Anda di halaman 1dari 10

Beranda

Tentang EDUKIA
Buku Saku
Latihan
Referensi
Tautan
Kontak

EDUKIA | Materi Pembelajaran Kesehatan Ibu dan Anak

Bagian Empat: Kehamilan dan Persalinan Dengan Penyulit Obstetri

4.8. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN,


PREEKLAMPSIA, DAN EKLAMPSIA

Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya
normotensi.

Bila ditemukan tekanan darah tinggi (140/90 mmHg) pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan
kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis.

Faktor predisposisi

Kehamilan kembar
Penyakit trofoblas
Hidramnion
Diabetes melitus
Gangguan vaskuler plasenta
Faktor herediter
Riwayat preeklampsia sebelumnya
Obesitas sebelum hamil

1. HIPERTENSI KRONIK
Definisi

Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah
persalinan

Diagnosis

Tekanan darah 140/90 mmHg


Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada
usia kehamilan <20 minggu
Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal

Tatalaksana

a. Tatalaksana Umum

Anjurkan istirahat lebih banyak.


Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan mengganggu perfusi serta
tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal akan memperbaiki keadaan
janin dan ibu.
o Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi, dan terkontrol
dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
o Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik >160 mmHg, berikan
antihipertensi
o Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain,
pikirkan superimposedpreeklampsia dan tangani seperti preeklampsia
o Bila sebelumnya ibu sudah mengkonsumsi antihipertensi, berikan penjelasan
bahwa antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), ARB
(misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil.
Untuk itu, ibu harus berdiskusi dengan dokternya mengenai jenis
antihipertensi yang cocok selama kehamilan.
Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia
kehamilan 20 minggu
Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
Jika denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit, tangani seperti gawat
janin.
Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.

b. Tatalaksana Khusus :

2. HIPERTENSI GESTASIONAL

Definisi

Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang
setelah persalinan

Diagnosis
Tekanan darah 140/90 mmHg
Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia kehamilan
<12 minggu
Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati di trombositopenia
Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan

Tatalaksana

a. Tatalaksana Umum

Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat untuk
penilaian kesehatan janin.
Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan eklampsia.
Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.

3. PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

Diagnosis

Preeklampsia Ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >300 mg/24 jam


Preeklampsia Berat
Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria 2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >5 g/24 jam
Atau disertai keterlibatan organ lain:
o Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
o Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
o Sakit kepala , skotoma penglihatan
o Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
o Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
o Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl


Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20 minggu)
Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000 sel/uL pada
usia kehamilan > 20 minggu


Eklampsia
Kejang umum dan/atau koma
Ada tanda dan gejala preeklampsia
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan subarakhnoid,
dan meningitis)

Tatalaksana

a. Tatalaksana Umum

Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera dirujuk ke rumah sakit.

Pencegahan dan tatalaksana kejang


Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi (cairan
intravena).
MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana
kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang). Cara pemberian dapat
dilihat di halaman berikut.
Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal
(loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU (bila
tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
Antihipertensi
Ibu dengan hipertensi beratselama kehamilan perlu mendapat terapi antihipertensi.
Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman dokter dan ketersediaan
obat. Beberapa jenis antihipertensi yang dapat digunakan misalnya:

Antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), ARB (misalnya
valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil.
Ibu yang mendapat terapi antihipertensi di masa antenatal dianjurkan untuk
melanjutkan terapi antihipertensi hingga persalinan
Terapi antihipertensi dianjurkan untuk hipertensi pascasalin berat.

Pemeriksaan penunjang tambahan


o Hitung darah perifer lengkap (DPL)
o Golongan darah ABO, Rh, dan uji pencocokan silang
o Fungsi hati (LDH, SGOT, SGPT)
o Fungsi ginjal (ureum, kreatinin serum)
o Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
o USG (terutama jika ada indikasi gawat janin/pertumbuhan janin terhambat)

Pertimbangan persalinan/terminasi kehamilan


Pada ibu dengan eklampsia, bayi harus segera dilahirkan dalam 12 jam
sejak terjadinya kejang.
Induksi persalinan dianjurkan bagi ibu dengan preeklampsia berat dengan janin yang
belum viable atau tidak akan viable dalam 1-2 minggu.
Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana janin sudah viable namun usia
kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen ekspektan dianjurkan, asalkan
tidak terdapat kontraindikasi (lihat algoritma di halaman berikut). Lakukan
pengawasan ketat.
Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana usia kehamilan antara 34 dan 37
minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidak terdapat hipertensi
yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin. Lakukan pengawasan
ketat.
Pada ibu dengan preeklampsia berat yang kehamilannya sudah aterm, persalinan dini
dianjurkan.
Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional ringan yang sudah
aterm, induksi persalinan dianjurkan.
Tidak ada bukti yang menunjukkan manfaat dari pembatasan aktivitas (istirahat di
rumah), pembatasan asupan garam, dan pemberian vitamin C dan E dosis tinggi
b. Tatalaksana Khusus

EDEMA PARU

Diagnosis

Sesak napas, hipertensi, batuk berbusa, ronki basah halus pada basal paru pada ibu
dengan preeklampsia berat
Tatalaksana

Posisikan ibu dalam posisi tegak


Berikan oksigen
Berikan furosemide 40 mg IV.
Bila produksi urin masih rendah (<30 ml/jam dalam 4 jam), pemberian furosemid
dapat diulang.
Ukur keseimbangan cairan. Batasi cairan yang masuk.

SINDROMA HELPP

Diagnosis

Hemolisis, peningkatan kadar enzim hati, dan trombositopeni

Tatalaksana

Lakukan terminasi kehamilan.

To Top
4.7. PERDARAHAN PASCASALIN (HPP/ HEMORARGIA POSTPARTUM)
4.9. PERSALINAN PRETERM
PENDAHULUAN
BAGIAN SATU: PRINSIP UMUM PELAYANAN KESEHATAN IBU

1.1. KOMUNIKASI DAN KONSELING


1.2. PENCEGAHAN INFEKSI
1.3. SISTEM DAN CARA RUJUKAN

BAGIAN DUA: KEHAMILAN PERSALINAN DAN NIFAS NORMAL

2.1. ASUHAN ANTENATAL


2.2. ASUHAN PERSALINAN NORMAL DAN PERAWATAN NEONATAL
ESENSIAL PADA SAAT LAHIR
2.3. ASUHAN IBU DAN BAYI SELAMA MASA NIFAS
2.4. AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF

BAGIAN TIGA: KEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN DAN PERSALINAN

3.1. RESUSITASI JANTUNG PARU PADA KEHAMILAN


3.2.SYOK
3.3. RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
3.4. GAWAT JANIN

DIAGNOSIS BANDING: BERDASARKAN TANDA DAN GEJALA YANG DITEMUI SELAMA KEHAMILAN DAN
NIFAS
BAGIAN EMPAT: KEHAMILAN DAN PERSALINAN DENGAN PENYULIT OBSTETRI

4.1. MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN


4.2.ABORTUS
4.3. MOLA HIDATIDOSA
4.4. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
4.5. PLASENTA PREVIA
4.6. SOLUSIO PLASENTA
4.7. PERDARAHAN PASCASALIN (HPP/ HEMORARGIA POSTPARTUM)
4.8. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN, PREEKLAMPSIA, DAN EKLAMPSIA
4.9. PERSALINAN PRETERM
4.10. KETUBAN PECAH DINI
4.11.KORIOAMNIONITIS
4.12. KEHAMILAN LEWAT WAKTU
4.13. KEHAMILAN DENGAN PARUT UTERUS
4.14. KEHAMILAN GANDA
4.15. MAKROSOMIA
4.16. HIDRAMNION
4.17. PERSALINAN LAMA
4.18. MALPOSISI, MALPRESENTASI, DAN CPD
4.19. DISTOSIA BAHU
4.20. PROLAPS TALI PUSAT

BAGIAN LIMA: KEHAMILAN DAN PERSALINAN DENGAN PENYULIT MEDIS NON OBSTETRI

5.1. ANEMIA
5.2. HIV/AIDS
5.3. TUBERKULOSIS
5.4. MALARIA
5.5. HEPATITIS B
5.6. DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE
5.7. DEMAM TIFOID
5.8. VARICELLA DAN HERPES ZOSTER
5.9. INFEKSI MENULAR SEKSUAL
5.10. ASMA AKUT
5.11. PNEUMONIA
5.12. GANGGUAN JANTUNG
5.13. APENDISITIS AKUT
5.14. DIABETES MELITUS GESTASIONAL
5.15. PENYAKIT TIROID
5.16. MALNUTRISI
5.17. TUMOR ADNEKSA (KISTA OVARIUM)
5.18. MIOMA UTERI
5.19. EPILEPSI

BAGIAN ENAM: MASALAH NIFAS

6.1. METRITIS
6.2. ABSES PELVIS
6.3. INFEKSI LUKA PERINEUM DAN LUKA ABDOMINAL
6.4. TETANUS
6.5. MASTITIS
6.6. BENDUNGAN PAYUDARA
6.7. RETRAKSI PUTING

BAGIAN TUJUH: KONTRASEPSI


7.1. PANDUAN PEMILIHAN KONTRASEPSI
7.2. KONTRASEPSI DARURAT
7.3. KONTRASEPSI PASCASALIN

LAMPIRAN A: PROSEDUR PROSEDUR OBSTETRI

A.1 INDUKSI PERSALINAN


A.2 PLASENTA MANUAL
A.3 ASPIRASI VAKUM MANUAL
A.4 DILATASI DAN KURETASE
A.5 PERBAIKAN ROBEKAN SERVIKS
A.6 PERBAIKAN ROBEKAN VAGINA DAN PERINEUM
A.7 REPOSISI INVERSIO UTERI
A.8 KOMPRESI BIMANUAL
A.9 KONDOM KATETER
A.10 PEMASANGAN AKDR PASCA SALIN
A.11 EKSTRAKSI VAKUM
A.12 EKSTRAKSI CUNAM
A.13 PERSALINAN SUNGSANG
A.14 VERSI LUAR
A.15 SEKSIO SESAREA
A.16 PERBAIKAN ROBEKAN DINDING UTERUS
A.17 JAHITAN B-LYNCH
A.18 LIGASI ARTERI UTERINA
A.19 HISTEREKTOMI PASCASALIN
A.20 SALPINGEKTOMI PADA KEHAMILAN EKTOPIK
A.21 ANALGESIA DAN ANESTESIA DALAM PROSEDUR OBSTETRI

LAMPIRAN B: PARTOGRAF
edukia 2013 - World Health Organization Country Office for Indonesia
Kebijakan Privasi | Aturan Penggunaan

Anda mungkin juga menyukai