Anda di halaman 1dari 8

SAINS & MASYARAKAT ISLAM

A. GAMBARAN UMUM BUKU


Buku yang Saya baca ini menggambarkan tentang perkembangan sains
di masa lampau dan memasyarakatkan konsep sains Islam serta menanamkan
kesadaran umum mengenai tolok ukur dan acuan konseptual etikanya. Buku
Sains & Masyarakat Islam ini karangan Nasim Butt, beliau adalah Kepala
Bidang Sains di King Fahd Academy, London dan Konsultan Pendidikan
Sains pada Iqra Trust. Di dalam buku ini terdapat IV bab dimana dari tiap-tiap
bab terdapat sub-sub bab lagi yang secara keseluruhan terdiri 175 halaman.

B. INTISARI
BAB I
AKAR DAN ASAL MULA SAINS BARAT
Karl Popper dan Metode Ilmiah
Karl Popper adalah orang yang dengan serius berusaha menghubungkan
satu persoalan inti filsafat selama lebih dua ratus lamanya, problem induksi.
Solusinya menentang analisis sebagian besar para filosof Barat abad ke-18 dan
ke-19, seperti Immanuel Kant dan Bertrand Russel. Andaikata prinsip induksi
itu benar, maka ilmu pengetahuan sains mengalami resiko cacat secara
mendasar. Popper mengajukan gambaran sains alternative dengan persoalan
induksi yang bisa dihilangkan.

Kuhn dan Struktur Revolusi Sains


Salah satu gagasan terpenting yang dikembangkan oleh Kuhn adalah
konsep sebuah paradigma yang menolak definisi tertentu. Menurut Kuhn,
semua cabang sains mulai berkembang dari tahap pra-sains, tapi terdapat
ketidaksepakatan yang tajam di kalangan praktisi berkaitan dengan
karakkteristik asumsi dasar dan jenis persoalan yang harus diteliti.

Kritik Sains Modern


Dimensi Sosial dan Politik
Paul Feyerabend, salah seorang filosof sains penting secara konsisten telah
menetang dan mengejek para pemuja Popper dan Kuhn. Dia berpendapat
bahwa sains tidak lebih dari sekedar ideology dan pandangan hidup Kristen
yang pernah Berjaya tahun lalu di Barat.
Kritik dari Perspektif Marxis
Rose sangat kritis berpendapat bahwa semua sains itu bersifat ideologis.
Karena itu, tidak ada obcektivitas dalam sains. Proposisi semacam ini
mengakibatkan sains tidak menyajikan pandangan-dunia yang berkaitan
dengan realitas, tetapi hanya manifestasi dari hubungan-hubungan social.
Marxis---bahwa sains tidak netral, akan tetapi mampu menyajikan realitas
ilmu pengetahuan kepada kita. J.D Bernal pun berpendapat bhwa sains itu
sendiri sebenarnya adalah progresif, tetapi bisa menghasilkan keuntungan
yang sangat potensial hanya jika ia berada dalam lingkungan masyarakat
komunis.
Bermacam- macam Posisi Sains
1. Empirmisise Mutlak 8. Falsifikasi
2. Empirmisise Salah 9. Pliralisme Teoritis
3. Empirmisise Aprioristik 10. Paradigmatisme
4. Induktivisme Mutlak 11. Relativisme Metafisik
(Naif)
5. Induktivisme Salah 12. Determinisme Metafisik (Pespektif
Marxis)
6. Deduktivisme Hipotesis 13. Sains Islam (yang holistic, dilandaskan
pada wahyu suci)
7. Intelektualisme Implisit

BAB II
SAINS ISLAM
PARADIGMA BARU
Mengapa Sains Islam?
Bagi seorang muslim, Al-Quran tidak membutuhkan pembenaran dari
sains modern; ia selamanya sudah shahih sebagai petunjuk universal. Ada pula
sebagain Muslim yang disatu sisi masih mempertahankan universal, netralis
dan sains modern yang bebas nilai , menyatakan bahwa fungsi sains modern
dapat dimodifikasi guna menyesuaikan tujuan Islam dan masyarakat Muslim.

Menjabrakan Sains Islam


Sains Islam masih berada dalam tahap perkembangan dan dalam proses
diartikulasikan secara mengesankan. Kesimpulan ini diilustrasikan oleh
seorang biologi Muslim Munawar Ahmad Anees, yang dengan mudah
mendaftar hal-hal yang bukan termasuk sains Islam ketimbang menjabarkan
sains Islam yang sebenarnya. Dia menulis bahwa sains Islam bukanlah :
1. Sains yang diislamkan, karena epistemology dan metodologinya adalah
produk ajaran Islam yang tidak bisa direduksi ke dalam pandangan Barat
yang sempit.
2. Reduktif, karena paradigma makro absolut Tauhid mengikat semua
pengetahuan dalam sebuah kesatuan organik.
3. Anakronistik (menyalahi zaman), karena ia diperlengkapi dengan
kesadaran masa depan yang disampaikan melalui saran dan tujuan sains.
4. Dominan secara metodologis, karena ia mengizinkan pengembangan
metode bebas secara mutlak di dalam norma-norma Islam yang universal.
5. Tekotak-kotak, karena ia meningkatkan polimathy yang bertentangan
dengan spesialisasi disiplin ilmu yang sempit.
6. Ketidakadilan, karena epistimologi dan metodologinya bermakna
distribusi keadilan dengan sebuah konteks social yang pasti.
7. Sempit, karena nilai-nilai sains Islam yang tak dapat dipindahkan itu
menjadi cermin dan image nilai-nilai Islam.
8. Ketidaksesuaian secara social, lantaran objektivitas subjektifnyaberada
dalam konteks produk sains secra social.
9. Bucaillisme, oleh karena ia adalah pikiran logika yang keliru.
10. Pemujaan, karena ia tidak dapat membuat pengesahan epistemic terhadap
ilmu gaib, Astrologi, Mistisme, dan ilmu-ilmu sejenisnya.
Annes, What Islamic Science is Not, hlm. 19-20
Oleh karena itu, sains Islam itu universal, tidak sempit. Karena sifat dasar
dan polanya yang telah berhasil menghindari terjadinya pertentangan antar
wahyu dan akal, semua yang biasa terjadi di sepanjang sejarah antagonissme
gereja Barat.
Dalam upaya mendefinisikan nilai-nilai pijakan sains Islam yang tidak
bisa dipindahkan itu, sebuah seminar tentang Pengetahuan dan Nilao telah
dilaksanakan di bawah perlindungan International Federation of Institutes of
Advance Study (IFIAS) di Stockholm pada September 1981. Para peserta
menyisakan sepuluh konsep Islami dan secara bersama-sama membentuk
kerangka nilai sains Islam :
1. Tauhid (keesaan Allah)
2. Khilafah (kekhalifahan manusia)
3. Ibadah
4. Ilm (pengetahuan)
5. Halal (diperbolehkan)
6. Haram (dilarang)
7. Zhulm (kezaliman)
8. Ishtishlah (kemaslahatan umum)
9. Dhiya (kecerobohan)

Tauhid
Paradigma sentral
Khilafah Konsep sains islam
Ibadah

Nilai- nilai positif Ilmu Pengetahuan Nilai-nilai Negatif

Halal Haram

Zhulm
Adl
Dhiya
Istishlah
Gambaran diagramatik konsep Islam mencakup
sifat dasar penelitian ilmiah
Perbandingan Antara Sains Barat dan Sains Islam
Ukuran Sains Barat Ukuran Sains Islam
1. Percaya pada rasionalitas 1. Percaya pada wahyu
2. Sains untuk sains 2. sains adalah sarana untuk mendapat
keridhoan Allah
3. Satu-satunya metode, cara untuk 3.Banyak metode berlandaskan akal dan
mengetahui realitas wahyu
4. Netralitas emosional sebagai 4.komitmen emosional sangat penting
prasarat kunci menggapai untuk mengangkat usaha-usaha sains
raasionalitas spiritual maupun social
5. Tidak memihak 5.Pemihakan pada kebenaran
6. Tidak adanya bias 6.Adanya subyektifitas
7. Penggantungan pendapat 7.Menguji pendapat
8. Reduksionisme 8.Sintesis
9. Fragmentasi 9.Holistik
10. Universalisme 10.Universalisme
11. Individualisme 11.Orientasi masyarakat
12. Neralitas 12.Orientasi nilai
13. Loyalitas kelompok 13.Loyalitas pada Tuhan dan
makhluknya
14. Kebebasan absolut 14.Manajemen sains merupakan sumber
yang tidak terhingga nilainya
15. Tujuan membenarkan sarana 15Tujuan tidak membenarkan sarana

Isu Kontemporer Lingkungan


Konsep Al-Quran tentang khilafah menyokong pemikiran etika
lingkungan Islam secara keseluruhan. Manusia mengemban amanah atau
kepercayaan dari Tuhan sebagai wakil-Nya karenanya, ia bertanggung jawab
memelihara persediaan sumber-sumber energy planetnya.
Lingkungan Islam itu dikendalikan oleh konsep halal (apa yang
bermanfaat) dan haram (apa yang membahayakn). Haram mencakup segala
sesuatu yang merusak bagi individu, masyarakat dan lingkungan.

Persoalan Kontemporer: Moralitas Seksual


Thomas Malthus tentang Kependudukan
Cara meningkatkan kondisi kemanusiaaan, menurutnya, adalah dengan
menerapkan apa yang diistilahkan sebagai pengekangan moral dengan jalan
menunda usia perkawinan dan mengekang hawa nafsu seksual dimasa-masa
perkawinan.

Islam dan Moralitas Seksual


Untuk aspek fisik, orang beriman mendapat kepuasan dari kebutuhan
makanan, seks, dan hal-hal yang lain yang bersifat materi secara proporsional
tanpa berlebih-lebihan dan dengan tatakrama yang benar. Jadi tidak ada
kontrakdiksi antara pemuasan kebutuhan seksual dengan alam spiritual
manusia.

Revolusi Informasi
Seorang professor pendidikan sains berkata bahwa factor penyebab polusi
terbesar di abad ke-21 adalah informasi. Nilai-nilai Islam merupakan rujukan
kontemporer yang sangat penting dalam mengembangkan strategi dan
kebijaksanaan informasi abad ke-21. Islam membenci penggunaan tekhnologi
informasi untuk mengendalikan, menguasai, dan memanipulasi perilaku dan
pikiran manusia demi kepentingan pribadi atau golongan.

BAB III
SAINS ISLAM DALAM SEJARAH
Sejarah sains Islam merupakan sebuah gambaran upaya yang luas dan
kompleks yang sangat mengakar sejak awal periode Abasiyah di Baghdad
selepas tahun 750 M dan bertahan hingga 600 tahun kemudian. Selama itu ia
tersebar di sejumlah luas wilayah geografi yang terbentang dari Andalusia
sampai ke Asia Tengah.
Sains Islam merupakan kelanjutan dari tradisi Yunani yang dilestarikan
oleh orang-orang yang dipegaruhi oleh Filsafat Hellenisme yang barada
dibawak kekuasaan Arab.
Hasil perkembangan dan penyebaran pengetahuan ini, banyak kata-kata
Arab yang diserap ke dalam bahasa-bahasa Barat, khususnya istilah-istilah
yang diterapkan dalam kimia, navigasi, dan astronomi. Aljabar, alcohol, kimia,
alembic, alkali, azimuth, dan zenith adalah sebagian dari contohnya. Dengan
sendirinya, hal ini menjadi kesaksian yang nyata bahwa bahasa Arab yang
menjadi bahasa Syair dan Al-Quran ternyata menjadi bahasa sains antar
bangsa. Sebenarnya, pada abad ke-12 seorang ilmuwan besar Persia, Al-Biruni
melukiskan bahasa Arab sebagai bahasa yang paling sesuai untuk istilah-
istilah sains.

BAB IV
ISLAM DAN PENDIDIKAN SAINS
Memanusiawikan Sains dalam Kelas
Dalam rangka memanusiawikan sains dalam ruang kelas, sains harus
diajarkan pada siswa dengan cara yang sesuai dengan konteks masyarakat dan
budaya. Penerapan dan akibat dari penemuan sains harus menjadi tema sentral
dari perjalanan sains, bukan sekedar pilihan tambahan.

Sains dam Agama : Mengatasi Persoalan Problematis


Akibat dari kesalahan historis yang monumental hubungan antara sains
dan agama sering dislah-pahami oleh siswa, dengan keyakinan bahwa
keduanya tidak sejalan. Inti pokok kebingungan ini lazim kita temukan dalam
delapan pernyataan yang sangat penting duucapkan oleh siswa di inggris
(biasanya non-Muslim, tapi sebagian siswa Muslim juga_
Delapan pernyataan itu sebagai berikut :
1. Jiak Tuhan ada, kamu harus bisa membuktikan secara ilmiah.
2. Manusia tidak elbih dari sekedar sebuah mekanisme kimiawi yang sangat
rumit.
3. Penjabaran ilmiah sekaligus keagamaan dari peristiwa yang sama tidak
bisa diterima.
4. Jika kepentingan bersadal dari Tuhan, ilmuwan tidak akan mampu
menemukan proses keberadaannya.
5. Pernyataan Tuhan menciptakan manusia dan Manusia adalah hasil dari
proses evolusi tidak perlu dipertentangkan lagi.
6. Keyakinan agama dapat dijabarkan dalam kerangka psikologis.
7. Asal mula hukum-hukum sains menyebabkan mukjizat dianggap sebagai
sesuatu yang tidak mungkin.
8. Keyakinan tidak berperan dalam sains.

Menyatukan Agama dan Sains di Sekolah


Dari sudut pandang Islam, pengajaran sains tidak menerapkan
pandangan umum yang menyesatkan, karena hal ini hanya akan
memperkuat dualism Barat antara pola berpikir ilmiah dan keagamaan. Tanpa
adanya pengajaran yang terencana secara hati-hati; siswa dengan sendirinya
akan menerapkan bentukan pemikiran sekuler yang berlaku selama ini dan
menerima pendapat adanya pertentangan antara sains dan agama. Begitu
kuatnya bentukan sekuler itu dalam system pendidikan modern, sehingga jika
ada seorang murid sains di saat menjelaskna teori evolusi (proses seleksi alam)
menolak untuk membahas masalah ciptaan, maka sebagian besar siswa akan
secara otomatis beranggapan bahwa evolusi telah mengganti ciptaan. Ini
merupakan persoalan mendasar di masyarakat yang secara tajam membedakan
antara persoalan agama dengan persoalan Negara.
Oleh karena itu, tugas guru sains sangat penting. Mereka memiliki
tanggung jawab moral untuk membantu siswa menyatukan ilmu pengetahuan
sains ke dalam pemahaman manisia secara keseluruhan, ke dalam kehidupan
dan alam semesta. Jika mereka mempertahankan dikotomi antara wilayah
sains dan wilayah agama, maka mereka memperkuat pesan-pesan bentukan
sekuler yang terselubung dan meningkatkan kesalahpahaman yang sudah
menggejala tentang ekslisivitas pengetahuan sains dalam pikiran siswa
dewasa.

C. KOMENTAR
Buku Sains dan Masyarakat Islam karangan Nasim Butt, sangat bagus
untuk dibaca oleh kalangan Islam, karena dalam buku ini terdapat nilai-nilai
Islam yang didalamnya ada Pengetahuan tentang sains yang pertama kali di
perkenalkan dan dikembangkan oleh Islam.
Dalam setiap bab ada rujukan atau informasi tambahan yang sesuai
dengan Bab yang dijelaskan. Pokok nya buku ini sangat pantas untuk dibaca,
agar kita tahu bahwa Sains dalam Islam sudah lama berkembang sejak zaman
Nabi, dan semata-mata sains yang diciptakan adalah untuk mendapatkan
keridhaan dari Allah SWT.
Dalam buku ini pula dijelaskan perbandingan antara sains Islam dengan
sains Barat. Yang mana sains Islam lebih mengutamakan nilai-nilai Islam yang
didalamnya terdapat pemihakan pada kebenaran dan percaya pada wahyu.
Sains dalam Islam sifatnya sangat Universal dalam artian Islam merupakan
Agama yang di dalam nya terdapat berbagai Ilmu Sains yang sudah
dikembangkan sesuai dengan landasan Islam yang ada. Buku ini juga
memaparkan tentang kegemilangan sains Islam yang tercatat dalam sejarah.
Selain itu juga, isi dari buku ini menyadarkan kita karena pada
hakikatnya kita membutuhkan sains yang disusun dari kandungan Islam yang
memiliki proses dan metodologi yang mampu bekerja sama dengan semangat
nilai-nilai Islami dan yang dilaksanakn semata-mata untuk mendapat
keridhoan Allah. Serta dalam buku ini mengajak kita sebagai calon pendidik
supaya kita memiliki tanggung jawab moral untuk membantu siswa
menyatukan ilmu pengetahuan sains ke dalam pemahaman manusia secara
keseluruhan, ke dalam kehidupan dan alam semesta. Yang mana penerapan
system sains Islam menciptakan suasana yang menggugah ingatan kita kepada
Allah, mendorong perilaku yang sesuai dengan ketentuan syariat, dan
meningkatkan nilai-nilai konseptual yang ada dalam Al-Quran. Yang
dinamakan kehidupan adalah sebuah entitas dinamis yang mampu
menyediakan solusi kontemporer dalam kerangka etika yang paling
manusiawi dan keselarasan yang sempurna antara manusia dengan alam.
Namun pada isi buku ini tidak terdapatnya ayat suci Al-Quran, hanya
terdapat artiannya saja yang melengkapi isi sub bab tersebut, seandainya saja
terdapatnya ayat suci Al-Quran beserta artiannya lebih imbang dan kita dapat
mengetahui harfiah per ayat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai