G. Kelebihan/keutamaan EDI
Revenue Stream yang baru
Meningkatkan market (exposure)
Menurunkan biaya operational (operational cost)
Memperpendek waktu,automatic
Mengurangi informasi data yang mengembang
Meningkatkan supplier management
Melebarkan jangkawan (global reach)
Meningkatkan customer loyality (customer service)
Meningkatkan value chain
Dalam implementasinya, EDI dapat digunakan untuk berbagai macam bidang baik
itu jasa ataupun manufaktur. Implementasi EDI tersebut akan bergantung pada
permasalahan yang dihadapi organisasi dan seberapa jauh organisasi tersebut
membutuhkan EDI untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Berikut ini ialah
beberapa bidang yang dapat menerapkan EDI didalam proses bisnisnya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan Dirjen Bea dan Cukai dalam
menerapkan EDI di bidang kepabeanan. Langkah yang dilakukan ialah identifikasi
proses bisnis, migrasi sistem dan evaluasi hasil implementasi.
Dalam implementasi EDI ini, pihak Dirjen Bea dan Cukai harus mengidentifikasi
proses bisnis dalam pengurusan kepabeanan yang berlaku. Hal ini dilakukan untuk
dapat mengevaluasi proses yang terjadi serta mengetahui kelemahan dari proses
bisnis yang terjadi. Dalam proses bisnis manual tersebut, dokumen harus diajukan
secara fisik kepada administrasi pabean untuk dilakukan re-entry data ke sistem
computer Bea dan Cukai.Untuk melakukan kegiatan tersebut diperlukan kehadiran
yang bersangkutan, pihak pengaju ijin, di kantor Pabean untuk menyerahkan
dokumen dan menunggu keputusan pihak Pabean. Dengan demikian, selain
memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar 5 7 hari kerja dan kebanyakan pihak
yang mengajukan ijin harus selalu melihat di Dinas Bea dan Cukai apakah ijin
tersebut telah disetujui.
Sistem manual tersebut diindikasikan memiliki peluang besar untuk adanya human
error dalam proses entry data. Dari proses bisnis tersebut dapat diketahui bahwa
importir ataupun eksportir menstransfer data Pemberitahuan Impor/Ekspor Barang
(PIB,PEB) dengan menggunakan disket serta mencetak lembar pengantar yang berisi
data tersebut. Setelah itu importir atau eksportir melakukan kewajibannya yaitu
membayar bea masuk, cukai dan pajak dalam rangka impor ke bank devisa Persepsi
atau Kantor Pabean tempat pengeluaran barang. Atas pembayaran tersebut importir
atau eksportir menerima bukti pembayaran. Untuk mendapat persetujuan dari pihak
bea cukai, importir harus menyerahkan PIB beserta dokumen pelengkap pabean
yang meliputi bukti pembayaran, disket, dan lembar pengantar pejabat yang
menerima dokumen di Kantor Pabean tempat pengeluaran barang.
Proses bisnis tersebut terlihat memiliki beberapa kelemahan yang akan merugikan
pihak importir dan eksportir. Pengurusan yang lama akan mengakibatkan
keterlambatan pengiriman barang sehingga membuat importir dan eksportir
menderita kerugian. Selain itu akan sangat mungkin terjadi kesalahan input data
yang dilakukan oleh petugas kepabeanan sehingga memerlukan waktu untuk
memperbaikinya. Pihak kepabeanan sendiri juga akan memiliki kesulitan, karena
segala macam dokumen harus mereka teliti secara manual sehingga proses menjadi
lebih rumit.
Dokumen standar kepabeanan yang disertakan dalam sistem EDI tersebut ialah
Dokumen PIB dan respon dari Bea Cukai yang dipertukarkan melalui jaringan EDI.
Dokumen tersebut dalam bentuk format United Nation Electronic Data Interchange
for Administration, Commerce, and Transport (UN/EDIFACT) yaitu:
o Credit Advice (CREADV) adalah dokumen elektronik yang berisi informasi dari
bank kepada Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara serta Bea dan Cukai yang
menyatakan bahwa pada rekening kas Negara telah dikreditkan sejumlah uang untuk
pembayaran bea masuk dan PDRI atas barang yang diimpor oleh importer.
Secara umum proses pengajuan ijin dan pengurusan dokumen yang dilakukan
setelah Dirjen Bea dan Cukai menggunakan EDI meliputi hal-hal berkut ini.
o Importir melakukan pembayaran bea masuk, pajak dan cukai atas barang-barang
yang diimpor kepada Bank Persepsi.
o Bank Devisa mengirimkan Debit Advise kepada importir sebagai bukti telah
dilakukan pembayaran oleh importir.
o Bank Devisa mengirimkan Credit Advise atas pembayaran yang telah dilakukan
importir kepada kantor kas Negara.
Jika kita amati lebih lanjut, sebenarnya tidak ada suatu perbedaan yang mencolok
dari proses pengurusan dokumen kepabeanan. Yang berbeda ialah bahwa dengan
menggunakan EDI, segala macam pengurusan dokumen akan dilakukan secara
elektronik dan tidak membtuhkan kedatangan pihak importir ataupun eksportir
secara langsung. Teknis pelaksanaan online ini akan meningkatkan efisiensi waktu
dan biaya. Efisiensi waktu karena tidak diperlukan lagi kehadiran importir, cukup
melalui internet yang hanya memerlukan waktu beberapa detik, dan efisiensi biaya
secara otomatis akan terjadi mengingat importir tidak perlu mengeluarkan biaya
transportasi untuk menuju ke bea cukai dan tidak memerlukan kertas untuk
mencetak data-data yang akan diserahkan. Dengan demikian diharapkan melalui
jalur yang dipangkas dengan pemberlakuan sistem EDI akan mampu menghemat
waktu sekitar 4 5 hari kerja dari waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan secara
manual.
Perubahan dari sistem manual dengan EDI telah memberikan manfaat dari segi
penghematan biaya dan waktu pengurusan dokumen. Namun penerapan EDI ini
masih memiliki beberapa kelemahan yang perlu untuk diperhatikan, yaitu.
Masih terjadi penumpukan dokumen serta pihak pengaju ijin harus selalu
melakukan pengecekan ststus ijin mereka. Sistem EDI yang memungkinkan
pelayanan secara on line nampaknya masih belum diimplementasikan secara
maksimal oleh petugas kepabeanan. Pihak yang mengajukan ijin masih harus
menyertakan dokumen fisik. Selain itu petugas juga tidak segera
menindaklanjuti pengajuan ijin tersebut dengan cepat. Hal ini menunjukkan
bahwa sumber daya manusia di bidang kepabeanan masih belum siap untuk
mengimplementasikan perubahan sistem manual ke EDI secara on line. Hal
ini membuat penggunaan EDI kurang berjalan maksimal.
Efisiensi waktu dalam proses pengajuan ijin di kepabeanan masih belum dapat
tercapai secara maksimal. Hal ini terjadi karena petugas masih mewajibkan
penyertaan dokumen secara manual dan pihak pengaju ijin mesti datang
secara langsung ke bidang kepabeanan. Proses inilah yang mengakibatkan
implementasi EDI kurang dapat berjalan secara maksimal dan masih
menimbulkan ketidakpuasan dari pihak pengaju ijin.
Masih adanya persyaratan yang mengharuskan penyertaan legalitas surat asli.
Syarat ini datang dari pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang masih
mengharuskan pengurusan Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin
/COO) dilampiri dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah
mendapat legalitas dari Bea Cukai. Hal ini terjadi karena Dinas Perindustrian
dan Perdagangan belum terpasang perangkat yang bisa memantau secara on-
line.
Proses untuk mendapatkan legalitas tersebut masih membutuhkan waktu yang
lama karena jumlah dokumen yang disertakan cukup banyak. Hal inilah yang
mengakibatkan proses pengurusan ijin ekspor dan impor masih memerlukan
waktu yang lama dan proses yang rumit.
6. KESIMPULAN.
Kesimpulan yang dapat diambil dari implementasi EDI dalam bidang kepabeanan
ini ialah.
Pihak Bea dan Cukai menjalankan migrasi sistem EDI ini dengan menetapkan
kawasan Tanjung Perak Surabaya sebagai pilot project. Hal ini dilakukan
untuk melihat keseluruhan sistem EDI secara utuh untuk selanjutnya
diidentifikasi kelemahan yang ada sebelum sistem ini diterapkan secara
menyeluruh di Indonesia.
Permasalahan setelah system EDI tersebut diimplementasikan ialah masih
adanya penyertaan dokumen secara manual. Dokumen tersebut masih
dibutuhkan karena belum seluruh instansi terkait dalam hal kepabeanan
menerapkan sistem secara on line. Selain itu petugas dinas bea dan cukai
masih belum terbiasa untuk menerapkan EDI secara baik.
7. SARAN PERBAIKAN.
Berikut ini ialah saran dan perbaikan yang dapat dilakukan Dirjen Bea dan Cukai
dalam melakukan implementasi EDI agar dapat berjalan secara maksimal.
o Pihak Dirjen Bea dan Cukai harus memberikan dukungan yang penuh terhadap
implementasi sistem EDI ini. Pihak top manajemenlah yang bertanggungjawab
penuh terhadap keberhasilan implementasi EDI di bidang kepabeanan ini.