Anda di halaman 1dari 8

J-PAL, Vol. 7, No.

1, 2016 ISSN: 2087-3522


E-ISSN: 2338-1671

Evaluasi Kualitas Telur Dari Hasil Pemberian


Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur

Picky Oriesta Ayu Harmayanda1, Djalal Rosyidi2 and Osfar Sjofjan3


1Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang.
2Dosen Jurusan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang.
3Dosen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang.

ABSTRACT

Tujuan penelitian adalah mengetahui kualitas telur dan kandungan beberapa jenis pakan komersial. Materi
yang digunakan pada percobaan 1 dan 2 adalah kandang sistem battery, pakan komersial, ayam petelur
Strain Lohmann Brown berumur 3034 minggu,telur ayam segar. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode percobaan lapang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan
5 ulangan sehingga terdapat 25 unit percobaan. Data dianalisis secara statistik, apabila ada perbedaan
pengaruh diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncans [1]. Pengelompokkan
didasarkan pada waktu pengambilan sampel yang berbeda. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) Pakan komersial terbaik adalah pakan dengan kode C. (2) Hasil yang
berbeda terdapat dalam kandungan bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, gross energy
dan calcium tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap phosphor. (3) Hasil evaluasi kualitas eksternal telur
dapat meningkatkan berat telur, berat cangkang, panjang dan lebar telur tetapi tidak memberikan pengaruh
terhadap specific gravity. (4) Hasil evaluasi kualitas internal telur dapat meningkatkan indeks putih telur,
indeks kuning telur, warna kuning telur dan haugh unit. Diharapkan pada penelitian berikutnya perlu
mengevaluasi kualitas telur pada kualitas pakan terbaik.

Keywords : ayam petelur, kualitas telur, pakan komersial.

ABSTRACT

The research objective was to determine quality of eggs and the content some types of commercial feed.
Materials used in experiments 1 and 2 is a battery cage systems, commercial feed, laying hens strain
Lohmann Brown 3034 weeks old, fresh chicken eggs. The method used field experiment using a
Randomized Block Design (RBD) with 5 treatments and 5 replications so that there are 25 experimental
units. Data were analyzed statistically, if there is a difference between the effects of treatment then
continued with Duncan's Multiple Range Test [1]. Grouping based on different sampling times. Based on the
results of research that has been done can be concluded that (1) the best commercial feed is code C. (2) The
different results contained in dry matter content, ash, crude protein, crude fiber, crude fat, gross energy and
calcium but does not give effect to the phosphor. (3) The results of an external evaluation quality of the
eggs can increase egg weight, shell weight, length and width of the eggs but does not give effect to the
specific gravity. (4) The results evaluation of the internal quality eggs can increase the index of egg white,
egg yolk index, yolk color and Haugh Unit. Expected in the next studies need to evaluate the quality of the
eggs on the best feed quality.

Keywords: laying hens, egg quality, commercial feed.

Alamat Korespondensi Penulis:


Picky Oriesta Ayu Harmayanda
Email : picky.oriesta@gmail.com
Alamat : Jln. Brigjend Abdul Manan Wijaya No. 291 RT.03/RW.03 Pujon Lor Kec. Pujon Kab. Malang. Kode Pos : 65391

25
Evaluasi Kualitas Telur Dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur
(Harmayanda, et al.)

PENDAHULUAN berumur 3034 minggu. Peternak ayam petelur


Pakan komersial merupakan bahan pakan yang yang digunakan memiliki populasi 3000 ayam
memiliki kandungan protein tinggi, tetapi energi petelur. Ayam petelur percobaan yang digunakan
rendah sehingga diperlukan tambahan oleh peternak dibagi dalam lima perlakuan dan
bahanbahan lain agar kandungan nutrisi makin lima ulangan.
lengkap sebelum diberikan pada ternak. Pakan Setiap ulangan terdiri atas 5 peternak
komersial yang berkualitas baik dalam masingmasing sehingga ada 25 peternak ayam
penggunaannya sebagai campuran pakan dapat petelur. Setiap peternak, ada 10 ekor ayam yang
menghasilkan produksi telur yang tinggi. Pakan diteliti. (4) Telur yang diambil sebagai percobaan
komersial yang ada di pasaran sangat beragam baik adalah telur ayam segar sebanyak 20 butir dalam
jenis produk yang dihasilkan tiap pabrik, satu kali pengambilan setiap 1 minggu.
kandungan nutrisi, maupun harga yang selalu Metode yang digunakan adalah metode
bersaing ketat untuk tiap pabrik yang percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak
memproduksi, tergantung dari protein yang Kelompok (RAK). Apabila ada perbedaan pengaruh
tersedia dalam pakan. Semakin tinggi kandungan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncans
protein, harga pakan komersial semakin mahal [1]. Perlakuan yang digunakan yaitu 5 perlakuan
pula. Perlu diteliti apakah dengan harga yang saling dan 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah
bersaing dari tiap pabrik diikuti dengan sebagai berikut :
peningkatan kualitas pakan sehingga mampu P0= Telur Ayam Petelur Komersial dari pakan LK
menghasilkan kualitas telur yang optimal. Selama P1= Telur Ayam Petelur Komersial dari pakan C
ini, peternak dalam mencampur pakan P2= Telur Ayam Petelur Komersial dari pakan P
menggunakan pakan komersial yang paling murah P3= Telur Ayam Petelur Komersial dari pakan M
tanpa memperhatikan kualitas, padahal kualitas P4= Telur Ayam Petelur Komersial dari pakan W
pakan yang baik sangat berpengaruh terhadap Variabel penelitian tahap 1 analisis pakan.
hasil produksi dan kualitas dari telur yang Pengukuran variabel tersebut adalah :
dihasilkan. a) Persentase bahan kering [3].
Ayam petelur merupakan salah satu komoditi b) Bahan anorganik (abu) ditentukan dengan
ternak penyumbang protein hewani yang mampu cara mengabukan atau membakar dalam tanur
menghasilkan produk yang bergizi tinggi. Tingkat dengan suhu 500600oC [3].
nilai gizi dari hasil produksi ayam petelur mengacu c) Persentase serat kasar [3].
pada kualitas telur baik kualitas eksternal dan d) Persentase protein kasar memiliki pengertian
internal [2]. Kualitas eksternal telur difokuskan banyaknya kandungan nitrogen (N) yang
pada berat telur, specific gravity, berat cangkang, terkandung pada bahan [3].
panjang telur dan lebar telur, sedangkan kualitas e) Persentase lemak kasar [3].
internal telur difokuskan pada indeks putih telur, f) Energi suatu bahan dapat diketahui dengan
indeks kuning telur, warna kuning telur dan Haugh membakar seluruh bahan tersebut dalam bom
Unit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji calorimeter, panas yang dihasilkan dari proses
evaluasi kualitas telur dari hasil pemberian oksidasi disebut Gross Energy [4].
beberapa jenis pakan komersial ayam petelur g) Ca [4].
ditinjau dari kualitas eksternal dan internal telur h) Penetapan kadar phosphor menggunakan
yang berbeda pada telur ayam petelur. pereaksi Vanadat Molibdat yang merupakan
hasil pelarutan antara amonium vanadat,
MATERI DAN METODE PENELITIAN amonium molibdat, asam nitrat pekat dan air
Materi yang digunakan pada percobaan 1 dan 2 suling [5].
adalah (1) Kandang yang digunakan untuk
penelitian menggunakan sistem kandang battery Variabel penelitian tahap 2 kualitas eksternal
yang terbuat dari kayu dan kawat. Satu kotak telur. Pengukuran variabel tersebut adalah :
battery berisi dua ekor ayam petelur. Lantai a) Berat Telur [3].
battery dirancang miring, dengan sudut kemiringan b) Telur yang diperoleh dikumpulkan berdasarkan
antara 2025o. Tujuannya agar telur yang telah kelompok berat inisial kemudian diukur nilai
dikeluarkan dari ayam dapat dengan mudah Specific Gravity pada nilai standard 1,070;
menggelinding keluar. (2) Pakan yang digunakan 1,080; 1,090; dan 1,100 serta 1,110 [6].
dalam penelitian ini adalah pakan komersial c) Prosedur persentase berat kerabang telur
dengan kode pakan LK, C, P, M dan W. (3) Ternak dalam (g/butir) [7].
yang digunakan dalam penelitian di lapang adalah d) Panjang Telur [3].
Ayam Petelur Cokelat Strain Lohmann Brown yang e) Lebar Telur [3].

26
Evaluasi Kualitas Telur Dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur
(Harmayanda, et al.)

f) Indeks Putih Telur dihitung dengan jangka 8,02%. Kandungan protein kasar yang paling tinggi
sorong [8]. terdapat pada pakan LK sebesar 20,39% sedangkan
g) Indeks Kuning Telur diukur dengan jangka pada pakan W memiliki kandungan yang paling
sorong [8]. rendah yaitu 12,34%. Pakan C memiliki kandungan
h) Pengukuran Warna Kuning Telur dilakukan serat kasar yang paling tinggi yaitu 8,95%
pada egg yolk colour fan dengan skala warna sedangkan kandungan yang paling rendah terdapat
115 [9]. pada pakan P yaitu 5,59%.Kandungan lemak kasar
i) Nilai Haugh Unit (HU) diperoleh dengan yang paling tinggi terdapat pada pakan M sebesar
menggunakan persamaan dari [1]. 5,03% sedangkan kandungan yang paling rendah
terdapat pada pakan W yaitu 4,55%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan gross energy yang paling tinggi
Evaluasi dari hasil pemberian beberapa jenis terdapat pada pakan LK sebesar 4273,68%
pakan komersial ayam petelur ditinjau dari analisis sedangkan kandungan yang paling rendah terdapat
kandungan zat makanan dalam pakan dapat dilihat pada pakan C yaitu 3604,16%. Energi merupakan
pada Tabel 1. Sedangkan ditinjau dari kualitas salah satu zat makanan yang dibutuhkan unggas
eksternal telur yang meliputi (berat telur, specific untuk melakukan suatu pekerjaan dan proses
gravity, berat cangkang, panjang telur, dan lebar produksi lainnya [11]. Unggas mengkonsumsi
telur) ditampilkan pada Tabel 2 dan kualitas pakan sesuai dengan kebutuhan energi bagi
internal telur yang meliputi (IPT, IKT, warna kuning tubuhnya. Kandungan energi dalam pakan
telur, dan Haugh Unit) disajikan pada Tabel 3. jumlahnya tinggi maka tingkat konsumsinya rendah
namun apabila kandungan energi pakan jumlahnya
1.1 Analisis Kandungan Zat Makanan yang rendah maka tingkat konsumsinya tinggi. Dengan
Terdapat pada Perlakuan Pakan Komersial demikian kandungan energi dalam pakan juga
Ayam Petelur menentukan jumlah konsumsi zat makanan lainnya
Tabel 1 menunjukkan kandungan zat makanan seperti protein, mineral dan vitamin [12], apabila
yang terdapat pada beberapa jenis pakan kebutuhan energi telah terpenuhi maka ayam akan
komersial dengan kode pakan LK, C, P, M dan W. menghentikan konsumsi, sebaliknya bila kurang
Persyaratan mutu pakan untuk ayam ras petelur maka akan meningkatkan konsumsi.
(Layer) menurut [10] SNI 0139292006 bahwa Kandungan Calcium pakan C tertinggi sebesar
kandungan abu maksimal 14%, protein kasar 3,72% sedangkan pakan P terendah yaitu 2,09%.
minimal 16%, serat kasar maksimal 7%, lemak Kandungan Posphor tertinggi terdapat pada pakan
kasar maksimal 7%, calsium 3,254,25% dan LK sebesar 0,64% sedangkan kandungan yang
phosphor (P) total 0,601,00%. paling rendah terdapat pada pakan P yaitu 0,44%.
Pemberian beberapa jenis pakan komersial Kandungan Ca berpengaruh terhadap warna
ayam petelur yang dievaluasi, didapatkan hasil kuning telur, indeks kuning telur serta ketebalan
kandungan bahan kering pada pakan C paling tinggi cangkang. Kebutuhan calcium dan phosphor pada
yaitu 87,83% sedangkan kandungan yang paling ayam petelur menjadi sangat tinggi, karena zat
rendah terdapat pada pakan M yakni 86,55%. makanan tersebut berperan dalam produksi dan
Kandungan abu yang paling tinggi terdapat pada kualitas telur. Kemampuan ternak untuk
pakan C sebesar 18,00% sedangkan pakan P mengabsorbsi dan memanfaatkan calcium dan
memiliki kandungan yang paling rendah yaitu phosphor tergantung dari suplai vitamin D[13].

Tabel 1. Hasil Analisis Laboratorium Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur
Kandungan Zat Makanan
No Perlakuan Kode Pakan Ca**(%) P**(%)
BK*(%) ABU*(%) PK*(%) SK*(%) LK*(%) GE*(Kkal/Kg)
HNO3 + HClO4
1 P0 LK 87,47 15,05 20,39 8,15 4,9 4273,68 3,22 0,64
2 P1 C 87,83 18,00 17,10 8,95 4,49 3604,16 3,72 0,52
3 P2 P 86,80 8,02 16,18 5,95 4,65 4077,71 2,09 0,44
4 P3 M 86,55 8,44 14,17 8,12 5,03 4020,11 2,10 0,53
5 P4 W 86,77 9,83 12,34 8,06 4,55 3923,58 2,95 0,56
Sumber :
*) Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
**) Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Tabel 2. Hasil Evaluasi dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur Terhadap Kualitas Eksternal Telur
(Berat Telur, Specific Gravity, Berat Cangkang, Panjang dan Lebar Telur)
Perlakuan Variabel Penelitian

27
Evaluasi Kualitas Telur Dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur
(Harmayanda, et al.)

Berat Telur** Specific Gravity* Berat Cangkang** Panjang Telur** Lebar Telur**
P0 61,6420,533a 1,0980,011a 6,0520,272a 5,660,114a 4,120,164a
P1 62,3560,482 c 1,1000,007b 6,9640,481c 5,820,084c 4,520,084c
P2 61,9520,66 a 1,0880,011 a 6,1300,484 a 5,460,089a 4,200,187a
P3 62,1820,56 b 1,0860,009 a 6,2460,239 a 5,800,010b 4,320,205a
P4 62,2080,436 bc 1,0940,015 a 6,6760,436bc 5,680,110ab 4,440,114b
Keterangan :
*) Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
**) Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

2.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Berat Telur antara 2,953,72% dapat memberikan specific
Tabel 2 menunjukkan berat telur paling tinggi gravity sebesar 1,0881,100 sehingga hasil
terdapat pada perlakuan P1 dengan hasil penelitian ini menunjukkan telur yang dihasilkan
pemberian Pakan C yakni 62,3560,482%. Berat memiliki kualitas yang baik.
telur menurun pada perlakuan yang diberi Pakan Hal tersebut sesuai dengan pendapat [14]
LK, yang mana bertindak sebagai pakan kontrol bahwa dengan pemberian calcium sebesar 1,0%
pada P0 yaitu sebesar 61,6420,533%. memberikan specific gravity sebesar 1,081 dan
Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh ketika calcium diberikan dengan level 3,75% maka
yang sangat nyata (P<0,01) terhadap berat telur nilai specific gravity telur adalah 1,093. Hasil ini
ayam petelur. Hal ini disebabkan karena pengaruh diperkuat oleh penelitian [16] bahwa pemberian
kandungan Ca dan P yang berbeda pada pakan calcium dari level 2,5% sampai level 5%
yang diberikan. meningkatkan specific gravity dari 1,078 menjadi
[14] merekomendasikan agar ayam petelur 1,083 pada telur ayam.
mengkonsumsi Ca sebesar 3,75 g/ekor/hari. [15] Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa tebal
juga menyatakan bahwa pakan yang mengandung kerabang berpengaruh positif terhadap specific
Ca sebesar 2,256% memberikan pengaruh berat gravity, dimana konsumsi calcium mempunyai
telur antara 60,861,3 g. Selain itu data dari hasil hubungan yang positif juga dengan tebal kerabang,
penelitian [15] menunjukkan bahwa kandungan Ca sehingga dapat disimpulkan bahwa konsumsi
sebesar 2,55% dalam pakan memberikan calcium berpengaruh positif terhadap specific
pengaruh berat telur antara 64,164,16 g. Dalam gravity.
penelitian ini kandungan Ca dalam pakan
perlakuan sebesar 2,953,22% memberikan 2.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Berat Cangkang
pengaruh berat telur antara 61,64262,356 g. Hal Telur
ini menunjukkan bahwa Ca dalam pakan sangat Tabel 2 menunjukkan berat cangkang telur
berpengaruh terhadap berat telur. paling rendah terdapat pada perlakuan P2 dengan
penggunaan pakan dengan kode P, yakni
2.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Specific Gravity 6,1300,4848 g/butir. Berat cangkang telur
Telur meningkat pada perlakuan P1 dengan kode pakan
Tabel 2 menunjukkan specific gravity paling C, yakni 6,0520,272 g/butir. Hal ini menunjukkan
tinggi terdapat pada perlakuan P0 yang mana bahwa penggunaan sumber calcium yang berbeda
bertindak sebagai pakan kontrol dengan hasil cenderung memberikan dampak positif terhadap
pemberian Pakan LK yakni 1,0980,011%. Specific berat kerabang telur.
gravity menurun pada perlakuan P3 yang diberi Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh
Pakan M, yaitu sebesar 61,6420,533%. Hal ini yang sangat nyata (P<0,01) terhadap berat
menunjukkan bahwa dengan adanya evaluasi cangkang telur. Hal ini disebabkan karena
pemberian beberapa jenis pakan yang berbeda, kandungan calcium pada pakan penelitian memiliki
dapat menghasilkan specific gravity yang berbeda kandungan yang berbeda yaitu 3,22 ; 3,72 ; 2,09 ;
pula. 2,10 dan 2,95. Kandungan calcium yang relatif
Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh berbeda tersebut dimanfaatkan dan direspon
yang nyata (P<0,05) terhadap specific gravity ayam dalam bentuk berat kerabang telur yang relatif
petelur. Hal ini disebabkan adanya sedikit berbeda pula.
perbedaan kandungan calcium yang ada dalam Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
kerabang telur yang bersumber dari pakan [17] menyatakan bahwa berat kerabang telur
penelitian. secara kuantitatif adalah 10% dari total berat
Kualitas telur yang baik memiliki specific gravity telurnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa berat
diatas 1,070. Pada penelitian ini, ayam petelur kerabang telur sangat dipengaruhi oleh pakan yang
yang diberi pakan dengan kandungan calcium dikonsumsi, berat telur, dan umur ayam.

28
Evaluasi Kualitas Telur Dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur
(Harmayanda, et al.)

[18] dan [12] menjelaskan bahwa kandungan paling baik; e). Spherical adalah bentuk telur yang
calcium dan phosphor dalam pakan berperan hampir bulat.
terhadap kualitas kerabang telur, seperti Panjang telur dapat dikategorikan menjadi
ketebalan, berat, dan struktur kerabang telur. bentuk lonjong, oval, dan bulat. [21] menyatakan
Hasil penelitian [19] pada ayam petelur strain bahwa telur yang panjang dan sempit relatif akan
Isa Brown didapatkan berat kerabang telur sebesar mempunyai indeks yang lebih rendah, sedangkan
5,85 0,74 g/butir yang lebih kecil dibanding telur yang pendek dan luas walaupun ukurannya
dengan berat kerabang telur pada penelitian ini kecil atau besar akan mempunyai indeks yang lebih
dengan perlakuan yang ditambahkan beberapa besar.
sumber calcium.
2.5 Pengaruh Perlakuan Terhadap Lebar Telur
2.4 Pengaruh Perlakuan Terhadap Panjang Telur Tabel 2 menunjukkan lebar telur paling tinggi
Tabel 2 menunjukkan panjang telur paling terdapat pada perlakuan P1 dengan hasil
tinggi terdapat pada perlakuan P1 dengan hasil pemberian Pakan C yakni 4,520,084%. Lebar telur
pemberian Pakan C yakni 5,820,084%. Panjang menurun pada perlakuan yang diberi Pakan LK,
telur menurun pada perlakuan yang diberi Pakan P, yang mana bertindak sebagai pakan kontrol pada
yang mana bertindak sebagai pakan kontrol pada P0 yaitu sebesar 4,120,164%. Hal ini
P2 yaitu sebesar 5,460,089%. menunjukkan bahwa dengan adanya evaluasi
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pemberian beberapa jenis pakan yang berbeda,
evaluasi pemberian beberapa jenis pakan yang dapat menghasilkan lebar telur yang berbeda pula.
berbeda, dapat menghasilkan panjang telur yang Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh
berbeda pula. yang sangat nyata (P<0,01) terhadap lebar telur
Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh ayam petelur. Hal ini disebabkan adanya variasi
yang sangat nyata (P<0,01) terhadap panjang telur lebar telur yang dipengaruhi pada saat proses
ayam petelur. Hal ini disebabkan variasi panjang pembentukan telur. Lebar telur diukur dengan
telur dipengaruhi oleh faktor kandungan pakan jangka sorong. Jangka sorong adalah salah satu alat
ayam petelur terutama calcium. Kandungan untuk mengukur panjang dengan ketelitian sampai
calcium pakan memegang peranan penting pada 0,1 mm atau 0,01 cm.
proses kalsifikasi kerabang telur [20]. Telur yang bulat oval, telur dengan indeks
Selain faktor pakan, panjang telur juga bentuk telur 75% dapat menetas jingga 7075%,
mempengaruhi bentuk telur. Berdasarkan sedangkan telur yang bentuknya lebih bulat atau
bentuknya, telur dibedakan menjadi 5 (lima) terlalu panjang (lonjong) daya tetas hanya
macam, yaitu a). Biconical adalah telur yang kedua mencapai 3035%. Hal ini disebabkan karena isi
ujungnya runcing seperti kerucut; b). Conical dari bagian telur tidak seimbang.
adalah yang salah satu ujungnya runcing seperti Korelasi antara panjang cangkang telur dan
kerucut; c). Elliptical adalah bentuk telur yang lebar cangkang telur dapat menentukan bentuk
menyerupai elip; d). Oval adalah bentuk telur yang telur [22].
menyerupai oval, dan ini merupakan bentuk yang

Tabel 3. Hasil Evaluasi dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur Terhadap Kualitas Internal Telur (IPT,
IKT, Warna Kuning Telur, dan Haugh Unit)
Variabel Penelitian Kualitas Internal Telur
Perlakuan
IPT** IKT** Warna Kuning Telur** Haugh Unit**
P0 0,0620,013a 0,5530,036c 9,80,837a 100,203,284a
P1 0,0850,026c 0,5190,061b 11,20,837b 103,692,181b
P2 0,0840,025bc 0,4910,074a 10,20,837ab 102,022,54ab
P3 0,0830,026b 0,4900,041a 9,41,517a 100,992,416a
P4 0,0830,020b 0,4270,023a 10,41,517ab 100,913,093a

Keterangan :
**) Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

29
Evaluasi Kualitas Telur Dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur
(Harmayanda, et al.)

3.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Indeks Putih 3.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Warna Kuning
Telur Telur
Tabel 3 menunjukkan pengaruh yang sangat Tabel 3 menunjukkan pengaruh yang sangat
nyata (P<0,01). Indeks putih telur paling tinggi nyata (P<0,01). Warna kuning telur paling tinggi
terdapat pada perlakuan P1 dengan hasil terdapat pada perlakuan P1 dengan hasil
pemberian Pakan C yakni 0,0850,026%. Indeks pemberian Pakan C yakni 11,20,837%. Warna
putih telur menurun pada perlakuan yang diberi kuning telur menurun pada perlakuan yang diberi
Pakan LK, yang mana bertindak sebagai pakan Pakan W pada P3 yaitu sebesar 9,41,517%. Hal ini
kontrol pada P0 yaitu sebesar 0,0620,013%. menunjukkan bahwa dengan adanya evaluasi
Penurunan indeks putih telur disebabkan pemberian beberapa jenis pakan yang berbeda,
terjadinya penguapan air dan gas CO2 dari isi telur dapat menghasilkan warna kuning telur yang
sehingga sifat basa dari putih telur naik yang pada berbeda pula. Warna kuning telur telur hasil
akhirnya menyebabkan serabutserabut ovomucin penelitian berada pada kisaran 911 atau dengan
menjadi rusak dan pecah [21]. Hal ini disebabkan ratarata 10,2. Jelas terlihat bahwa warna kuning
adanya perbedaan kualitas kandungan dalam telur cenderung meningkat sejalan dengan
pakan dapat mempengaruhi nilai dari indeks putih meningkatnya kandungan pakan yang berbeda.
telur. Berdasarkan Yolk Color Fan (HoffmanLaRoche fan)
Ukuran indeks putih telur berkisar antara warna kuning telur berubah dari kuning tua (79)
0,0620,083 dengan rataan 0.079. Kisaran yang menjadi kuning terang (46) pada Yolk Color Fan.
direkomendasikan menurut [23] adalah 0,050,12 Berubahnya warna kuning telur disebabkan
sedangkan menurut [24] berada pada kisaran karena penurunan kandungan pigmen xantofil
0,090,12. Dengan demikian perolehan hasil dalam pakan [11]. Pigmen pembawa warna kuning
pengamatan masih berada dalam kisaran yang telur biasanya dimiliki bahan pakan yang berwarna
direkomendasikan. Indeks putih telur merupakan kuning seperti jagung kuning. Adanya perbedaan
perbandingan antara tinggi putih telur dengan persentase dalam bahan pakan yang digunakan
ratarata garis tengah panjang dan pendek putih pada tiaptiap perlakuan pakan tersebut dapat
telur. Dalam telur yang baru ditelurkan nilai ini mempengaruhi kandungan xantofil dalam pakan
berkisar antara 0,050 dan 0,174 meskipun biasanya yang pada akhirnya akan mempengaruhi warna
berkisar antara 0,090 dan 0,120. Indeks putih telur kuning dari kuning telur yang dihasilkan.
juga menurun karena penyimpanan dan
pemecahan ovomucin yang di percepat pada pH 3.4 Pengaruh Perlakuan Terhadap Haugh Unit
yang tinggi [25]. Telur
Tabel 3 menunjukkan pengaruh yang sangat
3.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Indeks Kuning nyata (P<0,01). Haugh Unit (HU) paling tinggi
Telur terdapat pada perlakuan P1 dengan hasil
Tabel 3 menunjukkan pengaruh yang sangat pemberian Pakan C yakni 103,692,181%. Haugh
nyata (P<0,01). Indeks kuning telur paling tinggi Unit (HU) menurun pada perlakuan yang diberi
terdapat pada perlakuan P0 dengan hasil Pakan LK, yang mana bertindak sebagai pakan
pemberian Pakan LK yakni 0,5530,036%. Indeks kontrol pada P0 yaitu sebesar 100,203,284%. Hal
kuning telur menurun pada perlakuan yang diberi ini disebabkan karena pengukuran nilai Haugh Unit
Pakan LK, yang mana bertindak sebagai pakan yang diperoleh, didapatkan dari waktu yang
kontrol pada P4 yaitu sebesar 0,4270,023%. Hal berbeda yaitu pada minggu pertama sampai
ini disebabkan adanya pengaruh perbedaan minggu kelima saat telur tersebut keluar dari
kualitas pakan yang dapat mempengaruhi nilai dari induknya sehingga tingkat kesegaran telur berbeda
indeks kuning telur. tiap minggunya.
Perbandingan antara tinggi yolk dengan [27] menyatakan bahwa nilai HU tergantung
ratarata diameter yolk (indeks yolk) telur segar pada tinggi rendahnya bobot telur dan tebal
berada pada kisaran 0,330,50 dengan nilai albumen. Jika bobot telur menurun akibat
ratarata 0,42 [24]. Penurunan nilai indeks kuning penyimpanan, maka ada kecenderungan tebal
telur yang terjadi, diduga kemungkinan karena albumen dan nilai HU akan menurun juga.
pada perlakuan terjadi penurunan kualitas pakan
(kandungan protein kasar) dalam pakan perlakuan. KESIMPULAN DAN SARAN
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Kesimpulan
[26] penurunan nilai indeks kuning telur dapat Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
terjadi akibat menurunnya kandungan protein. dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a) Pakan komersial terbaik adalah pakan
dengan kode C.

30
Evaluasi Kualitas Telur Dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur
(Harmayanda, et al.)

b) Hasil yang berbeda terdapat dalam Problems. Journal Poultry ScienceMisset


kandungan bahan kering, abu, protein August / September : 5557.
kasar, serat kasar, lemak kasar, gross [7]. Setyaningrum, S., H. I. Wahyuni., dan B.
energy dan calcium tetapi tidak Sukamto. 2009. Pemanfaatan Kalsium
memberikan pengaruh terhadap Kapur dan Kulit Kerang untuk
phosphor. Pembentukan Cangkang dan Mobilisasi
c) Hasil evaluasi kualitas eksternal telur Kalsium Tulang pada Ayam Kedu. Dalam
dapat meningkatkan berat telur, berat Estuningsih, S.E., Y. Sani, L. Natalia, B.
cangkang, panjang dan lebar telur tetapi Brahmantiyo, W. Puastuti, T. Sartika,
tidak memberikan pengaruh terhadap Nurhayati, A. Anggraeni, R. H. Matondang,
specific gravity. E. Martindah. Prosiding Seminar Nasional
d) Hasil evaluasi kualitas internal telur dapat Teknologi Peternakan dan Veteriner, Hal.
meningkatkan indeks putih telur, indeks 674 681.
kuning telur, warna kuning telur dan [8]. Fibrianti, S. M., Suada, I Ketut., Rudyanto
haugh unit. dan M. Djoko. 2012. Kualitas Telur Ayam
Saran Konsumsi yang Dibersihkan dan Tanpa
Diharapkan pada penelitian berikutnya Dibersihkan Selama Penyimpanan Suhu
perlu mengevaluasi kualitas telur pada kualitas Kamar. Jurnal Indonesia Medicus
pakan terbaik. Veterinus 2012 1(3) : 408416. ISSN :
23017848.
UCAPAN TERIMAKASIH [9]. Pelicia, K., E. A.Garcia., A. B. G. Faitarone.,
1. Ayah, Ibu dan Adek yang selalu memberikan A. P. Silva., D. A. Berto., A. B. Molino., and
motivasi. F. Vercese. 2009. Calcium and Available
2. Prof.Dr. Ir. Woro Busono, M.S. dan Dr. Ir. Osfar Phosporus Levels for Laying Hensin
Sjofjan, M.Sc. terimakasih atas bimbingan Second Production Cycle. Brazilian Jounal
selama ini. Veterinary Research Animal Science Vol.
3. Teman Pasca Sarjana Fakultas Peternakan UB 11 No. 1: 3949.
angkatan 2012 yang selalu memberikan [10]. Standar Nasional Indonesia (SNI). 2006.
semangat. Pakan Ayam Ras Petelur (Layer). Badan
Standardisasi Nasional: Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA [11]. Anggorodi. 1995. Nutrisi Aneka Ternak
[1]. Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip Unggas. PT Gramedia Pustaka Umum.
dan Prosedur Statistika. Edisi Ke2. Jakarta.
Penerjemah Bambang Sumantri. P.T [12]. Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gajah Mada University Press: Jogjakarta.
[2]. Rao, Q., Labuza, and Theodore P. 2012. [13]. Underwood E. J. 1981. TheMineral
Effect Of Moisture Content On Selected Nutrition of Livestock. Commonwealth
Physicochemical Properties Of Two Agriculture Bureaux: London.
Commercial Hen Egg White Powders. [14]. Roland, D. A., M. Farmer and D. Marple.
Journal of Food Chemistry 132 (2012) 1985. Calcium and Its Relationship to
373384. Excess Feed Consumption, Body Weight,
[3]. AOAC. 1995. Official Methods of Analysis Egg Size, Fat Deposition, Shell Quality,
of The Association of Official Analytical and Fatty Liver Hemorrhagic Syndrome.
Chemist. Association of Official Analytical Poultry Science. 64 : 2341 2350.
Chemist. Washington D.C. [15]. Damron, B. L. and R. H. Harms. 1980.
[4]. Chuzaemi, S., Hartutik., Kusmartono., Interaction of Dietary Salt, Calcium, and
Surisdiarto., O. Sjofjan., E. Widodo., H. Phosphorus Level for Laying Hens. Poultry
Natsir., A. Irsyammawati dan H. Tistiana. Science. 59: 8285.
2010. Dasar Nutrisi Ternak dan Bahan [16]. Ahmad, H. A., S. S. Yadalam and Roland D.
Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan A. 2003. Calcium Requirement of Bovanes
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Hens. International Journal of Poultry
Universitas Brawijaya Malang. Science. 2:417420.
[5]. Apriyantono.1989. Kimia untuk [17]. Amrullah, I. K., 2003. Nutrisi Ayam
Universitas. Jakarta : Erlangga. Petelur. Satu Gunungbudi. Bogor.
[6]. Robenson, R. and G. R. Mc Daniel. 1987. [18]. Ensminger, M. E., J. E. Oldfield and W. W.
Solving Broiler Breeder Fertility Heinemann. 1992. Feed and Nutrition. 2nd

31
Evaluasi Kualitas Telur Dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur
(Harmayanda, et al.)

Ed. Ensminger Publishing Company.


California.
[19]. Ghie, A., L. Olariu, L.Crpinian, and R.
Zehan. 2010. The Evolution of The E
Eggshell. Animal Science and
Biotechnologies. 43 (1): 494497.
[20]. Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas.
Penerbit Kanisium : Yogyakarta.
[21]. Romanoff A. L. and A. J. Romanoff. 1963.
The Avian Egg. Jhon Willey and Sons Inc.
New York. Pp. 123867.
[22]. Fadilah, R. dan Fatkhuroji. 2013.
Memaksimalkan Produksi Ayam Ras
Petelur. Cetakan Pertama. Jakarta :
AgroMedia Pustaka.
[23]. Warsono, I. U. dan S. D. Rumetor. 1989.
Teknologi Hasil Ternak (Telur, Susu dan
Daging). Diktat Kuliah Faperta Uncen
Manokwari.
[24]. Buckle, A. K., A. R. Edwards, G. H. Fleet
and M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia Jakarta.
[25]. Winarno, F. G. 2002. Pangan, Gizi,
Teknologi dan Konsumen. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama. Hal 269271.
[26]. Grant, R. A. 1979. Applied Protein
Chemistry. Research Director. Aquapure,
Ltd. Parkstone Poole. Dorset, UK.
[27]. Stadelman, W.J., J. Owen and Cotterill.
1995. Egg Science and Technology Second
Ed. Connecticut : The Avi Publishing
company, Inc.

32

Anda mungkin juga menyukai