnya perjodohan mengapa

orang selalu bertanya hari atau pasaran calon menantu mereka terutama orang

Jawa ini untuk apa ? Selain itu pula untuk hari pelaksanaan perkawinan mengapa

mereka selalu menempatkan pada bulan-bulan tertentu sehingga pada bulan itu

terjadi penumpukan orang punya gawe contohnya bulan Besar atau Dzul Hijjah

ini . Sedangkan pada bulan-bulan seperti Apit atau Dzul Qodah orang jarang

mengadakan pesta-pesta resepsi baik pernikahan atau khitanan.

Di dalam kitab primbon Betal Jemur Adammakna neptu hari dibedakan hari Ahad

atau Minggu neptunya 5 , Hari senin neptunya 4, hari Selasa neptunya 3 , hari

Rabu neptunya 7 , hari Kamis neptunya 8 , hari Jumat neptunya 6 dan hari Sabtu

neptunya 9. Sedangkan neptu pasaran adalah sebagai berikut Kliwon neptunya 8 ,

Legi neptunya 5 , Pahing Neptunya 9 , Pon Neptunya 7 dan Wage neptunya 4.

Sebagai contoh jika anda lahir pada hari Kamis Kliwon maka neptunya ketemu 16

begitu juga jika anda lahir pada hari Ahad wage maka neptunya ketemu 9 karena

hari Ahad berneptu 5 dan Wage neptunya 4 jika di jumlah ketemu 9. Neptu

kelahiran itulah yang menjadi hitungan pedoman orang jawa dalam menentukan

berbagai hal kehidupan dari kelahiran , perjodohan , sampai dengan kematian.

Buku Betal Jemur Adammakna

Sebagai contoh dari orang tua anda anda mendapat informasi hari dan pasaran

kelahiran anda KAMIS PAHING maka cara menghitungnya adalah Kamis = 8

dan Pahing = 9 jika dijumlahkan = 17 : 8 ketemu 2 bersisa 1 jatuh pada hitungan

Ginuron , kerigan. Lalu ada contoh lagi anak anda lahir pada Selasa Wage

neptunya = 3 + 4 = 7 maka bilangan tersebut tidak dapat dibagi 8 maka


penghitungannya 7 dihitung bilangan sisa jatuh pada hitungan 7 Punjul begitu

seterusnya. Nah mudah bukan ? Dengan hitungan diatas anda dapat menghitung

siapapun teman atau kerabat anda berdasarkan neptu hari dan pasaran mereka .

Jika anda kurang percaya maka anggaplah hal ini sebagai game atau permainan

biasa.

Nah, ini salah satu mitos kental yang juga berhubungan dengan waktu Maghrib.

Mitos ini didasari banyaknya anak kecil yang nggak pulang-pulang saat main

kemalaman. Ya, seperti yang sudah dijelaskan tadi, orang Jawa percaya bahwa

waktu maghrib adalah saat di mana setan-setan mulai keluar gentayangan.

Karenanya anak kecil dilarang untuk keluar bermain pada jam-jam ini. Kalau ada

anak yang nekad melanggarnya, bisa-bisa dia akan diculik wewe gombel dan

nggak dilepas pulang kecuali sesajen sudah disuguhkan.

Nggak boleh motong kuku di malam hari, ya. Kata orang Jawa, bisa bikin

keluarga terdekatmu meninggal

Entah apa yang jadi dasar mitos ini. Mungkin karena zaman dulu belum ada

penerangan yang memadai, karenanya memotong kuku di malam hari sangat

beresiko tinggi. Apalagi zaman dulu juga belum ada gunting kuku. Mereka

menggunakan pisau atau gunting yang jelas-jelas bahaya untuk memotong

kukunya. Kalau sampai nggak sengaja memotong jarimu kan bahaya

Kamu pasti pernah ketiduran atau sengaja tidur saat menjelang maghrib, namun

saat bangun tiba-tiba jadi linglung dan pusing. Hal ini sudah dipercaya sejak lama

oleh orang Jawa. Bahkan sudah jadi mitos yang dipercaya oleh mereka. Bisa jadi
hal ini karena ada perbedaan persepsi tidur yang diterima oleh otak. Akhirnya

otak jadi pusing dan linglung menangkap kondisi sekitar anda yang biasanya

ketika bangun sudah pagi itu.

Namun, kalau bicara soal kepercayaan. Salah satu hal yang membuat tidur

menjelang Maghrib dilarang adalah karena saat itu adalah saat setan mulai keluar

gentayangan. Pikiranmu bisa terganggu karenanya.

1. Pernikahan Jilu ( Siji Karo Telu).

Bagi orang jawa, kususnya di daerah Jawa Timur, pernikahan "Jilu" sebisa

mungkin akan dihindari. Pernikahan "Jilu" adalah istilah pernikahan di Jawa

dimana pasangan yang akan menikah merupakan anak pertama dan anak ketiga.

Contohnya mempelai pria merupakan anak pertama sedang mempelai wanita

anak ketiga ataupun sebaliknya. Dalam kepercayaanya jika pernikahan ini tetap

dilangsungkan maka akan mendatangkan sial bagi rumah tangganya kelak.

2. Pernikahan di Bulan Syuro.

Bagi masyarakat Jawa Bulan Syuro merupakan bulan yang dikeramatkan. Pada

bulan ini masyarakat jawa banyak yang percaya tentang mitos terkait ratu pantai

selatan atau yang lebih di kenal dengan nama " Nyi Roro Kidul'' tengah

melangsungkan hajatan. Hingga jika acara pernikahan tetap di langsungkan pada

bulan ini, akan menimbulkan balak bagi rumah tangga dan keluarganya kelak.

3. Jika Rumah Berhadapan di Larang Menikah.


Berikutnya adalah jika rumah dari calon mempelai saling berhadapan maka, ada

larangan untuk melangsungkan pernikahan. Para orang tua kususnya di Jawa

banyak yang masih percaya mitos tersebut. Entah apa yang mendasari mitos ini.

Sebab jika mitos ini di langgar mereka percaya keluarga sang mempelai dari

kedua belah pihak juga akan mengalami hal buruk di kemudian hari.

4. Posisi Rumah Pasangan.

Adat jawa memang kental sekali akan hal-hal mistis. Hingga keberadaan rumah

pun juga tak luput dari mitos. Maksut posisi rumah pasangan adalah misal jika

saudara kandung anda menikah dengan orang dari Desa B maka anda tidak boleh

menikah dengan pasangan yang berasal dari desa yang sama. Jika anda tetap

memaksakan untuk menikah dengan orang dari Desa B, maka mitosnya salah satu

orang tua anda akan ada yang meninggal.

5. Siji Jejer Telu ( Satu Berjajar Tiga )

Berbeda dengan "Jilu" siji jejer telu maksutnya jika pasangan yang akan menikah

sama-sama anak pertama serta salah satu orang tua dari pasangan juga merupakan

anak pertama, sehingga jika disusun dalam angka menjadi 111 ( satu berjajar

tiga). Sebagian orang jawa masih mempercayai jika hal ini di langgar maka rumah

tangga pasangan tidak akan sejahtera.


BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Banyak sekali yang dapat kita gali kebudayaan dalam bangsa kita ini, seperti yang

terdapat di atas mengenai kepercayaan orang jawa akan PRIMBON atau aturan

ramalan perhitungan Suku Jawa yang memang masih dipercaya dan masih

dilakukan oleh orang-orang jawa dan kepercayaan tersebut merupakan warisan

budaya adat dari leluhur dari generasi ke generasi yang sudah sepatutnya kita jaga

agar nilai tersebut tidak hilang dari kehidupan ini, dan senantiasa semoga

mendatangkan manfaat yang sangat berharga bagi kita AAMIINN...

Saran

Apabila masih banyak terdapat kesalahan dalam artikel saya ini, saya mohonkan

maaf dan saya akan terbuka menerima masukan-masukan dari para pembaca

sekalian terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA
http://www.primbon.com/

http://sinauwerno-werno.blogspot.co.id/2014/01/arane-wektu-ing-basa-jawa.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Jawa

http://biangrumpi.blogspot.co.id

http://eramuslim.com

Anda mungkin juga menyukai